BILA INGIN SUKSES JANGAN TAKUT MELANGKAH

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

CERPEN

Bagi agan - agan yang suka membaca silahkan menikmati suguhan bacaan dari REDBODOES

Cintaku Selalu Padamu

Episode 1
LAILA TERKEJUT KETIKA DIPANGGIL.
Suara ayahnya terasa begitu  lantang. Dan  ia yakin bahwa kali   ini   ia akan
dimarahi. Dan ia yakin bahwa kemarahan ayahnya kali ini mestilah mengenai
soal penting.
Gemetar Laila melangkah menuju  teras samping  rumahnya,  dimana suara
tadi bersumber.
" Duduk ", kata ayahnya.
Laila  sebetulnya mau duduk,   tetapi   langkahnya gemetaran menuju kursi,
jadi terlambat.
" Duduk ! mau membangkang lagi ya ? "
" Tidak, Papa ".
" Papa tidak terlalu banyak omong seperti mamamu, Laila. Secara singkat
Papa peringatkan kamu agar tidak lagi main cinta dengan pemuda itu ".
" Pemuda yang mana Papa ? " Tanya Laila.
" Ah, kamu jangan berlagak pikun. Pemuda yang disebutkan Mamamu ", kata
yahnya dengan tatapan mata tajam.
Laila tunduk oleh tatapan mata yang tajam itu. Dia menundukkan kepala .
Dia  masih   berusaha  membela   diri   :   "   Kalau  mas   Daud  Waitulo   yang   Papa
maksud…."
" Ya,…. dia itu ! ",potong sang Ayah.
" Kalau dia yang Papa maksud ", kata Laila masih tertahan – tahan , maka
sang ayah memotongnya segera :
" Memang dia yang kami maksud. Yang surat kamu untuknya yang tidak jadi
itu ditemukan. Namamu dalam kantong jaketmu… yang kamu katakana disitu
minta perlindungan daripadanya, yang, yang kamu minta ajak diauntuk minggat
dan   kawin   di   kota   lain,   yang,   yang,   yang   semua   itu  membuat   rusak   nama
keluarga ! "
Laila berusaha menahan air matanya. Ayahnya menatap kearahnya. Ayahnya
ingin melihat wajah Laila. Dia berkata, " Coba jangan berlagak patuh didepan
Papa , nunduk – nunduk, hayo angkat kepalamu ! "
Laila   tak  bias  menahan derai  air  matanya,  Ayahnya membentak   :   "  Ayo
angkat kepalamu !"
Laila mengangkat kepala sedkit, dan dengan air mata berlinang ditatapnya
ayahnya, Kini suara Ayahnya terdengar sendu :
" Kamu, Laila. Kamu Papa sayangi sejak kecil, kenapa setelah besar begini
berani membuat putusan – putusan sendiri ", kata Ayahnya .
" Laila nggak mau kawin paksa, papa ! "
"   Lho!   Siapa   yang   mau   kawin   paksa   ?   Papa   hanya   melarang   kamu
berhubungan dengan Daud Waitulo itu. Bukan kawin paksa ! "  , kata si Ayah
lagi. " Kami semua tidak suka dengan tongkrongan dia ! tongkrongan dia yang
jadi  soal.  Mengerti  nggak  !  Kami  orang  -  orang  tua,  tahu betul  tongkrongan
orang –  orang yang tidak betul, bandit – bandit, bajingan –  bajingan, tukang
goda perempuan, tukang rayu. Jelas ? "
"  Jelas,  Papa  ".  Sahut Laila menahankan tangis.  Terdengar  isak tangisnya
kini.
"   Kamu   bersumpahlah   pada   papa   dan  mama,   bahwa   kamu   tidak   akan
memilih Daud sebagai suamimu, demi keselamatan hari depan perkawinanmu",
kata sang ayah.
Laila merasa ini bukan sumpah, melainkan ultimatum. Ini berarti Laila musti
putus hubungan dengan mas Daud.
Tetapi   Laila   mencoba   bertanya   lebih   dulu,   sebelum   ultimatum   itu
diterimanya.   Sambil   menundukkan   kepala   dia   bertanya:   "Papa….apa   papa
benar-benar  kenal  dengan watak dan pribadi  mas  Daud  sampai  papa begitu
pasti memberi penilaian terhadapnya?"
"Jangan ajari orangtua dalam soal menilai!", bentak ayahnya mendadak.
"Jadi papa kenal dengan pribadi mas Daud. Dan pribadi dia pribadi bandit,
suka ganggu perempuan, bajingan dan lain-lain itu ya pa?"
Tanpa diduga muncul  Sarita,  adik Laila nomor  dua,  Sarita nyeletuk:   "Ah,
kalau soal mas Daud sih orangnya keren, baik hati…."
Sang ayah, dalam menghadapi Sarita selalu tidak bias bersikeras. Sarita di
manja orangtua karena dia dua kali membikin cemas keluarga: pertama ketika
berumur 8 bulan hampir mati  karena menderita sakit panas dikerongkongan,
dan kedua ketika berumur 7 tahun hampir hancur  lebur sebab sudah berada
dibawah bus.
Hanya jalan yang kebetulan sompel yang menolong jiwa Sarita. Dia dianggap
sebagai " Maskot ". Laila beruntung karna interupsi dari Sarita.
" Nggak model  lagi, Papa, kawin – kawin paksa. Musti dijodohin sama ini,
sama itu . Biar sama maling atau rampok sekalipun, biarin saja orang sekarang
memilih pacarrrrrr ! , dan Sarita mengucapkan " Pacar " tadi dengan langgam "
Pac-haaaaarrrrrrrr ", sehingga sang Ayah berusaha menahan jengkelnya.
" Sarita masuk " , perintah sang Ibu yang tiba – tiba muncul diteras samping.
" Ah, Ita Cuma mau nimbrung saja kok Mama ", kata Sarita.
" Nimrung juga nggak boleh . Ini pembicaraan orang tua " , kata sang Ibu.
" Okey, Mama. I Love you " kata Sarita dan pergi lari.
Sarita baru berusia tujuh belas tahun, tetapi sikapnya kadang kala memang
kekanak – kanakan. Mungkin karena dia tahu dia dimanja.

Episode 2
Setelah   Sarita  pergi   sang   Ibu  memulai   ucapan   :   "  Begini   saja.  Dengerin
nasehat orang tuamu, Laila. Banyak Contoh, dimana anak – anak kualat sama
orang tua, Hidupnya mana yg selamat. Liat temenmu sendiri berapa ekor tuh
yang gagal ".
" Emang betul Mama ", kata Laila.
"   Nah   sekarang   ikuti   kemauan   orang   tua   sekali   ini,   Laila.   Kita   bukan
memaksa   kamu   putusin   hubungan   sama   si   Daud.   Anak   itu   baik   juga
kelihatannya ".
" Kalau baik kenapa Papa yang vonis sebagai bajingan, sebagai bandit ? "
" Siapa yang bilang bandit ? " Tanya sang Ibu.
" Papa ", kata Laila cepat.
Ibu itu menoleh pada suaminya dan dia berkata : " Kau kalau ngomong yang
nyatroni  dong,   Pa   !  Recht   op  het  doel   afgaan   ,   buntut   suara   ibunya   yang
berbahasa belanda suapaya Lila tidak mengerti.
Laila  memang   tidak  mengerti   bahasa   belanda   itu.   Tetapi   akibatnya   ia
menafsirkan bahwa ada sesuatu yang mutlak, pendeknya suatu dalih, agar laila
putus hubungan dengan Daud.
Itulah kira – kira tanggapan Laila melihat Ibunya ketika berbahasa belanda
intu.
Dan  lebih  curiga   lagi  ketika  Ibinya  ngomong  campur   lagi  dengan bahasa
belanda :
" Si laila ini kalau dibiarkan terus sama dia itu, heh, meer dan hij afkan, Pa !
", dan ditegaskannya pula dalam bahasa inggris : " more than he can manage !
".
Laila mengerti sedikit, namun kecurigaan Laila bertambah bahwa dia akan
dipepet dan dipojokkan kini. Maka Laila berkata : " Laila akan patuh ,deh ! ".
Setelah   berkata   begitu,   Laila   pergi   dari   teras.   Ayahnya   tampak   senang
dengan ucapan singkat Laila. Namun Ibunya lebih arif lagi. Ibunya berkata : "
Kita  tak bias gembira begitu  saja dengan kata  –  katanya Laila akan patuh  ,
Deh……kita musti bisa meyakini dia, bahwa Daud bukan jodohnya ! ".
" Ngomong sih gampang , Mam. Anak macam Laila ini mengenal logika ! kita
jangan anggap dia itu enteng. Dia cerdas. Dia pandai menganalisa. Dia keras
hati dan juga keras kepala. Salah – salah dia bisa minggat dari rumah ini untuk
bisa kawin dengan Daud ".
" Berapa lama sih dia tahan pisah dengan kita ? " Ibu itu menantang.
" Ngomong kau sekarang. Begitu dia minggat, kamu pun minggat ", kata sang
suami.
Ibu Laila ter perangah dia mengulangi keyakinannya : " Dia melakukan siasat
berlagak mematuhi kita. Ik berani bertaruh sama jij, Pa…….si Laila pasti akan
melarang Daud mampir kesini  lagi. Selanjutnya mereka akan mencari  tempat
rendezvous yang lain. Dan itu lebih berbahaya lagi ".
Sang suami diam.
Sang  istri  menambahi   :   "  Lebih bahaya  lagi  kerena  tiba  –   tiba  saja kita
dikasih fait accompli : Laila bunting ! ".
" Ah, pikiranmu selalu negatif 3 tahun aku kawin dengan kau, Mam, kau baru
bunting ".
"  Tetapi  soal  Virgin,   soal  keperawanan  !  bisa saja mereka disatu  tempat
rendezvous.  Lantas Laila bunting.  Kita berdua  jadi  bego dan malu.  Terpaksa
dikawinin. Anak-anak sekarang kan banyak gitu, Pa ? cinta buat mereka terlalu
simpel.  Mereka  tidak mengenal  apa yang oleh kita di  agungkan  :  De eliefde
peoor de kunst. Cinta buat generasi Laila sekarang ini ibarat barang mainan.
Nggak   jadi   sama   ini   ,   sama   itupun   jadilah.   Mereka   tak   punya   semboyan
mengenai apa keagungan cinta apa keagungan perkawinan. Mereka tak punya
apa yang kita agungkan sebagai " een huwelijk uit liefde ", a marriage of love ".
"Dus kita harus keras ", kata sang suami .
"Keras   justru   bahaya.   Kita  musti   bersikap   lunak   pada   Laila.   Kita   harus
banyak dekat dengan Laila. Jangan kita – kita ini Cuma selalu cari duuuit saja.
Cari kemewahaaaan, saja !".
" Lho , kamu yang selalu begitu : minta kulkas baru , minta meubel elite
macam – macam ", bantah sang suami.
Ibu Laila terhempas oleh bantahan suaminya . Ia berniat ingin menyadarkan
Laila suatu ketika , sendirian artinya : empat mata . malam ini tidak kena. Sang
ibu tak ingin Laila begitu gampang jatuh ketangan pria yang belum punya watak
seperti dia memilih Ayah Laila dengan segala seginya yang pantas.
Dan bilamana pilihan  itu  tiba Laila belum pulang  juga.  Katanya kerumah
teman .
Sang Ibu menunggu di rumah tentu Laila bukan ke rumah temannya .
Pasti bersama Daud .
Dugaan sang Ibu tidak meleset.
Laila memang  sedang bersama  –  sama Daud.  Bahkan di   rumah kontrakan
Daud.
Dia   tampak   sedang  membersihkan   perangkat  makan   dari  meja.  Mungkin
mereka berdua barusan saja selesai  makan malam bersama.  Dari  meja Laila
membawa perangkat piring – piring untuk dicuci . Ketika Laila mencuci piring ,
Daud ikut jongkok menemani.
" Memang kamu pantas menjadi nyonya ku ". Kata Daud.
" Hanya Papa dan Mama ku menganggap kita tak pantas menjadi suami istri
", kata Laila.
" Semua orang tua didunia ini egois. Tak ada orang tua yang langsung setuju
dengan lelaki pilihan puterinya. Kecuali kalau lelaki itu merekayang pilih. Kalau
puterinya yang memilih, musti ada saja yang kurang ".
Laila  menyusun   piring   –   piring   yang   baru   dicuci   itu   dirak   piring.   Daud
berkata : " Aku harus lebih sering bertemu kerumahmu, supaya mereka lebih
kenal calon mantunya '.
Laila menaroh piring dirak itu, tetapi matanya menatap Daud dengan sikap
berat. Daud merasa heran : " Kenapa Lail ? "
" Jangan lagi " , kata Laiala.
" Jangan lagi bagaimana ? tidak boleh dating ? " Laila hanya menggelengkan
kepala. Dia kemudian menyusun semua piring dan gelas itu dengan rapi, dan
melap  tangannya.  Kemudian dia melangkah menuju meja makan yang sudah
bersih itu. Tangannya bersitelekan diatas permukaan meja makan itu. Suaranya
penuh   perasaan   :   "  Mereka   tidak   suka   kau   .   Saya   kira  mereka   sudah   ada
pembicaraan dengan famili terdekat. Mungkin juga sudah janji ".

Episode 3
Diangkat   tangannya   yang  bersitelekan   itu,  dan dia  berbalik,  berhadapan
dengan Daud yang tadi berdiri tepat dibelakangnya. Maka dipeluknya Daud : "
Mas  Daud.  Laila  tiba  –   tiba  takut mengambil  keputusan,  maka nantinya mas
Daud malahan menyia – nyiakannya ".
" Menyia – nyiakan apa maksud mu ? " Tanya Daud.
"  Menyia – nyiakan nasib Laila  ", kata Laila.   "  Mas tau sendiri, Mama dan
Papa sebetulnya saying pada Laila. Mas tidak tahu, bahwa Mama punya sikap
pukul rata terhadap generasi kita sekarang ini. Mama menganggap itulah yang
dibilangnya   kepada   Papakudimalam  itu…..dianggapnya   generasi   sekarang   ini
cintanya murahan,  gampangan.  Tidak  jadi  dengan mas  Daud,  dikiranya Laila
bisa saja ganti dengan pemuda lain ".
" Jadi kalau pendapatmu sendiri ? " Tanya Daud. Daud membenahi rambut
Laila yang kusut.
" Buat Laila, mas Daud adalah segala – galanya. Buat saya tidak jadi dengan
mas  Daud  lebih baik  matisaja.   Saya   ingin buktikan pada Mama dan Papa   ,
bahwa generasi kamipun mengenal cinta yang sebenarnya. Kalau perlu mati, ya
mati ".
"  Jangan terlalu negatif  ". Kata Daud.  "  Kita pasti  jadi  suami   istri.  Tanpa
perlu mati ".
" Dan buat Laila, bila Laila kawin sama mas Daud, kita hanya bercerai mati
", ucap Laiala. Karna tubuh Daud tinggi, ketika melepas pelukannya pada Daud,
ditatapnya mata Daud dengan kepala  tengadah  .  Dia berkata  lirih  :   "  Laila
sungguh – sungguh , mas ".
"  Akupun demikian  ",  kata Daud.   "  Tetapi   cinta  yang besar   tunbuh dari
macam – macam cobaan yang ruwet. Cinta kita akan semakin padat dan pasti.
Saya tak pernah main – man dengan kau sejak pertama kali kita kenalan. Apa
pernah ? ".
" Justru itulah ", kata Laila, " Mas Daud orang sekarang yang punya karakter
sendiri, mas.  Banyak pria seusia mas Daud yang tingkah  lakunya meragukan.
Tapi mas tidak ".
"   Daud   menghela   nafas   bahagia   mendengar   pujian   gadis   yang   sangat
dicintainya itu.
Lonceng jam dinding berdentang delapan kai. Laila melihat kedinding, lalu
berkata :
" Sudah waktunya Laila pulang ", Laila kemudian menatap mata Daud.
"  Disini  saja dulu  "  , Kata Daud, menatap bola mata Laila.  Bola mata  itu
tidak   tampak   gemerlap   melainkan   dilelehi   air   mata,   "   Kenapa   kau   mau
menangis ? "
" Harapan kita tipis " kata Laila. " Kecuali kalau kita bersikap drastic. Yaitu
mengambil langkah yang mengakibatkan putusnya hubungan dengan orang tua
".
Daud  menghela   nafas   ,   dia  mengangguk,  menatap   lagi   pada   Laila   dan
berkata : " Kita masih perlu menemukan jalan damai. Sebaiknya aku cepat –
cepat melamarmu ".
" Ah, tak mungkin ", kata Laila, " Tanggapan orang tuaku – Papa dan Mama –
sudah  negatif,   tanpa   alas   an.  Mas  Daud boleh   saja   Laila   akui   sebagai  pria
serius.
Buat mereka mereka negatifnya : tidak serius. Mas Daud sebagai bujangan
kuanggap sudah siap berumah tangga. Segala – galanya sudah tersedia, sampai –
sampai  keset kaki  di  kamar  mandi.  Buat  mereka mungkin negatif   :  mungkin
mereka merasa telahpunya calon yang melebihi. Sulit, sulit, mas ". Dan Laila
menangis. Tapi buru – buru dia hapus air matanya . Dan dia melangkah seraya
berkata : " Dag, ya ? Laila pulang dulu, mas ".
" Laila ! " seru Daud.
Laila terus melangkah. " Laila ! "
Laila   berhenti   didepan   beranda.   Tidak   menoleh   karena   air   matanya
bercucuran dengan dera.
"  Kau  tenanglah  ,  Lail   ,   saya memang harus  melamarmu kerumah orang
tuamu " kata Daud.
Laila menggelengkan kepala.
" Lailla bingung ", katany. " Sungguh Laila bingung…….mas ! "
Daud membelai – belai rambut nya. Laila berkata putus asa : " Laila pergi
dulu, jangan datang kerumah ".
Mata Daud menatap berkaca – kaca sampai hilangnya Laila dalam kegelapan
malam, diantara lampu – lampu dan keramaian jalanan malam itu.
Bila sampai dirumah, sang Ibu sudah menyongsongnyakepagar pekarangan.
Ibu bertanya : " Kamu bener – benar pergi kerumah teman ? "
" Ya, Mama ", kata Laila tak acuh.
" Matamu merah, kamu seperti baru habis menangis ".
Kata sang Ibu.
" Memang ". Sahut Laila.
Ibunya menghela  tangan Laila  ,   sehingga Laila  terbawa kehendak  Ibunya
tidak   langsung   masuk   kerumah   melainkan   keteras   samping.   Lampu   teras
samping  tidak dinyalakan.  Tetapi  dari   lampu plafon pojok memantul  cahaya
yang lumayan menerangi teras .
Laila tahu ia akan diadili lagi. Sikapnya sudah siap – siap .
" Dari mana kau ? "
" Dari ruma teman, Mama "
" Betul ? " Tanya sang Ibu.
" Kalau Laila bohongpun Mama tidak tahu ", kata Laila.
"  Kalau begitu kamu dari   rumah Daud  "  kata  Ibunya.  Beliau berkata  lagi
seperti berkata pada dirinya sendiri : " Benar – benar keras kepala kau. Seperti
yang Mama duga,  kau akan melarang Daud kesini,  sebaliknya kau yang akan
kesana ".
"  Papa dan Mama yang menciptakan saya menjadi orang pendusta  ", kata
Laila.
"  Keras kepala……..   ", gerutu sang  Ibu,   "  Kau akan mengalami  nasip  jelek
nanti, Laila "
Laila merenungi ucapan Ibunya : Benarkah ramalan ini ? jika benar, apakah
aku mulai kini siap memasuki kutukan ibu ?
" Saya kira hidup saya akan bahagia jika do'a Papa dan Mama ikhlas ", kata
Laila.
"  Kau memang pintar  bicara,  Laila  .  Tadi  Papamu ngomel   –  ngomel  kau
lambat  pulang.   Itukah yang kau  inginkan dirumah  ini   ?  cekcok,  marah,  dan
saling tuduh – menuduh ? Tahukah kamu ? Mama yang dituduh Papa setiap hari
sebagai ibu yang longgar, tidak streng ! hanya karna soal kau ? ".
Uacapan Ibunya tiba – tiba menyerap dan menelan perasaan Laila

Episode 4
Laila melihat air mata Ibunya yang mulai meleleh. Bukan air mata bohong –
bohongan,   ia   tahu   Ibunya   orang   yang   lapang   hati   .   Dan   jika   Ibunya   kini
menangis, itu karena sudah benar – benar sedih.
Sambil  mengisak   Ibunya   berkata   :   "   Papamu   kalau  marah   ,   yang   lain   –
lainnya kena marah . Tadi sebuah vaas yang paling Mama sayangi dibantingnya.
Dituduhnya Mama membiarkan dirimu. Kata – katanya ngawur, dia mengatakan,
Mama yang akan bertanggung jawab jika Laila rusak untuk kemudian menjadi
pelacur.
Kata  –  kata apa  itu,  ha  ?  Apakah  setiap orang  tua  sekarang harus  pergi
kemana anak nya pergi ? ".
Ucapan  Ibunya mengandung simpati.  Laila memasuki  pembicaraan dengan
cepat : " Kira – kira Mama setuju dengan mas Daud, kan ? ".
Kepala  Mama   terangkat   dengan   cepat.  Matanya   segera  memperlihatkan
sikap negatif : " Ah, Mama tidak setuju ! pokoknya kalau kau akan memaksakan
kehendakmu, terserahlah. Tinggalkan saja kami, cari nasip sendiri.
Daripada kamu dirumah ini merongrong Papamu yang punya penyakit darah
tinggi. Dia tidak menyebutkan alas an apapun, kecuali tidak suka dengan Daud
".
Tiba – tiba Laila berkata pasti : " Saya akan minggat ".
Sang Ibu terkejut.
" Laila ! "
"   Adik  Mama   tokh   kawin  minggat,   dan  mereka   sekarang  mungkin   lebih
bahagia dari Mama ".
"Laila ! kau pelawan sekaran ! Kau Durhaka ! " seru sang Ibu.
Laila   terkena   sergap   lagi   oleh   Ibunya.   Buru   –   buru   dirangkulnya   Ibunya
ketika dilihatnya Ibunya menangis tersedu – sedu. Dia benar – benar menyadari
keterlanjuran kata – kata yang diucapkannya. Dipagutnya Ibunya erat – erat : "
Maafkan Laila, Mama. Laila benar – benar sangat mencintainya, Mama. Tetapi
Lailapun saying pada Mama. Berikanlah Laila kesempatan untuk membuktikan
pada Papa dan Mama , bahwa mas Daud itu baik, orang yang baik, Mama !"
Usahanya kelihatannya gagal  meyakini,   Ibunya pelan  –  pelan melepaskan
pagutan Laila. Tampak beliau berdiri dengan lesu. Tampak kelesuan itu ketika
tangannya membuka pintu teras. Dan masuk kedalam rumah .  Kin tinggallah
sunyi.   Laila   sendiri   diteras   itu   dengan  putus   asa.  Dibukanya   tasnya.  Dalam
samar   –   samar   diambilnya   secarik   kertas   surat   berbunga   yang   selalu   ada
ditasnya   ,   dan   selalu   digunakannya   untuk   menulis   surat   pada   pria   yang
dicintainya : Daud. Diambilnya vulpen. Ditulisnya singkat :
"  Mas  Daud,  cintaku  selalu padamu  ,  mas,   sekalipun bulan dan matahari
berhenti  bersinar,  Laila  ".  Surat singkat  itu dimasukkannya kedalam amplop.
Besok paginya diposkannya.
Tapi setelah diposkan, Laila menyesal.
Dia   khawatir,  mas  Daud   akan   salah   sangka   setelah  menerima   surat   itu.
Tetapi memang benarlah apa yang diduga Laila. Begitu Daud menerima surat
itu, surat yang begitu singkat itu , tangannya gemetar . Dia baru kembali dari
kuliah  malam  sebagai  mahasiswa   extension   dan   surat   itu  membuat   seluruh
rencananya batal akan menulis skripsi dimalam ini juga. Soalnya belum pernah
Laila menulis surat sesingkat itu.
Daud mengira telah terjadi suatu keputusan keluarga yang mapan terhadap
dirinya. Berhari – hari setelah menerima surat itu Daud menjadi bingung. Tiap
ia mencoba bersikap jantan untuk pergi kerumah Laila, keraguannya muncul.
Untuk  membalasnya  tidak  mungkin  karna  Laila   selalu berpesan,   jika dia
menulis   surat   janganlah dibalas.   Ini  menyulitkan Daud dan membuat   skripsi
untuk gelar sarananya jadi benar – benar terlantar. Dia begitu cintanya pada
Laila, dan jika dia mendatangi rumah Laila berarti Laila akan menerima beban
kemarahan orang tuanya. Beban ini berarti dipikul Laila sendiri, dan itu adalah
tidak adil didalam mencintai.
Memang banyak pria terlalu egois, menyuruh gadis yang dicintainya memikul
beban  sendiri.  Akibat  Daud  tidak  ingin menyiksa gadis  yang dikasihinya,  dia
sendiri kini terlunta – lunta dibebani bayangan yang bukan – bukan. Sebulan ia
harapkan lagi Laila akan muncul dirumah ini, tapi Laila tak datang jua.
Selama   sebulan   ini,   bukan   saja   skripsinya   terlantar,   tetapi   juga
pekerjaannya dikantor acak – acakan.
Pagi ini Daud dipanggil Boss-nya.
" Biarpun saya tahu bukan kamu yang menggelapkan uang ini, tetapi karna
kelalaian kamu maka Haryono sudah melarikan uang ini entah kemana ", kata
sang Boss kepadanya.
Daud mandi keringat.
" Tetapi untuk melihat iktikad baikmu ". Kata pimpinan perusahaan dimana
ia bekerja.   "  Saya minta kamu melakukan  tugas  mu yang  terakhir.  Bikinlah
konsep   iklan   atas   larinya   Haryoto.   Dan   siang   ini   perlihatkan   pada   saya,
masukkan disurat khabar sore dan pagi, selama du hari berturut – turut ".
" Baik, Pak ", kata Daud dengan hati ciut.
Dia   berdiri  mau  meninggalkan   ruang   direktur,   tetapi   terdengar   lagi   :   "
Daud….."
" Ya, Pak "
Pimpinan   perusahaan   itu  menatap  wajah  Daud  dengan   sedikit   hiba.  Dia
berkata :
" Kalau nanti kamu kami berhentikan dengan hormat, itu adalah atas saran
saya.
Supaya kamu bisa ,menerima pesangon 3 bulangaji. Sekali lagi, saya ingin
menyelamatkan kamu.  Satu  –   satunya  jalan yaitu,  kami  memecatmu dengan
hormat, supaya kamu selama tiga bulan bisa mencari pekerjaan lain.
Ingat,   ini   seuah   PT,   saya   bisa   membelamu,   tapi   direksi   lain   telah
menemukan kelalaian kamu. Persoalan apa sebabnya yang membuat kamu acak
– acakan belakangan ini , Daud ? ".
" Persoalan pribadi, Pak ", kata Daud, " Tak usah saya utarakan disini ".www.ac-zzz.tk
" Segera kerjakan iklan tadi. Saya mendo'akan kamu mendapapt pekerjaan
yang layak di perusahaan lain. Kamu sebenarnya tenaga qualified, saya percaya
itu. Kamu bisa tapi kamu lalai. Sudah . Pergi kerjakan yang saya perintahkan
tadi ".
Pedih   hati   Daud   ketika   menerima   surat   pemberhentian   itu,   sekalipun
tertera   diberhentikan   dengan   terhormat   ,   ia   justru   meresa   kehilangan
kehormatannya !.
Dia pulang kerumahnya dengan perasaan hampa, tetapi kejadian sedih itu
justru  melecut   hati   nya   tidak   akan  menunggu   tiga   bulan   agar   dapat   kerja
kembali

Episode 5
Daud jarang kelihatan di rumah. Dan bilapun ia pulang , ia pulang setelah
malam   larut   .   Bila   suatu   malam   ia   pulang,   ia   temukan   secarik   kertas
dimasukkan disela pintu. Ia tahutulisan itu. Tulisan Laila :
"   Laila   tadi   siang   ke   sini.,mas  Daud   tidak   dirumah.   Laila   sehat   –sehat,
semoga mas Daud demikian pula. Salam saying selalu, LAILA ".
Daud meletakkan surat itu diatas meja belajarnya.
Herannya   ,   dia   tidak   ada   getaran   apa   –   apa   atas   surat   itu.   Tidak
sebagaimana   biasanya.   Apakah   karena   dia   sedang   dirundung   oleh  mencari
pekerjaan ?
Laila rupanya sudah begitu kangen juga padanya.  Malam  itu  ia tidak bisa
tidur dikamarnya. Ditinggalkannya kamar.
Dia keruang tengah. Satu – satunya lampu yang nyala hanyalah lampu baca.
Mungkin   Papa   barusan  masuk   tidur,   karna   surat   kabar  masih   terhampar
dekat kursi yang terletak dekat lampu baca itu. Suasana benar – benar muram
oleh sinar lampu satu – satunya yang menyorot tajam kearah kursi yang biasa
diduduki Papanya.
Tiba – tiba Laila disergap oleh putusan nekat.  Ia  ingin lari  dari rumah. Ia
sudah tak betah dengan rumah ini . Ia sudah benci. Dan itu takkan dilakukannya
malam ini. Ia ingin bicarakan dulu dengan mas Daud.
Besok pagi.
Ya, pagi sekali ia kerumah Daud, tapi Daud tidak ada. Laila pergi kekantor
Daud, hanya sebuah ucapan yang ia dapatkan : " Daud sudah berhenti ".
Laila menyesal  sekali.  Ia seakan  – akan punya dugaan tepat, bahwa Daud
telah   diberhentikan   karna   lalai   tugas   dan   ini   semua   akibat   sikap   keluarga
difihak Laila.
Laila benar   –  benar  menyesali  orang  tuanya.  Daud  telah menjadi  korban
sikap mapan orang tua Laila.
Tiba – tiba saja Laila ingat Joana, teman akrabnya sejak SMP.
Dengan naik becak , ia sampai diujung gang yang menuju rumah Joana.
" Hei, kamu Laila ! "
Joana   dipergokinya   ketika   tepat   sedang   berpelukan   dengan   pacarna.  Di
rumahnya sendiri ia mendapat kebebasan begitu. Masih pagi lagi  ! O, betapa
irihati   Laila   menggelantungi   hatinya   ketika   melihat   mesranya   Joana   dan
pacarnya.
" Laila, kamu nanti dating ya , dipesta perkawinan kami ", kata Joana.www.ac-zzz.tk
" jadi juga dengan Solomon nih ? "
"  Ya  ",  kata  Solomon,   "  Cinta kalau  sudah ngebet   ,  harus   segera masuk
perkawinan ".
" Dari pada kececeran dijalanan ", kata Joana. Rupanya Solomon mau pergi,
ia melihat jam setiap saat.
" Saya pergi , joan ", kata Solomon menepuk kepala Joana.
" Wah, saya mengganggu nih ", kata Laila.
" Memang dia sudah berencana mau pergi ", kata Joana.
Salomon   Tamomoan   pun   akhirnya  menaiki   sadel   dan   berseru   dari   atas
motornya : " Joan, ntar malem ya, jam 10 "
" Yuuuuuuuup ", sahut Joana melambai.
Laila benar   –  benar  diterkam  rasa  iri  hati   :  betapa mesranya Joana dan
Solomon . Mereka sudah akan kawin.
Joana  memperhatikan   wajah   Laila   yang  murung.   Laila  mau   dihiburnya
dengan bertanya : " Kamu kapan dengan Daud Waitulo ? "
" Belum tahu " sahut Laila.
" Bahaya lho pacaran lama – lama bisa nggak jadi ", kata Joana, " Tapi aneh
nya aku dan Sal bisa begini tahan lama. Kau tahu nggak, aku yang mendesak
kawin ".
" Sal sendiri ? " Tanya Laila.
" Dia si maunya siip dulu, baru kawin. Katanya tidak mau tergantung orang
tuanya.   Tapi   ternyata   dia   belon   juga   cari   kerjaan   .   Kudesak   saja   :   biar
sementara ditanggung orang tua. Nanti kalau sudah punya anak kan ada rejeki
kata orang – orang betawi ".
Joana   paling   pandai   ngomong.   Buat   Laila   inipun   jadilah.   Kalau   sudah
ngomong Joana biasanya ceplosan terus ngomong tak ada habis – habisnya.
"  yang ngebet  itu saya  ",  kata Joana  "  Habis  sudah bosen cium  –  ciuman
melulu. Paling banter pegang. Keluar. Pegang. Keluar. Kamu tau nggak, itu bisa
membuat kita jadi histeris . Maka daripada ngebet nggak karuan, ya lebih baik
kawin saja "
Laila sebenarnya kerang mengerti dengan istilah – istilah ceritanya Joana.
Tetapi ia menganggap Joana lebih berbahagia daripada nya.
"   Kamu   enak   ",   kata   Laila.   "  Orang   tua   tidak  merasa   keberatan   kalian
pacaran. Saya ? Uh. Dihalangi, Joan ! "
" Barang kali anyak sekarang ini orang tua mata duitan. Babe gue saja kalau
si Sal bukan orang kaya – anak orang kaya maksud gue – uhhhhh, kira – kira sih
pantatnya sudah ditendang keluar rumah ".
Joana ambil nafas sejenak, tapi meneruskan lagi :
" Orang tua gue kan bisa direken melarat disbanding orang tua kamu , Lail !
Orang – orang yang melarat kadang – kadang lebih mata duitan daripada orang
yang beduit ".
" Tapi babe gue sih lain ", kata Laila , " Mereka nenolak Daud dari soal dan
alas an yang tidak jelas. Pokoknya gue nggak boleh sama Daud ".
" Ude deh, kawin tamasya aja ", kata Joana seenaknya.
" Kawin tamasya gimana ?"
" Kamu muat di iklan, kawin tamasya . Lu – orang pada pegi deh ke kantor
catatan sipil. Beres. Akhirnya orang tuamu tokh mau akuin kalian sebagai suami
istri" , kata Joana.
" Aku nggak berani ", kata Laila, " Aku terlalu saying pada Mamaku ".
"  Kalau nggak berani  ya  resikonya  tanggung sendiri.  Menderita bathinlah!
kayak gua . Lu tau nggak, begitu lama gua pacaran sama si Sal . Jangan kira
gue udah bolong, Lail ? gua masih suci, karena Sal diajarin mral keperawanan
oleh kakaknya.  Kakaknya kan Pendeta  ?  Yaaaah,  kadang  –  kadang gua sebel
juaga  maen   –  maen   diluar   doing.   Tapi   syukurnya   gue   punya   kebanggan   :
Ditempat   tidur  penganten nanti  gue masi  perawan utuh.   Sal  masih Perjaka
tingting ".
Pendeknya pagi itu Joana cukup berbangga akan dirinya sendiri. Laila Cuma
menikmatinya dengan jakun turun naik : ngile .

Episode 6
Bila Laila pulang kerumah, ia mengharapkan pikiran tenteram. Tetapi rasa
risaunya muncul kembali bila Laila terlentang diatas ranjang. Dia iangat pada
mas Daud, mengapa ia berhenti bekerja ?
Seperti   tiap malam  sebelumnya,  malam  itupun Laila  tidur   sedikit.  Cuma
pagi – pagi sekali Sarita menbangunkannya :
" Mas Daud datang ", kata Sarita.
" Papa sudah pergi ? " Tanya Laila cemas.
" Sudah "
" Mama ? "
" Lagi kepasar sama bibik "
" Oh, syukurlah ", kata Laila.
Laila keluar  kamar   setelah merapikan  sisirannya  .  Begitu  rindunya untuk
bertemu dengan Daud, sampai – sampai ia lang sung saja menemuinya.
" Kau kerumahku ? " Tanya Daud.
" Ya "
" Aku sudah ganti pekerjaan " kata Daud. " Sekarang kalau kau punya waktu,
mumpung Ibumu dan Papamu tidak ada, kita kerumahku.
Laila tertegun. Ia bertanya : " Sudah dikasih minum ? " Ah, nggak usah repot
– repot ", kata Daud , " Atau saya pergi duluan ? "
" Ya begitu saja ", kata Laila.
Daud buru – buru pergi dari rumah itu. Ada satu perubahan dilihat Laila :
Daud memakai skuter baru.
Ketika mandi Laila merasa bahagia sekali, karna ia selama ini ia mendo'akan
agar  masa depan Daud cemerlang.  Coba,   seperti  kemarin,  mendengar  Daud
berhenti,  begitu besar kekecewaan Laila,  karena dikiranya keberhentian mas
Daud di pengaruhi oleh kekacaubalauannya urusan – urusan pribadi mereka.
Pagi itu Laila berusaha berdandan secantik mungkin. Bukan itu saja, ia ingin
memperlihatkan dirinya  lebih feminim  –  lebih wanita  –  satu  – satunya selera
yang agung pada diri Daud.
Daud senang bila wanita itu pandai berdandan, pandai memberihkan rumah,
pandai  memasak dan keibuan  .  Karena  itu,  Laila berdandan serapi  mungkin, www.ac-zzz.tk
secantik mungkin,   tetapi   tidak memberi  kesan dipoles  dengan alat  make up
yang berlebihan.
Benar, ketika ia muncul didepan rumah Daud, Daud berkata : " Bebera hari
nggak ketemu kau kelihatan cantik ".
" Thanks " kata Laila singkat.
" Singkatnya, aku berhenti dikantor dulu ", kata Daud ," Tetapi aku dapat
pekerjaan baru setelah melalui test interview, dan ditempatkan ditempat yang
baik. Besok mulai bekerja. Kondisi gaji bagus. Aku akan bekerja keras di kantor
baru  ini, demi karirku, demi masa depanku. Yang  ingin kucapai adalah kelak
menjadi direktur muda dikantor baru  ini. Aku percaya aku bisa. Aku percaya
aku bisa hanya dengan do'a mu yang tulus. Demi masa depan kita ".
" Mas Daud masih memikirkan masa depan kita ?" Tanya Laila .
Dud Waitulo tercengang oleh pertanyaan  itu. Tampak bola matanya tidak
memperlihatkan sinar apa – apa lagi, dan bertanya : " Apa kau akan dikawinkan
dengan orang lain ? "
Laila diam beberapa detik, tetapi beberapa itu menegangkang.
Ketegangan   itu  meledak   juga   akhirnya   ketika   Laila   berkata   :   "  Memang
begitulah kira – kira. Laila baru jelas apa motif Papa dan Mama menolak mas
Daud.  Bukan karna warisan  ,   juga bukan karna harta.  Tapi   sumpah diwaktu
muda antara Papa dan Mama dengan teman akrabnya : " Bahwa nanti mereka
akan saling ambil mantu ".
Daud  terperangah.  Ledakan  itu  tiba  –   tiba seakan membunuh  jiwanya.   Ia
seperti   terpana   untuk   beberapa   saat,   duduk   dengan   bertopang   dagu,   dan
melirik Laila dua kali dengan tarikan nafas kedalam.
" Padahal saya akan melamarmu dalam minggu ini juga ", kata Daud.
" Kenapa ? "
" Entahlah. Dorongan bathin saya begitu ", kata Daud.
Laila diam  ,  Daud diam  .  Tetapi   ia melirik dua kali   lagi  pada Laila,  dan
disambut Laila dengan pandangan. Sebelum Daud menduga yang bukan – bukan,
berkatalah   Laila   :   "   Saya   akan  minggat,   benar   anak   –   anak   sekarang   bila
menganggap orang tua sekarang egois ! Tidak egoiskah bila Papa dan Mama ku
mau mengawiniku dengan anak teman sekolahnya dulu karena sumpah diwaktu
muda ? Hanya mau sama – sama mendapatkan kesenangan ? "
" Kau kenal pemuda itu ? "
" Ada dua kali dating, Tetapi saya tak ambil perhatian. Kedatangan Om dan
Tante  itu  kerumahpun  kelihatannya biasa   –  biasa   saja.  Atau mereka  pintar
bersandiwara ", kata Laila.
Daud lebih terhempas. Dia bertanya : " Bila dipaksakan juga, kau bersedia ?"
" Saya minggat ",kata Laila.
Laila tiba – tiba saja menangis. Daud membujuknya : " Mungkin bukan jodoh
kita", dan dielus nya rambut Laila dengan penuh saying dan kelembutan. Terasa
nafas  ciuman hidung Dud pada ubun  –  ubun Laila,   terasa amt  mesra sekali.
Terasa lebih perih suara Daud yang lembut : " Katakanlah kita tak jadi kawin.
Menjadi suami isteri. Katakanlah begitu . Tapi cintaku padamu tak berkurang.
Kita harus tetap saling mencintai ".
Laila   tak   tahan   untuk   minta   didekap.   Ketika   Daud   belum   juga
mendekapinya, Laila mendekapinya sambil berkata :  " Mereka tak tau rumah
ini. Aku tinggal dirumah ini saja, mas Daud ".
" Tetapi bila mereka melapor polisi, soal ini bisa jadi perkara besar ", kata
Daud.
" Oh, ya. Kau pun akan diseret ke pengadilan ", ujar Laila , " sedang kau
akan baru mulai dengan karier baru ".
" Aku masih penasaran " , kata Daud, " Beranikah kau memikul resiko, jika
aku potong ditengah  jalan.  Sebelum rencana mereka klop,  aku melamar mu
saja ? "
Laila bangga dengan putusan ini . Katanya " Dulu aku bimbang, kini hatiku
padat. Aku akan hadapi kemarahan Papa sampai yang paling decil ".
Laila melirik , menghapus air mata, bertanya, " Kapan mas Daud akan dating
? "
" Saya akan dating mendadak ", kata Daud.
"  Saya berani  memberi  tahu dulu pada Mama supaya jangan mengejutkan
betul ba gi mereka ", kata Laila.
" Itu juga baik" , kata Daud.
Kali   ini   Laila   merasa   mendapatkan   dorongan   bathin.   Dipeluknya   Daud
dengan hangat   ,  dan dia berkata  :   "  Papa dan Mama harus  menanggungkan
kesalahan mereka. Aku tidak berdendam  . Tetapi  selama  ini  mereka tampak
berdiam diri kalau ku beri tahu bahan – bahan baju dan benang berwarna, alat –
alat menjahit segala itu kau yang belikan. Kalau mereka betul – betul punya
rencana , mereka harus menolak sejak pertama kau membelikan apa – apa buat
ku ".
" Itu tak usah kau bangkit lagi ", kata Daud, " hampir tiga tahun pacaran bagi
kita   adalah   latihan   jiwa.  Kalau   kita   bisa   berangsur   –   angsur  mengalah   kan
rintangan, perkawinan kita kelak akan kuat ".
Laila  menatap   kemata   Daud.   Tatapan  mata   gadis   yang  memang   sudah
membutuhkan pria sebagai suaminya. Daud mendekatinya, mengadu hidungnya
dengan hidung Laila. Mereka tampak sangat terangsang. Mereka berpagut dan
berciuman.   Bibir   Daud   perlahan   –   lahan   menyentuh   bibir   Laila.   Sekecup
sekecup sekecup. Tetapi kemudian kecupan itu menempel satu sama lain, dan
mata Laila tertutup terbuka merasakan nikmatnya ciuman pria tercinta itu.

Episode 7
Dia   tidak  merasa   bahwa   telapak   tangan  Daud   sudah   bergeser   perlahan,
bembuat Laila merasa pori – pori didadanya mengembang.
" Mas Daud " , bisik Laila.
" Kalau mereka menolak gimana ?" Tanya Laila, dan memanglah kadangkala
jenis wanita adalah  jenis mahluk yang  lebih nekatdari  pria.  Tapi  Laila  tidak
mau  mengucapkan   apa   yang   dimaksudkannya   denga   nekaditu.   Sebenarnya
memang wajar  Laila  tidak mau menyebutkannya.  Betapapun  tulus  cintanya,
suci hatinya, jujur danterbuka seluruhnya, namun soal, yang itu, ia tidak wajib
mengatakanya . Itu memalukan.
" Aku juga nekad bisa ", kata Daud, memeluk Laila seerat – eratnya, " Tetapi
selagi  masih bisa secara wajar, wajarlah. Bisa saja kita sama – sama pasrah. www.ac-zzz.tk
Akhirnya   kau   kuhamili.   Kita   bikin   orang   tuamu  menyerah   pada   kenyataan
itu……".
Sama.
Ya. Sebetulnya itu yang dimaksudkan Laila dengan sebagai "nekad".
Memang sama begitulah yang Laila fikirkan. Cuma jika ada bedanya, Daud
adalah jenis kelamin pria yang suka bertele – tele, berbeda dengan Laila yang
dibatasi  oleh naluri   –  naluri  wanitanya untuk menyampaikan  sikap kalbunya.
Dalam soal nekadnya, Laila lebih nekad mungkin di banding Daud. Sekarang pun
ia rela menyerahkan keperawanannya jika Daud betul – betul bersumpah untuk
ambil resiko. Begitulah . Cuma ini tidak diucapkan Laila kepada Daud.Dia Cuma
membiarkan Daud meraba  tepi   –   tepinya,  dan  ia biarpun  ingin dan ngebet,
tidak   mau   membiarkan   Daud   lebih   jauh   dari   itu.   Tetapi   Laila   selalu
membiarkan karena senang apabila Daud perlahan – lahan menanggalkan kaitan
bh-nya. Entah bagaimana, kadang – kadang sisa – sisa cukuran kumis Daud yang
masih numbuh dikit  –  dikit  itu,  menimbulkan suasana kecupan  –  kecupannya
lebih membangkitkan birahi, biarpun kadang – kadang Daud menggigit – gigit
kecit.
Hari itu Laila seakan – akan sudah ingin terus terang : Sekarang saja ! Ini
karena  ia tersentuh oleh peningkatan kenikmatan yang membikin  ia merintih
untuk  menyampaikan   rintihan   penyerahannya.   Tetapi  Daud  merupakan   Pria
yang cukup mampu menahan diri dan tetap tidak menodai Laila. Dia benar –
benar   ingin  membuat   Laila   tetap   perawan   dimalam  pengantin   nanti,   bila
lamaran disetujui tentu.
Ibu Laila jadi kaget mendengar hal yang disampaikan Laila.
"  Edan  sekali   !  Apa kau  tidak punya perasaan  sudah kami  bawa Richard
kesini ? kamu kira Papa da Mama Cuma orang tua – orang tua yang tidak serius ?
"
" Saya tidak mengatakan Papa dan Mama main – main " , bantah Laila, " Tapi
mas Daud akan kesini hari rabu untuk melamar. Cuma itu yang saya bilang ".
" Kapan kau ketemu dia ? " Tanya Ibunya agak bersuara kasar.
" Saya kerumahnya ", kata Laila.
" Kami akan malu dengan keluarga Richard ", kata sang Ibu.
" Saya tidak tertarik dengan Richard ", kata Laila.
' Anak sekarang pilihan nya memang yang blo'on , sama sekali tidak punya
selera elite.  Yang kamu  sukai   tidak  lain macam Daud,  macam Daud macam
Daud itu lain tidak ! baiklah. Suruh ia dating kesini hari rabu tanggal 6 , dan
bilang kepadanya kami pasti menolak lamarannya ".
Tanpa diketahui oleh Ibunya Laila, sebenarnya telah ada diberanda saat itu
seorang tamu yang sudah dipersilahkan duduk oleh Sarita. Tamu itu tidak lain
adalah Richard.
Ibu Laila tiba – tiba merubah sikap marahnya menjadi berbaik – baik pada
tamunya: " Eh, Richard ada apa dick ? "
"  Undangan makan malam dari  papa dan mama  ",  kata Richard memberi
sepotong   kartu   nama   ayahnya   yang   dibungkus   amplop   kecil   dengan   sedikit
pesan didalamnya.
" Tante musti bawa Laila , Dong ?" kata sang Ibu.
" Itu terserah Laila ", kata Richard.
Dari sudutu ruang makan Laila berkata perlahan, sopan, tapi kedengaran : "
Laila sorry ya Dick, nggak bisa pergi ".
Tetapi setelah dibentak – bentak oleh Ayahnya. Laila akhirnya berpakaian
juga untuk pergi memenuhi undangan makan malam oleh ayah dan ibu Richard.
Dalam mobil Laila bungkam seribubasa .
Tetapi  dia bersikap  ramah  sewaktu berdapan dengan orang  tua Richard.
Richard pun   kelihatan   agak   gallant.  Memang  dia   gantang  dan   begitu   sopan
ketika berkata :
" Sementara yang tua kongkouw, kita kekebu ".
Laila gemeter dan ragu memenuhi ajakan itu . Tapi ia tampak sedikit aman
oleh sikap – sikap Richard.
" Maaf tadi kami lagi perang hebat ", kata Laila .
" Saya tau ", kata Richard.
" Katanya kamu mau melanjutkan study ke Amerika ? " , Tanya Laila.
" Maksudnya memang begitu ", kata Richard.
Laila kini siap untuk bertekat pasif. Dia duduk saja dikursi itu dengan sikap
tenang dan sopan, dan menanti Richard ngajak ngomong. Padahal ada soal yang
ingin dikemukakannya secara terus terang sekarang ini kepada Richard.
" Kau sudah punya pacar ? " Tanya Richard.
Laila   kaget   bagai  mendengar   bom.   Richard  mendorongnya   lagi   dengan
tandatanya : " sudah kan ? "
" Sudah "
" Boleh tau nama pacarmu ? "
" Boleh ", kata Laila.
" Siapa ? ", Tanya Richard, dengan suara tetap sopan.
" Daud ", kata Laila , " Daud Waitulo ".
" Bagus ", kata Richard, " Kamu jujur. Cewek – cewek sekarang ini lebihnya
dari  cewek  –  cewek zaman orang  tua kita adalah mengatakan  sesuatu yang
jujur ".
" Ya, buat apa menipu diri sendiri ", tambah Laila.
"  Memang  mereka   yang  menipu   diri   sendiri   adalah  mereka   yang   tidak
berbahagia sampai kapanpun ", kata Richard.
Laila jadi tertarik. Dia ingin tahu apa maksud undangan makan malam ini. Ia
bertanya : " Kira – kira apa arah undangan makan malam ini ? "
" Mereka akan memantapkan pembicaraan mengenai perkawinan antara kau
dan saya ", kata Richard.
" Kau sendiri bagaimana ? ", Tanya Laila tak bisa menahan diri lagi.
Richard tertawa. Dia berkata sambil ketawa manis : " Kadang – kadang lucu
melihat orang – orang tua memikirkan sesuatu mengenai kita anak – anaknya .
Mereka mau menganggap kita ini seperti bola golf. Dipukul dengan stick jauh –
jauh. Mereka jalan santai mendekati tempat kita jatuh. Setelah dekat, mereka
memainkan kita dengan pukulan  lambat  untuk memasuki   lobang yang kecil.
Kadang   –   kadang  orang  hidup  suka  mengabil   sikap dengan  benda   apa   yang
paling   dekat   dia.   Dia   memelihara   anjjing,   sikapnya   kayak   anjing.   Dia www.ac-zzz.tk
memelihara tujuh babu dirumahnya, sikapnya ya jadi kayak 7 babu itu. Repot
nggak karuan ".

Episode 8
Untuk   yang   pertama   Laila  menemukan   tokoh   Richard   yang   sejati   dan
menarik. Laila ketewa mendengar perbandingan lucu yang di ucapkan Richard.
" Pernah kau dengar bukan ? orsng – orang tua kita dullu satu kelas di Mulo.
Lantas sama  – sama satu kelas di  AMS Solo.  Mereka pacaran, mereka kawin.
Kawinnya pun setelah sama –sama lulus AMS. Lalu ibumu dan ibu saya sama –
sama hamil. Menghamili kamu dan menghamili saya. Ketika bayi lahir, bedanya
saya sedikit tua beberapa hari dari kau. Lalu mereka jumpa. Omong – omong
dan angkat sumpah : Kalau kita sama – sama panjang umur, anak kita akan kita
jodohkan : Dick dan Laila. Oh, nostalgia ! Semua orang tua sekarang ini otaknya
berisi nostalgia !.
Laila gembira. Lalu dia pancing dengan Tanya : " Kamu setuju kita menjadi
alat – alat impian , alat alat nostalgia mereka ? "
Richard  tertawa,  ketawanya enak.  Laila senang dengan ketawa enak  itu,
tapi itu membuatnya tegang beberapa detik. Kata Richard : " Saya ini  punya
pacar, gadis America. Dulu orang tuanya dan dia tinggal di Jakarta sebagai Duta
Besar. Dia mendesak saya ke America, sambil  nerusin pelajaran, juga ngajak
kawin. Na ini orang – orang tua kuta nggak ngerti : Kamu sudah punya Daud.
Sayapun sudah punya Elizabeth ".
" Apa yang bisa kita buat sekarang ? " pancing Laila.
" Kamu tinggal diam saja ", kata Richard, " Pada waktu saya diajak mama
dan papa ke rumah kamu, melihat sikap kamu yang dingin kepada saya, saya
pun  juga  sudah maklum kalau kamu  sudah punya kekasih.   Itu bukan berarti
kamu benci saya, tentu tidak. Tetapi lain toh, cewek yang sudah punya pacar
tetap atau yang belum ?  ", Richard ketawa enak  lagi,  disambut dengan enak
pula ketawanya Laila.  Laila gembira karna  inilah  salah  satu cara  lain untuk
mengatakan   pada   generasi   tua,   bahwa   generasi  muda   bisa  mengurus   diri
sendiri.
" Saya akan bilang ini malam juga ", kata Richard.
Lalu pelayan muncul : " Tuan Dick, silahkan ke dalam ".
Pelayan  itu pergi   ,  Richard berkata  :   "   Itu babu No.  4 bagian panggil   –
panggil  untuk  makan.  O,  nostalgia  mau meniru   zaman Belanda   yang  mama
mereka itu minder kepada Belanda semasa mereka masih di Mulo dan AMS ! ".
Lalu muncul lagi pelayan, membersihkan minuman dimeja kebun itu. Begitu
pelayan pergi Richard memberi komentar: " Ini pelayan No. 5, kerjanya angkut
–angkut gelas begitu ada pemberitahuan dari pelayan No. 4 tadi. Siklus rumah
kami   ibarat mesin. Tujuh pelayan secara rutin mendengar bell  – bell  dengan
suara tertentu, dan mereka menjadi mesin komputer keluarga kami yang, yang,
yang bahagia ".
Lalu   Richard  mengajak   Laila   :   "  Mari   ikut   rame   –   rame   dengan   impian
mereka. Malam ini setelah kamu pulang, saya akan jadi pemberontak. Seolah –
olah saya meledakkan bom yang akan bikin papah dan mamah saya semaput ".
Benar.
Itu terjadi.
Richard   berangkat   ke   America   hanya   seminggu   setelah   makan   malam
bersama   itu.  Papa  dan  Mama  Richard dating   ke  rumah   Laila,  dan  akhirnya
mereka bertangisan bersama – sama.
Impian mereka  lenyap setelah bertahun  –   tahun mereka pelihara  sebagai
ramuan sebuah nostalgia.
Tetapi   tiadak  urung,  Laila kaget   juga  ketika mas  Daud dating hari   rabu
tanggal  6.  Papa mau Mama menolak  lamaran Daud  .  Katanya  :   "  Laila akan
melanjutkan study lagi , dan kami kira dia baru akan akmi setujui untuk kawin
di umur 25 tahun ".
Buat Daud sakit sekali.
Tetapi  tidak diceritakan disini  mengapa akhirnya Daud dan Laila akhirnya
kawin tanpa restu Papa dan Mama Laila. Itu tidak akan diceritakan sekarang ,
karna nanti Laila akan bercerita sendiri.
Sekarang biarpun sangat singkat, akan diceritakan juga betapa merintihnya
Laila   ketika   ia   menyerahkan   mahkota   kesuciannya   kepada   Daud,   sebagai
suaminya yang syah.
Sakit . Tapi nikmat.
Dan terpaksa diceritakan dengan singkat…………………

Episode 9
PERKAWINAN Laila dan Daud Waitulo hampir   saja mengalami  goncangan.
Baik Laila maupun Daud tidak pernah menginginkan hal ini. Dan kedua suami
istri ini, sedikitpun tidak menduga, bahwa kegoncangan itu akan dating diam –
diam . Karena mereka telah k awin tiga tahun lamanya. Dan tiap tahun selalu
mereka   rayakan  dengan  bersepi   –   sepi   ,  berdua   saja,  dalam  samar   cahaya
lampu  lilin besar yang sengaja mereka beli   sehari  sebelum hari  ulang  tahun
perkawinan itu.
Anehnya  , hari  perkawinan ulang tahun mereka tidak pernah dating pada
hari  minggu.   Padahal,   Daud   sangat   ingin   suatu   hari   akan   jatuh   pada   hari
minggu, sehingga ia pernah berkata : " Kalau jatuh dihari minggu, aku kepingin
sejak pagi menemani kau memasak didapur. Bahkan ikut memilih tablak meja
tempat kita menaruh makanan pada hari itu ".
" Coba kita lihat kalender tahun depan ", kata Laila.
Daud   Waitulo   buru   –   buru   mengambil   buku   harian   kantornya   yang
mempunyai  kalender   tahun berikutnya.  Daud berseru dari  kamar   :   "  Laila  !
Seperti menang lotere , tahun depan jatuh hari minggu !  " kata Daud seraya
memperlihatkan kalender di buku harian kantornya.
Laila menepuk punggung Daud dengan senangnya : " Kau seperti orang yang
dicintai Tuhan . Segala yang kau minta selalu dikabulkan ".
Ketika  itu  ,  Daud berkata dalam hatinya  :  Hanya satu  lagi  permintaanku
yang belum dikabulkan Tuhan. Yaitu seorang anak dari kandungan Laila.
Namun kata – kata hatinya itu tidak diucapkannya kepada Laila. Baik ketika
enam bulan mereka membangun rumah tangga.  Maupun setahun,  dua tahun,
dan   kini   telah   tiga   tahun   sebagai   suami   isteri.   Daud   takut,   Laila   bisa
tersinggung jika keinginannya ini melukai hati isterinya.
Dan, pada hari ulang tahun yang ke tiga  itupun berlalu dengan senyuman
bahagia. Mereka sama – sama meniup tiga batang lilin besar. Dan minum the.
Kemudian menikmati makan malambersama.
Ketika makan malam,  keduanya masih melontarkan kenangan  –  kenangan
indah   semasa   pacaran,   dan   hari   –   hari   indah   dipermulaan  mereka   hidup
bersama dibawah satu atap, dirumah  ini. Laila masih  ingat, dimalam ke dua
mereka pergi nonton bersama di bioskop Megaria. Dan pulangnya membeli sate
madura,  dan makan berdua diteras  samping.  Malam  itu meeka berdua  tidur
agak lambat, dan karena banyak nyamuk, Daud sempat menyemprot nyamuk –
nyamuk itu .
" Ingatkah apa yang kau katakan sehabis menyemprot nyamuk itu, mas Daud
? " Tanya Laila. Daud rupanya masih ingat. Terbukti ia mengucapkan kata – kata
itu persis  sekali.  Kata Daud  :   "  Kukatakan padamu  :  Jangan biarkan mereka
mengintip kita berpeluk dalam kelambu ".
Laila tertawwa. Dan malam itu mereka mencari lagi lelucon – leluconindah
di   tahun   –   tahun   yang   silam  sampai   akhirnya  mereka   sama  mengantuk   .
Menjelang tidur, Daud berkata : " Semoga tahun depan aku bisa menggendong
bayi ".
Laila terkejut mendengar kata  – kata  itu  .  Ia yang sudah mengantuk  jadi
terjaga kembali.  Untuk pertama  kali   ia mendengar  Daud  ingin punya anak.
Selama ini Laila takut apabila Daud suatu saat akan mengatakan hal itu sebagai
suatu ketagihan. Sebab tidak sedikit sejarah wanita sebagai   isteri  senantiasa
menjadi  biang keladi  apabila  tidak bisa hamil.  Hanya wanita yang dianggap
mandul. Ini lah yang ditakutkan Laila selama tiga tahun tidak hamil – hamil jua.
Dan   yang   ditakutkannya   akhirnya   muncul   dimalam   yang   tadi   amat
menyenangkan itu .
Daud menyadari ia tidak sengaja mengucapkan kata – kata itu. Ia benar –
benar   terlanjur  mengatakannya.   Ia   buru   –   buru   berkata   :   "   Maafkan   aku
terlanjur berkata demikian ".
" Kau tak salah ", kata Laila , " Karena tiap suami ingin mendapat identitas
sebagai seorang ayah ".
" Tapi aku seharusnya tidak mengucapkannya ", kata Daud.
" Ada baiknya itu kau ucapkan, mas. Apabila semua itu kau simpan – simpan
dibawah permukaan hatimu, suatu saat ia akan muncul juga ".
Daud tetap merasa bersalah. Ia tidak berkata apa – apa lagi. Tapi rupanya
Laila melanjutkan kata  –  katanya  lagi   :   "  Kau belum  terlambat  apabila kau
ucapkan  itu  sekarang.  Apabila kita  telah memasuki  perkawinan kita  sampai
lima belas tahun , aku keburu berusia 40 tahun , dan tidak ada harapan lagi
punya anak . Sekarang aku masih punya harapan untuk hamil ".
Daud merasa sedih pada diri sendiri . Rupanya kata – katanya tadi sangat
menyinggung perasaan Laila.   Ia tak bisa mencabut kata – kata  itu  lagi  Cuma
dengan maaf. Karna itu ia mengambil kebijaksanaan . Ia berkata : " Lupakan,
setidak   -   tidaknya   untuk  malam  ini   .   Tidur   lah   dengan   perasaan   bersih   ,
sebersih dimalam pertama pernikahan kita ".
Laila akhirnya menyadari bahwa ia terlalu emosi menerima kata – kata Daud
yang   terlanjur   itu.   Tetapi   ketika   ia  memejamkan  mata   hampir   satu   jam
lamanya, yang terasa bukanlah perasaan bersih dan tenteram , melainkan air
mata   yang  melelehi   pipinya.   Ia  menghela   nafas   dalam  –   dalam  .   Dan   ia
membangunkan Daud yang sudah tidur nyenyak. Suaminya kaget dibangunkan.
" Hei , kau belum tidur " , kata Daud.
" Ya…..'
Daud melihat air mata Laila meleleh. Dan dipeluknya Daud erat – erat.
"  Kenapa kau menangis   ?  kau  tidak mau memaafkan keterlanjuranku  ?   "
Tanya Daud .
" Aku telah memaafkannya tapi aku takut kau meninggalkanku karena aku
tidak bisa melanjutkan turunan " , kata Laila.
"  Kau   terlalu  main   perasaan   ",   kata  Daud,   Laila.   Percayalah,   aku   tidak
pernah berfikir seperti yang kau duga. Kita berdua sudah cukup bahagia. Sekali
lagi maafkanlah aku ".
Didekapnya   Laila   lagi.   Diciuminya   kening   dan   pipi   Laila   dengan  mesra.
Tetapi   betapapun   jua,   pada   malam   itu   adalah   awal   dari   kegoncangan
perkawinan mereka yang senantiasa rukun selama tiga tahun ini.
Daud yang pintar menjaga perasaan isterinya, tidak pernah bersikap seolah –
olah  ia pernah mengucapkan kata  –  kata yang menyinggung  isterinya  itu.   Ia
berbuat biasa saja. Bahkan sepulang dari kantor ia perlukan mampir di took kue
. Dan dengan bersemangat ia menyampaikan kue yang khusus di belinya untuk
isterinya itu : " Aku mimpi bagus semalam. Kuminta kau yang mencoba kue ini
dulu . Aku yang berikutnya ".
Dua hari   setelah   itu  Daud mempir  disebuah   took  pakaian  .   Ia   tak   ingin
membelikan pakaian untuk Laila. Ia tiba – tiba melihat sandal yang bagus. Ia
membelinya.   Laila   kaget   dibawakan   oleh   –   oleh   sandal   itu.   Ia   segera
mencobanya. Dan berjalan mondar – mandir dengan sikap seperti peragawati ,
tetapi itu dengan maksud menyenangkan hati Daud. Daud tergelak – gelak oleh
lelucon Laila itu.
" Aku tambah cantik ? "
" Kau membuatku bernafsu " , kata Daud.
Pada mulanya Daud bercanda . Tapi ucapan itu terseret ke tempat tidur.
Dan keduanya bergelut – gelut diatas tempat tidur seperti pengantin baru. Bila
kemudian   Daud   pergi   kekamar  mandi,   Laila  masih   saja  menggeletak   letih
dipermukaan   kasur   yang   sudah   kusut   itu,   yang   sepreinya   sudah   berjatuhan
sebagian kelantai.
Laila   heran   tak  mungkin   Daud   yang  mandul.   Ia   selalu  memperlihatkan
gairah,  dan mampu melaksanakan  tugasnya  selaku suami  yang normal.  Pada
mulanya hal ini tersimpan dikepala Laila saja. Tak pernah ia dengan sengaja
ngobrol  dengan  teman dekatnya mengenai  urusan sex suaminya dan dirinya.
Tapi  muncul   saja   teman   lamanya   yang  mau  menawarkan   rumah   yang   akan
dijual.
" Mungkin suamimu perlu diperiksakan ke dokter apakah ia normal , Laila ? "
Tanya teman lamanya itu.

Episode 10
Laila  membantah.   Temannya  mengutik   –   ngutik   sampai  mendetail,   dan
sambil ketawa –ketawa malu Laila terpaksa menceritakannya. Lalu kemudian ia
menyimpilkan sendiri ," Mungkin sayalah yang mandul ".
" Baiknya kau periksa ke dokter ", kata temannya.
Mulanya   Laila   takut   untuk  menyampaikan   anjuran   ini   kepada   suaminya.
Tetapi   kesempatan   itu   ditemukannya.   Ini   ketika  mereka   bercanda   sehabis
nonton   film.   Laila  berkata  :   "  Mengapa   aku  harus   takut   kepada penyakit   ?
seperti pasien dalam film tadi, betapa lucunya ketika ia diperiksa dokter" , dan
Laila sengaja tertawa terkikik – kikik ,  lantas berkata :  " Aku pun tida perlu
malu untuk memeriksakan diri ke dokter apakahaku ini mandul atau bagaimana
".
Daud   yang   mulanya   tertawa   jadi   terdiam.   Ditatapnya   Laila.   Laila
menatapnya dengan sedikit sisa senyum.
Daud   tahu   kini   ,   kata   –   kata   tak   sengajanya  malam  dulu   itu   rupanya
membebani hati Laila. Ia melangkah mendekati Laila. Didekapnya erat – erat
isterinya itu. Ia berkata seakan –akan berbisik : " Rupanya soal kau harus hamil
itu  menjadikan   kau   dicengkram  cemas.   Sungguh   aku   benar   –   benar   tidak
memikirkannya lagi. Aku cukup berbahagia dengan keadaan kita sekarang ".
Laila hanya berdiam diri. Menjelang tidur dikatakannya lagi pada Daud : "
Besok   sore   sepulangnya   kau   dari   kantor,   mas,   antarkan   aku   ke   dokter
kandungan ".
" Laila !" seru Daud kaget lagi.
" Ya, kini aku yang ingin menjadi ibu ", kata Laila.
Dan begitu Daud  kembali  dari  kantor,  Laila  mengingatkannya   lagi  untuk
mengantarkan   dia   ke   dokter   kandungan.   Pemeriksaan   itu   begitu   teliti   ,
sehingga   Daud   Waitulo   kini   yang   gelisah.   Ia   tak   percaya   ketika   dokter
kandungan berkata : " Istreri anda tidak mandul sama sekali. Mendengar cerita
isteri   anda,   bahwa   ibunya   pun   terlambat   punya   anak,   dan   anak   nya   amat
jarang, dan pemeriksaan saya sementara membuktikan, bahwa kalian berdua
bisa bersabar ".
"  Tetapi  saya sama sekali  tidakmemaksa dirinya agar mengandung  ", kata
Daud yang kuatir   ia dilibatkan Laila  sebagai   suami  yang menuntutkehamilan
Laila. Pada mulanya Daud enggan untuk diperiksa, karna sekali lagi ia berkata,
ia   tidak   terlalu memaksa  agar  Laila mengandung,   Ia  cukup bahagia dengan
perkawinan   yang   telah   berlangsung   bahagia.   Tapi   Daud   menyerah   atas
permintaan isterinya. Ia pun ikut diperiksa.
Dan ternyata Daud pun tidak punya kelainan untuk disebut mandul. Namun
Laila cukup puas  . Daud mendengar sendiri  dari  dokter bahwa Laila tidaklah
mandul.   Beban   pikiran   yang   senja   itu   telah   dilempar   jauh,  membuat   Laila
berbahagia sekali di malam itu dalam pelukan suaminya.
Tetapi menjelang tahun ke empat perkawinan nya, bayi yang kini diharap –
harap   Laila   tidak   juga  memperlihatkan   tanda   –   tanda   dikandungnya   .  Hari
minggu menghadapi ulang tahun perkawinan tinggal dua minggu saja lagi.
Daud benar tidak pernah menggubris soal Laila mengandung lagi. Ia malahan
memperingatkan : " Ingat. Tinggal dua minggu lagi ulang tahun perkawinan kita
yang ke empat ".
" Kau akan menemani aku memasak ", kata Laila.
" Bagus kau masih ingat ".
" Dan kau akan memilih warna tablak meja ", kata Laila.
"  Kini  aku  tambahkan  ",  kata Daud Waitulo pula,   "  Pada waktu makanan
diangkat dari dapur, sebaiknya aku bertindak jadi pelayan ".
" Perlu pakai pici seperti pelaya hotel ", kata Laila tertawa,
" Ya, kalau perlu memakai serbet disandang ", kata Daud, " Bukankah itu cap
pelayan hotel ".
" Kau tahu ", kata Laila dengan sikap bersungguh – sungguh .
"   Kini   aku   ingin   berterus   terang   menghadapi   ulang   tahun   keempat
perkawinan kita ".
Laila duduk santai dikursi, tapi wajahnya sungguh – sungguh. Daudpun jadi
sungguh – sungguh . Ia menatap Laila, menanti apa yang mau dikatakan Laila.
"  Aku   sebetulnya   takut  mengatakannya,  biarpun  dokter  bilang   aku  tidak
mandul,  kukira seorang  suami   terlalu  lama sampai  empat   tahun menantikan
bayi . Bagaimana kalau kau kawin saja lagi, mas Daud ! "
Laila  mula   –  mula   tadi   bersungguh   –   sungguh   ,   tetapi   kalimat   terakhir
diucapkannya  sambil   tersenyum.  Namun Daud  tidak  tersenyum,   Ia diam  .   ia
diam . Ia diam.
" Marah ? " Tanya Laila mendekati suaminya.
" Tampaknya aku terlalu berdosa mengucapkan kata – kata itu setahun yang
lalu, tepat pada hari bahagia kita ", " Tetapi leluconmu itu bukanlah lelucon
yang lucu. Hanya untuk bisa punya anak aku mesti kawin lagi ? Hah,hah,hah…."
Daud tertawa sinis. Laila membujuknya dengan dekapan. Laila membujuk –
bujuk hingga malam, dan segala tingkahnya dibikin manja dan menyenangkan,
sehingga   berhari   –   hari   dan   bermalam  –  malam  setelah   itu   Laila  menebus
lelucon tak  lucu itu dengan sentuhan – sentuhan mesra. Tiga hari menjelang
hari  minggu   yang   indah   itu   dating,  muncul   Lestina   adik  Daud.   Kedatangan
Lestina tidak diduga sama sekali, tetapi ia membawa surat dari ayah dan ibu
Daud.
" Kedatangan Lestina ke sini untuk menyambung ke sekolah sekertaris yang
Cuma ada di  Jakarta.  Kami,  Papa dan Mama  ,  mendo'akan kau dan  isterimu
Laila   senantiasa   berbahagia.   Peluk   cium  kami   kepada   Laila.   Katakan   pada
isterimu   itu   bahwa   foto  yang   kalian   kirim  sangat  manis,  Mama  mengagumi
kecantikan Laila ".
Laila   amat   senang   dengan   keramahan   Lestina   adik   iparnya.   Menjelang
memasuki sekolah, Lestina menjadi teman ngobrol Laila. Pada hari minggu itu
Lestina amat kaget karena tidak diberi tahu, bahwa hari itu adalah hari bahagia
tahun ke empat  perkawinan abangnya dengan Laila.  Lestina menggerutu  :   "
Kenapa Les  dibangunkan setelah masakan selesai.  Mustinya Les   ikut  Bantu  –
Bantu ".
" Kau kami anggap tamu ", kata Daud bercanda, " Tamu tinggal makan. Kau
lihat nanti abangmu berakting jadi pelayan restoran ".
Daud siang  itu benar  –  benar membuat  isterinya senang.   Ia betul   –  betul
mencari pici. Dan memakai pici . Lantas mengebatkan sarong dipinggang, dan
dengan gaya pelawak, diambilnya serbet dan ditarohnya dibahu. Laila tertawa
terkikik – kikik , tapi lebih dari itu Lestina adik Daud tertawa terkakah kakah .
"  Biasanya kami   rayakan pada malam hari   ",  kata Daud pada adiknya,   "
Tetapi karna jatuh hari minggu, kami rayakan kali ini siang hari ".
" Ini lilin sungguh – sunggun mau dipasang ? " Tanya Lestina.
" Ya ", sahut Laila.
Makanan   sudah   ditata   baik.   Semua   sudah   duduk.   Ketika   Laila   mau
mengambil korek api untuk menyalakan lilin, tiba – tiba Lestina berkata : " Biar
kali ini Les yang menyalakannya, tahun depan kak Laila bisa dapat anak ".

Episode 11
Daud   tersentak   .   Ia   melihat   ke   Lestina,   lalu   kepada   Laila.   Laila
menundukkan   kepala.   Lestina   tidak   tahu   kata   –   katanya   menimbulkan
ketegangan suami isteri itu. Ia tampa sengaja menambahkan : " Habis, Mama
dan Papa menunggu cucu keliwat lama bener , sih ".
Laila mencoba tertawa , tapi Daud tidak. Ia menunduk malu , karna kali ini
justru adiknya lah yang menyinggung perasaan isterinya.
Lestina  menyalakan   lilin.   Lestina  malah   Tanya   :   "   Apa   Tina   yang   perlu
membaca Do'a ? ".
Daud memotong, " Kita berdo'a dihati masing – masing ".
Laila rupanya tak  ingin suasana rusak, ia pun mengusul  : " Mas Daud saja
yang baca do'a ".
" Jangan lupa do'a minta anak ". Kata Lestina.
Laila masih berusaha menyembunyikan rasa sedihnya ketika itu. Daud geram
dihati.  Kegeraman  itu  rupanya berlarut   –   larut   sampai  malam.  Lestina yang
berada dikamar  depan,  agak  kaget   juga mendengar  ketukan pintu ditengah
malam.  Daud yang mengetuk pintu  itu.  Dia mengira Laila sudah  tertidur.   Ia
berusaha mendengarkan percakapan itu.
Terdengar Daud berkata agak keras : " Duduk disitu ! ".
" Ada apa bang Daud ? " , suara Lestina hampir menangis.
" Kau dating kesini bukan buat obral omong kosong. Sekali lagi kau sebut –
sebut perkara anak lebih baik abang carikan tempat indekos buatmu ".
Laila melompat dari tempat tidur mendengar kata –kata kasar yang selama
empat   tahun   ini   tidak  merupakan  watak   daud.   Ia   berseru   di   depan   pintu
kamarnya : " Mas Daud ! " Daud kaget mendengar isterinya berseru begitu. Ia
merubahnya menjadi lembut : " Sekarang Lestina boleh tidur ".
Lestina terisak – isak, Laila meraihnya dan membantunya berdiri. Gadis itu
dibimbing oleh Laila kekamar, dan Laila berkata pada iparnya itu : " Janganlah
terlalu dimasukkan kehati kata – kata mas Daud . Mungkin pikirannya sedang
diganggu urusan kantor ".
Lestina Cuma tambah tersedu terbujuk begitu.
Ketika Laila kembali ke kamar , ia mengulangi lagi uacapannya : " Kenapa
tiba – tiba mas Daud jadi kasar ? yang jadinya tidak enak kan saya, mas ".
Daud  menundukkan   kepala.   Iapun   kelihatan  menyesali   diri.   Laila   sambil
merebahkan diri diatas tempat tidur berkata : " Jangan karna saya lagi, saya
lagi, saya lagi, hubungan kau dan adik kandungmu putus. Kata – katamu tadi
melukai si Lestina ".
" Aku tahu ", kata Daud menelan nafasnya.
Besok   paginya,   Lestina   tampak   mempersiapkan   koffer.   Ketika   Laila
mengajak sarapan pagi , Lestina menyahut dari dalam kamarnya : " Saya tidak
sarapan pagi , ak Laila ".
" Nanti masuk angin ", kata Laila.
Daud menundukkan kepala . Ia sendiri pun tidak bernafsu untuk makan. Tiba
– tiba muncul  Lestina membawa koffer dan berkata pada abangnya :  " Bang,
saya akan indekost dirumah temen saya ".
Laila menoleh pada Daud , Daud menatap Laila.
Ia tiba – tiba dicengkram persaan menyesal yang luar biasa sehingga tidak
bisa mengucapkan kata – kata . Ia hanya mendengarkan Lestina yang berkata –
kata terisak –isak : " Lestina dating kesini bukan mau menggangu kebahagiaan
rumah   tangga   abang.   Sungguh   kemarin   itu  maksud   nya   Cuma  menjadikan
suasana segar.  Tapi  abang sudah membuat ultimatum mengusir Les,  ya,  apa
boleh buat, Les pergi pagi ini juga indekost di rumah teman ".
Daud tak menjawab sedikitpun . Ia bukan marah.
Tapi   ia   menekan   perasaannya.   Ketika   melihat   Lestina   pergi,   Laila
mengguncang bahu Daud : " Mas, kenapa dibiarkan adikmu pergi ? " .
Laila mengejar keluar, tapi terlambat. Lestina sudah berada dibecak. Laila
kembali keruang makan. Diadapatkannya Daud berlinang air mata. Laila sesak
nafas, dan mengeluh lagi  : " Kau terlalu menjaga persaan hati saya. Padahal
saya tidak apap – apa ".
" Itu baik ", kata Daud.
" Kenapa kau sampai hati marah begitu ? "
"  Baiklah itu kesalahan saya. Tetapi  karna kau  ikut campur membela dia,
membikin dia besar kepala sampai berani angkat kaki dari rumah ini ".
" Maafkan kalau saya yang bersalah ", kata Laila.
Pagi   yang  muram  itu   telah  menyeret   hari   –   hari   berikutnya   bertambah
muram.  Masing  –  masing merasa dirinya bersalah.  Akibatnya suami   isteri   itu
seolah  –  olah bermusuhan.  Tetapi   sebenarnya  tidak.  Masing  –masing mereka
menghemat   ucapan   –   ucapan,   karna   bisa   saja   setiap   ucapan  menimbulkan
perasaan   tersinggung   yang   baru.   Tetapi   ada   suatu   Laila   berhasil
memperlihatkan   kemesraan   seorang   isteri   yang   sungguh   -   sungguh   Sehingga
Daud bisa dirubahnya tidak diliputi kemurungan.
Saat itulah Laila berkata : " Adik baiknya kita membujuk adik mu Lestina
untuk kembali tinggal disini ".
Terharu hati  Daud,  memang semenjak sebelum kawin Daud mengimpikan
isteri yang mampu rukun bukan saja terhadap dirinya selaku suami, melainkan
juga kepada papa dan mama , adik – adik nya . Hal ini Cuma terdapat pada diri
Laila.
Dan  lemah  lembut  Laila membujuk Lestina di  pekarangan sekolah adalah
sumber   yang   dapat  melunakkan   hati   Lestina.   Dan   biarpun   baru   dua   hari
kemuadian setelah ia di bujuk, akhirnya Lestina kembali tinggal di rumah itu.
Tetapi, Diam – diam kembalinya Lestina di rumah ini membikin neraka baru
bagi suami isteri itu.

Episode 12
AWAL NERAKA yang menakutkan Laila adalah sebuah surat . Surat itu dating
beberapa   hari   setelah   Lestina   kembali   tinggal   dirumah   itu.  Yang  mererima
surat itu dari pengantar surat adalah Laila sendiri. Ketika dilihatnya pengirim
surat adalah mertuanya, hati Laila senang. Betapa tidak , suarat – surat papa
dan mama mas daud senantiasa menyenangkan untuk dibaca. Kali iini ia ingin
membaca  surat   itu buru  –  buru.  Lestina adik Daud  sudah mulai  kuliah,  dan
karena itu pula Laila membaca surat itu sendirian .
Tetapi begitu Laila mulai membacanya, permualaan surat itu sudah terasa
aneh. Biasanya awal surat itu senantiasa manis bunyinya : " Ananda Daud dan
Laila menantu kami ", Kemanisan itu tidak ada lagi kini.
Yang tertulis hanyalah : " Ananda Daud !"
Surat itu langsung mengecam Daud maupun Laila.
Tampaknya   surat   itu   dibuat   dengan  marah   dan  mungkin   dibuat   karena
pengaduan Lestina kepada ayah dan  ibunya.  Tetapi   yang menyakitkan Laila
ketika ia sampai harus membaca kalimat ini : " Mungkin selama empat tahun
ananda kawin dengan Laila, ananda tidak pernah dikarunia anak, maka ananda
tidak pernah merasakan apa arti anak bagi kami. Kami amat tersinggung, tapi
kami  masih  tetap menganggap kau anak kami  yang baik.  Cuma karena  saja
isterimu tidak bisa menjaga perasaan Lestina adikmu ini, maka Lestina pindah.
Sekarang kau tinggal memilih , mencintai adik kandungmu, ataukah mencintai
isteri mu yang tidak mampu memberimu anak untuk kau ajak bercanda sehabis
kerja   berat   dikantor.   Faktor   anak   ini   sudah   dua   tahun   ini   papadan  mama
fikirkan , hidup tanpa anak adalah hidup yang kering ".
Menetes – netes air mata Laila membaca surat ini. Ia rasanya tak kuat lagi
membacanya sampai selesai. Laila masih menduga surat itu tidak dibuat ayah
Daud bersama – sama ibunya. Melainkan sendirian setelah menerima laporan –
laporan yang salah dari Lestina.
Surat – surat yang dulu masih bernafas feminine, karna Laila yakin ibu daud
ikut menyusun kalimat – kalimatnya. Surat yang kali ini selain melukai persaan
Laila   ,   juga   kalaimat   kalimatnya   kasar,   seolah   –   olah   tidak  menggunakan
persaan lagi .
Ketika   Lestina   pulang,   Laila   masih   tetap   menjaga   situasi   yang   tetap
seharusnya jadi memburuk seketika itu juga. Laila masih menegur Lestina : "
Bagaimana kuliahmu , Lestina ? "
" Enak , kak , dosen – dosennya ramah sekali ", kata Lestina.
" Kau ambillah makan sendiri ", kata Laila.
" Tadi sebetulnya sudah kekenyangan makan bakso. Ditraktir teman ", kata
Lestina . " Kebetulan orangnya ganteng ,kak ".
" Oh," kata Laila , ketawa dibuat – buat, " kau sudah punya teman pria ? "
"  Baru  kenalan  begitu  saja,  kata  Lestina,   "  Mungkin masih  cinta  –   cinta
monyet ", dan Lestina tertawa . Dan Lailapun ikut tertawa biar tertawa itu pun
tak diinginkannya. Sementara Lestina sibuk dengan urusannya sendiri , Dikamar
ia membaca surat  itu lagi. Dan Laila menangis lagi. Ia benar – benar merasa
sedih mengapa harus dilahirkan sebagai  wanita yang  terlambat membibitkan
anak untuk Daud.
" Kak Laila lagi tidur " terdengar suara Lestina .
Mendengar   itu Laila buru  –  buru memaskkan  surat  kedalam  sampul,  dan
menaruh dibawah bantal. Wanita  itu buru – buru menghapus air matanya.  Ia
keluar  dari  kamar  dengan  sikap  seolah  –  olah bangun  tidur   ,  dan menemui
Lestina.
" Ada apa Lestina ? "
" Masa tidur siang – siang, kak Laila. Sini dong kita ngobrol – ngobrol sambil
nunggu bang Daud pulang kerja  ",  kata Lestina menghela tangan Laila.  Laila
menurut dengan sekali  – kali  melemparkan senyum pada Lestina. Tampaknya
Lestina sedang dimabuki  suatu persaan yang tidak selesai.  Gerak  - gerik nya
serba  lucu,  da  Laila memperhatikan nya dengan  sikap  seolah  –  olah penuh
perhatian yang sungguh – sungguh.
"   Coba   ceritakan   bagaimana   kak   Laila   sampai   jumpa   pertama   kali   dan
kemudian pacaran dengan bang Daud ", kata Lestina.
Sikapnya amat manja, dan Laila masih punya kesanggupan untuk melayani
sikap bermanja – manja Lestina ini.
" Saya menganggap itu Cuma pertemuan biasa " , kata Laila.
" Siapa yag mulai duluan ", Tanya Lestina
"  Tak bisa dianalisa  lagi  siapa yang mula  –  mula  jatuh cinta  .  Tapi  kami
sampai kini saling mencintai " kata Laila.
Lama   –   kelamaan   pertanyaan   Lestina  makin  memuakkan   ,   namun   laila
bersikap seolah – olah pertanyaan itu adalah hal – hal yang menarik. Dan andai
kata tidak ada alas an lain , mungkin sampai Daud Waitulo pulang, masih saja
Lestina bertanya soal yang itu keitu juga.
"   Kak   Laila   mau   menyiapkan   minuman   buat   mas   Daud   ",   kata   Laila
menemukan alas an untuk menghindar dari Tanya – Tanya konyol Lestina.

Episode 13
Ia   telah  menarokkan   kopi,   yang   sepuluh  menit   kagi   akan   dingin.   Daud
senang kopi yang dingin dimana bubuk – bubuk kopi itu telah merembes kedasar
gelas, beberapa kue ditarokan dan kemudian ia pergi kekamar.
Dikamar   ,   ia   buru   –   buru  menyelamatkan   surat   dari  mertuanya.   Ketika
dilihatnya waktu tinggal   lima menit  lagi, buru – buru  ia memutuskan apakah
surat itu akan disampaikan kepada Daud atau akan disimpannya secara rahasia.
Laila benar – benar tak ingin terjadi keretakan dalam rumah tangganya, hanya
karena surat itu.
Biarpun ia yakin Daud akan tetap mencintainya biarpun ada terror dari luar,
tetapi   ia beranggapan  lebih baik surat  itu dimusnahkan atau disimpan.  Laila
menyimpan surat itu sebagai tindakan yang dianggapnya yang terbaik. Disimpan
nya   surat   itu   dalam  kotak   yang   berukir   yang   berisi   gelang   dan   perhiasan
emasnya.   Surat   itu  dihimpitnya  dengan  perhiasan emas   itu,  dan ditaroknya
kembali kotak berukir itu pada tempat semula. Tepat ketika ia keluar kamar,
Daud sudah berada di ambang pintu.
Laila menyambut sang suami dengan sikap yang mesra. Diseretnya tangan
suaminya   kemeja  makan,   dan   diambilnya   tas   Daud   dari   tangannya   ,   dan
ditaroknya   kekamar.   Pada   saat   itu   endah   bagaimana   perasaan   Daud   amat
senang dari biasa. Diminumnya seteguk kopi, dan sengaja dengan sikap merasa
nikmat ia memejamkan mata seraya memuji : " Tak ada kopi lebih enak seperti
sore ini ".
" Apa sore ini akan mandi air panas seperti kemarin ? ", Tanya Laila.
" Tidak usahlah, kau terlalu lelah ", kata Daud, " Kadang –kadang aku berfikir
kau terlalu mengabdi ".
" Maukah sore ini mas Daud menemi saya ke dokter ? " Tanya Laila.
"  Oh,  ya  ..  sore  ini  hari  kamis,  kau harus periksa  .  Apa kata dokter hari
selasa lalu ? ".
" Aku harus mengurangi gemuk, diduga lemak telah menyempitkan rahim",
kata Laila.
Dan, ketika diperiksakan lagi kedokter, maka harapan – harapan baru buat
Laila  memperlihatkan   sinar   cerah   diwajahnya.   Ia   keluardari   kamar   periksa
sambil tersenyum pada Daud. " Nanti kukatakan dirunmah ".
Dirumah , Daud bertanya : " Tadi kau mengatakan sesuatu, apa sih ? "
Laila memeluk suaminya sampai  dua kali  dengan erat  :   "  Hasi  tes dokter
memberikan harapan ".
Daud menatap wajah isterinya dalam – dalam . Ia " Kau sungguh – sungguh
kepingin jadi seorang ibu ? ".
"   Ya….",   Cuma   itu.   Tetapi   dalam  sepotong   kata   yang   tertelan   kedalam
kerongkongannya itu , tertelan beberapa persaan takut pada masa depan ini.
Laila tiba – tiba ingin mengucapkannya dengan jujur . Ingin rasanya ia ambil
surat dari ayah dan ibu Daud dari kotak perhiasan dilemari itu . Kini hasratnya
untuk   hamil   sudah   berbeda   dari   dulu.   Hasrat   ini   sekarang   dilumpuri   oleh
ketakutan - ketakutan dari dulu. Hasrat ini sekarang dilumpuri oleh ketakutan –
ketakutan  terpengaruh dng  isi  surat  orang  tuanya.  Dan,  karena  terlalu  lama
laila berdiam diri, Daudpun bertanya : " Ada sesuatu yang sedang kau fikirkan ?
boleh aku tahu ? "
Laila  pucat,   ia memang  telah berbuat  dusta menyembunyikan  surat   itu.
Namun seketika  itu beberapa detik  ia memohon kepada Tuhan agar dosanya
berdusta  itu diampuni.  Orang boleh berdusta untuk mengamankan hal   –  hal
yang baik. Dan Laila selamat karena beberapa detik ia tak mampu menjawab,
Daud   telah   dialihkan   nya   dengan   suatu   pelukan  mesra.  Aneh,   kemesraan   –
kemesraan yang belakangan  ini  memperlihatkan gairah Laila yang  luar  biasa
melayani Daud sebagai suami. Ia benar – benar ingin mengandung. Ia benar –
benar  ingin menciptakan sesuatu yang puas bagi  dirinya dan buat suaminya.
Daud sendiri terkadang tercengang dengan menggeletak lelah. Dalam bermandi
keringat  itu Laila masih saja menciumunya dengan sepenuh gairah.  Akhirnya
Daud sadar, bahwa Laila benar – benar menginginkan anak . Salah satu saran
dikter   yaitu menciptakan  rangsangan  –   rangsangan birahi  kepada  suami  dan
mampu menciptakan kepuasan bersama pada waktu bersetubuh.
Tanpa disengaja, sikap – sikap Laila yang berubah menjadi manis manja ini
menyeretnya  tidak berdendam kepada Lestina.  Malahan  ia bertambah akrap
dengan  iparnya  itu.  Pada waktu  –  waktu  tertentu  ia pun bertindak  sebagai
dokter cinta bagi Lestina yang sedang dimabuk asmara.
Kadangkala   ia  memberikan   Lestina   kebebasanmasuk   kamar   ,  mengambil
pakaian Laila untuk dipakai oleh lestina.
Tanpa setahunya, suatu ketika Lestina membuka kotak berukir  itu.  Isinya
mengejutkannya. Mulanya Lestina ingin berseru lantang memanggil Laila untuk
meminjam  perhiasan   emas   itu.   Tetapi   Lestina  membatalkannya.   Karena   ia
melihat sebuah amplop surat. Kenapa amplop ini disimpan disini . Tentu ada
suatu yang penting dalam surat ini . Dan Lestina seperti pencuri buru – buru
membaca surat ayah dan ibu nya untuk bang Daud itu . Kemudian dengan buru
– buru dimasukkannya surat itu.
Gadis  itu berpikir tentu Laila dengan sengaja menyembunyikan surat dari
ayahnya  itu  .  Tentu kak  Laila  takut  apabila bang Daud disuruh kawin  lagi.
Lestina yakin  ,  pasti  bang Daud akan patuh kepada papa dan mama apalagi
sudah digertak secara terang – terangan dalam surat itu. Dan tiba – tiba saja
Lestina memberi penilaian , bahwa kak Laila sebagai istri tidaklah jujur.
Lestina kini berubah . Ia mulai sedikit menjauh dari Laila. Ia menganggap
kebaikan   –   kebaikan   kak   Laila   kepadanya   selama   ini   hanyalah   kebaikan   –
kebaikan palsu

Episode 14
SUATU saat  ,  Lestina menyaksikan sendiri  kejadian dimeja makan  .  Daud
bertanya kepada Laila, : " Apa ada serat papa dan mama dating ? "
Laila gugup, lebih gugup lagi dia ketika Lestina menatapnya tajam – tajam .
Dan sebagai pencuri yang berusaha lari , Laila berkata : " Kalau ada surat tentu
ku berikan kepadamu ".
" Aku Cuma bertanya ", kata Daud. " Sebab papa membuat telegram panjang
kekantorku , menanyakan surat nya , katanya itu surat penting ".
Lestina memperhatikan Laila. Laila bertambah gugup ditatap oleh  iparnya
itu.  Dia dalam rikuh masih sempat memohon kepada Tuhan agar diberi  satu
jawaban yang akan menyelamatkan dustanya . Bibirnya gemetar bertanya : "
Surat penting ? , nantilah saya Tanya kepada pengatar surat ".
" Kalau memang tidak ada ya tidak apa ", kata Daud.
Tanpa setahu laila, Lestina menyodok kaki Daud dibawah meja makan itu,
Daud tahu ia diberi isyarat oleh adiknya. Tapi ia tidak ingin merusak suasana .
Ia tetap bersikap baik pada Laila , dan sedikitpun tidak punya prasangka.
Tetapi   ketika   Laila   pergi   kekamar,   Lestina   segera  memberikan   isyarat
tangan memanggil Daud . Sang kakak mendekati adiknya.
" Ada apa ? "
" Tapi bang Daud janji jangan dikatakan Lestina yang mengadukan hal ini ".
" Tidak ", Jawab Daud, " Katakanlah ".
"  Surat  papadan mama ada pada kak Laila  ",  kata Lestina dengan mata
jelalatan takut – takut kalau – kalau ia kepergok ketika melaporkan hal ini.
" Dari mana kau tahu ? " Tanya Daud tak percaya.
" Les membacanya ", kata Lestina.
" Surat itu dimana ", Tanya Daud.
" Dilemari pakaian ".
" Tetapi bagaimana kau bisa menemukannya , sedang Laila selalu hati – hati
mengunci lemari selama ini ", kata Daud.
Percakapan   terhenti   .   Karena   terdengar   pintu   kamar   Laila   berciut.  Dan
Lestina   berlagak   memperbaiki   piyama   yang   dipakai   abangnya.   Katanya
bercanda : " Kalau nanti Les punya pacar, harus pakai piyama begini ".
Laila yang mendengar Les tiba – tiba bercanda begitu  , dengan kalimat  –
kalimat   yang   gemetaran   ,   tiba   –   tiba  menduga   ada   sesuatu   yang   sedang
dibicarakan   oleh   Lestina   dengan   abang   nya   itu   .   Laila   segera   surut  masuk
kamar.   Ia  tiba  –   tiba diselimuti  prasangka dan kesedihan,   tanpa  tahu sebab
musababnya.   Ia memang sama sekali  tak ada fakta bukti  sedang dibicarakan
secara   rahasia   sebelum  ia  memergoki.   Tapi   Laila   yakin,   dengan   perasaan
wanita   yang   halus   ia   meraba   –   raba   bahwa   pastilah   Lestina   sedang
membicarakan dirinya dengan mas Daud.
Tapi  Laila berusaha  tidak  ingin menangis   sekalipun  ia  sangat   ingin untuk
menangis. Ia malahan merubah sedihnya dengan sikap gairah ketika suaminya
masuk   kamar.   Ketika   ia  memeluk   Daud   dengan   tangan  menyelusup   lincah
kedalam piyama suaminya, Daud mengelakkan tangan yang menyelusup itu .
"   Mana   surat   itu   ……..",   kata   Daud   dengan   suara   tertahan   menahan
kesabaran.
" Surat ? " Laila masih berusaha mengelak .
Daud membentak : " Mana surat itu ! " .
Laila   pucat   pasi   seketika   ,   Tetapi   ia  masih   berusaha   bertahan   dengan
berdusta : " Surat siapa ? , tidak ada surat ".
" Jangan bohong, kamu pasti menyembunyikannya disuatu tempat !" teriak
Daud.
Laila   gemetaran   mendengar   bentakan   itu   .   Sementara   itu   Lestina
mendengarkannya   dari   ruang   tengah.  Dan   dengan   perasaan   yang  mendidih,
Daud menatap isterinya, sementara isterinya tetap membantah jua :
" Tidak ada Mas Daud ".
"  Kau bohong  "  kata Daud dengan seram dan dengan suara perlahan tapi
penuh ancaman, Daud berkata : " Buka lemari itu ".
" Tidak ada mas Daud…..", suara Laila menggigil.
" Buka lemari itu kata ku ! " , bentak Daud yang membuat Lestina, adiknya
sendiri juga kaget.
Perasaan   Laila   sudah   sampai   pada   keruntuhannya.   Ia   merasa   gemetar
menyerah   pada   keadaan   .   Ia   sempat  menyebut   nama  Tuhan   beberapa   kali
dalam   hati   ,   seraya   memohon   kepadaNya   semoga   mas   Daud   tidak   akan
menceraikannya begitu saja. Ini ada sebabnya . Laila dulu menerima lamaran
Daud sebagai isterinya adalah tanpa persetujuan orang tua. Bahkan, ketika ia
satu tahun tidak bisa mengandung seorang bayi , ia dibisiki seorang teman telah
terkena kutuk orang  tua dan harus  menyembah  sujud kepada mereka untuk
meminta maaf. Tetapi teman itu tidak tahu bahwa Laila meninggalkan rumah
orang tuanya dengan jalan diusir. Dan ia tidak diperkenankan lagi  menginjak
pekarangan rumah orang tuanya, apalagi rumahnya.
Dengan   semangat   luluh,   Laila   membuka   lemari.   Tangannya   menggigil
mengambil kotak berukir , dan dipungutnya amplop berisi surat papa dan mama
Daud.
Top of Form 1 Bottom of Form 1           

Episode 15
Ketika Laila menyodorkannya pada Daud  ,  Laila  tiba  –  tiba  teringat pada
Lestina.  Ya,  Lestinalah yang telah memberitahukan hal   itu kepada abangnya
tentu. Namun Laila kini  menantikan kata – kata akhir dari Daud saja lagi.   Ia
tidak  tahu  lagi  apa yang akan diperbuatnya apabila Daud melakukan usiran
kasar  seperti  orang  tua nya  sendiri   telah melakukan nya  lebih empat   tahun
yang silam.
Daud   membaca   surat   itu.   Laila   terkejut   mendengar   suara   Daud   yang
berteriak lantang : " Lestina ! sini kamu "
Daud berdiri dan memegang surat itu denga gemetar . Dan ketika Lestina
masuk kekamar, Daud menamparkan amplop surat  itu kemuka adiknya. Laila
menjerit   karena   terkejut   ,   seraya  memegangi   Daud   yang   naik   pitam mau
memukul adik kandungnya sendiri.
" Sabar mas Daud " seru Laila
" Kau ……", Daud menuding Lestina, " Kau telah memfitnah kami berdua !
sampai   hatikah   kamu  membuat   surat   kepada   papa   dan  mama   ,  memutar
balikkan fakta, sehingga papa dan mama telah menghukum saya dan Laila !"
Daud tak peduli Lestina menangis terisak – isak . Daud akhirnya dibelai Laila
pada punggungnya. Katanya dengan suara menurun tapi  menahan amarah :  "
Kau masih kecil telah pula menghasut – hasut saya supaya mencurigai Laila ".
Lestina minta ampun :" Les, memang salah bang Daud "
" Tapi kau harus sadari , bahwa saya sudah dewasa . Jangan kamu mengira
saya   akan   terpengaruh   oleh   kata   –   kata   papa   atau  mama   sekalipun   .   Kau
membuat suasana menjadi misterius mengenai surat ini . Memang surat ini aku
tahu disembunyikan oleh  laila.  Tapi  aku  yakin  ,  dia menyembunyikan  surat
papa ini karena dia menganggap surat ini tidak cukup berharga sebagai nasehat
orang tua pada anak. Kamu tahu tidak selamanya nasehat orang tau  itu bisa
ditelan mentah – mentah oleh seorang anak ".
Laila   terharu   mendengar   kata   –   kata   mantap   suaminya   itu.   Dia   kini
menemukan seorang yang bernama " manusia " , karna seseorang baru komplit
untuk dinamakan jika mampu menolak apa yang harus ditolak , dan menerima
apa yang seharusnya bisa diterima.
Ketika Lestina pergi tersedu – sedu meninggalkan kamar itu , Laila langsung
bersujud didepan lutut Daud , dan diciuminya kaki suaminya seraya menangis
tersedu sedan.
" Belum pernah aku sehormat ini pada mu, mas, kecuali malam ini ", kata
Laila dengan terisak – isak . Daud meremang bulu romanya mendengar isterinya
mengisak   –   isak   begitu.   Ia  mendekapi   Laila   dengan  mencium  ubun   –   ubun
kepalanya.
" Istirahatlah " kata Laila kepada Daud .
Daud berdiri,   tapi   terasa  lututnya goyah  .   Ia  tiba  –   tiba menyesal   telah
marah begitu hebatnya kepada Lestina. Tetapi Lestina harus belajar apa arti
hidup   yang   benar   .   Ia   harus  menelan   hal   –   hal   yang   pahit.  Tinggal  manja
bersama orang tua selama ini membuat Lestina bukan saja tanpak kemanja –
manjaan , tetapi juga berjiwa penjilat . Daud tak menyukai watak penjilat ini.
Daud tak pernah dengan gampang naik pangkat dalam kariernya bekerja, hanya
karna ia tak mampu menjilat atasannya.
Kedua  suami   isteri   itu berbaring diatas   tempat   tidur  berdiam diri.  Mata
mereka sama – sama menatap langit – langit kamar mereka.
" Tidurla, mas Daud ", kata Laila pada sang suami.
" Kukira sampai saat ini aku tak sekalipun membencimu, Laila ", kata Daud.
" Aku mengetahui dan merasakannya ", jawab Laila.
" Aku teramat sangat mencintaimu ", kata Daud.
"Ya……."
"  Biarlah aku dianggap anak durhaka karna tidak mau melayani  nasehat –
nasehat orang tua . Biarlah aku menjadi anak yang dibenci, asalkan aku tidak
pernah membencimu "..
Daud turun dari tempat tidur, Laila cemas bertanya : " Mau kemana , mas
Daud ? "
Daud tidak menjawab , ia memungut surat orang tuanya. Dengan sebatang
korek api  dibakarnya surat  orang tua nya  itu seraya berkata menatapi  surat
yang  mulai  menjadi   debu   itu   :   "   Semoga   papa   akhirnya  menyadari   bila   ia
membuat   surat   ini  bukan dari  hati   suci  nuraninya,  melainkan  karna  terlalu
mencintai   Lestina,   terlalu   percaya   pada   hasutan   Lestina   .   Besok   aku   akan
membalas surat ini beserta telegramnya ".
"Pakailah kalimat yang baik, biar bagaimanapun mas Daud anak kandungnya"
kata Laila memberi saran.
"   Ya….."   ,   sahut  Daud.   Ketika  mau  merebahkan   diri   ditempat   tidur,   ia
melihat mata Laila gemerlapan dalam air mata yang berlinang. Justru wajah
yang   begini   yang  membuat  Daud   terpukau   karna  menikmati   kecantikannya.
Perasaan   –   perasaan   bergetar   memasuki   urat   jantannya.   Dan   kemudian
didekapinya Laila semesra – mesranya . Tanpa diperkirakan oleh Laila, malam
ini  benar- benar malam yang  lebih  indah dari  malam pengantin yang pernah
diresapkannyasampai keubun – ubun dan tulang sumsum .
Dan bukan malam ini saja Laila meresapi saat – saat yang seindah malam itu
.  Malam berikutnya,  dan  berikutnya   ,  dan  berikutnya,  dan berikutnya,  dan
berikutnya.
Oh, Laila merasa sakit – sakit dan pegal  –pegal seluruh sendi –sendinya di
pagi harinya. Suatu pagi ia merasa seleranya menyenak – nyenak . Ia tidak mau
makan dan malas masak kedapur. Daud heran, dan tiba – tiba Laila berjalan
terhuyung – huyung kekamar mandi . Laila muntah – muntah.
Daud yang heran bertanya :" Kau sakit , Laila ? " dan dipijit – pijitnya bahu
Laila dengan rasa saying. Laila bersindaba dua kali, tetapi kemudian muntah –
muntah lagi. Matanya berair , dengan suara kurang jelas ia berkata : " Mungkin
aku hamil ".

Episode 16
LAILA hamil, pikir Daud Waitulo .
Tiba  –   tiba  saja Daud  tidak percaya dengan dugaan Laila  sendiri,  bahwa
dirinya hamil. Terror perasaan yang selama ini menyerbu dan mengudak – udak
jiwanya karena Laila tidak hamil –hamil , berkelahi lagi dengan sebiah kontra-
terror : Apa masih mungkin Laila hamil olehku ?www.ac-zzz.tk
Daud  Waitulo   ingat   cerita   Lestina   tentang   seorang   tamu   yang   datang
kerumah , tamu pria, ketika Daud tidak dirumah .Kata Lestina , yang menarik
baginya adalah tamu itu ganteng. Namanyapun bagus : Salomon Tamomoan .
Ketika   Daud  mengeluh   kepada   temannya   bahwa   ia   gagal   punya   anak,
temannya bilang : " Itu belum tentu isterimu mandul. Mungkin kau yang mandul
atau setengah impoten ?"
Apa itu setengah impotent ?
Temannya berkata  ,  bahwa pria setengah  impoten biasanya tidak mampu
membikin puas isterinya . Dan bibit yang disebarnya kepada sang isteri adalah
bibit yang lemah . Temannya bilang, ini akibat onani diwaktu remaja dulu .
Daud Waitulo  ingat   itu  tiba  –tiba  .  Kini  perasaannya diliputi   takut   ,   jika
ingat   pada   ucapan   temannya   :   "   isteri   yang   mempunyai   suami   setengah
impotent lebih berbahaya dari pada suaminya impotent total. Sebab wanita –
wanita   beginilah   yang  mungkin  menyeleweng   dengan   pria   lain.   Kalau   dia
membutuhkan dan  ingin punya anak,  biasanya anaknya didapatkan dari  pria
lain itu !"
Daud   terhempas   oleh   perasaan   takutnya.   Perasaannya   tak   tenang   kalau
pergi kekantor. Dia takut kalau – kalau memanglah pria yang bernama Salomon
Tamomoan itulah yang membikin Laila hamil.
Dan  malamnya  hampir   saja  Daud mau  menanyakan   terus   terang   kepada
Laila soal kedatangan Salomom Tamomoan itu. Soalnya ia sendiri tidak kenal
pada   Salomon.   Tetapi   karna   kontra   –   terror   dalam  bathin   ini   terus   saja
menggebu   –   gebu   di   dalam  hatinya,   Daud   coba   –   coba  memberanikan   diri
bertanya  pada Laila  .   Ia menjaga  agar  perasaan Laila   jangan  salah  tampa.
Karna  ia tahu benar, Laila sangat cinta padanya,  dan  iapun cinta pada sang
isteri.  Lagi  pula  perkawinan mereka  telah disangga oleh pendeeritaan  yang
berat sekali.
" Laila", kata Daud malam itu, " Saya ingat, ada tamu dating lebih kurang
dua bulan lalu. Khabarnya tamu itu mau ketemu saya " , buntut ucapan Daud
berdusta.
" Siapa ya, " Tanya Laila mesra.
" Ah, saya lupa namanya ", kata Daud berlagak mikir . " Coba kamu ingat –
ingat , pria itu dating kesini, orangnya tinggi, kuning langsat. Dia mencariku ".
'  Oh",  Laila memukul  bahu  suaminya  tanda  teringat,   "  Bukan mencarimu,
tetapi mencari Laila ".
" Oh, mencarimu ".
" Dia teman Laila sekelas dulu . Orangnya memang ganteng ", kata Laila, "
Jangkung , bertubuh atletis".
Daud terhempas oleh keterangan lengkap ini .
Kini   ia menghadapi   satu  terror  baru yang menghantui  otaknya.  Tetapi   ia
tidak  mau  mengotori   perasaan   cintanya   pada   Laila,   seperti   ia   tidak  mau
mengotori  perasaan cinta Laila kepadanya. Cinta dan sex tentulah berbeda .
Tetapi ini menakutkan ! Bisakah cinta dibilang masih luhur artinya jika sudah
dinodai keserongan dan penyelewengan.
Daud direnggut takut.
Daud amat takut !
Dia mencoba mengalihkan takutnya dengan tidak mau menggubris soal tamu
yang membikin berkarat  dan keparat  di  otaknya  itu.  Didekapinya Laila.  Dia
ingin membuktikan malam ini juga kepada Laila bahwa ia jantan tulen, tidak
impotent maupun setengah impotent.
Diciuminya   punggung   istrinya.   Lalu   ruitsluiting   blouse   di   punggung   itu
dibukanya dengan perlahan. Dan diciuminya lagi punggung Laila lebih kebawah.
Laila tentulah menggeliat geli.
' Geli………"
Daud menciumi   lebih  garang  lagi,   sampai   –   sampai   ia  ingin menyelusupi
tubuh Laila dengan hembusan – hembusan nafas lewat lian hidungnya.
"   Addduhhhh,   geliiiii   ",   suara   Laila   antara   keluar   dan   tiada.   Kecupan   –
kecupan   kecil,  dengan   sentuhan   –   sentuhan   bibirnya,   yang   sedikit   –   sedikit
menyentuh,   kadang   kala   dengan   gigit   –   gigit   kecil   seperti   gigitan   semut,
membuat   Laila   terhempas   –   hempas  menggeliat   –   geliat,  menggelinjang   –
gelinjang terkayang – kayang.
" Mas sudahlah, sudahlah,ampun, geli…….."
Daud   tambah   berkobar,   karna   ia   ingin  membikin   isterinya   ini  menjadi
histeris oleh jamahan – jamahannya itu.
" Aku tak tahan ",bisik Laila.
Daud bagai   tak peduli.  Dia benar   –  benar   ingin membuktikan pada Laila
bahwa ia adalah jantan top dimalam ini ! suami top malam ini !
" Mas "
Daud   sendiri   sudah   terseret   –   seret   oleh   seruan   Laila.   Akhirnya
Lailamenyerukan panggilannya dengan suara suara yang makin  lama semakin
perlahan, tanpa jelas apa kata – kata yang diucapkannya itu.
Pada puncak nada rendah suara Laila, maka perempuan itu merenggut bahu
Daud   bagaikan   budak   yang  mengemis  memberikan   singgasana   kepada   Raja
diraja. Dalam sekejap Laila memang tampak dari ronta – rontaannya, gerak –
geriknya, suaranya berubah bagai suara bebek serati, dan keringat membersit
dari wajah dan seluh tubuhnya.

Episode 17
Daud bangga,   ia menemukan formnya , seperti  Rudy hartono menghadapi
lawannya  Bandid  Jaiyen   yang  tersengal   –   sengal.  Daud  semakin merasa  top
ketika dia melihat  begitu mengedudunya Laila.  Mengedudu dengan berbisik.
Membisikkannya sesuatu yang tak pernah dimintanya selama ini.
Tetapi dari sudut yang paling ilmiahpun permintaan melalui bisikan Laila itu
bisa   diterima.   Ada   kalanya   orang   bersuami   isteri   itu   difihak   istrinya  malu
menyampaikan keinginannya. Sehingga istri selalu jadi pasif bagai pohon pisang
yang dingin terlentang begitu saja. Ini tidak baik. Karna tidak ada yang perlu
dirahasiakan lagi. Kepuasan sexual adalah kebutuhan, bukannya gengsi.
Dan Laila – mungkin tak sadar – tidak ambil pusing untuk bergengsi – gengsi ,
karena ia benar – benar butuh kepuasan. Hal ini mungkin karna Daud Waitulo
telah  memberikan   waktu   cukup   lama   didalam  yang   orang   Belanda   bilang
"voorspellen".
Sex  memang  tidak bisa dilakukan  secara primitif   .  Sex  adalah hubungan
sadar  dengan  lelaki   sebagai  nahkodanya.  Lelaki   yang hanyut   sendirian akan
kedodoran,   dan   dia   akan   dimaki   –  maki   perempuan   yang   butuh   kepuasan
sebagai "lelaki tokcer ".
Daud telah berbuat sebaik – baiknya dengan keinginan menaklukkan Laila.
Dan memang, kepuasan sex bagi wanita adalah apabila lelaki punya sikap sadar
bahwa ia harus menjadi pemenang.
Dan Daud berhasil 100 prosen dimalam ini.
Dia benar - benar memenangkannya, sampai – sampai Laila bagaikan singa
betina yang mengaum sebelum tewas pada akhir yang dicapainya. Dia memeluk
Daud   erat   –erat,   melepaskan   lenguh   nafas   bagai   seekor   kerbau   habis
membajak, dandi pukulnya Daud dengan pukulan – pukulan kecil dua kali sambil
memaki manja :
" Ah, kau sihhhhh ".
Pukulan kecil dua kali adalah pertanda setiap wanita yang sampai mencapai
kepuasan. Atau cubitan dua kali. Atau gigitan dua kali . Kalau sekali saja itu
hanya kepuasan normal, bukan kepuasan maximal.  Lelaki  sehat macam Daud
telah  memberikan   yang  maximal.   Beginilah   seharusnya   semua   pria,   semua
suami !
Daud   sendiri   terkapar   sebagai   Hercules   yang   selesai  merontokkan   tiang
raksasa. Sebelah tangannya jatuh ditepi tempat tidur . Keringat meluncur dari
bahu melalui lengannya dan jari-jarinya, menetes – netes dilantai. Sebelumnya
Daud ingin berkata, jika dia berhasil : 'Aku kan lebih hebat dari Salomon ? '.
Tetapi tidak jadi. Dia sudah ibarat matador yang pingsan sehabis menaklukan
banteng diarena pertarungan.
Dia lupa, dia letih, dia tidur.
Dia tidak tahu, Laila dengan sikap saying membelai – belai dada sang suami
yang tidur terkapar  itu. Laila menghapus keringat disekujur tubuh Daud, dan
menutupi tubuh daud dengan kain sarong.
Masih ada  sisa nafas  kerbau  yang dilemparkan  laila  sebelum  ia akhirnya
ketiduran.  Bila Laila  terbangun,   tampak olehnya Daud masih  terkapar.  Laila
belum pernah membangunkan Daud dengan begitu mesra,   semesra pagi   ini.
Ditepuk – tepuknya ujung hidung Daud dengan telunjuknya.
Daud membuka mata. Laila menepuk – nepuk lagi.
Bila Daud membuka mata,   rasanya Laila begitu gemas.  Tiba  –   tiba Laila
memegang,   dan  meremas   –   remas   dengan   amat   gemes   dan   berkeluh   :   "
Hhhhhhhhhhhhh"
"Ada apa Laila "
" Hhhhhhhhh"
" Aduh sakit ! " Daud setengah teriak.
" Hihhhhhh !"
" Aduh "
" Gemes aku", gerutu Laila.
' Aduh sakit, ngapain kau ? kubikin tersengal – sengal seperti tadi malam,
mau kau ? "
Laila diam, matanya melirik, Daud Tanya lagi : " Mau ? "
Laila diam.  Hampir   tak ada bersuara.  Matanya melirik.  Bahasa mata dan
lirik mata wanita memang jauh lebih antik dari pada jika ia mengucapkannya
dengan bahasa prosa.
Daud menatap Laila.
Laila   melirik   Daud,   dan   dicubitnya   Daud,   kemudian,   kemudian   sekali,
mereka berdua bergumul dipagi itu.
Ketika setengah jam duduk di kantor, matanya sudah mengantuk, Daud jadi
malas hari itu. Dan Lailapun di rumah , belum mandi malahan
Laila malas – malasan menyahuti ketukan pintu Lestina.
" Nggak dikunci ", katanya.
Pintu kamar   itu didorong oleh Lestina.  Gadis   itu masuk  ,  dan membisiki
telinga Laila yang masih tengkurap malas.
" Ada tamu ", bisik Lestina.
" Siapa "
" Katanya teman lama kakak ", kata Lestina.
" Siapa ya ? "
" Saya lupa nanyain ", kata Lestina dan keluar dari kamar itu.
Dan Laila  ,  dengan malas  dan  rambut  masih acak  –  acakkan keluar  dari
kamarnya.   Rupanya   tamunya   sudah   duduk.   Begitu  melihat   tamunya,   Laila
menutup muka dengan malu dan berkata : " Duduk dulu ya ? Aduh, lagi males
baru bangun tidur ".
"  Kalau  sudah bonafit   sih bangun kesiangan  juga nggak apa  ",  kata  sang
tamu.
" Sebentar , saya mandi dulu "
Lestina  menyediakan  minuman  bagi   tamunya   Laila,   lalu   ia   kekamar  dan
membaca   komik,   komik   Yan   Mintarga.   Memang   komik   Yan   Mintarga   lagi
digandrungi cowok dan cewek remaja, tidak terkecuali Lestina. Merega meniru
gaya  rambut,  atau model  baju,  atau model   short  atau model  nyentrik dari
komik – komik Yan ini.
Yang sebenernya Laila ingin mandi yang segar dan lama.
Soalnya,  mandi  begini  adalah mandi   segar,  mandi   junub yang  senantiasa
nikmat rasanya bila habis bersetubuh.
Bila Laila melihat bentuk tubuhnya , memegang perutnya, tetapi pagi ini ia
tak merasa mau muntah.  Yang ada  terasa hanyalah pegal   –  pegal,  pusing  –
pusing, dan dikaca toilet dilihatnya wajahnya begitu pucat.
Sinar lampu kamar mandi pun dirasanya silau. Ya, memang inilah "ruginya "
wanita – wanita atau suami – suami yang telah mencapai kepuasan : Tak ada
sinar yang kelewat terang yang mampu ditatap. Urat – urat syaraf mata rasanya
ikut letih juga.
Dengan rambut basah terjurai, Laila berlari – lari malu menuju kamar. Dan
bila   ia   selesai   bersisir,   rambut   basah   itu   tetap   terjurai   sebagai   layaknya
perempuan selesai berkeramas rambut. Dan dengan malu – malu Laila menemui
tamunya : Dia seakan –akan menutupi mengapa ia berkeramas. :
" Ini kepala gatal – gatal , saya keramasan ", kata Laila , " Tumben kok kamu
datang kesini , Joana ".
" Kamu kelihatannya segar Laila " , kata Joana.
" Ah, jangan nyindir ", kata Laila malu – malu, " Saya keramas bukan apa-apa
, Cuma kulit kepala gatal – gatal ".
" Saya kesini kebetulan saja ", kata Joana.
" Ada teman ketemu kamu di dokter kandungan. Ngapa'in kamu kesana sih ?
".
Laila agak heran juga tetapi ia tetap menjelaskan :
"  Saya kedokter  memeriksakan diri   ,  kamu  tau'kan,   sudah  sebegini   lama
kawin , saya belum hamil – hamil juga ".
" Itu bukan dokter yang berurusan dengan pria –pria yang impotent ? " Tanya
Joana .
" Nggak ", bantah Laila, " Kenapa sih ? "
" Tidak ", kata Joana menghindari diri, " Kalau gitu saya salah mendapatkan
keterangan tentang dokter itu ".
Episode 18
"   Dokter   itu   khusus  mengenai   kandungan,   tetapi   diapun   pernah   study
tentang penyakit kelamin. Jadi klop juga ".
Joana   menjadi   ketarik   kini,   dia   bernafsu   bertanya   :   "   Suamimu   juga
diperiksakan ? "
" Ya –", kata Laila agak bertambah heran, " Kamu ada persoalan apa sih ? "
Joana menundukkan kepala. Tampak sekali dengan jelas, bahwa ia sedang
menutupi sesuatu dalam dirinya.
" Ada apa sih , Joan ? " , Tanya Laila.
" Mungkin kami dulu pacaran terlalu  lama  ", mulailah Joana mengeluh , "
Kau barangkali ingat, semasa kami di SMP pun kami sudah pacaran. Aku sampai
sekarang belum dapat anak. Mungkin ketika memasuki perkawinan cinta saya
dan mas Salomon sudah jadi dingin ".
Tiba – tiba jelaslah bagi  Laila sekarang setelah Joana menyebutkan nama
Salomon.
" Memang Salomon pernah kesini ", kata Laila.
" Jadi dia tanyakan apa pada suamimu soal itu ? " Tanya Joana.
" Soal itu soal apa ? ", Tanya Laila.
"   Soal   penderitaannya   ",   kata   Joana,   "   kau   tahu   dia  menderita   sekali.
Mungkin karna aku sering ngomel kalau habis gituan. Kami berdua semakin hari
semakin dingin. Sudah dua bulan ini sama sekali tidak disentuh, mungkin juga
dia minder, tapi mungkin juga karna aku merasa ogah – ogahan. Habis gitu sih ,
baru lima menit, sudah selesai ".
" Lima menit gimana ?", Tanya Laila.
" Itu, Hmmmmmm ", Joana menundukkan kepala.
Dipukulnya   dengkul   Laila   agar   ia   kelihatan  menanyakannya   tidak   begitu
bersungguh. Dan bertanyalah dia sambil  tertawa – tawa : " Suami mu berapa
menit ? ".
Laila   yang   jadi   malu   karena   Joana   menanyakan   hal   itu.   Dia   pancing
bertanya : " Koq tanyakan soal – soal intern , kenapa sih ? "
" Berapa menit kalau main ? " Tanya Joana.
Laila mencubit paha teman akrabnya itu. Dan Joana mendesak terus. Laila
akhirnya menyerah juga: " ya, lebih 30 menit, kadang – kadang hampir 1 jam ".
Joana   menganga   mendengarnya.   Terbayang   olehnya,   jika   suaminya   –
Salomon Tamomoan mapu sampai  sebegitu  lama,  mungkin dinginnya suasana
sexual dirumahnya tidaklah sebegitu membuat ke dua suami isteri menderita.
Joana   da   Salomon   sama   –   sama   cinta,   tetapi   cinta   yang   bertahun   –   tahun
dipupuk   waktu   pacaran,   sampai   kawin   juga   bertahun   –   tahun,   akhirnya
membuat   keduanya   sama   dingin.   Joana   sering   menyalahkan   dirinya,
sukangomel   kalau   Salomon   begitu   cepat  mengakhiri   permainan   cinta  diatas
ranjang  mereka   !   Bukan   saja   ngomel,   kadang   kala   benci   sekali   dia   pada
Salomon.
Pernah Joana melampiaskan kekesalannya berlebih-   lebihan  :   "  Buat  apa
ganteng seperti bintang film, kalau kamu impotent, Sal ! Itu'kan seperti iklan
disurat kabar tentang pria gagah yang tidak punya urat  –  urat yang segar  ".
Salomon  menjadi   rendah   diri   karna  mendengar   omelan   isterinya   dan   dia
akhirnya   menganggap   lebih   baik   cinta   tanpa   perkawinan,   karna   sejak
perkawinan,  dan   legalitas   sexual   terjadi,  maka  mulailah   ia  dirongrong   rasa
benci kepada Joana, rasa benci pada diri sendiri.
"   Kayak  mimpi   kudengar   suamimu   sampai   1   jam  ",   kata   Joana   ketawa
sendiri, yang diperhatikan Laila terheran – heran.
" Kukira itu wajar saja ", kata Laila.
"   Suamimu hot   ",  kata  Joana,   "  Kau harusnya berbahagia.  Daud Waitulo
nggak   begitu   gagah   disbanding   suamiku,   tetapi   di   atas   ranjang   buat   kita
wanita'kan nggak perlu gagah – gagahan ? ".
Laila tersenyum . Seakan – akan ingin menasehati Joana agar tidak terlalu
dinerakai oleh pikiran mengenai  hal   itu ke  itu juga : kepuasan sex,  lamanya
waktu   bersetubuh,   yang   dua-duanya   ini   hanya   membebani   rongrong
penyasalan.
Tapi  Laila  tak   jadi  menasehati.  Kini  dia mendengar   suara  Joana ketawa
menyeringai, ketawa cemooh : " Kau mungkin belum pernah mengalami, betapa
gondok bila sang istri menemukan sang suami impotent. Suamiku ibarat seorang
yang kayaknya kuat, padahal  baru senggol  sedikit didepan pintu sudah  jatuh
lagi ".
" Begitu ? ", Laila bertanya.
" Demi apa saja aku mau sumpah . Kita barusan sedang merasa terangsang ",
keluh Joana.   "  Eeeeeeeee,  dia sudah abis   :  bisa gila nggak gua  ?  kamu  tau
hampir   aja   aku main   gila   ama   anak   tetangga   sebelah.  Dia   sering  numpang
mandi  di  kamar mandiku.  Anak  itu memang nakal,   tetapi  karena aku belum
berani,   aku   Cuma   mengherankan,   anak   umur   enam   belas   tahun   punya
keistiewaan size yang luar biasa. Kadang – kadang pintu kamar mandi berlagak
dibukanya   sedikit   ketika   numpang  mandi.   Hhhhhhhhh,   kalau   nggak  mikirin
moral, saya sudah ngebet mau nerkam dia ".

Episode 19
Joana sudah mulai ngawur bercerita . Akhirnya dia kembali kesoal semula : "
Apa jadi si Sal menemui suamimu untuk minta advis ? ".
" Lho, dia Cuma kesini . Waktu Laila Tanya dia malah kayak bingung ", Kata
Laila menceritakan misteriusnya kedatangan Salomon dua bulan berselang.
" Saya kira dia merahasiakan sesuatu , misalnya mau minta bantuan apa kek
".
" Oh, soal uang kami cukup ", kata Joana, " Tatapi kepuasan perkawinan,
terutama kepuasan sang isteri tidak di duit. Sex menentukan juga. Kalau begitu
saya akan paksa Salomon ke Dokter kelamin itu. Siapa tau , dulu, waktu masih
pacaran sama aku di  SMP dia sudah umbar nafsunya sama pelacur  –  pelacur
sehingga waktu jadi suamiku , aku nggak kebagian seujung – ujungpun ".
Joana mengeluh. Tampak wajahnya yang murung.
Kemudian Joana berkata : " Dimana kantor suamimu Lail ? Aku mau seret
Salomon untuk minta advis kekantor suamimu kalau perlu ".
Laila  memberikan   kartu   nama   suaminya,   Daud  Waitulo.   Joana   tampak
gembira dan menunjukkan kartu nama itu kepada Laila : " Kamu bahagia punya
suami dengan kapasitas 1 jam , Laila. Udah ya. Gua jadi ngelantur ngomong ini
itu sampai soal rahasia pribadi jadi diomongin ".
Joana pergi, Laila terheran – heran.
Ketika  Daud  Waitulo   pulang   kantor,   kebetulan   Laila  masih   tidur.  Heran
sekali  Daud   punya   perasaan   curiga   saja   jika   dia   pulang,   semenjak   adiknya
Lestina memberi tahu tentang Salomon Tamomoan itu.
Bahwa   Salomom  Tamomoan   gagah,   Laila   sendiri   sudah   pernah   ngomong
kemarin malam. Dia takut, Salomon akan sering dating jika Daud kekantor.
Maka ditanyanya Lestina dengan berbisik : " Tadi ada tamu dating ? "
" Ada "kata Lestina.
" Siapa "
" Ya masih ada urusannya dengan tamu yang dulu juga ", kata Lestina.
" Yang kau bilang Salomon Tamomoan itu ?"
" Ya "
Tanpa diduga, Laila rupanya mendengar percakapan Daud dan adiknya itu.
Laila berseru dari kamar : " Tadi isterinya Salomon yang dulu dating ".
" Isterinya ?" Tanya Daud heran " Dulu suaminya sekarang isterinya , ada apa
sih "
Laila memang Daud dari kamar pintu secara rahasia. Daud pun menyerahka
tas dan masuk kamar dengan penury minat. Laila berbisik : " Nanti kedengaran
sama Lestina , dia masih bocah ".
Laila meraih Daud, menciumnya dengan saying :
" Kau patut jadi suami kebanggaan. Berbahagialah orang yang jadi isterimu,
dan kau pun memberi kepuasan pada isteri ".
" Ini cerita mana ujung pangkalnya ? " Tanya Daud.
"   Kasian   si   Joan.   Dia  menderita   bathin   karena   Salomon   rupanya   gagah
kulitnya, tetapi dibalik pakaiannya ternyata ia impotent ".
" Ha ? "
" Dulu Joana menyuruh suaminya kesini itu, maksudnya mau disuruh ketemu
kau, dan disuruhnya Salomon minta advis kamu ", kata Laila lincah.
" Oh "
"  Dia rupanya malu bilang sama aku  ", kata Laila,   "  Makanya ,  datangnya
maupun perginya jadi tanda Tanya. Ya sih, siapa yang mau cerita tentang aib
sendiri "
Laila bercerita begitu sambil membuka dasi Daud, membuka kaos kaki Daud.
Daud duduk melongo saja ditepi tempat tidur. Ketika celana pantolan Daud
digantungkan dihanger, dan juga kemeja, Daud melongo saja dalam berpakaian
singlet dan celana dalam itu . Laila menyergapnya dengan pelukan dasyat : "
Kau memang suami kebanggaan ".
Memang ada perubahan sikap Laila kepada Daud sejak datangnya Joan itu.
Ia kagum pada Daud . Ia tak mau kehilangan pria seperti Daud. Padahal, sikap –
sikap  buas   seperti   ini   hanyalah   perkembangan   sewajarnya   saja   dari  wanita
hamil muda.
Karena wanita hamil muda senantiasa lebih gampang terangsang.
Itu yang membuat Daud sore – sore menjelang magrib tampak terhuyung –
huyung keluar dari kamar, didorong – dorong oleh Laila dengan penuh bercanda
kekanak-kanakan, dengan jaz-juz-jaz-juz bagai main kereta api menuju kamar
mandi, membuat Lestina iri hati saja !

Episode 20
SEORANG isteri itu memang harus seperti Laila, Laila memang isteri idaman,
bukan buat Daud saja, tetapi mungkin bagi setiap lelaki yang bernama " suami
".
Laila telah memberikan kembali bekal semangat kepada Daud, yang hampir
saja terombang ambing oleh terro – terror perasaannya sendiri. Dia menemukan
Laila dalam keadaan yang utuh sepert keadaan pertama kali ia temukan.
Dia   tidak   usah   lagi  main   bohong   –   bohongan   kalau   bicara.   Seperti   jam
sepuluh dimalam ini. Dia menatap Laila dan berkata :
" Aku mau melihat kau telanjang penuh malam ini ".
" Eh, nakal ", kata Laila.
Tetapi   setelah   di   kitik   –   kitik   oleh  Daud,   akhirnya permintaan  Daud  itu
dipenuhi sang isteri. Isteri yang sepenuh nya cinta memang harus memberikan
seluruh dirinya dalam keadaan bulat, tanpa secadar apapun.
Banyak wanita memang cinta tapi mereka malu – malu kucing. Laila tidak.
Laila tidak merasa lelah sekalipun ia lelah gara – gara ia sendiri terangsang sore
tadi ketika Daud pulang dari kantor.
Lelah Laila terlupa ketika ia melonjak menggeliat, menggeliat dan melonjak
– lonjak, untuk kemudian terhempas satu jam kemudian.
Dan kemudian terjadilah ketenangan.
Ketika   angin  dari   ventilasi  mengeringkan   keringat   suami   isteri   itu,   Laila
ingin bicara lagi kepada suaminya bahwa mungkin sekali ia sekarang ini telah
hamil muda. Sebab ada sebuah buku sex yang dibacanya mengatakan , bahwa
lonjakan   –   lonjakan  nafsu  wanita   hamil  muda  memiliki   kadar   rangsang   200
prosen dari   saat   –   saat  normal.  Tetapi  Laila malu.  Dari  mulutnya meluncur
suara palsu :
" Kasihan si Joana ", kata Laila, " Dia teman akrab yang suka omong terus
terang sejak SMP. Kalau liat keningnya yang nonong itu nafsunya emang gede ".
" Memang kalau wanita keningnya nonong nafsu nya gede ? ", Tanya Daud.
" Kalau cerita nenek moyang memang begitu " , kata Laila.
" Kalau lelaki…….tanda nafsunya gede yang bagaiman ? ", Tanya Daud.
" Nggak tau ", kata Laila ketawa, " Aku bukan expert mengenai nafsu ".
" Ya tarokhlah kau nggak expert  ", kata Daud mulai  bercanda, " Tapi  ada
teman – temanku bilang ada satu goyang yang namanya goyang karawang, aku
sendiri nggak tau artinya. Goyangmu itu goyang karawang ? "
Laila mencubit paha Daud , satu kali.
Daud mencubit paha Laila, dua kali
Daud dicubit Laila tiga kali
Laila dicubit Daud , empat kali
Tampak   sekali   ,  malam  itu  sangat   santai  dan bahagia  kalau dilihat  dari
kelakuan suami isteri itu . Banyak suami isteri di dunia ini melalaikan gairah
kecil – kecil begini, yang akhirnya melarikan diri mencari gairah menonton film
biru atau pink.  Seharusnya orang  –  oaring yang dihinggapi  penyakit  mencari
rangsangan diluar kenormalan gampang saja memberitahu mereka, bahwa yang
merangsang itu bukannya berhubungan sexual saja. Cubit – cubit kecil, ganggu -
ganggu cuping hidung  isteri  , adu  – adu hidung, gigit  – gigit kecil  , kadang –
kadang adlah lebih baik dari pada nonton film biru atau membaca buku biru.
Film biru dan buku biru hanyalah menyeret penonton dan pembacanya ke
lembah onani yang lebih berbahaya dari pelacuran nyata.
Lihatlah Laila dan Daud . Betapa mesranya mereka.
Rangsangan – rangsangan kecil ibarat starter bagi mobil yang akan berjalan .
Belajarlah dari   ilmu permobilan.  Mobil  tidak akan  jalan tanpa starter.  Kalau
sudah hidup mesinnya karena  starter   tadi   sudah ada aturannya  tidak  boleh
jalan dengan langsung ngebut, melainkan porseneling deme porseneling . Dan
bila itu dipaksakan gawatnya adalah pada gigi . Pesawat udara pun demikian.
Kalau akan landing atau mendarat , dia lambat – lambat dulu, berputar – putar
dulu  mencari   lapangan   terbang,   dan   lewat   pada   jalur  mendarat.   Bahkan
setelah sampai didarat pun , seperti halnya mobil  yang mau berhenti, mesin
tidak boleh langsung dimatikan begitu saja .
Direm boleh, tetapi kopling harus diinjak juga, agar mesin tetap hidup.
Daud maupun Laila barang kali bisa bercerita panjang mengenai ini, tetapi
malam itu keduanya sama bersyukur bahwa perkawinan mereka tidak di obrak –
abrik oleh kejahatan sex diluar yang wajar.
Joana ternyata tidak. Malam ini ia tidur disamping Salomon suaminya. Tapi
fikirannya   tidak   disamping   suaminya.   Fikirannya   tiba   –   tiba   nekat
membayangkan   Albert   yang   numpang   mandi   kalau   pagi.   Joana   iri   hati
mendengar cerita Laila tadi  siang tentang kemampuan suami  Laila yang bisa
mencapai satu jam itu.
Joana berkata pada Salomon : " Besok kita pergi ke Daud , suami Laila itu ".
" Dari tadi kau ceerita soal itu. Kalau ada julukang binatang ekonomi , kamu
ini lebih baik dinamakan binatang sex ", kata Salomon jengkel.
Episode 21
Untuk   pertama   kali   Salomon   berontak   dengan   ucapan   pedas.   Karena
pedasnya, Joana jadi naik pitam dan dpukulnya punggung suaminya. Salomon
melompat dari ranjang . Dia langsung memakai pakaian , komplit dengan jacket
dan sepatu lars Bally.
" Gagah kamu sal, seperti bintang film ", kata Joana sinis , " Sepatu Bally
Manhattan, jacket Raphael Jeans, baju Pierre Cardin…….".
" Tutup mulutmu binatang sex !"
" Kukira aku normal bila butuh kepuasan ", kata Joana , " Bahkan binatang –
binatang pun membutuhkannya kecuali binatang – binatang kebiri ".
"  Kau   carilah   lawan   jenismu   yang   sebinatang   kau   ",   kutuk   Salomon  dan
menghempas   pintu   kamar   tidur   yang   dahulu   amat   dipuja  mereka   sebagai
lambang dari awal bahagianya sebuah perkawinan.
Karna ketika membanting pintu beranda pun Salomon bersikap kasar, bunyi
hempasan keras itupun membuat Albert jadi menoleh dan menarok gitar yang
dipetiknya .
" Mau kemana , Om ? ", sapa Albert ramah.
Salomon  tak mendengar  atau malas menjawab.   Ia  langsung kegarasi   ,  da
ditendangnya pintu garasi sebelum ia keluar dari pekarangan itu dengan suara
mobil sportnya yang menggemuruh.
Na, itu bukti , iastarter terlalu cepat sebelum mesin panas , mungkin begitu
pula ia diranjang.
Sementara  itu Joana turun dari  tempat tidur karena mau mengunci  pintu
beranda yang tadi dihempaskan Salomon tanpa dikunci . Joana dengar itu. Ia
mau kunci pintu itu sekarang juga. Tapi begitu pintu dikunci  ceklek, tampak
bayangan dibalik pintu kaca itu, dan terdengar ketukan pintu.
" Siapa ", Tanya Joana.
" Albert , tante ", sahut Albert. Dan Albert berkata : " Gerah nih, tante mau
numpang mandi ".
Joana tiba – tiba diliputi nekat lebih cepat dari pada rencanannya semula.
Buru   –   buru   dibukanya   pintu.  Matanya  menyorot   berbinar  menatap   Albert.
Albert pun tersenyum dengan sorot mata lebih berkata dari seribu kata.
" Katanya mau mandi ", kata Joana gemetar , lebih gemetar dari kapanpun.,
lebih gemetar ketika dulu di SMP mau dicium pertama kali oleh Salomon.
" Ya " , kata Albert, " Masa Bert nggak boleh numpang mandi ? "
" Boleh sih boleh,tetapi kok nggak bawa handuk " " Handuknya kalau boleh
pinjam handuk tante saja " , kata Albert menceplos .
Albert langsung duduk tanpa dipersilahkan . Joana juga duduk, berhadapan
dengan Albert. Albert menatap mata Joana , tidak ada kata, tapi dua insane ini
telah bergelut dengan ribuan kata dan ratusan perbuatan lewat mata mereka
yang saling beradu pandang.
" Kok, numpang mandi duduk gituan saja ? " Tanya Joana.
Albert melihat Joana menaikkan sedikit kaki kiri. Ketika Albert melihat itu ,
Joana langsung menutupi ujung jurknya .
" Mau apa sih kesini ? " Tanya Joana, " Matanya serem bener ".
" Mau apa ya ? "
" Ya mau apa ? " Tanya Joana tertawa.
" Tauk ", sahut Albert.
" Kalau mau mandi , silahkan kekamar mandi ", kata Joana.
" Lantas mau apa ? "
" Mau tidur ", kata Albert langsung.
Joana berdebar kecut sekalipun berkobar – kobar mendengarnya. Albert lagi
– lagi melangsungkan serangan lewat kata – kata nya. Katanya : " Lho, tadi mau
mandi   dipersilahkan   kekamar  mandi.   Sekarang   Bert  mau   tidur   koq   nggak
dipersilahkan kekamar tidur "
" Anak sekarang beraninya bukan main ", kata Joana.
Anak  jaman dulu  juga berani,   tetapi   sembunyi   –   sembunyi   ,  nakalnya ya
sama" , kata Albert tertawa.
Joana senang dengan tawa Albert itu . Albert tiba – tiba keluar dari kursinya
, dan langsung melangkah kebelakang kursi dimana Joana duduk. Badan Joana
dingin   seluruhnya.  Diapun  menjadi   lebih   dingin   ketika   dirasakannya   hidung
Albert  menyentuh  lehernya.  Tak ada  suara Joana  lagi,  hanya nafasnya yang
sesak.
Lalu ia melihat pintu, pintu beranda, pintu itu belum terkunci . Tapi ketika
ia   mau   berdiri   mengunci   pintu   beranda,   Albert   langsung   meraihnya   dan
memeluknya.
Albert   tergopoh   –   gopoh   ketika   ia  mencium  dan  meremas   Joana   .   Ini
memang kesalahan anak muda yang belum begitu banyak pengalaman . Namun
demikian  ,  Joana betu  –  betul  menjadi  gairah oleh perbuatan Albert   itu.   Ia
sempat mengatakan " Nanti dulu ", Ketika Albert menariknya masuk kekamar.
Joana mengunci pintu beranda lebih dahulu. Sedangkan Albert sudah menunggu
, berbaring dikamar.
Joana langsung ditariknya, hingga jatuh ketempat tidur begitu Joana selesai
mengunci pintu kamar.
Kini ia benar – benar dikulum oleh kecupan – kecupan anak muda itu dengan
penuh berapi – api . Dan Joana tidak bisa menahan diri lagi. Kalau dulu ia bisa
melihat  dari   jarak  jauh  lewat  pintu kamar  mandi   terbuka,  kini  Joana sudah
dekat dan memegangnya

Episode 22
Joana berfikir kini   ia  telah mendapat   jalan keluar.  Kagum sekali   ia akan
kebesaran Albert.
Tapi Joana menemukan sesuatu yang tidak disangka – sangkanya. Dia tiba –
tiba heran melihat wajah Albert. Wajah Albert yang dikaguminya tiba –  tiba
tersenyum malu diri , karena ia mendengar ucapan Joana : " Tante kira kamu
hebat. Ya lebih baik tante dengan suami tante saja ".
" Saya belom pengalaman " , kata Albert dengan suara kalah.
Dan karena kekalahannya , Albert pun berlalu begitu saja. Setelah Albert
pergi, Joana menyeka jurknya . Sambil memaki : Albert lebih premature dari
Salomon.
Dan kecewalah wanita itu.
Ia bukan kecewa sembarang kecewa , dikira Albert sama hebatnya seperti
Daud Waitulo suami Laila .
Laila memang isteri yang bahagia dalam soal ini, fikir Joana.
Joana   jadi  merayapi   fikirannya  sendiri   .  Ya,   Laila  wanita   yang  bahagia.
Tetapi  Joana  ingat,   isteri  yang bahagia oleh kemampuan suaminya belumlah
tentu suaminya  itu setia diluar rumah. Mungkin  ia mencicipi  kebahagian  lain
diluar rumah dengan wanita lain. Dan memberi jatah – jatah kepuasan karena
kejagoannya itu kepada wanita – wanita lain di luar rumah.
Laila dan Daud . Suami isteri bahagia. Laila bercerita Daud mampu selama
itu , apakah benar ?
Tiba – tiba Joana bagai meloncat dari tempat tidur , dan melempar sandal
yang ketinggalan oleh Albert.  Baru kemudian maksud  semula mencari  kartu
nama Daud Waitulo dipenuhinya, karena selalu berada dalam tasnya.
O, ada nomor telponnya dengan lengkap.
Besok paginya , Joana sudah berdandan rapi, dan akhirnya ia memutuskan
akan memakai short dengan kemeja pria yang berkancing yang sedang menjadi
mode pila bagi tante – tan te tanggung yang tidak begitu tua kayak Joana ini.
Ketika  itu  ia ber  nobra  ,  artinya  ia  tidak memakai  bh.  Ketika  satu kancing
kemeja   dicopotnya,   dan   ia  menunduk   sedikit,   Joana  melihat   lewat   kaca   ,
bahwa buah dadanya memang tampak jika ia menunduk sedikit saja.
Pagi itu juga ia menilpon kekantor Daud Waitulo .
" Maaf anda siapa ?, Sebab bapak belum masuk, cobalah tilpon lagi jam 10 ,
sebab belakangan ia kalau ngantor jam 10 ", kata suara penerima tilpon, yang
barang kali sekretaresse Daud.
" Begini , Dik beri tahu saja , saya Joana teman Nyonya Daud, akan dating
jam 10 pagi ini bersama suami saya yang bernama Salomon ", kata Joana.
" Sebentar ya zus . Biar saya catat ", kata suara penerima telpon itu. Dan dia
mohon diulangi , dan Joana mengulangi pesannya itu.
Joana menghela nefas dalam – dalam . Fikirnya , memang untuk mendapat
kan   sesuatu   yang   luar   biasa,   memerlukan   cobaan.   Luar   biasa   ?   Ya,   ia
mempunyai rencana luar biasa. Dia begitu histeris menghadapi Albert semalam,
ingin mendapatkan yang satu jam , belum satu menit, belum tiga detik, belum
memasuki pintu gerbang pun Albert telah gagal , ibarat peluru kendali angkasa
luar yang meledak sebelum diluncurkan !
Ya, tak peduli Laila temannya , maka Joana berusaha mendapatkan suami
Laila.
Dia telah berdusta akan mendatangi Daud Waitulo bersama suaminya. Maka
ketika sekretaresse mempersilahkan Joana masuk ke kamar kerja Daud, Daud
pun bertanya : " Lho, koq sendiri ? "
"   Ya   ,   sendiri   ",   kata   Joana,   sambil  matanya  melirik   apakah   kancing
kemejanya sudah benar – benar terlepas apa belum . Ternyata sudah . Joana
tak  tunggu waktu,  ketika Daud mempersilahkan duduk,  Joana menundukkan
kepalanya, dan agak lama membungkuk melihat vaas : " Vaasnya bagus ".
Dia melihat Daud, Daud memang ada melihat kancing baju yang lepas itu ,
dan warna putih buah dada merah jambu. Tapi Daud tampaknya tak jelas bagi
Joana, apakah kerlingan sorot matanya tadi itu mengandung sikap terangsang
ataukah belum.
" Saya sudah dengar dari Laila, anda berdua suami anda akan kesini", kata
Daud.
" Ya ", kata Joana sambil memegang lagi vaas bunga itu.
Memang Daud melihat lagi untuk yang kedua kali .
" Kira – kira ada soal bisnis yang akan disampaikan ? " Tanya Daud.www.ac-zzz.tk
" Tidak , soal yang sebenarnya merupakan penderitaan wanita. Tetapi saya
senang menyampaikannya disini, saya takut nangis, nanti dikira yang bukan –
bukan ".
" Sampaikan saja ", kata Daud. " Ah, kalau bisa ditempat lain ", kata Joana.
" Tidak apa disini ", kata Daud.
Daud sebagai  pria sehat untuk ketiga kalinya memang melihat  lagi  kesela
kancing   baju   yang   terlepas   itu.   Joana   kini   ingin  menjebak   tanpa   proses
berbelit, ia bertanya ; " Pak Daud, eh , mas Daud kalau urusan bisnis ada keluar
kota ? "
" Ada, kadang – kadang, dan itu sering…..ke bandung. Kenapa Zuz ? ", Tanya
Daud
" Kapan ?  ", Tanya Joana melihat inilah saat terbaik ikut dengan Daud ke
Bandung dengan alas an mengurus textil dalam negri.
" Dua hari lagi saya ke bendung ", kata Daud.
"   Bisa   saya   ikut   dengan   mobilnya   ?   lagi   pula   diBandung   saya   ingin
pertolongan  dari  mas  Daud  soal  bisniz   ",   kata   Joana   yang   kemudian   cerita
panjang lebar.
Pada saat itu : Daud terkecoh. Dan ia berkata : " Kalau memang penting,
boleh ikut mobil saya. Nanti di Bandung saya ikut Bantu urusan zuz Joana ".
Joana puas  .  Tetapi  saking puasnya dia mencoba membuat  Daud  tergiur,
seolah – olah dia sebenarnya masih perawan semenjak dengan Salomon, karena
Salomon impoten.
Cerita itu merangsang, maksudnya berusaha merangsang Daud . Tetapi Daud
sebaliknya   ngeri   .   Bahkan  membatalkan   rencananya   ikut  menemani   Joana,
kecuali   kalau   Joana  mau   dibantu   pegawainya.   Joana   tidak   tahu   ,   ia   gagal
menjebak Daud gara – gara buntut ceritanya tadi, karena ia mengira, bahwa
semua lelaki itu bisa terangsang dengan peragaan nobra atau kancing dilepas
satu, atau cerita – cerita pancingan bahwa ia wanita haus.
Tidak semua lelaki bisa dipikat gaya begitu. Termasuk Daud !
Daud tak cerita cerita cabul Joana di rumah,.
Dia Cuma cerita Joana dating.
Malam itu Daud malah menyalurkan kejantanannya pada isterinya.
Pagi – pagi Laila muntah – muntah . Laila berkata padanya: " Jelas aku telah
hamil !"

Episode 23
MENDENGAR Laila telah hamil, Daud Waitulo sangat terkejut. Ia bukan saja
terkejut, tetapi kegembiraannya tiada tertahan sehingga ia memeluk isterinya
itu berkali – kali .
" Kau sungguh – sungguh telah hamil, Laila ? "
" Ya, mas Daud ", kata Laila.
Daud   menyodorkan   air   segelas   untuk   kumur   –   kumur   Laila.   Kemudian
menghapus  keringat  Laila yang membasahi  kening dan  leher.  Dan kemudian
dibimbingnya isterinya dari kamar mandi menuju kamar tidur.
Dibukanya lemari buru – buru dan di berikannya pakaian tidur untuk Laila.
Laila   merasa   betapa   besar   cinta   mas   Daud   kepada   nya.   Dia   mendekapi
suaminya. Dan sekali lagi didekapinya suaminya setelah salin pakaian . Lalu di www.ac-zzz.tk
pegang nya pergelangan tangan kiri suaminya , dimana melilit jam tangan yang
menunjukkan hampir jam tujuh pagi.
" Jangan sampai kau terlambat masuk kantor ", kata Laila.
" Tapi sebelum pergi, aku ingin Tanya pada mu , pesan kue apa ? "
" Aku belum ngidam ! " , kata Laila seraya tertawa.
" Tapi ini kue maksudku sekedar merayakan hari gembira ini ", kata Daud.
" Aku minta dibelikan kue bugis ", kata Laila.
"   Semoga   kue   ini   yang   kau   sukai   sewaktu   ngidam  ",   kata   Daud   seraya
ketawa, " Kau tahu, ada anak buahku dikantor , istrinya ngidam minta dendeng
kuping gajah ! Dimana bisa cari gajah di Jakarta ini kecuali dikebun binatang
Ragunan ? ".
Mereka sama ketawa berderai . Tapi dengan telunjuknya menekan ke jam
tangan Daud, Daud sadar apa maksudnya, : " Baiklah , aku pergi. Kue bugis tak
akan kulupa ", dan Daud mencium pipi isterinya.
Lila berkata : " Aku tak kuat melangkah , jadi mas tidak sampai kuantar ke
pekarangan ".
"  Okey,  kata Daud dan sekali   lagi  mencubit pipi   isterinya dengan gemas.
Kegemasan  itu dilapisi  oleh kebahagiaan yang  tiada berperi.  Betapa  tidak  !
Empat tahun telah menjadi suami isteri, namun tidak dikaruniai bayi !.
Dikantor Daud menceritakan kepada sekertarisnta :
" Aku harus pesta kecil siang ini untuk pegawai – pegawai "
" Ada apa Pak ? "
" Isteriku hamil ", kata Daud.
Sekertarisnya memberikan  salam  selamat   .  Tapi   ia berkata  :   "  Bagusnya
bapak bersedekah pada orang miskin dari pada dipestakan untuk kami pegawai
– pegawai. Tapi ini Cuma usul lho , Pak !"………………………..
Daud Waitulo meyadari
, bahwa selama ini ia dijakarta, ia tidak pernah memberikan sekeping uang
logampun   kepada   fakir   miskin.   Kini   sekertris   nya   mengingatkannya   untuk
berbuat begitu.
" Kenapa kau punya usul begitu ? " Tanya Daud.
"  Mungkin Bapak belum tahu, kami  dari  keluarga miskin. Kalau ada pesta
anak – anak orang kaya yang berulang tahun, kami hanya ngiler ingin bernyanyi
bersama mereka,   ingin makan kue  –  kue enak bersama mereka.  Tetapi  seya
ketika   itu   berfikir   :   kenapa  mereka  menghambur   –   hamburkan   uang   dan
makanan hanya untuk teman – teman mereka yang sama – sama kaya , yang
saban hari  sudah cukup puas dengan makanan begitu ? kenapa kue – kue  itu
tidak diberikannya kpd kami ? ".
Untuk pertamakalinya Daud Waitulo mendapatkan kembalai suatu arti dari
kehidupan ini Ia mengeluarkan selembar uang 10.000 rupiah dan diberikannya
kepada sekertarisnya seraya berkata : " Ambil uang ini untuk menebus kue – kue
dimasa kecilmu. Ambil, saya tidak bergurau. Saya terma kasih kau ingatkan soal
arti dari suatu kemelaratan ".
" Ikhlas nih , pak ? " kata sekertarisnya sembari tertawa.
" Anggap saja jumlahnya jutaan rupiah.  Itu bukan uang , tapi makna dari
kata – kata berharga ", kata Daud.
Dan dari   sepuluh orang pegawai   –  pegawai   yang  jadi  bawahannya,  Daud
pada waktu makan siang membagi – bagikan tiap amplop selembar uang 10.000
dengan catatan : " Untuk anak saudara dirumah ".
Tiap pegawai dikantor itu terheran – heran , dan mereka membicarakannya
setelah jam kerja habis. Mereka semua tidak tau mengapa hari  ini Pak Daud
Waitulo demikian dermawannya.  Mereka malahan  jarang disapa,  dan kali   ini
Pak Daud memerlukan makan bersama – sama di kantin kantor.
Dan, ketika pulang dari  kantor, Daud khusus pergi  ketoko makanan untuk
membeli   kue  bugis.  Bila   kuweh  itu dibawanya  pulang,   tampak   Laila  begitu
senang dan ia sendiri menghabiskan sepuluh kuweh.
"  Maaf,  Laila seperti serakah . Soalnya setelah muntah tadi  pagi  saya tak
mau makan lagi . Jadi ini karena kelaparan ", kata Laila.

Episode 24
Mendengar kata 'kelaparan " , Daud ingat bahwa ia lupa pada niatnya untuk
bersedekah   kepada   fakir  miskin   yang   lapar.   Daud   langsung  menggenggam
tangan Laila. Dan berkata sungguh – sungguh : " Maukah kau menemaniku ? "
" Kemana ? mas Daud belum tidur siang ! "
"  Bawa diriku ketempat   –   tempat dimana orang  –  orang miskin  tidak ada
rumah dan pakaian ", kata Daud, " Aku ingin merayakan kembiraan kita berdua
bersama orang miskin itu ".
Laila menganggap Daud seperti barusan bermimpi.
Daud tidak pernah punya niat ebaik ini . Maka Laila menyambut keinginan
Daud itu dengan hati yang ikhlas pula.
Baru  menjelang  malam mereka   pulang   bersamadengan  wajah   cerah   dan
puas.
" Bila anak ini lahir ", kata Daud, " Kita harus hati – hati menjaganya ".
" Tentu saja ", kata Laila.
" Ia tidak boleh sakit ", kata Daud
" Bahkan tak boleh masuk angin ", kata Laila.
" Ia tak boleh terlambat menyusu, tak boleh terlambat makan ", kata Daud.
" Dan yang terpenting, ia tidak boleh ditinggalkan Papanya", kata Laila, yang
membuat   Daud   heran   bertanya   :   "   Apa   maksudmu   Papanya   tak   boleh
meninggalkannya ? "
" Laila menyembunyikan perasaan , dan ia tertawa mengikik : " Aku hanya
bergurau ".
" Kau maksudkan aku kawin lagi ya ? ya ? " Tanya Daud seraya dengan lucu
mengepalkan tinju dan akan meninju muka isterinya . Laila membalas lelucon
itu dengan sikap " angkat tangan " tanda ia menyerah kalah.
Oh, tak pernah ada suami isteri didunia ini yang sebahagia Laila dan Daud
pada detik  –  detik  itu  .  Terlebih  –   lebih  lagi   ,  ketika diperiksa ke dokter   ,
memang Laila telah hamil.
Kehamilannya makin lama makin ditandai dengan perut Laila yang semakin
membesar. Pada saat – saat ini , mereka tampak tambah rukun . Mereka selalu
tampak berdua berjalan – jalan dikala pagi. Dan tak lupa bila bertemu orang –
orang miskin peminta – minta, mereka memberikan sedikitnya seratus rupiah.www.ac-zzz.tk
Orang   -   orang   disekitar   tempat  mereka   seakan   –   akan   saling   berbisik   :
Alangkah bahagianya suami isteri itu . Bukan orang – orang saja barang kali .
Mungkin  juga batu  -  batu yang mereka pijak  ,  mungkin  juga  rumputan  liar
ditepijalan, mungkin juga pohon – pohon dan bunga – bunga, merasa  iri hati
pada pasangan manusia yang berbahagia itu.
Kadang kala mereka terlalu gembira, sehingga mereka lupa bercanda terlau
asik ketika mandi  berdu, Laila tiba  – tiba terpeleset.   Ia pingsan seketika  itu
juga.   Daud   jadi   panik   .   Lestina   ikut   membantu   iparnya.   Lestina   ikut
mengangkat   bersama   kakaknta   Daud   ,   sampai   Laila   sadar   kembali   diatas
tempat   tidur.  Daud agak prihatin  ,  karena dari   selangkangan Laila mengalir
darah segar.
Keguguran ! itulah yang dikuatirkan Dau seketika  itu juga. Buru – buru  ia
membawa Laila kerumah sakit . Dokter biasanya selalu bilang " tidak apa – apa "
. Tetapi mereka menahan agar Laila diopname dirumah sakit.
" Berapa lama ? "
" Kira – kira 2 minggu " , kata dokter.
" Apa penyakit isteri saya yang sebebetulnya , dokter ? "
" Tidak apa – apa . Cuma terlalu lelah saja ", kata dokter.
Dua minggu  lamanya Daud setiap pagi  dan sore menjenguk Laila dirumah
sakit. Dua minggu kalau pagi ia mengambil pakaian kotor Laila dan mengantar
pakaian bersihnya. Laila terharu sekali ketika mendengar ucapan Daud : " Aku
sendiri   yang   mencuci   pakaian   –   pakaian   mu   .   Lestina   memang   minta
membantu  ,   tapi  aku  sendiri  merasa  senang mencucinya,  karna aku merasa
dekat denganmu kala itu ".
Laila meneguk nafas berbahagia , juru rawat, dokter – dokter, kadang kala
suka  meninggalkan  mereka  berdua   apabila  mereka  mulai  melihat   Laila  dan
Daud remas – remasan tangan.
Dan Daud tidak melewatkan saat – sat mesra itu untuk mengecup isterinya.
" Kenapa matmu merah, mas ? " Tanya Laila, ketika Daud dantang pada hari
terkhir Laila dirumah sakit.
" Kurang tidur " kata Daud.
" Tak percaya ", kata Laila.
"  Ya,  terpaksa aku ngaku.  Aku menangis semalaman  . Tetapi  tangisan  itu
berupa perasaan syukur dan prihatin atas bayi yang dalam kandunganmu, yang
telah selamat dari bencana keguguran".
Laila meremas jari – jari tangan Daud, dan menciumnya sepuas-puasnya.
Bila Laila telah dirumah kembali, dengan kandungannya yang sudah enam
bulan  itu  , suasana rumah tampak cerah. Memang kecerahaan sebuah rumah
terletak   pada   tangan   halus   wanita   bila   merika   ringan   tangan   untuk
menyusunnya.
Tetapi   tanpa diduga,  muncullah ayah dan  ibu Daud.  Mereka  tidak dating
berdua , tetapi bersama seorang gadis yang kira – kira berusia 18 tahun . Laila
menyambut kedatangan mertuanya tanpa mengingat kata – kata yang melukai
dulu, apalagi dengan sikap berddendam.
"   Oh   ya,   ",   Kata   Oom Waitulo   ,   ayah   Daud   .   "   ini   saya   hampir   lupa
memperkenalkan   nya   pada   Liala   .   Ini  Meiske,   tetangga   kami   ingin  melihat
Jakarta".
Laila untuk beberapa detik meneliti Meiske.
Episode 25
Gadis  itu memang cantik .  Dan bentuk wajahnya serta rambutntnya yang
terurai  panjang hingga kebetisnya, menambah cantik dan aseli,  masih belum
tersentuh oleh gunting rambut wanita kota.
Meiske  segera  saja ngobrol  dengan Lestina.   Sementara  itu ayah dan  ibu
Daud tempak gelisah, sebab Daud belum pulang dari kantor. Baik ayah maupun
ibu Daud, sama – sama senantiasa memakai isyarat khusus untuk mengucapkan
sesuatu atau mengambil tindakan . Kini ibu Daud menerima isyarat dari ayah
Daud  .   Ibu Daud berkata  lemah  lembut kepada Laila  :   "   Itu si  Meiske bukan
hanya mau lihat – lihat Jakarta saja, tetapi memang akan menetap di kota ini.
Ia melanjutkan study ke akademi ".
" Oh, itu baik sekali", kata Laila, " Kota Jakarta memang pusat dari segala
ilmu , Cuma yang selalu sulit untuk anak – anak yang melanjutkan sekalah di
Jakarta adalah tempat tinggal ".
Ayah Daud memberi   isyarat.  Ibu Daud segera berkata :  "  Nah, bagaimana
pendapat Laila, sebab ibu dan ayah meiske menitipkan dia sepenuhnya kepada
kami "
"  Koq,   sulit   –   sulit  mama   ",   kata   Laila   yang   selau   senantiasa  menyebut
"mama " kepada ibu Daud , " Tinggal saja meiske disini " .
"Kami kuatir kau akan repot . Ada Lestina , sekarang ada meiske lagi ". Kata
sang mama.
" Ah, malahan baik buat teman saya dikala senggang, buktinya Lestina'kan
betah dirumah ini ", kata Laila dengan senyum tulus. " Apalagi untuk anak muda
sekarang , perlu ada disiplin keluarga. Dalam hal ini mas Daud memang selalu
rapi dalam mengontrol Lestina. Kadang kala saya rasa amat disiplin. Tetapi itu
baik , bukannya kejam ".
Kini  ayah Daud yang bicara setelah menerima  isyarat :  "  Tapi  tentu kami
akan rundingkan dulu pada Daud ".
"  Saya  rasa mas Daud  tidak keberatan apalagi  bila saya mendorongnya  ",
kata Laila,  pada waktu  jam makan  siang  ,  Laila mengajak mertuanya untuk
makan bersama. Kedua mertuanya menolak, " Ah, kita tunggu saja Daud pulang
".
" Mas Daud pulang pada jam lima ", kata Laila.
"  Ou,…",  sang mama hampir   terpekik,  untunglah menutup mulutnya yang
menganga ou tadi !.
Dan   mereka   makan   siang   bersama   .   Pada   saat   itu   Laila   kebetulan
berhadapan duduk dengan meiske  .  Oh,  untuk kedua kalinya  ia mengagumi
kecantikan   meiske.   Tetapi   bukan   kecantikan   gadis   itu   saja   yang
memperlihatkan pancaran kebersihan raut wajahnya itu . Tetapi Laila melihat
tingkah   laku  meiske   teramat   amat  manis.  Gadis   itu  memiliki   pribadi   yang
agung.
Tetapi----.hm  ---   dibalik   Laila  mengagumi   lahir   dan   bathin,  maka   ada
gangguan  perasaan   kala   itu   juga   .  Bahkan   gangguan   perasaannya   itu  mulai
menyentak – nyentak kalbunya ketika pertama kali melihat meiske turun dari
taxi bersama kedua orang tua mas Daud . Laila teringat surat papadan mama
Daud. Rasanya gangguan perasaan itu menyebalkan hatinya. Tapi laila seorang
wanita. Ia lebih mempercayai perasaannya dari pada akal fikirannya. Perasaan
Laila berkata  :   "  Gadis  ini  sangat  memikat,   tapi  bisa  juga memikat suamiku
pula. Namun, bila ia mengatakan bahwa ia gembira un tuk menerima meiske
indekost   dirumah   ini.   Itu   hanyalah   ucapan   kebesaran   jiwanya   belaka.  Hati
kecilnya berontak untuk tidak menyetujui tinggalnya meiske dirumahnya.
Laila   tidak  bisa   tidur   siang   ,   karena   harus   ramah  menemani  mertuanya
ngobrol – ngobrol diteras samping. Sang mama berkata : " Laila rajin sekali,.
Bunga – bunga ini ditata amat manis ".
" Tapi bukan Laila sendiri, kami berdua mas Daud memilih kembangnya, dan
dimana ditaroknya. Kadang kala Lestina menemani membantu ".
" Sudah berapa bulan kandunganmu, Laila ? " Tanya sang mama.
" Tujuh bulan, mama ", kata laila.
" Tidak disangka Daud akan punya anak juga ", kata sang papa.
"  Lihatlah, pa  ", kata sang mama kepada suaminya , "  Laila pandai  sekali
memilih   komposisi   baju   ,   warna   dan   bentuknya   amat   sederhana,   kamu
membelinya dimana , Laila ? " .
" Saya tidak membelinya , mama ", kata Laila.
" Semua saya jahit sendiri , juga pakaian bayi sudah saya angsur ".
" Mana " Tanya ibu Daud.
Laila dengan langkah mengenkang – engkang karena beratnya kandungannya
, menuju kekamar tidurnya. Dan diambilnya dari lemari khusus bayi yang dibeli
mas Daud : mulai  dari popok , sampai  pada pakaian – pakaian dingin , serta
selimut   flanelnya.   Iamenunjukkan   hasil   pekerjaan   nya   itu   pada  mertuanya
dengan rendah hati : " Ini Cuma belajar – belajar menjahit ".
" Bagus sekali seperti di took ", kata sang ibu Daud dengan polos . " Malahan
kompossisinya mat modern , ya Pa ? ".
" Memang bagus ", kata ayah Daud.
Laila hanya tersenyum .
Lailai dulu pernah sekolah menjahit ? , Tanya sang mama pula.
" Tidak pernah , Cuma sewaktu SMA , saya belajar melalui  buku, praktek
sendiri. Dan sambil menunggu tahun tahun perkawinan dengan Mas Daud , saya
lebih intensif lagi belajar sendiri , karena bahan-bahannya dimodali oleh mas
Daud ". Dan Laila sambil ketawa berkata pula : " Waktu itu 'kan posisi mas Daud
dikantornya   belum   seberapa.   Maka   kami   menjualnya   juga   ditoko.   Hanya
mengisi waktu disaat itu saja".

Episode 26
Om Waitulo  menatap   isterinya,   yang   dengan  wajah   sungguh   –   sungguh
menatap pada Laila. Ya, mama menatap denga kagum yang polos . Dan sepuas
ia mengagumi Laia , sepanjang itu pula ia menghela nafas.
' Saya dulu pemalas ", kata Laila sambil ketawa rendah hati. " Tapi mas Daud
telah mendidik saya menjadi jadi sedikit rajin dan disiplin " .
" Oh si Daud……memang anak kami paling disiplin . tapi  ia baik bukan ? "
Tanya sang mama.
"  Mas   Daud   sangat   baik   orangnya   ",   kata   Laila   ,   "  Mungkin   ia   seorang
Indonesia   yang   modern,   karna   ia   benar   –   benar   pria   yang   siap   sebelum
memasuki perkawinan ".
Sang mama  senang   anaknya  dipuji  oleh  menantunya   ini.  Tapi   Laila   sam
sekali   tidak munafik mengatakan hal   itu,  dan  itu keluar  dari   lubuk hatinya.
Laila mengemasi contoh pakaian – pakaian bayi itu kedalam , lantas minta ijin
kepada kedua mertuanya untuk menyiapkan makanan kecil dan kopi, " karena
sebentar lagi mas Daud pulang. "
"  Sang mama melihat  jam tangannya.  Begitupun suaminya,  Oom Waitulo.
Tiba   –tiba   suami   isteri   ini   seperti   mendapatkan   titik   –   titik   persamaan
perasaan . Hal itu dimulai oleh ibu Daud . Kata wanita itu : " Kita bersalah .
Kita berdosa . Laila bener – benar tampak baik hati seperti yang diutamakan
Daud dahulu menjelang ia mengawini Liala ".
" Kita bicarakan di kamar ", kata sang ayah.
Suami isteri itu bersama melangkah menuju kamar pavilium , yang khusus
memang telah dirapikan Laila bagi  mertuanya  itu . Laila kepergok mertua,  "
Apa   Oom   dan   mama   akan   istirahat   sebentar   dikamar,   silahkan   Oom,
mama…..mas Daud juga masih seperempat jam lagi pulangnya !"
Dengan sikap hormat,  mertuanya mengangguk dan segera menuju kamar.
Susampai  dikamar,  yang mulai  duluan bicara adalah mama :   "  Mungkin Daud
amat   tersinggung   untuk   memberikan   berita   apa   –apa   bahwa   Laila   sudah
mengandung ".
" Tapi ini sudah salah kita ", kata sang suami , " kita terlalu obtimis . Ini
yang bikin gara –  gara surat  – surat Lestina  ! Saya tak mengerti  mengapa  ia
kelihatannya tak begitu suka pada Laila . Padahal Laila benar – benar ipar yang
baik bagi nya. Ataukah ini adalah proses kejiwaan Lestina ? Lestina anak bungsu
kita, dan dulu dimanja oleh Daud semenjak bayi hingga Daud pindah ke Jakarta
,  Les  mungkin merasa Laila  telah merebut  kasih  saying abangnya yang dulu
kepadanya ".
" Jadi bagaimana dengan meiske ? " Tanya sang mama .
Suami  wanita   itu   seperti   tanpa   berpikir   lama   –   lama  menemukan   jalan
keluar : " Meiske kita bawa saja kembali pulang".
" Ah, gila kau pa. Anak itu sudah pamit kepada semua orang dan tetangga –
tetangganya serta teman – teman sekolahnya. Ia pulang dengan perasaan malu
", kata sang ibu Daud.
" Ya , tapi meiske tokh tidak pernah mengetahui, bahwa ia dibawa kejakarta
dengan persiapan untuk jadi isteri Daud. Sedangkan ayah meiske saja tak tahu ,
koq. Inikan sitim detektid-detektipan antara kau dan ibu mieske ".
" Tapi kau menyokong , Pa ", bela sang mama .
" Nantilah kita tanyakan kepada Daud ", kata Oom Waitulo kemudian.
Barusan   saja   mereka  mendiskusikan  masih   selingkat   itu,   Daud  muncul
disambut Laila.
" Papa dan mamamu dating, juga ada si mieske ", kata Laila
" Mieske ? " Daud terheran – heran.
" Ya, anak tetanggan orang tuamu ", kata Laila, " meiske sekarang lagi tidur
siang bersama Lestina di kamar Lestina ".
Dan ketika itu juga papa dan mama Daud muncul dari pavilium. Terutama
ibu   Daud,   telah  memeluk   anaknya   yang   sulung   itu   seperti   begitu   teramat
kangen. Dan pada waktu minum sore bersama diruang makan, ibu maupun ayah
Daud sama – sama tidak berani untuk mulai menyebutkan soal mieske.
" Itu si mieske di bawa kesini untuk melanjutkan sekolah ? ", Tanya Daud.
Ibu maupun ayah Daud gembira karna Daud sendiri yang mulai bertanya.
" Ya, Orang tuanya menitipkannya kepada kami ", kata sang ayah.
" Sudah ada tempat untuk tinggal disini ? ", tanya Daud.
" Belum ", jawab sang mama segera, " Bagaimana pendapatmu ? "
" Nantilah saya tanyakan pada pegawai – pegawai saya apakah ada diantara
mereka yang mau menerima anak indekost ", kata Daud.
Laila yang sejak semula hanya duduk makan kuweh dan minum seteguk  –
teguk,   tiba  –   tiba berkata mendahului:   "  Ah,  buat  apa cari   tempat   indekost
susah – susah . Indekost saja dirumah ini kan ada pavilium ? "
" Itu untuk tamu – tamu khusus ", kata Daud
" Berdua sekamar dengan Lestina ", kata Laila lagi.
" Kau kan tahu sendiri, dari segi pendidikan pertumbuhan usia berkembang,
gadis – gadis, maupun anak – anak bujang tidak baik disekamarkan ". Kata Daud.
Berbeda   ketika   rundingan   pertama   dengan   Laila   tadi   siang,   kini   papa
maupun mama bersikap netral   –  netralsaja,  tanpa memperlihatkan semangat
agar meiske tinggal dirumah ini. Karena merka sendiri telah merubah pendirian
semula.
Laila mengeluh. Tampak oleh Daud, isterinya kecewa atau bagaimana. Maka
Daud   kemudian   menatap   Laila,   dan   bertanya   padanya   :   "   Bagaimana
pendapatmu, Laila ? "
"  Tadi   siang  juga  sudah  saya bilang  tinggal  disini   saja.  Soalnya anak   ini
dititipkan pada Oom dan mama ".
Daud menghela nafas dalam – dalam . Ia seorang manager. Ia seorang yang
zakelijk. Ia orang yang memikirkan sesuatu dengan inteleknya. Begitu sewaktu
ia   akan  mengambil   keputusan   terhadap   berbagai   persoalan,   Daud   akhirnya
lebih mempercayai   "feeling"nya,   lebih cenderung mendengar  hati  nuraninya.
Seperti   bagaimana   tadi   feelingnya   mendengar   bahwa   ayah   ibunya   kesini
membawa mieske. Seketika itu juga feeling Daud teringat pada surat ayahnya
dulu. Rasanya kurang serasi dengan feelingnya apabila mieske tinggal dirumah
ini.

Episode 27
RASANYA Daud Waitulo sedang diuji, tetapi perkawinannyapun sedang diuji.
Apakah ini bukan berarti, jika si mieske disetujui tinggal dirumah ini adalah
mengundang satu kehancuran perkawinannya dengan Laila ?
Daud   dalam   detik   –   detik   teruji   itu   berusaha   untuk   menyembunyikan
kecanggungannya.   Dia   tidak   iangin   Laila   menyaksikan   kegugupannya
menghadapi   cobaan   bathin   ini.   Padahal   ketika   itu   hatinya   berontak   hebat
kepada ayah dan ibunya ! Ia benci  sekali dengan ujian ini ! Ia benci ibu dan www.ac-zzz.tk
ayahnya   tidak  memikirkan   perasannya,   perasaan   Laila,   jika   gadis   secantik
meiske tinggal dirumah ini.
Daud menatap  ibunya.   Ibunya melirik   kepada  ayahnya.  Ayahnya  berkata
pada Ibunya : " Saya tidak menyangka, perkembangan Daud akan sehebat  ini
dalamusaha. Rumah ini begitu bagus………".
Daud segera memotong : " Kebagusan sebuah rumah tergantung dari isteri ".
Laila   tersipu   –   sipu   malu,   seakan   –   akan   melupakan   sejenak,   bahwa
dirumahnya   akan  tinggal   seorang   gadis  berwajah  agung,   gadis   sekampung  ,
masih famili Daud, gadis semanis mieske ini. Tetapi dalam tersipu – sipu dipuji
suaminya, Laila ingin menyenangkan tamunya dan juga calon penghuni rumah
ini. Kata Laila : " Mudah – mudahan rumah kami tambah berseri setelah meiske
tinggal disini ".
Daud tambah terperangkap oleh ucapan Laila, yang seolah – olah memberi
sokongan halus  agar  diterima  tinggal  disini.  Mengapa  ?  Apa Laila  tak  tahu  ,
bahwa dengan ucapan basa – basi nya itu berarti dia ikut mengundang neraka
baru yang akan meruntuhkan rumahtangganya sendiri ?
" Meiske juga pandai memasak ", kata ibu Daud.
" Wah, kami bisa saling membantu dalam soal masak – memasak ini ", kata
Laila pula, yang benar – benar menyebalkan perasaan Daud.
Secara prinsipil, Daud tidak setuju meiske tinggal disini. Malahan ia curiga
pada   kedua   orang   tuanya.   Ia  menduga   hal   ini   dengan   bersengaja   dibuat
mereka.,  agar  Laila dan Daud  jadi   retak dengan hadirnya orang ketiga yang
cantik jelita.  Setelah retak maka pecah dan bubarlah perkawinannya dengan
Laila. Kemudia, kemudian sekali setelah bubar ruamh tangganya, maka meiske
pun dijodohkan dengan Daud.
Tetapi  sulit bagi  Daud untuk menerka, apakah sebenarnya yang dirasakan
Laila  pada detik   –  detik-   singkat   tetapi   tegang  ini.  Apakah Laila   sungguh  –
sungguuh  ataukah diam-diam menyembunyikan  tidak   setujunya dan berkaok
kaok manis sekedar menguji hati nurani Daud ?
"  Yang terang  ", kata  ibu Daud  lagi.   '  Jika kita semua sependapat mieske
tinggal disini , adikmu Lestina ada teman ".
" Memang seharusnya begitu " , kata Laila. Dan ucapan Laila ini menambah
kejengkelan hati Daud lagi , tetapi sulitkan bagi Daud untuk memberi isyarat
kepada Laila agar ia tutup mulut saja, jangan berbicara lagi.
" Yang pentingkan bukan kita ", kata mieske, " Yang penting adalah mieske
diperkenankan numpang dirumah ini ".
Hampir saja Laila yang mendahului  bicara,  andaikata tidak dipotong oleh
ayah Daud terlebih dahulu : " Saya kira tidak akan merugikan betul jika mieske
numpang dirumahmu, Daud ".
Daud menundukkan kepala,  sementara  ibunya berkata :   "  Ah,  Daud tentu
setuju, dia tentu menunggu persetujuan ' Nyonya Rumahtangga',dalam hal ini
Laila ".
Daud   mengangkat   kepala,   pandangannya   bertemu   Laila   yang   memberi
anggukan.   Namun   Daud   tampaknya   masih   belum   memberikan   putusan.
Ditatapnya   Laila,   Laila  mengerdipnya.   Daud  masih   juga   secara   bathin   tak
menyetujui.
Namun dua kali   isyarat  mata Laila membuat  Daud mengambil  keputusan
yang berbeda dengan feelingnya . Sambil menghela nafas dalam – dalam, Daud
Waitulo akhirnya berkata: " Yah,meiske boleh tinggal dirumah ini asal ia mau
mengikuti disiplin dirumah ini ".
Tapi   sesungguhnya   tak   ada   yang   gembira   mengenai   keputusan   ini   .
Terutama   yang   paling   risau   adalah   ibu   Daud   sendiri.   Perasaannya   sudah
berubah sama sekali setelah ia berjumpa dengan Laila. Hati kecilnya menaruh
hormat kepada isteri anaknya ini !
Bukan  saja hati  kecilnya  !  sikap  –  sikapnya pun  telah berbeda setelah  ia
mengenal Laila dari dekat dan akrab. Ayah Daud sendiri demikian pula. Tetapi
orang tua  ini   tidak  terlalu risau  .  Dan Laila,   ia telah berdusta dengan suara
bathinnya.
Menjelang   tidur,   Daud   memegang   bahu   Laila.   Laila   tahu   Daud   akan
menyampaikan   sesuatu   .   Ia   pura   –   pura   telah   tertidur.   Namun   Daud
mengguncang – guncangkan bahunya, dan dengan bersikap seolah – olah kaget
dibangunkan, Lial bertanya : " Ada apa, mas ? ".
" Kali ini aku merasa heran ", kata Daud.
" Ada apa sih sudah malam – malam begini ? kayaknya mau ngomongin yang
penting , hm ? "
" Aku heran mengapa sekali ini sikap kita berbeda ", kata Daud.
" Soal ? "
" Hati kecilku berkata : meiske sebaiknya jangan tinggal disini ".

Episode 28
Daud mencoba menatap mata Laila, tapi Laila hanya senyum – senyum saja
dipandangi   begitu.   Daud   melanjutkan;   "   Kau   memberi   isyarat   agar   aku
menyetujui. Tapi hati kecilku menolak ".
Laila tersenyum lagi, senyum yang benar – benar lega.
Wajahnya   tambah   cantik   ditatapi   suaminya.   Dan   memang   sebenarnya
demikianlah  .  Wanita adalah mahluk yang paling berani  menghadapi  cobaan
dan bahaya, kadanga kala sangat berani menyongsongnya secara sadar. Bahaya
itu adalah berdiamnya mieske dirumah ini. Laila tahu itu / Ta seakan akan ingin
menguji samoai  mana cinta Daud, sampai  batas mana  iman hati  sang suami,
dalam lingkungan yang berbahaya ini. Tetapi dia pula yang memetik kepuasan
pertama, saat iini juga ! Laila mereguk rasa puas itu dari ucapan – ucapan Daud
tadi, yang amat jujur, yang amat setia.
Kini Laila yakin melebihi dari sebelumnya, bahwa Daud sepenu – penuhnya
mencintai dirinya. Oh, maka terlepaslah senyum sempurna tadi, yang membuat
wajahnya  lebih cantik,  karena kecantikan yang  sempurna adalah kecantikan
yang memancar dari bathin seorang wanita.
Dan memanglah, semenjak meiske benar – benar pavilium rumah ini , Daud
memperlihatkan sikap bertambah – tambah saying pada Laila . Pada suatu hari
Daud pulang membawa kerata bayi, Laila terkejut, tetapi Lestina dan meiske
juga sama – sama tertawa lucu.
" Masih lama lagi bayi lahir, kereta bayi sudah dibeli ", kata Laila.
" Aku betul – betul sudah kepingin cepat – cepat jadi ayah " , kata Daud.www.ac-zzz.tk
Ketika  itu meiske memperhatikan dengan berdebar   –  debar  betapa Daud
mencium dua kali pipi Laila. Dalam debaran – debaran jantungnya itu, gadis itu
membayangkan , betapa bahagianya orang yang menjadi isteri manusia seperti
Daud ini. Ia amat polos untuk mengagumi , dan dengan polos berkata : " Meiske
ngiri, deh , melihat kak Laila begitu bahagianya punya suami sebaik bang Daud
".
"Nanti kalau sampai waktunya, kau mesti mencari suami sebaik mas Daud ",
kata Laila.
" Bagaimana caranya sih ? "
" Kita wanita menerima kebahagian dari suami kita adalah ibarat gema yang
kita dengar di sebuah guha.. Gema itu adalah suara kita sendiri ", kata Laila.
Dan   ia  menjelaskan   :   "   Andaikata  meiske   nanti  menjadi   seorang   isteri,
terlebih   dahulu   bukannya   kau  meminta   kebahagiaan   dari   padanya,   tetapi
kaulah yang memberikan kebahagiaan kepadanya,  sampai  pada kebahagiaan2
kecil untuknya, misalnya makanan – makanan khusu yang ia sukai semasa kanak
– kanak , pakaian – pakaian tertentu yang sangat disayanginya. Diam – diam kau
telah   me,mberikan   satu   penjara   cinta   kepada   suamimu   tanpa
membelenggunya, tanpa mengekangnya dibalik terali besi ".
Daud tersenyum mendengarnya.  Dia menambahi   :   "  Bila sang suami  telah
terperangkap   oleh   bahagia   dari   sang   isteri   ,   kau   ibarat  menaburkan   abu
sepanjang jalan yang dilalui suamimu. Suamimu akan kuatir dari abu yang kau
taburkan itu, karna engkau seolah olah melihat jejak kemanapun ia melangkah
".
" Kebetulan kami berdua menyukai hal – hal yang indah ", kata Laila.
Daud menambah seraya meraba perut Laila yang telah hamil tujuh bulan itu
dengan berkata : " Ini adalah salah satu buah dari cinta kami ".
Dan bila pagi hari Laila dan Daud membuka pintu rumah, dari celah – celah
lubang angin pavilium meiske mengintip mereka. Sengaja meiske meninggalkan
buku – buku kuliahnya untuk melihat dipagi  yang masih belum terlalu terang
sinar   matahari   itu.   Dilihatnya   Laila   bergandengan   tangan   .   Tangan   Laila
menyelusup kesiku Daud. Tangan Daud menyelusup ke pinggang Laila. Mereka
melangkah jalan pagi meninggalka pekarangan . Mungkin ada lelucon – lelucon
kecil yang dikatakan Daud sampai Laila tertawa cekikikan. Dan meiske iri hati
diam – diam oleh kebahagiaan yang kini dilihatnya makin nyata.
Meiske melanjutkan mempelajari kuliah kuliahnya, karna nanti jam delapan
akan ada  latihan percakapan bahasa  inggris. Gadis  itu membaca percakapa –
percakapan bahasa inggris itu dengan keras karna begitulah dianjurkan dosen.
Tetapi satu jam kemudian ucapan – ucapan meiske tiba – tiba jadi lambat,
karna ia mendengar suara Laila cekikikan lagi . Meiske mengintip lagi melalui
lubang angin. Laila kelihatan sedang memegang serumpun bunga matahari yang
rupanya baru merelka beli. Daud berkata, terdengar oleh meiske : " Sekarang
akan kuterangkan bagaimana bunga kawin ".
" Ah ", kata Laila menepik pantat Daud , " Mas Daud in ceritanya ada – ada
saja   .   Tadi   cerita   kucing   kawin,   sekarang  mau   cerita   bunga   kawin.   Tapi
gimanasih caranya bunga kawin ? "
" Tanpa angin bunga tak akan kawin ", kata Daud .
" Kalau kau mau menyaksikan bagaimana bunga kawin , kau harus mendekati
dua   rumpun   bunga.   Kau   ciptakan   angin.   Kau   tahu   bagaimana  menciptakan
angin ? "
" Ya, dengan pompa sepeda ", kata Laila.
" Kalau bengkel sepeda tidak ada, toko – toko sepeda tutup. Apa akalmu ? "
" Kutiup dengan mulut supaya ada angin ", kata Laila.
" Nah, mas Daud kalah ", kata Laila menuding kehidung Daud.
Meiske melihat begitu mesra sekali.
" Belum kalah, mulutmu tak bisa meniup kaera kau sakit gigi ", kata Daud.
" Wah gawat, bagaimana sih menciptakan angin , mas ? ".
"Gampang, tekan nafasmu kuat – kuat alm perut , dan keluarlah angn ", kata
Daud
Laila tertawa terbahak bahak . Tapi karna pagi itu masih sepi , ia malu dan
menutup   mulut.   Tetapi   sambil   ketawa   Laila   berkata   ;   "   Aku  masih   bisa
membantahnya. Angin itu tak kan keluar kalau kau punya penyakit wasir ".

Episode 29
Laila   ketawa.   Daud   menggerutu   :   "   Sialan   ,   aku   kalah   akhirnya.   Ini
bayarannya dua puluh  lima perak  ",  kata Daud  seraya menyerahkan coin 25
rupiah . Dan Laila mengalihkan persoalan : " Ambil cangkul sana ! Mau tanam
bunga koq cerita bunga kawin ".
"  Okey,  Lady  ",  kata Daud dengan  langkah  lincah masuk kedalam  rumah
mengambil cangkul. Dan semua itu disaksikan meiske dengan begitu asyiknya.
Ia menyelesaikan intipannya. Tetapi konsentrasi agak terganggu dalam belajar,
karena  telinganya mendegar   suara bunyi  cangkulan  –  cangkulan  ,  dan bunyi
suara ketewa cekikikan, suara Daud bercerita. Kemudian yang didengar meiske
adalah : " Nah, sekarang mari kita mandi. Kau yang mandikan aku, ataukah aku
yang mandikan kau ".
Dan setelah itu meiske tidak mendengar apa – apa lagi.
Sebagai gadis yang bertumbuh untuk jadi dewasa , meiske membayangkan
betapa  indahnya  suatu perkawinan yang  tumbuh dengan cinta  .  Dan karena
tidak  mau  membayangkan   bagaimana   pula   perkawinan   tanpa   dicintai   dan
mencintai, meiske berjanji untuk tidak dengan gampang untuk jatuh cinta.
Pada malam harinya, meiske melihat betapa suami isteri ini pergi bersama.
Laila berpesan kepada meiske : " Kami mau nonton, belajar yang rajin ".
Lestina bercanda : " Nonton sih nonton , tapi itu tambur dibawa terus ya ? ".
Laila  menjawab   :   "   Nanti   kalau   kau   dewasa   kau   pun   akan  membawa
tamburmu ", dan ipar Lestina ini tertawa menjelang meninggalkan pintu rumah.
Kebetulan Lestina belajar dimeja makan bersama – sama meiske malam ini.
Mereka berdua tidak bercakap – cakap sepatah katapun. Ada sesuatu yang ingin
dikatakan meiske. Tetapi saying itu tidak dapat diucapkannya kepada Lestina.
Lestina   sendiri   sudah   sebulan   dua   bulan   ini   berubah   menjadi   anak   yang
pendiam. Gadis remaja itu tambah tekun belajar. Dan tak pernah keluar rumah
lagi dengan alasan mau belajar dirumah teman .
Hanya Lestina yang mengetahui, apa yang telah terjadi atas dirinya maka ia
berubah jadi pendiam . Tetapi meiske pun berubah berangsur angsur menjadi
gadis  yang pendiam  .  Tapi   ia berangsur angsur  bersikap  rajin.  Selama  ini   ia
memang gadis   yang pembersih  .  Tapi   ia hanya membersihkan pavilium dan
halaman sekitarnya.
Kini   ia   rajin  mengepel   rumah   dan   bukan  mengepel   kamarnya   saja   atau
beranda paviliumnya. Perubahan ini dilihat oleh Daud. Daud bertanya : " Sejak
kapan kami menyuruh kau jadi tukang pel , meiske ? "
Laila   yang   kebetulan   sedang  menjemur   pakaian  menjawab   :   "  Dia   yang
minta sendiri, mas Daud ".
" Meiskemelihat kak Laila makin besar hamilnya ", kata meiske.
" Sudah berapa hari ini si meis yang menolong cuci pakaian ".
" Mudah – mudahan jadi ibu rumah tangga yang baik kelak ", kata Lestina
bercanda dari pojok.
"  Eh,   tumben kali   ini  mulut   si  Les  ngomong  ",  kata Laila  ,   "  Selama  ini
pendiaaamm sekali ".
" Kau juga ikut kerja tokh ?", Tanya Daud pada adiknya.
" Jam lima masak. Pokoknya kita yang duluan , deh ", kata Lestina.
Pendeknya hari – hari menjelang Laila melahirkan , rumah itu tampak serasi
sekali.
Tetapi  beberapa hari  menjelang waktunya untuk melahirkan  ,  ada berita
mengejutka dari Laila sendiri. Pagi   itu Laila disuruh Dokter pribadinya untuk
memeriksakan pinggul ke rumah sakit. Ini hanya bisa dilihat di RSUP. Dari sana
ada sepucuk surat yang harus diberikan kepada dokternya semula. Dokter itu
agak lama terdiam.
" Apa yang terjadi Dokter ? "
" Anak nyonya terlalu besar disbanding dengan pinggul nyonya ", kata dokter
itu,  "  harap suami  nyonya pagi   ini  dipertemukan kepada kami, karna nyonya
harus melahirkan dengan operasi Caesar ".
" Apa itu dokter ? "
" Anak dikeluarkan dari rahim melalui operasi pada perut , tapi itu bukan
operasi yang berbahaya ".
Laila begitu pandai melawan rasa takut, sehingga ia seperti bersahaja saja
mengatakan pada Daud sepulang dari bekerja.
Kalau Laila  tampak  tidak  tegang  ,  sebaliknya  justru Daud  lah yang amat
gugup   kelihatan.  Wjahnya   langsung   jadi  murung   .   Sekembali   dari   bertemu
dengan   dokter,   Daud   bertambah   murung   lagi.   Ia   kebetulan   mempunyai
ensiklopedi   .  Makin  tahu  ia apa  itu operasi  Caesar,  makin  tambah ngeri   ia
menghadapi hari – hari mendatang ini.
Ia khawatir bahwa hanya ada empat kemungkinan setelah operasi ini . Jika
ibunya  tak  tahan,   ibu akan mati,  dan bayi  hidup  .  Kemungkinan kedua bayi
yang mati,  dan  ibu hidup.  Kemungkinan ke  tiga adalah bayi  dan  ibu sama  –
sama mati   .  Dan kemungkinan ke empat adalah bayi  dan  ibu selamat  dua  –
duanya..
Meiske mendengar kata – kata Daud itu dengan gemetar , Lestina juga , dan
yang tidak gemetar ketika mengucapkan  itu justru Laila.  Ya, Laila pula yang
berbicara mengenai empat kemungkinan itu .
Laila berbicara seenaknya saja. Ia malahan bercanda saja ketika berkata: "
Kalau aku mati , kalian bertiga harus seringkali berziarah kekuburan Laila ".
Daud mendongak memdengar kata – kata itu. Tapi ia tak berani marah. Ia
sendiri dicengkram oleh kemungkinan itu .
Meiske berdiam diri, begitupun Lestina. Daud memegang bahu Laila sambil
berkata: "Daripada ngomong ngawur, baiknya kita tidur saja".
Tinggal kini meiske dan Lestina di ruang makan.
Dua gadis itu berdiam diri, tapi kemudian saling tatap menatap lebih dari
dua kali.
" ngeri….", kata meiske.
"  Daripada musti  begitu,  aku  lebih baik  tidak kawin  –  kawin saja  ",  kata
Lestina
Dan   kedua   gadis   itu   bungkam  sampai   keduaq   duanya   ngantuk,  meiske
kembali  kepavilium.  Kalu tadi  diruang makan  ia mengantuk, kini  dikamarnya
meiske  tak bisa  tidur.  Entah mengapa  tiba  –tiba  iaingat kembali  percakapan
rahasia antara ibunya dengan ibunya bang Daud. Bahkan ayahnya tidak diajak
serta   dalam   pembicaraan   rahasia   itu   .   Pembicaraan   rahasia   itu   adalah
mengenai perkawinan. Kalau tidak salah , bang Daud akan dikawinkan setelah
bercerai  dari Laila. Ya, kalau tak salah soal  itulah. Tapi ada sedikit – sedikit
disebut  nama meiske.  Sebelum bang Daud pindah ke Jakarta  ,  meiske telah
kenal  siapa bang Daud.Didaerahnya Daud  terkenal  sekali.  Meiske yang masih
muda   remaja  waktu   itu   pun  menilai   bahwa   Daud   adalah   pemuda   ganteng
disana. Biarpun meiske ketika itu tidak begitu jelas , tetapi persaan halusnya
meraba mengapa  ia harus sekolah di  Jakarta dan akan tinggal  dirumah bang
Daud.

Episode 30
Meiske   tidak   merasa   heran   dalam   urusan   kawin   cerai   ini,   karena
didaerahnya hal   itu  sudah  sering  terjadi  dengan biasa.  Bahkan ayah meiske
sebenarnya adalah ayah tiri .
Entahlah.  Entah apa yang menyebabkan meiske  saat   ini   teringat  kembali
pada  pembicaraan   rahsia   itu  .  Dulu  pertama   ia  dating  dan melihat  betapa
berbahagianya bang daud dan kak Laila, meiske menganggap bahwa percakapan
rahasia  ibu daud dan  ibunya sendiri  dulu hanyalah salah dengar saja. Tetapi
kini nalurinya bertanya – Tanya sendiri.
Malam itu meiske tidak bisa tidur. Tapi yang paling tidak bisa tidur adalah
Daud. Tapi juga Laila.. Ia sebagai orang yang bersangkutan dalam oerasi Caesar
ini seakan - akan tidak mempercayai kata – kata dokter kandungan tadi sore : "
Dizaman modern ini 99 prosen dari operasi Caesar berhasi. Hanya satu prosen
saja yang gagal. Karena hal – hal abnormal saja. Nyonya tidak usah cemas."
Tidak usah cemas ? Tidak usah cemas , Oh, Laila sedang memikirkan itu. Ia
berkata sendiri dalam hati : " Jika aku termasuk kelompok yang 99 prosen ya
tak   usah   cemas.  Tapi   jika   aku   termasuk   kelompok   yang   satu   prosen   gagal
itu……….
Dan saat – saat menjelang operasi ini makin hari makin tera makin dekat,
bahkan   diperkirakan   dalam  dua   tiga   hari   ini  mungkin   bayi   itu   harus   lahir.
Dokter mendekati Daud , ketika ia dan isterinya memeriksakan.
" Tuan tentu ingin punya anak lebih dari satu ", kata dokter itu.
" Entah . Sya saat ini hanya memikirkan keselamatan ibu dan bayinya '
"   Tapi   maksud   pertanyaan   saya   penting,   .   Karena   dari   segala   sudut
kelemahan2 khusus pada diri isteri tuan kami perlu meminta ijin ", kata dokter
itu.
" Apa itu dokter ? "
" Isteri anda hanya satu kali ini saja diperbolehkan mengandung. Bila terjadi
kehamilan lagi , ya itu tak apa, tapi menyulitkan dia dan kami. Mamang wanita
yang berbadan kuat dan sehat boleh saja dua atau tiga kali menjalani operasi
Caesar seperti ini, tetapi khusus untuk isteri tuan kami minta kesediaan tuan ".
" Maksud dokter ? ".
" Peranakan isteri tuan akan kami tutup ", kata dokter kandungan itu , ' Ini
kerja ringan saja. Biasa dilakukan ahli – ahli bedah kandungan ".
Daud semakin cemas saja akan permintaan yang satu ini.
Tapi   ia   berusaha   menggunakan   akalnya   dari   pada   haya   dihanyutkan
perasaan  .  Pantaslah bila dokter   –  dokter  meminta  ijin menutup peranakan
isterinya. Karna mungkin saja ada seorang calon ayah yang ingin punya banyak
anak tak bersedia mengabulkan ijin itu .
"   Kami   tak   meminta   jawabannya   sekarang.   Tapi   kami   mengharapkan
jawaban itu sebelum bayi dilahirkan "., kata sang dokter
Daud terpana untuk beberapa lama. Ketika ia berkata " Baiklah ", terbayang
olehnya bahwa baginya cukup  satu anak apabila anak  itu selamat   saja  lahir
kedunia dan selamat pula ibunya.
Karena Laila tidak diperkenankan ikut dalam perundingan itu, Daud memilih
saat   yang   baik   sekali   untuk  mengutarakannya   kepada   Laila.   Sore   itu   juga
kelihatan   Laila   lincah   berlebih-lebihan   .   Dan   kelincahan   yang   over   itu
menakutkan Daud. Dia teringat cerita – cerita lama orang yang mati senantiasa
meninggalkan "perangai". Apakah lincah dan canda Laila ini sebagai orang yang
akan meninggalkan perangai pila ? Malam menjelang tidur Daud berkata : m"
Aku hanya memohon pada Tuhan , kau dan bayi kita selamat. Misalnya ada yang
Tanya: apa kau  ingin anak lima atau dua ? aku akan menjawab : satu cukup
buatku. Akan kugendong satu – satunya anakku itu sampai keujung dunia kalau
perlu ".
Laila diam  saja.  Bayi  dikandungannya menolak  keras.  Daud bertanya  ;   "
Bagaimana dengan kau ? "
Laila tak menjawab Tanya Daud.
" Satu cukup " Tanya Daud lagi.
"  Biarlah satu asal  dia hidup. Laila bahkan bersedian mati  asalkan bayiku
hidup".
Laila membacanya dibuku catatanmu, mas Daud.
Akhirnya Laila tahu , hampir lima tahun lamanya mas Daud merindukan anak
.
Kau   tulis   :  Hidup bersama   isteri,   bahagia.  Tapi  hiduppun   ingin bersama
anak. Dan kebahagiaan ini sempurna. Bukankah begitu ? "
Daud membujuk  isterinya.   Ia tak mengira catatan hariannya terbaca oleh
Laila. Ia seakan – akan ditodong oleh laila akan maksud kata – katanya itu pada
saat – saat yang gawat ini.www.ac-zzz.tk
Laila tiba – tiba berkata : Aku tak ingin mendengar jawaban . Aku tahu kau
amat mencintaiku ".
Laila meremas tangan Daud. Kemudian ia berkata lirih : " Mas, remaslah jari
– jari ku ". Kemudian dengan menahan sesak nafasnya, Laila berkata lagi: " Mas,
aku tidak keberatan jika aku haru mati demi hidupnya bayimu ini kedunia "
" Laila …"
" Demi Tuhan .mas ", kata Laila, " Kini aku amat pasrah ".
" Tuhan akan menolong kau, menolong kita berdua. Begitupun bayi kita ",
kata Daud dengan suara sendu.
Dan dengan sendu pula Laila melanjutkan Kata – katanya : " Tetapi jika aku
harus mati, aku ingin mati dengan perasaan pasrah dan tenang ".
" Laila ", Kata Daud, dengan sepenuh takut mengingatkan isterinya, karena
ia  tahu benar   ,  bahwa hanya orang  –  orang yang akan mati  saja yang bikin
pesan –pesan khusus begini.
" Mas , " kata Laila lagi, kali ini meremas Daud erat – erat , " Demi Allah ,
aku   mengijinkan   kau   untuk   kawin   lagi   jika   aku   meninggal   dunia.   Tetapi
kawinilah wanita yang semacam aku. Yang baik budi, yang mencintaimu setulus
hati   ".   Dan   Laila  mulai   terisak   isak.   Dan   sambil   terisak   isak   itu   pula   ia
melanjutkan pesan- pesannya: " Tapi dalam hal diriku bila aku mati nanti, ada
satu pesanku yang paling penting  :   Isterimu  itu nanti  harus  kau didik untuk
mencintai bayi kita seperti engkau mencintainya . Ia harus jadi ibu pengganti
diriku !".
Daud  terperangah   .   Iapun   tak   bisa  menahan   dirinya   untuk  menangis.   Ia
melelehkan air mata juga seterharu Laila. Laila meremas jari – jari tangannya,
dan Daud pun meremas – remas jari tangan isterinya.
" Kau berjanji ? " tanya Laila.
Daud  terdiam  .   Ia  tak berani  menyahut.  Berani  menyahut  berarti   ia siap
untuk   kematian   Laila.   Sia   tak   menginginkan   kematian   isteri   yang   sangat
dicimntainya.
"   Katakanlah   ,mas   Daud   !   Ini   permintaanku   yang   sungguh   –   sungguh.
Katakanlah , kau akan berjanji !"
Kini  Daud  takut  pada ancaman Laila.  Tidak  berani  mengatakan mungkin
akan ditafsirkan salah. Yang berati ia tidak akan menepati janji - janjinya kelak
.   Dalam  keadaan   seperti   begini,  wanita   –  wanita   biasanya   lebih   gampang
tersinggung.   Cepat   Daud   berkata,   namun   suaranya   bagai   tersendat
dikerongkongan.
" Aku berjanji " kata Daud.
" Kau berjanji akan mencintai anak ini ? ", kata Laila.
" Aku berjanji akan mencintai anak ini ".
" Bila Laila mati…." Kata Laila .
" Bila Laila mati ", ucap Daud.
" Dan sekiranyapun aku harus kawin lagi ", kata Laila.
"  Dan sekiranya pun aku……"  hati  nurani  Daud memberontak .  Ia seakan –
akan tak sadar harus berkata keras;  "  Tidak  ! Aku berjanji  tidak akan kawin
lagi! "
" Janganlah kau segampang itu bersumpah , mas Daud ", kata Laila.www.ac-zzz.tk
Tetapi   tiba  –   tiba Laila berbisik  :   "  Mas  1"  dan  sekali   lagi   "  Mas!   ".  Ada
sesuatu yang dirasanya keras memelintir diperutnya. Ia tiba – tiba merasa akan
melahirkan
" Oh, mas. Saatnya mungkin sudah datangn " , kata Laila.
Laila kuat-kuat meremas tangan Daud.  Ia berkata terputus – putus  : Mas,
bawa aku sekarang ……."
Begitu gugup Daud. Begitu gugup sehingga ia tak berani mennyetir mobil. Ia
memanggil   taxi.   Dan   dalam  taxi   Laila  menyandarkan   kepala   dibahu   Daud.
Bibirnya gemetat berkata : " " Mas, aku sungguh – sungguh pasrah . Ada satu hal
yang harus  kupesankan  lagi   .  Yaitu meiske,  aku senang padanya,   ia benar   –
benar anak yang baik. Hati kecilku menyukainya. Andaikata anakku harus punya
ibu tiri, mas ……..lebih baik kukatakan dari sekarang……".
"  Laila ! jangan mengigau ! Berdo'alah.  Mintalah pada Tuhan seperti yang
kulakukan sekarang  ". Kata Daud memperingatkan Laila dengan tegas karena
pada saat – saat itu ia benar – benar sedang mohon kepada Tuhan agar isterinya
dan bayinya sama – sama selamat.
" Mas, " Laila meremas tangan Daud lagi, dan makin terisak - isak

Episode 31
DAUD merasa  terlepas  kesabarannya ketika  terpaksa membentak  laila  :   "
Diamlah ".
Laila berhenti  merintih,  tetapi   itu telah membuat Daud  trenyuh sehingga
dibelainya rambut isterinya yang kusut : " Berdo'a lah sayangku. Ini saat saat
yang paling penting dalam hidup kita.  Kuminta dengan  sangat   ,  kau  jangan
menyebut orang ke tiga ".
" Maafkan Laila , mas Daud ", kata Laila menangis.
" Aku mencintaimu, Cuma kamu yang kucintai didunia ini. Jika kamu mau
menyebutkan nama orang ketiga dalm hidup kita, coba kau sebut siapa nama
anak kita nanti ".
" Aku tetap ingin punya anak permpua ", kata Laila.
" Baiklah. Kau sebut siapa namanya ", kata Daud.
" Berilah nama Delila ".
" Nama itu bagus sekali , paduan antara " D", namaku, dan " Lila ", namamu.
Nama yang bagus " kata Daud.
" Nama yang terkesan ", kata Laila.
" Ya, berkesan".
" Nama yang tidak bisa memisahkan cinta kita, sekiranyapun aku harus mati
", kata Laila lagi.
Laila  menangis   seraya  menahan   nyeri.   Tetapi   kali   ini   Daud   tidak   bisa
mencegah lagi. Dia kali ini bebar – benar ikut terseret kalau – kalu Laila benar –
benar mati. Bukankan begitu banyak ibu yang tidak kuat menahan sang maut,
yang terpaksa menyerah mati ketika melahirkan bayi ?
" Mas,…." , rintih Laila lagi.
Kini Daud meremas jari – jari isterinya itu, " Apalagi , saying ? "
"Kalau aku mati,  mas",  kata Laila,   "  Maukah kau mendatangi  kuburanku  ?
setidak-tidaknya   sekali   sebulan   ?dan  membersihkan   nisanku   dari   debu   dan
bekas hujan ? "www.ac-zzz.tk
Daud  lagi  –  lagi  meneteskan air mata , dan dia tak mampu menjawabnya
kecuali  meremas   jari   -   jari  Laila  serta menciumi  wajahnya dengan  sepenuh
rasa.
" Kau menangis, mas? "
" Ya, Laila ".
" "Kau menangis ?"
" Ya---"
Laila meremas jari2 tangan Daud , seperti Daud meremasinya . Kedua suami
isteri   itu  kini   terseret  oleh   rasa  putus   asa  .  Tetapi  Daud mencoba  berdo'a
menyebut nama Tuhan , dan ia ingin mendapatkan kekuatannya kembali. Dan
Tuhan benar – benar pengasih lagi penyayang : Daud bangkit dari keruntuhan
bathin , dan ia merasa dirinya kuat ketika tampak olehnya pintu gerbang rumah
sakit..
" Kita sampai Laila ", ucapnya
Daud meminta bantuan sopir taxi untuk mengangkat Laila. Dua laki – laki itu
kini   bersama   –   sama  mengangkat  wanita   yang  mau  melahirkan   itu   .   Daud
melihat kereta dorong. Dia menyuruh sopir itu untu berhenti melangkah, dan
dengan isyarat dia tunjung kereta dorong itu.
Lala kemudian didudukkan diatas kerete dorong  itu. Ketika sopir  itu akan
pergi, Daud mencegahnya :
"  Jangan pergi  dulu  , Pak ,  tolong Bantu pegang  isteri  saya, biarlah saya
yang mendorong ".
Kereta dorong itu didorong Daud melewati lorong – lorong, tetapi tak ada
seorang suster rumah sakitpun yang tampak.
Kemudian   tampak  muncul   satu   suster,   yang   sedang  mendorong   kereta
dorong lainnya, dari arah yang bertentangan.
Namun Daud menegur suster yang sedang bertugas  itu:   "  Suster  ,  apakah
benar bahwa lorong ini menuju tempat bersalin ? "
" Ya, Tuan", sahut suster itu.
Daud  mendorong   terus   sampai   ia  melihat   suatu   tanda   dimana   tempat
bersalin berada.
Disitu   seorang   suster  menyongsongnya.   Suster   itu  membantu  mendorong
sampai ke pintu, sementara Daud kesal karena pintu itu belum terbuka.
" Ketok pintu itu , suster ", ucap Daud
"  Tidak bisa  , Pak  . Nanti  kalau ada yang keluar bisa dimasukkan  ",  kata
suster itu.
"   Tetapi   keadaan   isteri   saya   ini   mendesak   ",   kata   Daud   pula,   dan
menambahkan : " Coba suster tengok dulu apa ada tempat ".
Dan Daud menciun kening Laila,  menghapus  kening yang berkeringat   itu,
menanyanya dengan mesra : " Kau masih sakit ? "
" Masih , mas ", jawab Laila.
" Suster, tolong ketok pintunya ", kata Daud tak sabaran
Suster   itu   menahan   kesabarannya,   tapi   Daud   tak   bisa   menahan
kesabarannya sendiri.
Dia langsung menuju pintu, suster mencegahnya :
" Jangan, pak . Mengganggu kesibukan didalam ".

Episode 32
Namun Daud tidak menghiraukan larangan itu, dan diketoknya pintu. Pintu
itu terbuka. Seorang suster tua melotot : " Jangan ketok – ketok , pak, ini ada
pasien yang gawat ".
" Tapi isteriku  lebih gawat  lagi  suster  ", kata Daud, dan pintu  itu ditutup
suster   tua   itu   sebagai   jawaban   tanpa   kata.  Daud  muak   dan   jengkel   ,   dan
diremas – remasnya tinjunya. Laila memanggilnya : " Mas…..."
" YA , SAYANG ? " DAN Daud mendekati Laila, " kau masih kuat ? "
" Masih, mas. Jangan kasar sama suster – suster itu, mas. Karena merekalah
yang akan menyelamatkan saya ", kata Laila
"  Ya  ", kata Daud sadar ,   "  Aku tadi  tidak bisa mengendalikan diri   ", dan
seraya mengelus bahu Laila , ia berkata lirih : " Itu karena sayangku ppadamu,
Laila ".
Suster   yang   masih   memegang   handle   kereta   dorong   mau   tersenyum
mendengarnya, tapi dia tak beda dengan beberapa suster lainnya di Dunia ini :
Mereka   sudah   biasa  menghadapi   kaum  lelaki   yang   lebih   panik   dan   sinting
ketimbang isteri mereka sendiri yang mau menyongsong maut.
Pintu terbuka, satu kereta dorong muncul , dan ketika Daud mau mendorong
kereta Laila, suster menahannya : " Biar itu lewat dulu, pak ".
" Oh ya…….", ucap Daud dengan suara maaf.
Begitu lewat , Daud mendorong membantu suster.
Tetapi  didepan pintu suster berkata  :   "  Bapak Cuma boleh sampai  disini.
Bapak tidak boleh masuk ".
" Says harus menunggui Laila ", bantah Daud.
" Ya, tapi nanti kita kehabisan hawa didalam , pak. Bantulah kami , pak.
Bapak menunggu diluar saja, sampai nanti bapak kami panggil ", kata susteritu.
" Kalau bayi lahir, bapak kami panggil , dan kami ijinkan masuk kedalam ".
"  Jadi   saya  tidak boleh menyaksikan  isteriku melahirkan  ?   ",  Tanya Daud
yang tidak lagi dijawab oleh suster itu, yang kemudian mendorong kereta itu
masuk.
Daud sempat meremas – remas jari tanga Laila dan berkata : " Aku berdo'a
diluar , Laila "
Cuma itu. Laila tak sampai menyahut karena menangis terharu. Daud pun
merasa gelisah meremas   –   remas   tangannya  sendiri  kini,   tak   sempat  duduk
diruang tunggu.
Seluruh emosi dan fikirannya seolah – olah berada dikamar bersalin dimana
kini Laila berada, sekalipun dia berada di ruang tunggu.
Baru Daud merasa berada di  ruang tunggu  ,  ketika didengar nya suara:   "
Nak, nak. Apakah anak menanti isteri anak melahirkan ? "
Daud menoleh. Seorang perempuan tua. Setuaibunya. Ia mengangguk pada
iabu yang tua itu : " Ya, bu. Saya menunggu isteri melahirkan ".
" Anak bernasib baik ", kata ibu tua itu, " Isteri anak pun bernasib baik. Beda
dengan   anak   permpuanku.   Setiap   ia   melahirkan   bayi   ,   suaminya   sedang
berlayar ".
" Oh…..Jadi mantu ibu seorang pelaut / "
" Ya, seorang Nahkoda ", kata ibu itu, " Dan ini adalah anak yang kesebelas
yang akan dilahirkan ank perempuanku, yang tidak juga dilihat oleh bapaknya
ketika ia lahir kedunia ".
Daud mengangguk – angguk tanpa bermaksud apa – apa. Ia kaget ketika ibu
tua itu bertanya lagi kepadanya : " Ini anak yang keberapa , nak ? "
" Saya menantikan kelahiran bayi pertama ", kata Daud.
"  O,  pantesan anak gelisah sekali  sejak  tadi   ",  kata  ibu tua  itu menahan
ketawa.
Tetapi Daud tidak merasa terhina oleh senyum geli perempuan tua itu. Dia
tanpa sadar sudah duduk disamping ibu tua itu pula.
Daud heran, ibu tua itu bisa tidur juga, Daud tidak ngantuk secemilpun.
Ketika tiap suster muncul , malahan Daud nenyongsong tiap suster itu dan
bertanya : " Anak saya sudah lahir ? "
" Belum, pak "
" Itu yang tadi mengeak ?"
" Oh, itu bayi orang lain, Pak ", kata suster itu.
Seharusnya tiap – tiap suster  itu sudah muak melihat tampang Daud yang
selalu menyongsong mereka  jika mereka muncul  dipintu bersalin  itu.  Tetapi
setiap suster suster didunia adalah pewaris tugas kemanusiaan.
Ia bukan saj a mengurus bayi, tapi juga mengurus ibunya. Dan kini mengurus
ayah sang bayi.  Ayah  –  ayah menjadi  bayi  kembali,  nyinyir  bertanya seperti
daud kini.
Karena itu suster – suster itu Cuma bisa tersenyum geli dihati jika melihat
ayah   segelisah   Daud   ini   .   Kali   ini   seorang   suster  muncul,   tetapi   sebelum
bertanya , suster itu yang berkata : " Bayi bapak belum lahir, jadi sebaiknya
bapak pulang saja dulu ".
" Biar saya tunggu disini ", kata Daud.
"  Kalau mau  tunggu  jangan menunggu didepan pintu  .  Disana ada  ruang
tunggu ".
" Baik suster, saya akan tunggu di ruang tunggu "., kata Daud tersinggung.
Wajah   tersinggung   itu   tetap   murung   ketika   Lestina   muncul   menepuk
bahunya,  dibelakang   Lestina  muncul   juga  meiske.   Ia  membawa   termos  dan
gelas, dan kuwe - kuwe

Episode 33
BUAT  DAUD  ,   tidaklah   ia   begitu   peduli   yang  muncul   itu   adalah   Lestina
ataukah meiske.   Ia  juga  tidak perduli  apakah meiske membawa  termos  dan
gelas   serta   kuwe   –   kuwe.   Bahkan   ia   tak   menyambut   mereka,   atau
mempersilahkan mereka untuk duduk. Fikiran Daud terpusat pada lamanya laila
melahirkan .
" Belum lahir juga ? ", Tanya Lestina.
" Belum ", Daud menyahut.
"   Biasa   ",   kata  meiske   sembari  menuangkan   kopi   dari   thermos   kedalam
gelas, " Perempuan satu cepat melahirkan , perempuan lain lambat ".
Meiske meyodorkan gelas yang baru dituang kopi itu kepada Daud : " Minum
kopi , bang, supaya tidak mengantuk. Dan menghangatkan badan ".www.ac-zzz.tk
Daud   enggang  menerima   gelas   itu   ,   namun   ia   terima   juga   tetapi   tidak
diminumnya melainkan ditaroknya saja diatas tembok " Minumlah kopinya, ban
Daud ", ujar meiske lagi.
" Nanti saja ", jawab Daud.
" Baiknya diminum ketika masih hangat ", kata meiske lagi.
Daud   dengan   sebal   akhirnya  mengam  bil   gelas   itu   ,   dan  mencicipinya
sedikit, lalu ditaroknya lagi.
"   Abang   pilih   kuwe   yang   mana   ?   "   Tanya   meiske   sembari   membuka
bungkusan kuwe.
" Nggak usah ", sahut Daud.
Tetapi  akhirnya meiske memilih sendiri  kuweh donat , dan disodorkannya
kepada Daud.
" Ayolah makan satu ", kata meiske.
" Nggak uasah ", kata Daud menolak.
" Ayolah satu saja ", desak meiske lagi, " Lebih – lebih diruang terbuka begini
, udara dingin, sebaiknya perut diisi supaya tidak masuk angin ".
Daud mengambil kuweh donat itu juga dengan tarikan nafas kesal. Ketika ia
mengunyah   –   ngunyah   ,   meiske   mengambil   gelas   kopi   tadi   ,   dan
menyodorkannya padda Daud.
Daud mengambilnya. Dan diteguknya kopi seteguk, lantas ditarok nya gelas
diatas tembok. " Kamu nggak ngopi , Lestina ? ", Tanya meiske.
" Tulung tuangin segelas ", kata Lestina.
Meiske   menuangkan   segelas   bagi   Lestina,   dan   setelah   Lestina   minum,
diapun akhirnya menuangkan lagi satu gelas untuk dirinya sendiri.
" Eh, meis sampai lupa, Lestina. Kita koq bawa gelas 4 biji, Yang sebiji ini
untuk   kak   Lila   maksudnya.   Hmmmmmmm",   dan   gadis   manis   itu   ketawa
sendirian.
Kemudian sunyi. Yang kedengaran adalah capak – capak lidah Lestiana yang
kerjanya mengunyah – ngunyah kuweh..
Daud   diam membekukan   lidah,   dan  matanya   yang  mengantuk   itu   tetap
ditegangkannya melihat kepintu.
Tiba   –   tiba,   dari   pintu,  muncul   suster.  Dia   bagai   berlari  menuju   kamar
bersalin itu. Daud tergopoh bertanya : " Anak saya sudah lahir ? "
" Belum . Mungkin sampai besok malampun belum.
Tetapi   isteri  bapak  perlu   tinggal  disini,  untuk   istirahatnya.  Bapak  boleh
pulang saja. Besok sorelah dating lagi ".
" Biarlah saya nunggu disini ", bantah Daud.
" Percuma saja , Pak ", kata suster itu, " Isteri bapak perlu istirahat total ".
" Total tidak total bagi saya menunggu disinipun suatu totalitas ", kata Daud
dengan nada tegas, " Nona mungkin tidak memahami isi hati saya ".
Suster itu pergi . Lestina mendekati abangnya. Ia membujuk Daud : " Bang
Daud, sebaiknya abang pulang ", Daud tidak mempedulikan Lestina.
Meiske rupanya sedang bercakap – cakap dengan seorang suster yang lain.
Meiske kemudian pergi kearah kamar bersalin. Daud melihatnya. Dia bertanya
dalam hati : Mau apa meiske ke situ dibawa suster ? jangan – jangan Laila sudah
melahirkan! Lalu Daud melihat suster muncul dipintu, dan memberikan sehelai
surat  ataukah  amplop kepada meiske.  Meiske buru  –  buru dengan  setengah
berlari menuju Daud, membuat Daud berdiri cepat - cepat.
" Ini ada surat dokter untuk bagian aadministrasi ",kata meiske memberikan
surat itu kepada Daud. Daud menerimanya dengan menggerutu: " Bukan urusan
administrasi   yang   penting   kini  buatku.  Tetapi   keselamatan   isteri  dan   calon
bayiku ".
" Kita disuruh pulang ", kata meiske. " Mari kita pulang ".
" Pulanglah kalian . Saya tunggu disini ", kata Daud bersikeras
" Percuma abang tunggu disini ", bujuk meiske, " kata suster, kak Laila perlu
istirahat total ".
" Ya, biarlah Laila istirahat total. Tetapi sudah jadi prinsip bagi saya, bahwa
saya menunggu disini  sebagai  suatu keharusan , sebagai  suatu totalitas pula.
Tahukah Kau ? cinta tak kenal   lelah,  cinta tak kenal   istirahat , karena cinta
yang sejati adalah totalitas " , ujuar Daud menatap meiske tajam2.
Meiske berpikir, alangkah besar cinta bang Daud pada Kak Laila. Alangkah
bahagianya   seorang   isteri   mendapatkan   cinta   suami   setulus   sebesar   dan
setotalitas cinta kak Daud ini !
" Kalau begitu , kamipun menunggu ", kata meiske .
" Kalian boleh pulang ", kata Daud, " Biarlah saya nunggu sendirian disini ".
Meiske  melihat   ,   sebenarnya   Daud   sudah  mengantuk.   Lestina  memberi
isyarat kepada meiske agar mereka pulang, membiarkan Daud sendiri. Tetapi
meiske tidak mau. Dia menawarkan kopi pada Daud. Daud menolak.

Episode 34
Meiske memberi   juga segelas  kopi:   "  Mata bang Daud sudah kuyu karena
ngantuk. Minumlah ".
Daud meminum juga kopi   itu,  biarpun Cuma secicip.   Ia meletakkan gelas
diatas   tembok,   tetapi  meiske mengambilnya dan meletakkan ditempat   yang
lebih aman . Dia melihat Daud sebetulnya sudah mengantuk sekali. Dugaanya
benar.   Daud  mulai  menyandarkan   kepala   disisi   tembok.   Tidurnya   tampak
nyenyak.
"  Siapa diantara bapak  –  bapak disini  yang bernama Daud  ?   ",   tiba  –  tiba
muncul seorang suster dibalik tembok. Suster itu berpakaian putih dan baunya
bau mayat.
" Tidak ada yang bernama Daud Waitulo disini ? " Tanya suster berbau mayat
itu.
" Saya !" , teriak Daud kuat-kuat, membuat semua diruang tunggu heran.
" Berita buruk terjadi , pak Daud ', kata suster itu .
" Apa yang terjadi dengan isteri saya , suster ? " Tanya Daud.
" Lihatlah itu ", kata suster berbau mayat tadi .
Begitu   daud  melihat   kearah   kamar   bersalin,  muncullah   seorang   suster
membawa krans bunga dengan pita hitam . Suster itu menangis terisa isak . Lau
munculah   sebuah   kereta   yang   didorong   oleh   suster   –   suster   lain   yang   jiga
menangis tersedu – sedu. Daud berdiri, dan mengejar kereta yang didorong itu .
Diatas kereta itu terbaring Laila. Laila sudah tak bernyawa lagi. Daud menangis
terisak –isak melihat Laila telah meninggal dunia.
Disebuah   pekuburan   ,   begitu   banyak   suster   dan   dokter   pada   upacara
penguburan   Laila.   Seorang   dokter   berkata   pada   upacara   itu   :   "  Atas   nama
rumah sakit , kami mengucapkan penyesalan tidak dapat menolong perempuan
yang baik ini. Ia meninggal bersama bayinya ".
Daud menangis terisak –  isak dibawah pohon kamboja . Ketika  ia diminta
berbicara, dia tak bersedia : " Percuma ", dia menangis terisak terus, " Percuma
kalian berpidato, percuma kalian bersekolah dokter kalau kalian tidak mampu
menghidupkan Laila ".
"  Kami  bukan Jesus Kristus yang mampu menghidupkan orang yang sudah
mati ", kata dokter yang memimpin upacara itu.
Kini krans bunga bagaikan berganti dengan bunga – bunga yang indah, suatu
pertanda telah terjadi suatu upacara yang berbeda dengan upacara kesedihan.
Bunga   –  bunga  itu kiriman dari  berbagai  perusahaan  koneksi  perusahaan
Daud. Mereka memberikan bunga 2 itu dengan ucapan selamat berbahagia atas
perkawinan Daud Waitulo dengan meiske.
Tetapi,   duduk   dipuadai   pengantin   itu   tampak   sekali   wajah   Daud   yang
murung, bahkan ia menangis.
" Mengapa abang menangis ", bisik meiske yang berpakaian pengantin putih
sutera .
" Saya tidak bisa melupakan Laila ", kata Daud.
" Semoga aku bisa menggantikan kak Laila, bang ", kata meiske.
" Ku kira tak ada satu wanita pun yang bisa menggantikannya ', kata Daud, "
Aku kawin lagi karna dipaksa . Sebenarnya aku tak ingin kawin lagi. Jiwa dan
raga ku sebenarnya suda mati, meiske ".
Benarlah.  Dikamar   pengantin   Daud   tidak  memperlihatkan   kebahagiaan   .
Meiske telah mencopot kaos kaki yang dipakai Daud . Meske sendiri ketika itu
Cuma mengenakan bh dan celana mandi saja, menciumi daud mulai dari ujung
kaki hingga uung kepala . Meiske telah menciumi bibirnya segala sesuatu yang
sepantasnya tidak tidak diciumi  oleh bibirnya.  Tetapi  dimalam pengantin  itu
meiske  telah berusaha  ,  karena dia  sendiripun  sudah bernafsu  sekali.  Daud
benci   sekali   karna   telah   mempermalukan   dirinya   seperti   perempuan   –
perempuan nakal didalam adega film biru.
Melihat itu Daud jijik sekali. Ia berteriak " Aku tidak mau. Aku benci kau "
Teriakan Daud telah membuat meiske menoleh.
Ia melangkah mendekati  Daud.  Ditepuk  –   tepuknya bahu Daud  ;   "  Bang  ,
abang mimpi ? "
Daud   membukakan   mata.   Dilihatnya   meiske.   Masih   terbayang   meiske
melakukan hal yang menjijikan . Meiske bertanya : " Abang mimpi ? "
" Oh…….", kata Daud, " Ya. Ya ".
Meiskee membujuknya untuk pulang , dan kali ini berhasil . Lestina duduk
didepan . Daud duduk disebelah meiske. Daud diam membeku dalam taxi ketika
pulang   itu.  Meiske  mengagumi   Daud.   Benar   –   benar  mengagumi   Daud.  Dia
mengagumi,   cinta  Daud pada  kak   Laila  benar   -=  benar   cinta   tak  mengenal
lelah , cinta tak kenal istirahat , cinta yang penuh totalitas.www.ac-zzz.tk
Besoknya Daud kebagian administrsi . Disitu Daud di beri tahu bahwa Laila
akan   dikarantina   dan   diberi   istirahat   total   agar   punya   tenaga   untuk
melahirkan..

Episode 35
DIA TELAH dengan  setia datang  lagi  di   rumah  sakit   itu,  menunggu  I   lagi
disitu  ,   tanpa  lelah!  Daud Waitulo mondar  mandir  dilorong  rumah sakit   itu,
pada hari  ketiga  isterinya dikarantina dirumah sakit  itu  .  Semula  ia mengira
pada   malam   itu   membawa   Laila   itu   adalah   saat   –   saatnya   Laila   harus
melahirkan . Padahal dokter sudah memberikan jadwal bila seharusnya masuk
karantina   bagi  wanita   2   hamil   yang   akan   dibedah   Caesar   .   Konsentrasinya
ketika itu sama saja dengan Laila : Sama 2 takut pada kematian.
Tak   lama   setelah   Daud  mondar  mandir   ,   yang   tampak  muncul   adalah
Lestina. Kemudian meiske menyusul satu jam kemudian
" Keadaan kakakmu Laila dalam keadaan kritis ", kata Daud pada Lestina.
" Kenapa sampai lama betul Kak Laila baru melahirkan ? " , Tanya Lestina.
" Ad hal2 khusus pada dirinya ", kata Daud .
" Tapi dokter2 bilang barusan pada ku, bahwa kekhususan selalu ada pada
wanita   hamil.   Itu   bukan   berarti   kehamilannya   tak   normal   .   Apa   kau
mempercayai  ucapan2 dokter   itu  ?   "  Tanya Daud kemudian.  Ketika Lestinan
tidak menjawab , tahulah Daud ia sudah salah alamaat menanyakan hal itu.
Memang   Daud   lebih   gugup   dari   biasanya   pada   sore   ini.   Dikantor,
pekerjaannya banyak yang terbengkalai . Tetapi asistennya telah membantunya
dengan amat baik.  Tapi   ia masih memilikiharapan pada saat2 begini   .  Yakni
takdiratuhan dan memohon padaNya dengan hati yang bersih dan jujur.
Sementara itu diruang operasi mulai terjadi kesibukan2 luar biasa. Dokter2
berdiskusi.  Memang   sekaranglah   saatnya untuk  memulai.  Tubuh   Laila   sudah
basah kuyup dengan keringat.  Pisau  –  pisau bedah  telah  tersusun  .   Jarum2
untuk menjahit serta benang2 jahitan telah disediakan .
Dan   kemudian,   pisau   bedah   yang   pertama  mulai  menyayat   perut   Laila.
Pekerjaan  itu sedemikian cepatnya. Tapi diluar, waktu seakan – akan berlalu
degan lambat . Saputangan sudah kuyup oleh keringat dihapuskan Daud pada
leher dan mukanya.   Ia tidak tahu  lagi  berepa orang ada diruang tunggu  itu.
Juga   ada   Lestina.  Ketika  Lestina  pamit   ,   kepada Daud,  bahkan Daud  tidak
mendengar.   Tinggal   kini  meiske.   Meiske  mendekatinya.   Dan   dengan   suara
keibuan :
" Bang Daud dari tadi mondar mandir. Itu meletihkan , duduklah bang Daud "
" Oh, kau meis , biarr, tak apa ", kata Daud .
" Duduklah ", kata meiske. Tak lama kemudian Daud duduk patuh . Tapi ia
berdiri   lagi.   Meiske   meninggalkannya.   Ia   kembali   dua   menit   kemudian
membawa dua botol coca cola .
" Bang , Daud ", kata meiske ketika ia sodorkan botol minuman kehadapan
Daud tapi Daud seperti mengawang .
" Oh,, minuman ".
" Duduklah, minum tenang – tenang ", kata meiske .
" Ya, terima kasih ".
"  Bukan bang Daud saja yang gelisah  .  Saya tahu kak Laila manusia yang
sangat baik , yang pantas kita cintai bersama2 ".
" Ya…."
" Berdo'a lah ", kata meiske.
" Ya. Bang Daud berdo'a. Kau juga ikut mendo'akan ? " Tanya Daud.
" Lho ! Kak Laila itu sudah saya anggap kakak kandung, koq bang Daud !"
" Terima kasih atas doa mu ", kata Daud.
Memang Meiske bebar  – benar berdo'a  , sejak pada malam dulu kak Laila
dibawa ke rumah sakit ini.
Dan didalam,  pisau2 bedah  sama  sibuknya dengan alat  pengorek.  Begitu
banyak   darah   .   Sebegitu   banyaknya   pengorbanan   seorang   ibu   terhadap
kelahiran anak nya.  Dan  tidak kurang  tegang dokter2  itu  ,  maka Daud pun
kembali menghapus keringat.
Meiske melihat saputangan itu sudah basah kuyup.
"  Sini  saputangan  itu, bang ", kata meiske,  "  Lihatlah, sudah basah kuyup
begini . Pakai punya Meiske ini ".
Daud tanpa kesadaran mengambil saputangan Meiske . Ia kontan menghapus
keringatnya . Mata Daud tiba – tiba berkaca – kaca . Entah mengapa ia sedih
mendadak begini . Dan fikirannya sudah amat buruk pada detik matanya mulai
berkaca – kaca. Meiske melihat airmata Daud yang berlinang . Meiske melihat
bagaimana air mata itu jebol dari tanggul kelopak mata. Ya, Meiske terpaksa
membuang muka menghindari  perasaan simpatinya melihat kesedihan Daud  .
Kemudian ia melihat Daud lagi , dan iapun ikut menangis.
" Dengan suara terisak Meiske berkata : " Kita sama2 berdo'a bang Daud ".
Lestina tiba2 muncul , karena hatinya tidak enak menunggu dirumah. Ketika
dilihatnya Daud dan Meiske sama2 menangis  , Lestina menduga telah terjadi
sesuatu yang sedih atau fatal pada diri kak Laila.
" Meis !", seru Lestina dan ia pun ikut menangis, " Bagaimana kak Laila ? "
Lestina berjongkok, memeluk dengkul Daud . Daud hanya membelai kepala adik
kandungnya itu . Ia bahagia mendapat simpati Lestina.
Dan ia jadi kuat kembali . Dan ia pun dengan menahan dukanya berkata :
" Kita berdo'a lah ".
"  Kak   Laila  masih  di   kamar   operasi   ",   kata  meiske  ikut  membelai  bahu
Lestina .Apakah  itu firasat , apakah  itu perasaan halus , tetapi baik meiske,
maupun lestina , dan juga Daud seperti sama digerakkan oleh suatu panggilan
bathin agar  menoleh kearah pintu kamar  bedah.  Pintu  itu  terbuka.  Seorang
dokter muncul.

Episode 36
Daud  berdiri   .  Rasanya   tubuhnya   seringan   kapas   yang   terbang   ketika   ia
terhuyung melangkah sana diiringi oleh meiske dan lestina yang juga nanar.
Daud seakan – akan berkata keras : " Bagaimana Dokter ? "
" Bayi selamat lahir ", kata dokter itu.
" Dan bagaimana isteri saya, dokter ? "
" Tidak apa2 " .
" Dokter ! " Daud hampir teriak , " Apa itu tidak apa2 ! katakana "www.ac-zzz.tk
Dokter   itu tenang memegang bahu Daud,   "  Tunggulah sebentar.  Sebentar
lagi isteri anda akan sadar kembali ".
Dokter itu mengulurkan tangan memberi selamat pada Daud. Tapi Daud ragu
–   ragu  menerimanya,   sehingga   Meiske  mendorong   punggung   Daud   sembari
berkata : " Terima ucapan selamat itu bang "
Daun menjabat   tangan Dokter   itu,  kemudian  ia duduk  terhempas  dikursi
tunggu . Dan sepuluh menit kemudian , muncul lagi seorang dokter .
" Tuan Daud ", serunya.
Daud   seakan  mau  melompat   namanya   dipanggil   .  Dokter   itu   tersenyum
melihat air mata Daud . Dokter itu Cuma berkata singkat : " Operasi sukses ,
istri anda belum bisa ditemui pada hari ini , karna ia musti banyak istirahat ".
Daud curiga . Hanya Meiske yang sanggup mengatasi kekacauan2 perasaan
Daud pada saat itu.
Sebenarnya Daud sudah tidak mau pulang . Tapi meiske berhasil mengurangi
ketegangan bathin  lelaki   itu.  Dan mereka akhir  nya pulang bertiga.  Meiske
langsung  membersihkan muka dan  tangannya.  Kemudian menyiapkan makan
malam.
" Makan , bang ", kata Meiske, " Makanan sudah Meis sediakan ".
" Saya tidak mau makan ", kata Daud .
" Ah, apalagi yang dirisaukan . Semestinya malam ini abang gembira. Kalau
nanti abang sakit , nanti malah tambah repot lagi ", kata Meiske.
Benar juga. Dan Daud pun makan , sekalipun amat sedikit . Ketika Meiske
ingin   kepavilium,   ia  melihat   diteras   depan  Daud   duduk   termenung.  Meiske
menghampirinya : " Abang belum tidur ? "
" Panas didalam ", kata Daud .
" Tidurlah nanti masuk angin " kata Meiske.
Ucapan meiske memang bernada keibuan. Daud adalah orang yang takluk
bila ia dibujuk dengan sikap – sikap keibuan , seperti juga lima tahun ini Laila
melakukannya. Daud jadi patuh . Meiske berhasil membuat Daud tunduk pergi
tidur.
Memang Meiske seperti yang pernah dikatakan Laila pada Daud secara jujur
dulu  : Dia anak yang  jujur, berhati  baik dan berperasaan halus. Selama dua
minggu Laila di rumah sakit , Meiske benar2 mengerjakan pekerjaan ibu rumah
tangga   secara   sempurna.   Tiap  meiske   ikut  menjenguk   Laila   ,   Laila   selalu
menanyakan ini dan itu dirumah. Meiske telah memuaskan hati Laila.
" Ada si meiske dirumah, rumah tetap rapi ", tambah Lestina ikut melapor.
Memang  meiske   telah  menciplak   Laila   dalam mengurus   keperluan2   khusus
Daud. Ia bahkan ikut menyemir sepatu Daud. Dan meletakkan kaos2 kaki sesuai
dengan komposisi celana yang akan dipakai Daud.
Dari   semua yang  ia ambil  alih dari  Laila,  ada beberapa pantangan yang
tetap ia jaga : Meiske tak pernah menggoda Daud, meiske tak pernah duduk2
berdua dengan Daud kecuali  bertiga dengan Lestina.  Itupun kalau kebetulan.
Meiske  tak pernah makan bersama satu meja dengan Daud.   Ia selalu makan
duluan  atau belakangan  .  Dia punya  alas  an untuk  menolak  ajakan  Lestina
untuk makan bersama dengan menjawab  "  Sudah makan tadi   : atau  "  belum
lapar karna sudah makan bakso ".
Dan   pantangan   yang   paling   dipegangnya   taguh   :   Meiske   tak   pernah
nyelonong masuk kekamar Daud. Baik ketika Daud ada. Maupun ketika tak ada
Daud . Ia berkata pada Lestina : " Kamar Bang Daud bagian Lu ! "
Rupanya diam2 Lestina memperhatikan seluruh kegiatan Meiske dirumah ini,
selama   kak   Laila   tidak   dirumah   .   Lestina   memang   senag   bercanda.   Dan
kadangkala mulutnya  centil   sekali.   Sekali  ketika,  Meiske melamun  ,  Lestina
dengan bercanda berkata : " Aku tau…… Meis diam2 sedang emncintai seseorang
".
Biarpun Lestina tidak menyebut nama orang itu , tapi meiske gugup seketika
dan wajahnya merah padam. Sebab entah bagaimana ia yakin yang dimaksud "
seseorang " oleh Meiske adalah Daud.
Meiske memukul bahu Lestina ketika Lestina meloiriknya dengan jeli. Dan ia
menghindari diri dengan berjalan pergi ke kamar nya di pavilium.
Dan   untunglah   hari   itu,   hari   terakhir   laila   dirumah   sakit.   Sebab  Meiske
menolak kerumah  sakit  dengan alas  an pusing.  Padahal   ia merasa malu diri
sejak duga Lestina menuduh dirinya diam – diam mencintai Daud.
Pasti sebenarnya, memanglah demikian . Meiske tidak tahu kapan ia mulai
jatuh cinta pada Daud. Untuk mengingatnya dan menganalisanya adalah sama
sulitnya seperti memisahkan kapan garam mulai merembes ke air laut.

Episode 37
Tapi sejal Lestina menuduh begitu, perasaan meiske taka tentram saja. Ia
takut hal ini akan merusak suasana yang intiem dirumah ini . Tapi terutama ia
takut hal ini akan diketahui pula oleh Laila. Meiske sangat hormat kepada Laila
seperti   Laila  hormat  pula   kepadanya.  Karna   itu   jalan   yang   terbaik  baginya
adalah melepaskan angan – angan kosong yang pernah singgah dihatinya.
Ia berubah sikap, ia tak pernah mau makan bersama. Ia hanya dikamar dan
menuangkan   pikiran   sepenuh   nya   kepada   mata   kuliah.   Tapi   semakin
bersembunyi   dia   dibalik   kerimbunan   perasaan   bagai  manusia   sembunyi   di
tengah rimba belantara , semakin lesu otak dan perasaannya.
Pada saat2 semua orang dirumah tertawa bercanda – canda dengan Delila si
penghuni   baru   di   rumah   itu   ,   pada   saat2   ibu   dan   ayah   Delila   sibuk   sama
bernyanyi menidurkan sang bayi, pada saat itu pula meiske menitikkan air mata
dikamar seorang diri, menyalahi nasipnya yang malang , yang bodoh dan koyol
sampai sebegitu dalam diam – diam mencintai suami orang lain.
Meiske tiba2 jatuh sakit, Lestina yang biasanya keluar masuk kamar Meiske
untuk  meminjam  ini   dan   itu   .   Hari   itu   mendapatkan   Meiske   tidak   pergi
kekampus.
Meiske berselimut.
Lestina membangunkan meiske. Dirabanya kepala meiske, panas sekali. Dan
kaki meiske amat dingin seperti es. Lestina memberitahukan hal ini pada kak
Laila : " Si Meis sakit, kak !" kepalanya panas , kakinya dingin semua ".
Untuk   pertama   kali   Laila  melihat  wajah  Meiske   secara  mutlak   .  Karena
perhatiannya   selama   ini   secara  mutlak   pada   si  Delila.   Laila   benar   –   benar
terkejut.
Ketika Lestina disuruhnya ke Dokter, Lestina menjawab: " Dokter baru buka
sore , ini baru jam tanggung, kak. Nanti sore saja".www.ac-zzz.tk
" Ya, nanti sore kau antar meis. Kasihan dia, rupanya dia menahan sakitnya
diam2 selama ini", kata Laial.
"Sore ini kami rombongan belajar dirumah guru ", kata Lestina, " Siapa yang
absen , namanya dicoret dari rombongan ".
" Ah, kau tak boleh dicoret . Oh ya, sebentar sore kalau mas Daud pulang ,
suruh mas daud saja mengantar Meiske ", kata Laila.
Lestina tidak menjawab usul itu, ia Cuma melangkah pergi . Dan memang
jam setengan empat sore itu , ia sudah dijemput oleh temen2 sekelasnya. Tak
lama kemudian Daud pulang. Begitu sampai dirumah ia berkata : " Apa dinas
saya sore ini, ma ?"
" Jangan cium si Del delu ", kata Laila," Cuci muka, mandikan si Del dan kita
rame – rame main organ ".
Daud   memang   baru   saja   membeli   organ   itu.   Lahirnya   anaknya   telah
membuat dia bahagia berlebih – lebihan. Entah apa pula sebabnya ia sempat
memeli organ itu. Tapi laila ikut hanyut pada kegembiraan ini. Ia pun belajar
organ   seperti  Daud.   Kadangkala   ia  menidurkan   delila   sambil  menekan   tuts
organ serta bernyanyi.
" Mas ", tiba2 Laila melihat jam." Aku tadi lupa. Dinasmu dinas luar sore ini "
Mendengar   isterinya  bercanda  begitu   ,  Daud bertanya   lucu:   "  Emangnya
dinas luar disuruh ke night club "
" Ini serius . Lihat deh si Meiske sakit. Ayo kesana ", kata Laila.
" Jadi….?"
" Liat dulu dia disana !", perintah Laila.
Biarpun   ingin  menolak,   tapi   ia  mematuhi   juga   perintah2   isterinya   yang
berkali–kali .
Ia pergi kepavilium. Ia membuka pintu. Dilihatnya meiske berbaring.
Meiske melihat Daud berdiri dipintu. Gadis itu gugup dan takut.
" Kamu sakit, meis ? "
" Ya….."
Tak ada lagi kata2 Daid. Mendekat pula ia tak berani. Ia kembali kerumah ,
dan melapor pada Laila : " Memang dia sakit ".
" Yang kumaksud dinas luar adalah mengantarkan Meiske sekarang juga ke
dokter . Kulihat matanya kuning, jangan2 sakit kuning ", kata Laila.
Daud   ingin  menolak.   Sungguh2   hati   nuraninya   tidak   bersedia  melakukan
tugas ini. Tetapi ia melakukannya juga demi menyenangkan hati Laila.
Ia menyetir  mobil.  Ketika mau membawa meiske,  Daud memberi   sugesti
agar ia tidak memapah meiske. Katanya: " Kau bisa jalan sendiri toh ? "
Meiske berusaha sekuat tenaga untuk melangkah sendiri, namun sebenarnya
ia tidak kuat , bahkan untuk menutup pintu mobil .
Dokter yang memeriksanya berkata pada Daud : " Nona ini sebaiknya tinggal
dirumah sakit saja, ia menderita sakit kuning ".
" Bisa menular, dokter ? karna kami punya bayi dirumah ", kata Daud.
" Oh, bisa menular memang . Baiknya nona ini tinggal dirumah sakit sampai
sembuh ", kata dokter itu memberi surat untuk disampaikan kerumah sakit.

Episode 38
Daud  lega  oleh  hal   –  hal   yang   tak   sengaja  ini   .  Melihat   gelagat  meiske
belakangan ini , yang hanya bisa diduga oleh perasaan bathin yang halus dan
jujur,  Daud punya  fikiran agar  meiske mencari   tempat   indekost   lain  .  Tapi
saran dokter tadi sudah cukup memuaskan hatinya.
Maka   dalam  perjalanan  mengantar  meiske   ke   rumah   sakit,  Daud   coba2
berkata sesuatu pada Meiske. Sebenarnya ia gugup untuk mengatakannya.
" Meis , barangkali kau terlalu capek, karena rumah kita dengan tempat kau
kuliah terlalu jauh ".
Meiske dengan perasaan halusnya pula segera mengerti arti ucapan itu. Dan
aneh Mieske tiba2 menangis sembari berkata : " Memang maksud Meis juga akan
mencari tempat indekost yang dekat dengan kampus ".
Daud mengerti mengapa meis menangis . Pengertian ini pun hanya ada pada
manusia berperasaan seperti Daud.
"  Tapi  apakah boleh Meis   tinggal   sementara dirumah abang  sampai  Meis
benar – benar sembuh betul ? "
"  Oh,  boleh saja  ", kata Daud,  "  Tapi  kamu  jangan mengira tadi   itu saya
menyuruh Meis pindah ".
" Soal pindah," kata Meis terisak terputus2 , " Memang Meis tadi sudah bilang
juga mau pindah ". Dan keduanya membisu sampai rumah sakit.
Begitu dirumah sakit dapat tempat, Daud tidak menyia – nyiakan waktu. Ia
membujuk suter rumah sakit agar bisa menerima Meiske saat itu juga.
Sedangkan  ia akan pulang mengambil  pakaian2 Meiske.  Usul   itu diterima
suster kepala. Dan untuk beberapa hari lamanya Meiske berusaha memulihkan
kesehatannya. Ia selalu menindas hatinya sendiri agar melupakan hal-hal yang
bernama angan2 konyol  itu: Ia musti melenyapkan segala perasaan2 cintanya
kepada Daud, karena Daud adalah suami orang lain.. Mengapa harus mencintai
suami orang lain . bukan kah itu suatu kejahatan ? Dan bukankah itu lebih jahat
lagi karna isteri dari pria yang dicintainya justru manusia yang paling baik ? Y,
hanya dengan  serangan pertanyaan2  itu Meiske berusaha  semampu mungkin
untuk melupakan cintanya pada Daud. Kadang kala hatinya sebal  bila timbul
lagi satu fikiran aneh: Tetap
i cintaku suci, bukan nafsu untuk memiliki, tapi mencintainya diam2, tanpa
noda,   tanpa   diketahui   lelaki   itu   sendiri,   juga   tanpa   diketahui   siapapun.
Bukankah jika Lestina tahu, mungkin itu tebakan2 belaka atau bercanda ?.
Fikiran bantahan  itu pula ditindasnya pula.  Tetapi   sewaktu  ia  tidak bisa
tidur untuk mengalahkanya, ia melapor pada suster : " Saya tidak bisa tidur ,
suster ",
Memang   obat   penenang   adalah   satu-satunya   yang   bisa  melawan   semua
fikiran2 yang berkeliaran dikepala Mieske.
Yang paling mengharukan baginya adalah  tiap hari   ia di   jenguk oleh kak
Laila.  Dan untuk menyenangkan hati  Laila,  maka meiske sering menanyakan
Delila. Menjelang saat2 ia sembuh dan keluar dari rimah sakit, Meiske sempat
menanyakan  sesuatu yang mengejutkan Laila  :   "  Kak Laila,  Meis   selalu mau
mengucapkan terima kasih sama kakak , juga mau pindah rumah kalau sudah
sembuh.
Betapapun suci  dan bersihnya hati  Laila,  tiba2  ia dihinggapi  fikiran buruk
jua. Jadi mengapa sebenarnya Meiske sakit ? mengapa tiba2 mau pindah ? apa
disuru oleh mas  Daud  ?  Apa  tak mungkin  satu penyakit   lain ada dalam diri
Meiske ? Sedang mengandung ? ngidam ? Pindah ! Ah , tentu ada sebabnya !
Oh, inilah untuk pertama kali rasa curiga menyerang kalbu Laila.
Ia   lantas  berkata berbaik   –  baik   pada  Meiske  :   "   Sementara  ini   fikirkan
kesembuhanmu . Apa sakit Meiske sebetulnya ? "
" Sakit Lever ", kata Meiske.
Untuk  pertama kalinya Laila  mendeteksi   suaminya.   Ia   langsung bertanya
kepada Daud langsung pada persoalannya. Tak pernah Laila selangsung begini.
Tapi entah bagaimana , cemburunya luar biasa. Namun cara ia menanyakannya
tetap Laila yang aaseli.
" Mas Daud yg nyuruh meiske pindah ? ", Tanya Laila
Daud gugup.
" Ya…….", sahut daut.
" Kok, Meiske disuruh pindah. Apa dia berkelahi dengan…….si Lestina ? "
" Tidak ", kata Daud, " Tapi terserah kau deh gimana baiknya".
Daud merasa agak menyesali diri sendiri mengapa ia secara halus mengusir
Meiske.   Ia   heran  mengapa  maksud2   yang   sebaik   ini  masih   berakibat   yang
berbahaya . Ia benar –benar bermaksud baik. Ia tiba2 dihinggapi persaan tidak
enak sewaktu Laila berada dirumah sakit, dimana Meiske benar benar mengabdi
dan melayaninya,  seolah –  olah mengidentifisir dirinya sebagai  seorang  isteri
bayangan.   Secara   langsungnya   Daud   punya   bayangan   Meiske   jatuh   hati
padanya,   sekalipun   tarokhlah,   jatuh   cinta   dengan  murni,   diluar   keinginan
membubarkan   rumah   tangganya.Namun,   diam  –   diam meiske  mencintainya
adalah  sama  saja dengan mencintai   terang2.  Akhirnya  tokh Laila akan  tahu
juga. Akibatnya sama buruknya. Maka ia secara halusmenyuruh meiske pindah.
Dan kini…..ia dibikin gugup oleh Laila.
Tapi melihat gugupnya Daud Laila bertambah yakin ada sesuatu. Dia ingin
melihat buktinya selanjutnya. Kalau meiske hamil, ia pingin lihat dengan mata
kepalanya sendiri. Karena itu sekeluar meiske dari rumah sakit, Laila berkata: "
Meiske   tak   boleh   pindah.   Kau   dititipkan   orangtuamu   tinggal   disini.   Kami
memang sangat disiplin. Tapi lebih dari itu nanti timbul omongan disana seakan
– akan kau tak betah tinggal dirumah kami. Tinggal saja disini terus. Ada yang
kurang, bilang terus terang kepada kami, tapi janganlah pindah !"

Episode 39
DAUD WAITULO merasa  ,  bahwa putusan Laila gegabah  sekali.  Sehalus   –
halus  Laila menyembunyikan  isi  hatinya,  Daud dapat  menangkap gerak gerik
isterinya itu. Daud seakan –akan bisa membaca kecurigaan mata laila terhadap
meiske dan terhadap dirinya sendiri…………………………………………………...
Sementara  meiske   pergi   kekamar,   Daud   bertanya   pada   Laila:   "   Apakah
penyakitnya tidak berbahaya lagi ? "
" Penyakit siapa ? " , Tanya Laila.
" Penyakit Meiske ", kata Daud.
" Tergantung kita ", kata Laila, " Kalau kita kuat penyakit apapun tidak bisa
menulari kita "www.ac-zzz.tk
"  Kau memang benar   ,  Laila  ",  kata Daud dengan  suara  rendah  ,  dengan
maksud agar pergolakan bathinnya tidak terbaca oleh laila, " Tetapi sudah lama
aku menginginkan agar dirumah ini hanya kita yang tinggal ".
" Juga dengan Lestina ? " Tanya Laila menguji .
Daud merasa lolos dari ujian ketika ia berhasil menemukan jawaban : " Ya.
Dengan Lestina ".
Laila menarik nafas dalam – dalam . Karna dia memang menginginkan yang
demikian.  Makin bahagia  manusia  .  makin egois   ia  terhadap  setiap  tumpak
kebahagiaan itu !
" Sebenarnya ", kata Daud lagi, " Semenjak Lestina tinggal disini , kita diam
–diam saling merasa tertekan. Untung lah modal kita cinta yang suci "
Daud menatap Laila.  Laila terharu oleh kata2  itu  ,  tetapi  benarkah  itu  ?
Siapapun wanitanya didunia  ini   ,   jika  ia mau berjujur  hati,  pasti   tidak mau
menginginkan suaminya menumpahkan cinta yang terlalu banyak  lagi  kepada
saudara2 kandungnya. Seseorang istri haruslah mempunyai sikap ingin dicintai
suaminya.Seperti   halnya   Laila.   Dan   Laila   memiliki   kelebihan   daripada
kebanyakan isteri : Biarpun bathin hancur tapi ia harus memperlihatkan sikap
simpatik   kepada   Lestina.   Keagungan   seorang   isteri   bukan   saja   karena   ia
mencintai   suaminya   secara   penuh,   tetapi   juga  mampu  mencintai   saudara2
suaminya, sekalipun – ya, sekalipun -- dengan terpaksa berpura –pura . Sebab
siapakah istri yang bisa tulus menyayangi seorang gadis pengadu domba seperti
Lestina ? Namun cintapun punya adat dan etiket. Apa boleh buat, karena adat
dan etiket cinta ini pula, Laila harus memperlihatkan -- entah tulus apa tidak –
sikap sayang juga pada Lestina.
Daud memahami  penderitaan   cinta  Laila   yang  begini.   Justru   inilah   yang
membuat Daud menaruh hormat kepada Laila. Ia tak ambil pusing Laila benar2
sayang   pada   Lestina,   yang   penting   adalah   Laila   memperlihatkan   sikap
sayangnya itu.
" Usulmu bagus, mas Daud " , kata Laila, " Tetapi mungkin mas Daud bisa
berdalih   pada   orang   tuamu.  Namun   aku   adalah   ipar   Lestina.   Tak  mungkin
bagiku menghirup bahagia di Jakarta, hidup bahagia bersamamu aku dijadikan
bahan omongan dan gunjingan ! Tidak , mas. Bahkan jika Meiske keluar dari
rumah ini aku tidak merelakannya ".
Kini  Daud  tak gentar   lagi  untuk bertanya  :   "  Apa dasarnya engkau selalu
mempertahankan meiske  tinggal  disini   terus   ?  Sejak pertama meiske dating,
ketika   aku   sudah  mau  memutuskan  menolaknya   indekost   disini,   kau   yang
memberi isyarat agar aku menerimanya tinggal disini. Dan dia akhirnya tinggal
disini. Sebenarnya tepat apabila Meiske pindah dari rumah ini, dengan alasan
penyakitnya penyakit menular ".
Laila tidak menjawab kata2 Daud, dia menghindarinya dengan berdalih:
"Aku mengantuk , mas Daud . Aku ingin tidur duluuan ".
Itu suatu siasat. Tentu.
Seorang isteri musti mempuyai siasat2 . Tentu !
Dan   Laila   bersiasat,   ingin   tidur   duluan   untuk  memberikan   kesempatan
kepada Daud ----- suaminya sendiri ------ untuk berbicara empat mata dengan
Meiske.www.ac-zzz.tk
Apa yang dibicarakan terserahlah.
Dan memang beginilah penyakit  perempuan dimanapun didunia  ini   :  Bila
satu kali sang perempuan menaruh sykwasangka kepada suaminya, kecurigaan
itu tidak akan dengan gampang dibasmi oleh obat apapun.
Syakwasangka   hanya   bisa   dibasmi   dengan   tindakan   nyata   seorang   suami
yang memberikan bukti bahwa dirinya tidak berbuat noda cinta kepada orang
lain.
Daud  masih   duduk  menghadapi  meja  makan   .   Tanpa   diharapkan   Daud
sedikitpun karena ini adalah berbahaya, maka muncullah Meiske dari pavilium.
" Kak Laila mana , bang Daud ? "
Laila mendengar suara meiske. Ia turun dari tempat tidur pelan – pelan .
" Sudah tidur ", kata Daud.
" Meiske sebetulnya mau bicara dengan kak Laila ", kata Meiske.
Laila kini sudah mendekatkan telinga kedinding.
" Apa yang akan kamu bicarakan dengan Laila, heh ? " suara Daud dingin.
" Soal tinggalnya saya disini ", jawab Meiske .
Daud mulai menyelidik apakah isterinya benar2 sudah tidur.. Ia sendiri akan
menyampaikan sesuatu kepada meiske.

Episode 40
Dia  melangkah   lambat2  menuju   kamar,   tetapi  memang   seorang  wanita
adalah   pemain   yang  ulung  didalam  kehidupanini:   Laila  melihat  Daud  sudah
berada dalam selimut.
" Kau sudah tidur , Laila ? " Tanya Daud.
Tiada sahutan . Karna posisi Laila tidur membelakangi arah Daud bertanya,
maka ia tak terbukti tidur atau tida. Hanya air mata Laila jatuh diatas seprei.
" He, Laila . Sudah tidur ? ".
Laila tak menyahut . Tetapi air matanya menetes lagi.
Didengarnya suara suaminya :
" Itu Meiske datang mau membicarakan sesuatu dengan kau ".
Juaga tiada Laila menyahut. Daud mengira, Laila betul2 sudah tidur.
Untuk pengisi tingkah , Daud membawa rokokke meja makan.
Meiske duduk termenung disitu , menoleh kearah Daud yang baru keluar dari
kamar. Ia bertanga pada Daud : " Sudah tidurkah kak Laila ? "
" Suda. Besok saja dibicarakan , kalu bersifat rahasia, tokh kamu bisa omong
bebas ketika saya kekantor "
"  Tidak   rahasia   ,   bang  Daud  .  Meiske  hanya  mau   bilang,   bahwa  Meiske
sebaiknya cari tempat indekost yang lain ", kata Meiske.
"  Ya,  kamu  sendiri   langsung  ngomong  dengan  dia,.  Karna  bagaimanapun
juga,   saya   punya   prinsip   bahwa   isteri   adalah   ratu   rumah   tangga.   Yang
berurusan dengan rumah tangga adlah hak prerogatif seorang istri ".
" Baiklah, bang Daud ", kata Meiske.Gadis itu melangkah menuju kamarnya
di paviliun. Dia benar2 tak bisa tidur malam itu . Tidurnya bergelimpang kekiri,
kekanan dan kadangkala dia duduk berpangku  lutut  dengan dagu ditaroknya
didengkulnya
Sementara itu malam terus merangkak.
Tidurlah Laila?
Tidak
Tidurlah Daud ?
Tidak pula.
Bagai sebuah segitiga , mereka bertiga – tiga insane dirumah itu -- tidak ada
seorangpun yang tidur.
Ketika Laila merasa  tapak  tangan Daud memegang bahunya,  Laila buru2
memejam mata dan menghela nafas bagai orang tidur nyenyak .
" Laila,……", tiba – tiba Daud mengguncang bahu Laila. Kini Laila membuka
mata dan membalikkan badan berhadapan dengan suaminya. Laila menggosok –
gosok mata , ia bersikap seolah – olah terjaga dari tidurnya karna dibangunkan
oleh Daud barusan.
" Belum tidur, mas ? "
" Ada yang perlu kusampaikan , Laila".
" Karna itu mas Daud nggak bisa tidur ? "
"  Ya   ---",   sahut  Daud"  Tetapi  kuharap kau menerima analisku  ini   secara
dewasa. Karna aku sama sekali tidak bermaksud menyakiti perasaanmu, Laila ".
Daud memeluk Laila,   tapi  Laila menerimanya dengan  separuh mesra.   Itu
terasa oleh Daud.  Kemesraan yang  separuh  senantiasa di   rasakan oleh  sang
suami  manapun yang punya perasaan.  Daud berkata  :   "Laila,  Tahukah kau  ,
bahwa cintaku pada mu tetap penuh seperti dahulu ? ".
" Oh , ya ? koq tiba2 menyatakan itu, mas ? "Tanya Laila bersuara biasa.
"   Aku   takut   nya   ada   suatu   keretakan   diam2   ,   yang   akan   membuat
ruamhtangga   kita  longsor  perlahan   –   lahan   .   Janganlah   kita  berahasia   lagi.
Bahwa diantara kau dan saya seperti   terjadi  sesuatu keretakan yang dingin.
Maukah kau berterus terang ? "
Laila   bereaksi.   Reaksi   itu   sebuah   pelukan   erat,   karena   Laila   memang
bermaksud   menyembunyikan   wajahnya.   Laila   berkata   ketika   kepalanya
disurukkannya didada Daud : " Itu hanya perasaanmu, mas Daud. Buatku kurasa
rumah tangga kita utuh senantiasa".
"   Benarkah   itu   ,   Laila   ?   Kau   tidak   berpura-pura   utuh,   dan   tidak
menyembunyikan perasaan2 tertekan dalam bathinmu ? " Tanya Daud..
Laila memeluk Daud erat2  ,  dan suaranya menahan tangis:   "  Sama sekali
tidak, mas Daud. Laila bangga mas Daud masih mencintai Laila seperti dahulu "
" Sungguh ? "
" Sungguh, mas ", sahut Laila mendekap lebih erat.
"  Coba   ,  perlihatkan  matamu,  wajahmu.  Coba…….",   kata Daud memisah
pelukan   itu.   Laila   berusaha  menahan   agar   ia   tidak  menangis.   Ketika  Daud
menatap   wajah   Laila,  memang   Laila   tidak  menangis,   namun   air  matanya
merlinang menggelantung dikelopak. Lalu sebutir airmata tak terkendali  lagi,
menggelinding ke pipi Laila. Laila mencoba tersenyum menutupi hal itu, tapi
dia tak tahan, lalu memeluk Daud dengan terisak – isak……
Top of Form 1   Bottom of Form 1         

Episode 41
SEORANG  SUAMI   yang   baik,   tentulah   tidak   sampai   hati  merogoh   sukma
istrinya.   Begitupun   Daud   tidak   mendesak   agar   Laila   mengakui   hal   yang
sebenarnya.www.ac-zzz.tk
Daud malahan memeluk Laila erat – erat. Ia mengakhiri peperangan bathin
ini dengan tindakan lahiriah. Daud mencium tubuh Laila sebagai satu – satunya
cara menyisihkan hal yang akan memberati perasaan Laila.
Bulu   Roma   Laila  merinding   apabila   dirasa   olehnya   bibir   Daud  menjalari
betisnya.  Dan ujung   lidah  Daud bermain  disela   –   sela  dimana  bagi   seorang
wanita amat peka merasakannya sebagai yang geli dan membangkitkan berahi.
Laila merintih. Begitu birahinya dia , sehingga dipagutnya Daut. Gerakannya
yang hebat membuat Daud terlentang. Kini Laila yang aktif membuat hal yang
tadi dilakukan oleh Daud. Kini mata Daudlah yang terbeliak terkatup terbuka
menahankan betapa bibir dan lidah Laila begitu mesranya.
Laila
Oh Laila………..
Keringat Laila menetes – netes berjatuhan diwajah Daud, dan rambut Laila
yang   tergerai   gerai  menyapu   –   nyapu   wajah   suamu   itu.   Barangkali   inilah
permainan   cinta   isteri   terhadap   suami   yang   luar   biasa,   melebihi   teori2
pergaulan didalam buku2 sex yang pernah dijual laris diseluruh dunia.
Tak, heran , Laila benar – benar menggelimpang terkapar bagai perempuan
mati ketika Daud telah siap memakai dasi sehabis mandi dipagi itu.
Dua kali  Daud berpapasan dengan Meiske pagi   itu  .  Yang pertama Meiske
bertanya:   "   Kak   Laila   sudah   bangun   ,   bang   Daud   ?   ".   Yang   dijawab   Daud
singkat   :   "  Belum  ".  Yang kedua  sewaktu Daud disediakan makan pagi  oleh
Meiske sehabis ia berpakaian. Meiske duduk dikursi yang agak jauh dari meja
makan itu, membaca surat kabar Kompas.
" Tajuk rencananya enak pagi ini ", ujar Meiske.
Daud tidak menyahut. Lestina merebut surat kabar ditangan Meiske itu, dan
dia berkata : " Baca saja terus, saya mengambil halaman karikatur ".
Lestina melihat karikatur, dan ia ketawa melirik Meiske dua kali, dan dua-
duanya bepergokan dengan lirikan Daud kepadanya pula .
" Bangunin dong kak Laila ", kata Meiske mencoba bersuara santai.
" Masih tidur ", sahut Daud dingin.
Lalu Daud masuk kamar. Ia membangunkan Laila.
Laila  memembuka  matanya   dengan  malas,   dan   bertanya  malaas   pula:   "
Suadah pukul berapa , mas ? "
"  Delapan  ",   sahut  Daud.  Dan Daud menempelkan ciuman dua kali  dipipi
Laila, yang membuat Laila memejamkan meta dengan senyum bahagia.  Laila
berbisik : " Semalam happy ? ".
" Puas ", sahut Daud.
Percakapan2   begini   penting   bagi   suami   isteri   di   pagi   hari   apabila   pada
malam  harinya  mereka   bersebadan.   Sebab   yang   penting   adalah  menumbuh
kan , bahwa apapun yang diperbuat dan dikatakan, biarpun sudah lewat adalah
hal2 yang mengesankan.
Ini perlu diterangkan disini, karna bayak para suami isteri mengira, bahwa
kepuasan sex adalah kepuasan sesaat, dan selesailah urusan itu ketika mereka
selesai berjimak dan pergi kekamar mandi membersihkan diri.
Tidak.   Sama   sekali   tidak   !   Sex   itu   harus   dimuliakan   .   Begitu  mulianya
sehingga   sex   itulah   yang   telah meneruskan  generasi  demi   generasi.  Mereka
yang menganggap  sex  itu adalah  tabu adalah mereka yang  tidak menyadari
mengapa mereka hadir dimuka bumi ini, dan karena hadir maka nereka berfikir
bahwa   sex   adalah   memalukan.   Tapi   untunglah   Laila   dan   Daud   bukanlah
pembenci,  tapi  mereka membuat sex sesuatu  luhur.  Sampai  sewaktu bangun
tidurpun masih dibicarakan.
Ini :
" Wajahmu pucat , Laila ", kata Daud.
" Karena mas Daud , sih ", kata Laila meraba-raba manja.
" Tetapi wajahku pucat juga karena siapa ? ", Tanya Daud.
" Karena Laila ", dan Laila meraba – raba lagi membuat Daud menghindari
diri seraya berkata : " Eh, aku mau pergi kerja nih "
" Sampai nanti malam ", kata Laila
" Lho ! ", Daud ketawa.
" Sampai nanti malam aku tidur kau tidurrrrrrrr", kata Laila melawak.
Alangkah   senangya   hati   seorang   suami   yang  mau   berangkat   dari   rumah
dibekali oleh humor2 nakal tetapi indah, indah tetapi nakal, nakal tetapi nakal,
indah tetapi indah.
Daud   berangkat   dari   rumah  dengan  perasaan   segar   .  Dan   kesegaran   itu
membuat dia bisamembikin rencana kerja hari ini. Tetapi dalam rencana kerja
itu dia mencantumkan  jadwal,  bahwa diwaktu makan siang dikantornya,  dia
akan pergi menemui Meiske.

Episode 42
Tetapi dirumah . Meiske sendiri masi mundar mandir didepan pintu kamar
Laila   yang   rupanya  meneruskan   tidurnya   setelah   suaminya   pergi   tadi   itu..
Mieske tak sabaran lagi. Dia mencoba mengetuk pintu kamar kak Laila setelah
Lestina pergi.
Laila bangun dengan malas  –malasan,  dan melangkah  terhuyung  –  huyung
menuju pintu.
" He, kamu Meis ? "
"  Maafkan  "   ,  kata Meiske,   "  Rupanya kak Laila  terganggu  tidurnya gara2
Meiske ".
" Oh, tidak. Mau ada yang penting diomongin ya ? " Tanya Laila.
" Ya ", sahut Meiske.
" tunggu sampai kak Laila selesai mandi. Oh, ya, si Lestina sudah pergi ? "
" Barusan pergi ", kata Meiske," Memang tunggu sampai dia pergi, baru tadi
mengetuk pintu ".
" Tampaknya ada yang rahasia , nih ? ", Laila berusaha berucap kata dengan
santai.
Meiske hanya tersenyum sambil mengangguk.
Biarpun bersikap santai, dalam hati Laila tegang juga. Yang ditakutkannya
adalah sesuatu yang mungkin akan diutarakan Meiske dengan terus terang.
Yang   tadi  malam  dan   tadi   pagi   sudah   begitu   indah   ,  mulai   kusut   lagi
dikepala Laila. Laila tiba2 ingin agar Meiske jangan sampai terlalu omong terus
terang nanti. Laila tiba2 diliputi takut. Dia takut kalau2 Meiske berkata, bahwa
antara dia dengan mas Daud pernah atau sedang berlangsung suatu affair diluar
penglihatannya.www.ac-zzz.tk
Apakah ini yang akan dikataka Meiske ? Beranikah dia jika ya? Berani? Soal
berani, kadang2 perempuan lebih berani dari lelaki dalam soal2 yang penting.
Bahkan untuk minta naik pangkat suaminya, kadang kala ada saja isteri2 yang
berani omong langsung kepada atasan sang suami, lebih berani dari suaminya
sendiri..
Soal berani, kadang kala seorang gadis yang telah dibuntingi tetennya lebih
berani   ngomong   blak2kan   kepada   ibunya   dari   pada   anak   lelaki   yang   telah
menyebabkan  kebuntingan  itu  !  Dalam hal2  tertentu  ,   lelaki  kadang2  lebih
pengecut dari Wanita!
Itu yang mengerikan Laila kalau2 Meiske berani berterus terang.
Karena itu, Laila agak  lama berada dikamar mandi memikirkan hal   ini.  Ia
mulai lagi terombang ambing gara2 orang ketiga dirumah ini. Dikamar sambil
dandan   ,   Laila   kuatir   jika   nanti  mendendar,   samar   –samar   atau   terang   –
terangan  ,  bahwa ada sesuatu antara Meiske sendiri  dengan suaminya.  Laila
ingat , ia dulu terlalu lama di rumah sakit…………
Keluar dari kamar, Laila mencoba bersikap santai dan ramah..
Mula2   percakapan  hilir  mudik,   ngalo   ngidul   tentang   yang   ringan   ringan.
Tetapi alis mata Laila naik sebelah ketika Meiske berterusterang .
Memang  Meiske   berterusterng   .  Tapi   dia   bukan   berterus   terang   tentang
soal2 yang dicurigai atau diduga atau di takutkan Laila ! Meiske berterus terang
dalam soal lain.
Dan ------
Sementara   dua   perempuan   ini   asyik   bicara   dirumah.   Dikantor   Daud
kelihatan   tak   sabaran  menanti  waktu  makan   siang   karena   ia   sudah   keburu
menyelesaikan   pekerjaannya  menjelang  waktu  makan   siang   itu.   Begitu   bell
makan siang berdering diseluruh ruangan, Daud segera meninggalkan Kaantor.
Kemana Daud pergi ?
Mobil itu menuju kampus. Ia tahu, hari ini Meiske pergi ke tempat kuliah.
Daud duduk dikantin kampus, tapi Meiske yang ditunggu2, tidak juga datang.
Waktu pun tinggal sedikit lagi.
Akhirnya Daud betul2  jengkel,  karna kedatangannya kekampus   ini  adalah
untuk memberitahu  secara  terus   terang kepada Meiske bahwa meiske harus
pindah.   Kepindahan  Meiske   dari   rumahnya   adalah   sangat   penting   ,   karena
adanya Meiske akan menimbulkan keretakan perlahan2 antara daud dan Laila
sebagai suami isteri.
Tapi sialan ! Meiske rupanya tidak pergi kekampus . Meiske ketika itu masih
dirumah, ngobrol begitu santai dan disertai dengan wajah riah ceria bersama
Laila.
"  Kalau kak Laila betul2 meminta Meis  tetap disini  ya Meis  terima kasih,
deh.  Tadi  Meis  berterus   terang  mengungkapkan   soal2  pribadi   karna  hal   itu
sudah Meiske  rundingkan dengan pacar Meiske  itu.  Terimakasih atas nasehat
kak   Laila,   agar   selama   berpacaran   justru   kurang   baik   jika   tinggal   dirumah
pacar. Mungkin saran kak Laila itu bisa menjadi bekal Meiske dikemudian hari.
Hari   itu  tetap hari  yang  indah bagi  Laila.  Karena Meiske  sudah berterus
terang punya pacar , dan bermaksud pindah kerumah pacarnya itu.www.ac-zzz.tk
Laila yang " plong " dengan lega mendengar pengakuan Meiske kini benar2
menahan gadis  itu supaya tetap tinggal  dirumahnya. Yang memplongkan hati
Laila adalah , dalam percakapan itu tidak satupun disebut nama Daud. Seperti
dijanjikan secara bercanda tadi pagi kepada Daud, malam ini Laila betul2 ingin
dipeluk oleh Daud dan ingin melakukan yang tadi malam, senikmat, sehebat,
sepuas yg tadi malam…...

Episode 43
MEISKE   tidak   bisa   menolak   lagi   ajakan   Laila   untuk   tetap   tinggak
dirumahnya.   Tapi   gadis   ini   sebenarnya  masih   bertanya-tanya.   Apakah   Laila
mengetahui bahwa dia sebenarnya mencintai suaminya. Fikir Meiske : Jika kak
Laila  tau  ,  Oh,  betapa memalukan.  Betapa keji  diriku dalam anggapan kak
Laila.
Dan tetaplah ia tinggal  dirumah  itu. Dan anehnya rumah itu tidak pernah
berubah kegembiraannya. Malahan Meiske melihat betapa bertambah kasihnya
Daud kepada kak Laila setelah adanya anak mereka.
Mereka kadang – kadang pergi bertiga kekebun binatang. Dan anak itu lucu
sekali.  Sering kali  Meiske menggendongnya kalau kak Laila meminta tolong  ,
sebab kak Laila sedang berada dalam kesibukan.
Tapi  sikap2 Meiske tambah hari  tambah berubah. Kalau dulu  ia bertindak
menjiplak kegiatan2 kak Laila, kini  kesibukan 2 kuliahnya adalah tempat dia
melampiaskan   perasaan   sepi.   Tetapi   yang   bernama   sepi   hati,   tetap   saja
mencengkeram   dirinya.   Namun   begitu   banyak   teman2   sekuliah   mencoba
mendekatinya,  Meiske  memperlihatkan   sikap   dingin2   saja.   Banyak   diantara
bahasiswa2 yang naksir  mendekat  diam dan mencoba merayu diam2,   tetapi
pergi  berlalu dengan diam2 pula.  Hanya ada satu orang diantara yang  jatuh
cinta diam2 itu yang kelihatan begitu getol.
Namanya Hengky.
Tetapi memang Hengky orang yang ulet. Dia sudah tahu Meiske gadis yang
bersikap dingin, tetapi ia tidak kapok2 nya berusaha menaklukkan hati Meiske.
Akhirnya   Meiske   kasihan   sama   Hengky.   Tapi   sikap   kasihannya   itu   hanya
kelembutan yang mengecewakan. Ia berkata halus : " Percuma kau Henk ! saya
lebih suka jadi perawan tua ".
Ia ganteng,  keturunan Jerman  ,  dan  seorang pemain  film  reklame untuk
minyak  rambut  ,  disamping tetap kuliah.  Gadis2 teman sekuliah tingkat tiga
sesama Meiske sering mengolok – olok Hengky ( dengan kata lain sebenarnya
jatuhhati ) :
" Aduuuuuuh, rambut Hengky berbau reklame ! "
Tetapi Hengky yang juga pernah dicintai dua aktris top film Indonesia, lebih
cenderung menyenangi mahasiswi pendiam seperti Meiske. Sempat meliriknya
dengan sinis , tapi Hengky memang berbakat jadi badak atau playboy bermuka
tembok.   Ia  malahan pernah  mencoba  mau  merampas   ciuman  yang  hampir2
mengenai bibir Meiske ditempat gelap ketika uapacara inaugurasi.
Hengky  ditampar  Meiske  seketika.  Dan   setelah   itu  Meiske  menangis  dan
tidak mengikuti  upacara  inaugurasi   tu.   Ia segera pulang dengan kemurungan
wajahnya yang khas. Laila yang menggendong Delila yang telah berusia 3 tahun
itu   seinginnya   mau   menyerahkan   anaknya   kepada   Meiske.   Tetapi   ketika
di;lihatnya wajah Meiske murung , Laila bertanya: " Ada sesuatu yang terjadi
dimalam inaugurasi ini , Meis ? "
" Tidak ada, kak. Saya Cuma tidak enak badan ", kata Meiske,
" Memang , lgi musim flu sekarang . ini tadi si Del dibawa ke Dokter oleh
papanya.
Si Del juga kurang sehat ", kata Laila.
Meiske hanya tersenyum hambar. Tetapi sesampainya dikamarnya, ketika ia
menggeletak   telentangmetatap   loteng,   Meiske   menyadari   dirinya.   Dan   ia
menyesal mengapa ia ikut bersikap dingin terhadap kak Laila.
Dan   Laila   sambil   mencoba   mendiamkan   Delilayang   tak   berhenti2nya
menangis,   begitu   terkesan   pada   senyum  hambar  Meiske   tadi.   Daud  masuk
kamar membawa obat.
Ia baru pulang dari apotik.
"   Sini   ,   saya   yang   gendong   ",   kata   Daud.   Ia  menggoyang   –   goyangkan
badannya   sembari  menggendong   anak   nya   yang   belum  juga  mau   berhenti
menangis .
Daud menciumi  pipi  dan  lehr anaknyaitu seraya membujuk  lembut:   "  Ada
apa saying  ? Kepala Del  panas ya ? Oh, biarin nanti  panasnya pindahin sama
papa saja ya! . Lalu ia bertanya pada Laila : " Si Del sudah dikasih makan?"
" Sudah, tadi mas. Tapi ia nggak ada napsu ", kata Laila.
" Tapi sedikit sudah masuk, to ? "
" Ya, paling sesuap dua suap "
" Kalau begitu obatnya sudah bisa diminumkan. Tolong obatnya, ma " Laila
buru2 mengeluarkan obat  .  Tetapi   ,  setelah diminumkan obat  itu  ,  malahan
Delila  muntah2  seperempat   jam kemudian.  Daud marah2  :   "  Ah,   ini  dokter
jangan-jangan salah kasaih obat ! "
" Bukan si Del saja yang sakit, mas . Itu si Meiske juga pucat kayak kena flue
".
" Jangan-jangan nular dari dia ", gerutu Daud.
Daud lalu bertanya: " Apa dia sudah kedokter ? Bahaya lho kalau flu nular-
nular. Anak tidak sekuat orang dewasa ".
Dan diciuminya kening dan leher anaknya lagi, bagai dhisap panas anaknya
secara elektro untuk memasuki jaringan2 tubuhnya sendiri. Dan ketika malam2
Delila menangis lagi, gugup Daud bertambah – tambah . Dibangunkannya Laila :
" Laila, panas badan si Del nanjak ".

Episode 44
Laila   juga   ikut   gugup,   lebih   –   lebih   setelah   diperiksanya   panas   badan
anaknya,  kegugupannya dialihkannya dengan mendekapi  anak  tiga  tahun  itu
erat – erat. Dan melihat mata Del yang sekonyong2 membeliak2 begitu, Laila
menjerit sambil menangis: " Mas ! Gimana si Del Ini , mas ! "
Daud gemetar . Ia buru2 merebut anak itu dari pangkuan Laila. IA pun ikut
menangis: " Oh, sayang papa….kenapa, Del, kenapa, nak, kenapa saying……"
Daud menatap Laila. Fikirannya sudah buntu . Ia takut anaknya meninggal
dan  ia  takkan punya anak  lagi   setelah  ini.  Karna Laila hanya bisa  satu kali
mengandung, kandungannya sudah ditutup.
" Kita ke dokter , ma ", kata Daud pada Isterinya.
Suami   isteri   itu   sama2  terisak   .  Dan  Daud  seperti   tidak   sadar   ketika   ia
menjalankan mobil begitu kencangnya !
Langsung ia memprotes Dokter: " Dokter harus bertanggung jawab bila anak
saya ini mati ! Dokter salah memberikan obat ! ".
" Saya tak pernah salah tuan. Anda jangan terlalu nervous . Saya malahan
tak  pernah berani  menyuntik  anak2 dibawah  lima belas   tahun  ",  kata  sang
dokter, .
" Mari kita bawa ke RSUP. Memang gejala penyakit anak anda ini sedikit ada
kelainan ". Dokter itu membantu menyetirkan mobil Daud ke RSUP . Alat – alat
yang komplit disini , dokter2 muda berbakat yang sedang jaga malam , telah
melakukan pemeriksaan dengan telititetap mereka yakin bukan salah obat.
" Anak  ini  pernah jatuh ? tiba2 seorang dokter muda yang khusus bekerja
sebagai seorang internist.
"   Tidak   "   bantah   Daud,   "   Kami   bukan   orang   gila.   Kami   tidak   pernah
membiarkan anak kami untuk jatuh . Apalagi salah minum obat ".
" Ini bukan sama sekali gejala salah minum obat. Anak anda memang flu.
Obat yang diberikan dokter Tamim tadi betul2 obat influenza yang patent. Saya
kira ada penyakit lain yang tidak tampak ditubuh anak anda ".
Usul   itu diterima.  Tetapi  anggota badan Delila tidak memperlihatkan ada
gejala bengkak didalam. Malaha dokter itu memuji: " Tulang kaki dan tangan
anak tuan adalah tulang2 calon atlit ".
Pujian itu tak ada artinya bagi Daud, Karna Delila masih saja menangis. Ia
menatap   setiap  wajah   dokter   itu   dengan   geram.   Seorang  diantaranya   yang
senior, sedang menuliskan resep. Resep itu diberikannya kepada Daud seraya
berkata : " Ambil di Apotik disini saja . Buka 24 jam ".
Ia ragu – ragu menerima resep  itu. Ia seakan akan tak percaya pada ilmu
kedokteran  lagi.  Tapi  Laila mendorong punggungnya,  sehingga Daud menjadi
lunak hatinya dan memungut resep itu. Namun wajahnya tetap sinis. Dan ini
bukanlah sifat Daud yang sebenarnya. Ia seorang manager yang baik dikantor,
dan seorang yang baik di rumah, tetapi ia tidak punya pengetahuan kedokteran
sebaik dokter2 itu.
Ketika obat   itu  akan ddiminumkan pada Delila   yang masih menangis,   ia
menatap   pada   Laila   dengan   sikap   ragu2.   Laila   mendorong   suaminya   :   "
Minumkan saja . Tak apa – apa "
" Aku hanya percaya pada Tuhan ", kata Daud,
" Jika obat ini salah juga, kuserahkan pada kemurahan hati Tuhan ".
Paginya ketika Daud melihat Meiske sarapan pagi , dengan sedikit kasar ia
berkata :
" Kalau kamu sakit flu, ke dokter dong. Nanti nula pada anak kami ".
Meiske melihat mata Daud yang berkilat – kilat, dan ia terhempas sedih dan
tersinggung seketika. Tapi ia memaksakan diri untuk makan sarapan terus, lalu
buru – buru kekamar dengan sedih. Mengapa bang Daud sekasar itu ? Sedihnya
benar2 berhiba hati. Ia merasa dirinya begitu malang.
Namun Laila  tahu perasaan Meiske yang  tersinggung.   Ia memang melihat
bagaimana Daud denga kasar berkata pada Meiske. Tapi ketika itu ia tak mau www.ac-zzz.tk
ikut campur, sebab dalam keadaan begini buat Daud yang paling penting Cuma
Delila anak tunggalnya saja !
Laila  mendatangi   paviliun   .  Meiske   didapatinya   sedang   terisak   di   temat
tidur. Ia berkata membujuk : " Meis, jangan diambil hati kata2 mas Daud tadi.
Kak Laila minta maff atas nama mas Daud . Sudahlah,  berhentilah bersedih.
Bukankah tadi Meis buru2 sarapan karena mau ujian ? Hayo, sudah hampir jam
7 , sedangkan kamu ujian jam 8 ".
Meiske bukan gadis yang sok manja. Ia berkata tulus : " Terima kasih kak
Laila. Saya minta maaf , tapi saya yakin bukan saya yang menulari flu si Del ".
" Hayo, lupakan saja. Kak Laila memdo'a kan ujianmu berhasil ".
Meiske  mendapatkan   spirit.   Ketika   ia   bersalin   pakaian   ,  Meiske   berkata
dalam hati   lagi   :  Bukankah aku  ini  orang keji   ?  Kak Laila yang begitu  suci
hatinya……sedangkan aku mencintai   suaminya  ?  Bukankah aku  tadi  menangis
hanya   karena   shock   sebab   di   bentak   orang   yang   kucintai   ?   Bukankah   yang
kuingini selama ini kata2nya yang lembut, yang itupun belum pernah kurasakan
? Ampuni daku , Tuhanku !
Tetapi  uacapan Laila adalah benar2 segunung semangat bagi  Meiske yang
ketika itu menghadapi ujian hari itu, dan ujian2 hari berikutnya.

Episode 45
Pada  hari   terakhir  ujiannya,  dan  Meiske  yakin   ia pasti   lulus.   Ia   sengaja
mampir  ketokon makanan  .  Dan karena  ia  ingat  ucapan bang Daud Waitulo
dulu, bahwa kak Laila menyenangi kuweh bugis, iapun sengaja membelikannya.
Hampir membayar, Meiske tahu benar kesenangan si Delila: roti wafel. Ketika
memasuki rumah, bagian untuk Delila adalah yang pertama diberikannya. Laila
sedang menggendong anaknya itu. Ia bertanya: " Wah, kau ulang tahun Meis ? "
" Bukan , kak, hanya karna hati senang ujian2 selesai dengan lancar ", kata
Meiske dan mencubit pipi Delila dengan saying karena anak itu sekarang sudah
sehat kembali. Daud kebetulan melihat kejadian itu, tapi ia tak begitu perduli.
Tapi ia sangat kaget sewaktu didengarnya kata2 Laila : " Wah, ini kuweh bugis
rupanya ?"
" Kuweh kesenangan kak Laila ", kata Meiske.
Daud   menjadi   risau   akan   hal   ini.   Karena   ia   mengira   Meiske   sengaja
membelikan   Laila   kuweh   bugis   untuk  mengambil   hati   isterinya.   Daud   tahu
benar,   Laila  punya hati   yang baik  dan  tulus,  apalagi  masih  juga menahan2
Meiske tinggal dirumah ini.
Karena yng dibelikan Meiske  itu disodorkan  juga oleh Laila untuk Daud  .
Daud mengambilnya  sebuah.  Tapi   ia mengambilnya karena di  sodorkan Laila
dalam keadaan sudah dibuka bungkusnya dan hampir2 kedepan mulut Daud .
Namun yang senang melihat kuweh itu justru Meiske. Entah bagaimana Meiske
malu untuk berada disana. Ia pergi kekamarnya. Sampai jauh malam ia tak bisa
tidur oleh perasaan bahagia.
Tapi  aneh!  Sungguh aneh!  Meiske pagi2 dibula april  merasa  seperti  diiris
sembilu  mendengar   dari   kak   Laila   bahwa  Daud  telah   berangkat   ke  Filipina
untuk dua minggu  lamanya.   Ia merasa sebal  karena tidak bangun pagi   , dan
tidak tahu sejak hari sebelumnya bahwa Daud akan pergi jauh dan lama. Maka
pada har – hari kepergian Daud itu telah membuat dirinya melampiaskan rasa
syang   kepada   Delila   yang   kini   telah   hampir  memasuki   usia   4   tahun   .   Dia
bercanda   –   canda  main  ubar2an   ,  menggendong2  Delila  dibahu,  merangka2
seperti   binatang   yang   kesemuanya   itu   membuat   Delila   sangat   manja
kepadanya.   Kalau   dapat   kiriman   uang   dari   ayahnya,   Meiske   sengaja
membelikan roti wafel dan coklat, abhkan tadi ia membelikan mainan . Laila
juga senang melihat anaknya Delila begitu lincah pada hari kepergian ayahnya,
sehingga Delila seolah-olah sudah lupa papanya tidak ada. Lestina mendengar
lelucin2 dan kakak kikik Delila dari kamarnya' karna ia sedang memaksakan diri
belaja terus.
Laila berkata: " Tadi siang surat mas Daud dating dari manila ".
Meiske ingin sangat untuk ikut membacanya , tetapi ia hanya menyahut : "
Oh, sudah ya ? ".
"  Mas Daud kadang terlalu  royal   .  Supaya saya  juga bisa melihat  fotonya
dengan segera berlatar belakang kota manila, ia buang2 duit berpotret dengan
film Polaroid yang sekali potret terus jadi itu ".
" Mau lihat fotonya , Meis ? Tanya Laila.
Meiske   berlagak   tak  mendengar   dengan   terus   bercanda   sambil   ketawa2
kepada Delila.  Laila pergi  mengambil   foto dan  surat  Daud kekamarnya.  Dan
rasanya tak sabar bagi  meiske untuk melihatnya ! Ya !  Iamungkin jauh  lebih
kangen dari pada Laila, isteri Daud sendiri ! Laila biasa saja ketika memberikan
beberapa foto Polaroid itu. Namun Meiske tak bisa menyembunyikan gemetar
nya.  Tapi   dia   berbuat   seakan   –   akan   tak   begitu   acuh   pada   foto2   itu,   dan
dikembalikannya dengan senyum hambar, tapi jantungnya kencang berdebar .
" Mau membaca suratnya ? ", Tanya Laila.
" Tidak, terima kasih, kak " kata Meiske menolaknya dengan sikap hambar,
biarpun ia merindukan berita2 mengenai Daud.
Dan begitulah Meiske : Nyala cintanya kepada suami Laila ibarat api dalam
sekam . yang amat mentakjubkan Meiske adalah sikap Laila yang begitu bai k
selalu   kepadanya.   Laila   tidak   tahu   ,   bahwa   bila  Meiske  menyayangi  Delila
adalah sebenarnya pelampiasan kasihannya yang tak sampai pada ayah Delila
ini !
Memang Daud memenuhi syarat sebagai ayah maupun suami yang baik. Ia
telah   kembali   sesuai   dengan   rencana.   Ia   pulang  memakai   kemeja   Filipino.
Untuk   Delila   ia   telah  membawa   boneka2   yang   indah   ,   pakaian2   ,   bahkan
sepasang  gelang  emas   yang  sebetulnya bikinan Thailand.  Tidak  kerang pula
oleh2nya untuk Laila . Ada dua buah gaun yang bentuknya mirip yang sering
dipakai Imelda marcos : Putih Agung !
Ada gaun2 lainnya, tetapi dihari kedatangannya itu -- sementara Delila main
boneka2   yang  bisa   jalan  dan  ngomong   sendiri   ---  Daud  telah  berkata   pada
Laila : " Aku ingin kau memakai gaun imelda itu dimalam ini juga "
" Ini warna putih warna mayat " , kata Laila.
" Pakailah , aku sengaja membelikannya untukmu ", kata Daud.
Dan Laila menuruti  kemauan  suaminya.   Ia dikomentari  oleh Meiske  yang
menonton saja : " Wah, pas betul kak Laila memakai gaun putih begitu ".
" Ini gaun orang mati ", kata Laila.www.ac-zzz.tk
Daud hanya tertawa. Tetapi ketika Laila berkata : " Ini satu lagi untukmu,
Meiske! "
Satu lagi gaun putih itu yang diberikan Laila untuk Meiske, membuat Daud
tidak tertawa. Satu lagi rok dan blus untuk si Lestina membuat Daud bangga
pada isterinya. Meiske yang semula menolak, karena dipaksa2 juga oleh Laila,
akhirnya menerimanya. Daud cemberut sedikit seetelah Meiske pergi membawa
gaun itu.
" Mustinya memberi itu dengan hati ikhlas, ma ", kata Laila.
" Aku membelikannya untukmu ", kata Daud.
" Ya, kau membelinya dua gaun putih . Buat apa sekali dua? Buat aku satu
pun cukup, mas Daud",
" Kau terlalu baik hati ", kata Daud.
Delila tiba2 menangis. Daud mendekati Delila dengan cepatnya; " Ada apa ,
anak papa saying ? ".
" Daud mengerti . " Oh, ini musti diputar pernya dulu, supaya bisa jalan ".
Delila   tertawa   terkikih   kikih.   Laila   mengomentari   :   "   Begitulah   Delila
tertawa sewaktu kau di Manila ".
" Dia tak menanyakan papanya, hmmm ? " Tanya Daud pada isterinya.
" Hanya hari pertama . Setelah itu ada yang jadi teman akrabnya ".
" Siapa ? ", Tanya Daud.
"   Si  Meiske.  Rasanya   tidak   salah  Meiske  tinggal  disini.   Ia  benar   –  benar
pandai menjaga hati anak kecil. Meiske yang jadi teman Delila selama ini. Ia
benar2 punnya watak penuh keibuan ".
Kata – kata Laila  itu terbukti. Pagi2 ketika suami  itu bangun ereka Delila
tidak ada dikamar. Ternyata ia telah turun sendiri dari ranjang.
" He, kemana si Del, ma ? "Tanya Daud pada isterinya.
Laila menjawab tertawa : " Kemana lagi kalau bukan dikamar Meiske ? coba
mas kesana, dia pasti lagi bercanda- canda bersama si Meis ! ".
" Nanti menggau pelajarannya ", gerutu Daud.
" Ah, itu sudah jadi kebiasaan sehari – hari Delila ", kata Laila, " Anak kecil
tidak bisa saying pada seseorang dengan sikap berpura-pura. Dan Meiske tidak
berpura   –   pura   saying   pada   Delila.   Dia   benar   anak   yang   amat  mengasihi.
Jiwanya suci ".
Hari – hari memang begitu kalau Daud terbangun agak pagi. Ia tak pernah
bertemu dengan Delila,  karena Delila   sudah mengetuk  pintu  kamar  Meiske.
Gejala ini diketahui Daud. Daud segera berkata pada Laila :  " Ma, tidak baik
anak kita saying pada orang lain. Aku jadi iri ! Aku seharusnya dapat soenjes
dari si Del kalau pagi ".

Episode 46
Daud menemukan akal untuk menyapih rasa saying Delila pada Meiske . Ia
bangun lebih pagi. Dan ditirunya cara2 Meiske menggoda dan bercanda dengan
Delila, Dan Daudlah yang selalu membangunkan anak tunggalnya itu. Perlahan –
lahan Daud merasakan bahwa kesayangan Delila kini telah berpindah kepadanya
sepenuhnya.  Dan  kalau  sore2 Daud hanya berdua dengan Delila  pergi   keair
mancur   yang   bisa  menari-nari   didekat  monas   .  Delila  merasa   lucu   air   bisa
mengikuti irama goyang lagu2 dangdut. Ia tertawa – tawa geli. Seperti banyak
anak kecil, besok sorenya Delila minta lagi melihat air mancur dangdut itu.
Tak ada satu kesempatan buat Meiske untuk merebut perasaan Delila lagi.
Sebab   ,   sampai  mecebok   Delila   sehabis   berak   juga   Daud   sendirilah   yang
melakukannya.   Ia menidurkan anaknya bila  sudah mengantuk.  Dan  tiap pagi
dialah yang membangunkan Delila.
Hal2 begini  diperhatikan benar oleh Laila, entah bagaimana Laila berkata
pagi2   itu   ketika   ia  mendapatkan   daud   sedang  mencium  –   cium  Delila   dan
menggendong2 .
" Mas jangan keliwat saying sama ank". Kata Laila.
" Kenapa ? "
" Nanti salah satu ada yang kehilangan ", kata Laila.
Daud  marah   sekali   dengan   kata2   itu   :   "   Kau   jangan   omong   ngawur   !
kehilangan adalah kehenda Tuhan ".
Dan   ia   tak   pernah   berhenti   untuk   "   teramat   saying   "   kepada   puteri
tunggalnya selama satu tahun  ini. Lagi  pula,  ketika delila telah berusia  lima
tahun   ia   tampak   begitu   pintar   .   Makin   pintar   Delila,   makin   bertambah
sayangnya   Daud.   Laila   tidak   bisa  mencegah   saying   yang   keterlaluan   yang
diberikan Daud kepada anaknya. Malahan sering ia mengomel ; ' Lihat, itu si Del
tambah kolokan ", " Lihatlah , nanti dia sulit untuk ditinggal kemana-mana ".
Dan memang benar . Daud sendiri gelisah suatu sore sepulang dari kantor,
Laila heran : " Apa yang terjadi dikantor ? ".
" Aku harus berangkat ke America begitu visa kudapatkan. Kira – kira dalam
tiga hari yang akan dating. Berat rasanya meninggalkan Delila ", kata Daud.
Delila ketika itu mendengar. Murid kelas nol kecil Taman kanak2 yang pintar
itu  memdengarkan   omongan  Ayahnya,   dan   ia   berkata   :   "Papa,  Del   ikut   ke
America ya ? "
Daud  mendekapi   Delila.   Delila  menangis  melonjak-lonjak.   Daud   berkata
membuju : " Papa cari duit kesana. Nanti pulangnya papa bawa oleh2 "
" Nggak ! Del ikut ! Del ikut ! ".
Pada malam keberangkatannya , Daud mendengar Delila mengigau : " Del
ikut ,  papa!  Papa  jangan pigi  sendiri, papa  !  Del   ikut!  ".  Daud maupun  laila
terbangun. Daud menundukkan kepala ketika ia melihat Delila tertidur kembali.
" Kenapa nangis, mas ? ", Tanya Laila yang tiba2 gusar, seakan –akan mau
terjadi satu perpisahaan abadi antara Daud dan anaknuya kali ini.
Laila   sampai  memegang  bahu  suaminya  erat2  dan menggoncang2kannya:
"Mas , Kenapa kau .? Kenapa kau ? "
" Entahlah ", kata Daud. " hatiku tidak enak saja berangkat sekarang ini .
kalau ticket belum dibeli dan visa belum ditangan, mau saja aku membatalkan
keberangkatan saya kali ini ".
Daud menatap lagi pada Delila. Mata Daud tampak layu seakan - akan mata
mayat . Laila jadi gusar ! ia menggoacang Daud serta memeluknya .
Menjelang dua menit  keberangkatannya,  Delila berkata  :   "  Kenapa pakai
baju putih – putih , papa ? " Oleh pertanyaan itu Daud memeluk anaknya itu.
Laila   cepat2 pergi  ke kamar  mandi,  dan menangis   seketika.   Ia baru  keluar
setelah Daud memanggilnya. Didapatinya Daud sedang menciumi Delila sepuas –
puasnya.
" Kalau mau tidur jangan lupa sama Papa, ya "
" Nggak , papa ", kata Delila, " Tapi Del ikut sama papa ka ? "
"   Tidak………."   ,   kata   Daud   terisak-isak.   Dipeluknya   Delila   sekuat-kuat   ,
seakan2 pelukan orang mau berpisah untuk selama2nya. Laila  ikut menangis,
dan terlebih2 lagi ketika Delila meratap keras – keras sewaktu Daud mau naik
ke taxi. Daud melambaikan tangannya dan membuang muka cepat2, sementara
Delila menagis berteriak2. Bahkan Meiske yang pernah jadi teman akrab Delila
sewaktu Daud ke Filipina , tak bisa membujuknya.
Perasaan tak tentram melanda diri Laila , lebih2 jika malam. Ia bermimpi
pesawat   terbang  Daud  jatuh.  Dan   jatuh  diatas   rumah   ini,  menimpa  Delila.
Delila tewas tapi Daud selamat namun terbakar oleh api pesawat. Pada malam
lainnya Delila yang Delila yang mengigau menangis2 keras . Pagi harinya anak
itu ngelamun .
" Del'kan mau diantar tante Meis pergi sekolah , kenapa ngelamun ? "
" Papa kok lama betul perginya , mama ? "
Setiap   pagi   begitu.  Delila   selalu   ngelamun  menanyakan   ayahnya.   Berita
surat kabar pagi ini merupa headline :
PESAWAT TERBANG UNITED DENGAN SELURUH
PENUMPANGNYA TEWAS DIATAS BOSTON !
" Meiske ! " Seru Laila hampir menangis sebelum membaca berita itu dengan
mendetail. Teriak Laila memanggil Meiske itu didengar oleh Delila, Meiske lari
tergopoh dari kebun.
" Ada apa , ka ? ", Tanya Meiske.
"  Bacalah berita  ini   ",  kata Laila  lantas melihat Delila yang ngelamun.   Ia
meraih Delila  dengan   tangisan  terisak   isak.  Dan  ketika Meiske baru   sebaris
membaca surat kabar itu.
Laila berkomentar: " Aku telah bilang, bermimpi pesawat yang ditumpangi
mas Daud jatuh. Aku kuatir….Meiske ! "
" Mama….kenapa papa , mama ? " Tanya Delila dengan mata berkaca-kaca.
Iap un pernah bermimpi  naik pesawat terbang suatu malam, pesawat  itupun
jatuh tapi jatuh diatas satu padang salju luas dan memutih.
" Mama….jangan nangis , mama ! kenapa, mama !

Episode 47
SEBAGAI anak kecil berusia lima tahun tapi berotak pintar, ucapan ibunya
bahwa ayahnya tewas dalam kecelakaan pesaawat terbang, betul2 menggores
perasan Delila.
Delila berfikir : Kenapa bukan aku saja yang mati ? kenapa bukan pesawat
terbang didalam mimpiku yang jatuh ?
"  Ah  ", kata Laila tak sabaran memperhatikan Meiske membaca,  "  Jangan
baca yang lain, lihat saja daftar nama 2 penumpang yang tewas ! "
" Ini dalam berita ada disebut, warga negara dari India 14 org, dari Inggris ,
dari perancis , dari Itali dan Amerika…..tidak ada warga negara Indonesia disini
"
" Jadi tak jatuh '
" Tapi mengapa mas Daud tak pernah tulis surat ya ? ", Tanya Laila.
" Mungkin acaranya padat ", kata Meiske.
Laila teringat soal gaun putih bergaya Imelda yang di beli Daud, Laila bilang
"   Ini   gaun   orang  mati   ".   Apa   yang  membuat   Laila   berkata   begitu   ?   Entah.
Keterlanjuran  saja barang kali   !  Lantas  Laila  ingat,  ketika Daud  sayang2nya
pada Delila, Laila pernah memperingatkan suaminya itu : " Mas , jangan keliwat
sayang sama anak . Nanti salah satu ada yang kehilangan ! ",Mendengar itu ---
kini Laila ingat benar --- Daud marah sekali.
Kini   Laila   baru   sadar,   bahwa   ia  membuat   Delila   terisak-isak   kecil.   Ia
membujuk anaknya dengan kesadaran : " Tidak ada apa2 Del . Marilah mama
antar Del ke sekolah ya ? ".
Delia menggelengkan kepalanya.
" Lho , nanti katanya mau naik kelas nol besar. Sekolah ya ? "
" Del nggak mau sekolah kalau papa mati ", kata Delila.
" Del…"
" Abis papa mati sih ", kata delila
Laila   ingat   ,  Delila   justru  yang menanyakan kenapa papanya pakai  baju
putih2 dipagi keberangkatan Daud itu . Bukankah itu suatu lambang mistis ?
Agak sulit juga buat Laila untuk berhasil membujuk Delila agar mau pergi
sekolah . Dia bangun paling duluan. Dan bila  laila keluar kamar mencarinya,
maka   dilihatnya   Delila   duduk   ngelamun.   Laila  membujuknya   dengan   jalan
menggendongnya. Tetapi  tampak Delila tidak bisa dibujuk  lagi  . Ia tetap tak
mau pergi sekolah. Meiske pun gagal membujuknya.
" Mama ", kata Delila.
" Ya…"
" Apakah papa sudah mati, mama ? "
" Belum , sayang! "
" Papa janji tulis surat , nggak ada suratnya ! " kata anak kecil itu.
Memang agak misterius   janji  mas  Daud kali   ini.  Biasanya  janjinya  selalu
tepat.  Laila bertanya pada Meiske yang  rupanya  juga  risau melihat   suasana
rumah jadi suram .
"   Bagaimana   kalau   kita   tanyakan   pada  Departemen   Perhubungan   .   Atau
kekantor tempat pesawat mas Daud yang pertama. Mungkin Pan American tahu
".
" Saya menduga bang Daud ini sempit waktu. Atau sakit ? ", kata Meiske.
Dugaan Meiske tepat. Sebuah surat dengan cap rumah sakit diterima pada
sore itu juga.
Tetapi   Meiske   yang   berteriak   –teriak   menerima   surat   itu   kegirangan,
berbeda dengan sikap Laila yang merenung sedih membaca cap rumah sakit itu.
Kemurungannya berhari-hari ini telah dicengkram oleh soal2 kematian, sampai2
ia menduga surat ini datangnya dari rumah sakit memberitahu kematian Daud.
"Kau  membacanya",   kata   laila   berlinang   air  mata   seraya  meraih  Delila.
Delila yang kecil itu seakan2 ingin tahu saja apa isi surat itu. Ia sampai naik
keatas meja dan amat gugup ketika mgikuti Meiske membaca surat itu :
Washington, cap pos.
Laila tersayang dan Delila tercinta.
Maafkan   papa   terlambat   berhari-   hari   tidak  mengirimkan   surat.   Sebab
begitu sampai di America suda jatuh sakit. Di Hawaii sudah tersa akan flu, tapi
salju dingin  yang  tak  tertahankan  sewaktu menginjak  benua  colombus   ini   !
Papa  langsung masuk  rumah  sakit.  Untunglah papa  sudah  sembuh  sekarang.
Sekalipun  semua  urusan   jadinya   tertunda.  Mulai  hari   ini   ,  papa  akan   terus
menulis surat setiap hari kepada kalian berdua….
Bagai melayang seperti kapas rasanya tubuh Laila. Ia tak sempat mengikuti
suara Meiske yang membaca karena  tiba2  ia  tak  ingat  apa2.  Laila  jatuh ke
lantai .
Delila kecil berseru lantang : " Mama! Mama mati !" Anak kecil itu menjerit ,
Lestinapun ikut2 keluar kamar. Barsama Lestina . Meiske menggotong Laila ke
kamar. Meiske yang pernah ikut jadi pramuka, menggerak – gerakkan anggota
badan Laila agar segera siuman dari pingsannya,
" Mama mati , tante ? " Tanya delila seraya menangis.
" Tidak…"
" Mama….!"
"   Jangan   takut   ,   sayang   ",   kata   Meiske   merangku   Delila   serta
mengendongnya,  serta membelai2 kepala anak kecil   itu  seraya menghibur:   "
Mama sebentar lagi sadar, mama pingsan saja ".
" Kalo mama hidup lagi, Delila mau sekolah " , kata Delila.
" Itu mama sudah gerak ", kata Lestina.

Episode 48
Delila minta turun dari  gendongan Meiske.   Ia  langsung merangkul   ibunya.
Laila melihat kiri kanan selayak orang yang baru siuman. Begitu ia sadar Delila
menangis, Laila segera merangkulnya. Tubuhnya lemas. Beberapa hari ia sakit,
tetapi ia berangsur sembuh setelah setiap hari menerima surat2 Daud Waitulo.
Tapi   selama   ibunya   sakit,   Delila   yang   kecil   itu   seringkali   ngelamun
disekolahnya. Suatu ketika Delila memikirkan ayahnya, sambil ngelamun ia tak
sadar diperhatikan gurunya.
Gurunya   kasihan  melihat   dalam  beberapa   hari   ini  Delila   bermenung.   Ia
mencoba mendekati murid yang satu ini. Dibelainya kepalanya, : " Kau sakit ,
Del ? "
" Nggak , Del mau pigi kesana ", kata Delila menunjuk awan .
" Bu guru bawa pulang mau ya ? Naik mobil bu guru ya ? "
"  Nggak, Delila disuruh sekolah . Delila mau kesana, Bu guru  ", katanya ,
menunjuk kelangit lagi.
Bu guru segera mengatasi panik nya seraya membawa muridnya ke mobil.
Ia menyetir mobil itu mengantarkan murid yang pintar ini kerumah. Disitu
didapatkannya  Ibu  laila  ---   ibu muridnya yang pintar  ini----  sedang terbaring
diranjang.
Bu Guru berkata : " Anak Nyonya , Bu Laila, sedang sedikit meriang ".
Meiske memegang kening Delila. Memang panas.
Ia buru2 mengambi  Delila dari   tangan bu guru dan melarang kak Laila:   "
Biarlah Meiske yang urusin Delila , kak. Kakak tidur saja disitu ".
" Maaf , bu guru , saya sendiri kurang sehat ", " terimakasih atas kebaikan
hati ibu mengantar anak kami ".www.ac-zzz.tk
Setelah bu guru pergi , Laila bersusah payah mencoba untuk bangun , tapi
silitnya   bukan  main.   Ia  memanggil   nama  Meiske,   tetapi   suaranya   tertahan
ditenggorokan .
Meiske sendiri ketiks itu amat cemas melihat keadaan anak kecil yang dalam
pangkuannya…Ya   !   Suhu   badan   Delila   meninggi   .   Mata   Delila   terbeliak2
menakutkan ! Dan Meiske yang mula2 ingin merahasiakan keadaan Delila demi
menjaga perasaan Laila, tiba2 tak kuasa lagi melihat mata itu. Meiske menjerit
lantang memanggil2 : " " Kak Laila! Kakak ! kak Lailaaaaaa! "
Laila   yang   semula   tak   kuat   berdiri   dari   pembaringannya   ,   sekonyong   –
konyong   ada   tenaga   sewaktu   ia  memdengar   namanya   d,ipanggil  Meiske.   Ia
melangkah   terhuyung2   keluar   kamar.  Didapatkannya  Meiske   diruang   tengah
sedang memeluk anaknya dengan menangis-nangis. " Kak Laila….", seru Meiske
melihat Laila dating.
" Mari kita bawa si Del ke Dokter ".
Laila  memperlihatkan   kembali   sikap2   lamanya.   Ia   selalu   tampak   begitu
tenang apabila  seluruh  suasana dalam keadaan panik.   Ia memegang  telapak
tangan   dan   telapak   kaki   anaknya   satu-satunya   terasa   dingin,   dan  memang
teramat   panas   terasa   suhu   kepala   anaknya   itu   disbanding   dengan   telapak2
tangan dan kakinya. Ia tenang sekali menciumi Delila. Bahkan suaranya seakan
– akan tak terdengar : " Anak mama….kenapa, sayang ? "
" Mau kelangit, mama", kata Delila mengerang.
" Baiklah ", kata Laila, " Marilah kita pergi kesana bersama-sama tante Meis ,
ya ? "
" Papa , mama! Papa ikut, mama !" kata anak kecil itu
" Ya, diamlah. Kita nanti bawa papa juga " kata Laila.
Meiske  tak bisa menahan  sedihnya melihat   laila begitu  tabah membujuk
anaknya. Meiske terisak-isak tertahan.
" Delila pingin minum es, mama", kata anak kecil itu pula.
"  Baik, mama ambilkan es  ", kata Laila mau melangkah menuju kekulkas.
Meiske teringat pada pelajaran kesehatan dulu di SMA , bahwa itu rasa-rasanya
pantangan . Orang sakit panas senantiasa ingin sekali meneguk es.
Dengan suara berbisik, Meiske melarang Laila.
" Mana esnya , mama ! mana es ! mana es, mama! Seru Delila.
Laila  mengambil   air   putih   biasa   saja,   dan  membujuk   anaknya:   "   Ini   es
sayang. Minum ya ". Tetapi begitu Delila meneguk air, ia keluarkan lagi air itu
dari mulutnya ! Anak itu berteriak2 : " Itu bukan es ! mama nakalllll ",dan dia
meronta2 dalam gendongan Meiske. Meiske seakan akan tidak kuasa menahan
rontaan anak kecil itu.
" Kau bisa menyetir mobil, meis ? " Tanya Laila.
" Tidak bisa, kak. Kita pakai taxi saja untuk kerumah sakit ". Kata Meiske ,
Biarpun   dalam  keadaan   tidak   kuat,   Laila  memaksa   diri   juga   bersama-sama
Meiske  membawa   Delila   ke   rumah   sakit.   Tetapi  malang   dalam  perjalanan
tergesa – gesa dikoridor rumah sakit. Laila jatuh tertelungkup. Meiske sendiri
tak tahu Laila jatuh tertelungkup, karena seluruh konsentrasinya hanya pada
Delila yang amat parah.
Untung   ada   beberapa   perawat   yang  memanggil   –  manggil   Meiske,   dan
mereka inilah yang ikut membantu menggotong Laila.
" Nyonya ini pingsan ", kata perawat itu pada Meiske.
" Ini yang saya gendong ini anaknya !", kata Meiske.
Semua perawat jadi membantu kepanikan itu seketika.
Tetapi Meiske terpaksa berbantah – bantahan dengan beberapa orang dokter
kemudian. Ia memaksa supaya kamar Laila dan anaknya disatukan.
" Anak ini butuh ibunya ", kata Meiske.
" Tetapi penyakit mereka berbeda " kata dokter2 itu.

Episode 49
Meiske terpaksa mengalah. Itu berarti Meiske menyerahkan nasip dua orang
sakit itu kepada kebujaksanaan dokter2 itu saja.
' Nona diruang tunggu saja ", kata seorang dokter pada Meiske.
Diruang   tunggu   selama   satu   jam   Meiske   kebingungan.   Tetapi   dalam
kebingungan   itu  Meske  masih  bisa  menggunakan   akal   fikirannya.   Ia   sempat
omong2   sebentar   dengan   jururawat   itu   untuk   mengirimkan   telegram   ke
Amerika.
" Tuliskan saja , nona, nanti saya bisa minta tolong pada teman saya yang
giliran pulang siang ini".
"  Mohon   diperlukan   benar   ",   kata  Meiske.   Dan   ia  menuliskan   kata-kata
ditelegram itu. Dan setelah juru rawat itu berlalu, Meiske masih saja diliputi
kegelisahan.
Dokter yang muncul dari pintu kamar Delila, bagai mau diserbunya.
' Bagaimana , dokter ? "
" Ayah anak ini dimana sekarang ? " Tanya dokter itu.
" Di America ", kata Meiske.
" Ibunya ? "
" Diruang lain ", kata Meiske , " Jadi apakah saya bisa membantunya ? ".
" Nona siapa ? " Tanya dokter itu menatap Meiske.
Meiske buru-buru berbohong: " Saya adalah adik dari wanita yg sakit itu ,
ibu dari anak kecil itu ".
"Kami ingin menyampaikan penyakit anak itu ", kata dokter itu.
" Katakan saja pada saya , dokter ", kata Meiske,
" Saya sudah seperti ibu anak itu sendiri ".
' Nona jangan kaget ", kata dokter itu, ' Penyakit anak itu amat berbahaya.
Ia memerlukan pembedahan ".
" Pembedahan berat ? " Tanya Meiske.
" Tidak begitu berat ', kata dokter itu, " Kami pernah berhasil melakukan
pembedahan yang sama seperti itu ".
'' Katakan apa penyakitnya, dokter ", kata Meiske.
''   Ada   sedikit   darah   beku   dalam  kepala   anak   itu,   yang   rupa2nya   sudah
dideritanya sejak kecil. Kami ingin mengorek darah beku itu ", kata dokter itu.
" Semacam tumor ? ", Tanya Meiske.
" Kami tidak bisa memastikannya " kata dokter itu.
" Tapi penyakit ini se-waktu-waktu diderita anak ini. Yaitu suhu badannya
menanjak oleh karena kegiatan syaraf . Ia tak boleh terlalu gembira dan tak
boleh terlalu sedih".
Meiske termenung. Ia membeku bagai patung. Satu-satunya yang bergerak
adalah air matanya yang menggelinding dari kelopak matanya menuruni pipi. Ia
berkata –kata seperti pada dirinya sendiri : " Oh, Del yang malang. Kau terlalu
kecil untuk memikul beban penyakit ini ".
" Penyakit ini tidak berbahaya ", kata dokter itu, " Asal fihak keluarganya
bersedia, kami akan menolongnya sebaik – baiknya ".
'  Ayahnya di  America.   Ia  sangat  disayangi  ayahnya.  Kami   tiba-tiba  takut
untuk memutuskan hal ini , kalau2………..ayahnya tidak menyaksikan sendiri ",
kata Meiske. Dan Meiske menghela nafas panjang lagi seraya mengeluh ; " Oh,
malangnya Delila…………………………………".
" Operasi itu sendiri tidak perlu buru2 ", kata dokter itu . " Kini teman2 saya
sekedar mencoba mengurangi  rasa sakit di kepalanya itu. Mungkin kalau bisa
dikirim kabar pada ayahnya untuk mengijinkan pembedahan itu, anak itu masih
kuat untuk menunggu.
Kadang2 nona bisa kaget. Mungkin setelah panasnya turun, ia akan tampak
seolah olah sehat, tapi dibalik itu ia mengidap kemungkinan2 untuk kedatangan
sakit itu lagi. ".
' Ya, dokter. Saya sendiri telah mengirim telegram ' kata Mieske.
'  Nona  tak usah cemas.  Segera begitu ada perkembangan berkurang,   itu
berarti untuk sementara waktu anak itu bisa dibawa pilang ", kata dokter itu.
Ketika   dokter   itu  mau   pergi,   ia   sempat   kembali   lagi   pada  Meiske,   :   "
Pernahkah ia dibawa suatu ketika sebelum ini ? "
" O, ada satu kali  dulu . Ketika masih berusia kira2 satu atau dua tahun,
saya   juga   lupa,   tapi   dokter   sini   tidak  mengatakan   soal   darah  membeku  di
kepala ", kata Meiske.
" Mungkin hanya dikira influenza biasa saja. Sebab kalau suhunya tiba2 naik
memang mirip influenza " kata dokter itu. " Baiklah , nona boleh tunggu disini
melihat perkembangannya ".

Episode 50
Ketika   dokter   itu   kembali   diantara   sejawatnya   dikamar   pemeriksaan
prihatin tempat Delila, ia sendiri kaget dari tempat tidur itu terdengar suara
anak kecil :
" Hallo Oom. Mana Mama Del, Oom ? ".
" Oh, mama kamu ? Sudah besar begini kok mau cari2 mama ? ", kata dokter
itu.
"   Ia   sudah   berangsur   membaik   ",   kata   dokter   yang   mengepalai   team
pemeriksaan   itu.  Mendengar   kata2   dokter   itu   tadi,  Delila   berkata   pula   :   '
Memang Del  nggak sakit,  kok.  Kalau Del  besar.  Delela mau  jadi  dokter akh,
supaya jangan sakit-sakit ".
" Memang kamu berbakat untuk jadi dokter, Delila ", kata kepala tem.
" Nanti kalau Delila sudah sekolah SD, Delila mau jadi Dokter, bisa nggak ?"
Ia tampak seperti sehat. Dan dibiarkan turun oleh dokter2 itu dari tempat
pembaringan. Ia malahan memeriksa beberapa alat . Seorang dokter malahan www.ac-zzz.tk
meminjamkan satu stoteskop dan mengkalungkan stoteskop itu di leher Delila .
Kata dokter itu: " Kamu sekarang mirip dokter ".
"  Mana orang   sakitnya  ?  Mana  jarum  suntiknya   ?  Del  mau periksa orang
sakit , ah ", kata Delila.
Dokter2 itu sengaja merubah perhatian Delila agar tak mencari ibunya. Dia
tidak boleh tau, keadaan ibunya pun gawat pada detik2 ini. Ada laporan dari
ruang   sebelah,   bahwa   ibu   Delila   sedang   in   comma,   yang   berati   sedang
diperbatasan hidup atau mati pada saat ini.
Dan   Meiske   tidak   mengetahui   sama   sekali   bahwa   kak   Laila   sedang
diperbatasan hidup atau mati pada saat ini. Ia saat itu sedang diruang tunggu
dan duduk berdampingan dengan Lestina yang baru muncul dirumah sakit itu.
Lestina   barusan   saja   pulang   sekolah,   dan   tetangga2  memberitahu   hal   ini.
Untunglah ada prang sebelah rumah yang mau menunggui rumah yang kosong
itu.
Sementara itu , dalam keadaan krisisnya Laila masih tampak berkeinginan
untuk   tetap   bernafas   lebih   beik   sekarang.   Dan   berangsur-angsur   ia   bisa
mengalah kan saat2  in comma  itu dengan mengagumkan.  Tiba2  ia kelihatan
seperti  akan sadarkan diri.  Dokter2 sedikit  lega melihat perkembangan Laila
yang membaik.
Namun sebaliknya, dokter diruang Delila merasa cemas. Karena Delila mulai
memaksa dokter2 itu untuk mencari ibunya.
" Kalau mama nggak dibawa kesini, saya nggak mau jadi dokter !" serunya
marah.
Barulah teringat oleh Dokter Daeng Melandowa yang pernah ketemu Meiske
di koridor, mungkin Delila bisa dialihkan kesini.
" He, anak kecil yang manis ", kata dokter itu,
" Katanya kamu punya tante yang baik yang baik ya ".
" Ya, Oom ".
" Siapa nama tantemu ? "
" Tante Meiska, Oom ! "
" Tadi dia tanya2 kamu, " kata dokter itu seraya menyengir.
Nyengirnya Dr. Melandowa membuat Delila terpamcing. Kata anak kecil itu "
Panggil Tante Meiske sini, deh ! Biar Del suntik sama jarum "
Meiske dipanggil, ia terkejut amat sangat! Ia tergopoh2 karna menduga ada
berita fatal . Tetapi ternyata tidak . Malahan ia senag bisa memeluk Delila .
Tetapi dokter memperingatkan : " Nona musti mengulur waktu supaya anak ini
jangan ingat ibunya ".
Betapapun , Delila akhirnya bosan dengan lelucon2 kecil Meiske, Lelucon2
yang ia batasi agar Delila tidak terlalu gembira.. Untuk ini Meiske berhasil.
Tetapi  kalau  tiba  –   tiba  ingat   ibunya,  dan bosan  terhadap meiske maka
meiske tidak bisa lagi mencari akal untuk mengatasinya.
Ini membuat meiske panik menjelang subuh.
Serangan   penyakit   itu  mulai  menggerayangi   kepala   Delila   lagi.   Dengan
ganasnya. Meiske menduga kali in Delila tidak bisa bertahan lagi , tapi dokter2
memberinya harapan.
" Asal nona disini menemaninya, ia akan lebih baik dari tadi", kata dokter
daeng Melandowa.
Ini  masih  lebih  baik   ?   fikir  meiske.  Oh,  bagaimanakah  keadaannya   tadi,
dalam keadaan paling gawat dimana Meiske tak bisa melihatnya. Kini Meiske
masih bisa memanggil2 namanya.
Kepala tim dokter itu memberani kan diri untuk mengambil keputusan . Ia
berkata: " Saya akan mencoba menyuntikkan obat penenang".
Usahanya   berhasil   menurunkan,   setidak2nya   meringankan   sakit   kepala
Delila.
Tetapi   merekapun   harus   berusaha   agar   Laila   segera   sembuh   .   Faktor
kesepian anak ini untuk didekapi ibunya tidak sedikit mengganggu ketentraman
jiwanya.  Tetapi  mereka kagum semua pada Meiske yang begitu sabar penuh
keibua untuk mengurangi sakit dan kesepian Delila.
Untuk beberapa hari lamanya Meiske iku di rumah sakitdan Lestina mundar
mandir  membawa   pakaian2   salinan   Meiske,   kak   Laila   dan   Delila.   Biarpun
panasnya menurun, tetapi Delila dalam keadaan sngat lemah.
Tidak lama kemudian, muncullah Daud Waitulo dirumah sakit itu, Ia sendiri
muncul dalam keadaan amat kurus sebab belum sembuh sma sekali ketika harus
meninggalkan America setelah menerima telegram dari  Mieske,   Ia membawa
mainan dan pakian untuk mengobati  perasaan Delila.  Delila melihat Ayahnya
seperti tak percaya.
Ia terlalu gembira untuk menjerit-jerit " " Papa pulang ! Papa pulang ! Papa
pulang !"
Padahal , keadaan yang terlalu gembira membuat terganggunya perjalanan
darah dikepala Delila. Badannya panas lagi dengan cepat.

Episode 51
MEISKE menyaksikan,  betapa sayang Daud kepada anaknya.  Airmata Daud
yang menetes dikepala Delila membah keharuan Meiske menyaksikannya. Tanpa
suara  tanpa kata,   tanpa  surat,  Meiske bertambah  -   tambah  lagi  memendam
rasa terhadap Daud. Dia sendiri sangat kangen pada Daud! Ya, kangen diam2 ,
kangen dari seorang gadis yang mencintai diam2.
Cinta   diam2   ibarat   arus   yang   berada   dibawah   permukaan   laut,   lebih
berbahaya daripada gelombang besar.
Ia mengagumi  sambil  membayangkan bahwa dirinya  telah terlambat. Jika
tidak,   tentu dirinyalah  yang menjadi   isteri  Daud.  Dari  dirinyalah akan  lahir
anak2 Daud. Meiske tersadar dari lamunan bila didengar suara Daud : " Kaukah
yang membantu kesusahan anak isteriku selama ini ? "
" Ya –"
" Terima kasih atas kebaikanmu pada keluarga kami", kata Daud
" Tetapi itu bantuan yang sudah sewajarnya ", kata Meiske.
Yang  menyulitkan   bagi   Daud   adalah   Delila   tidak  mau   lepas2   lagi   dari
pelukan   ayahnya.   Badannya   yang   panas   dengan   cepat   itu  membuat   Daud
bertanya pada Meiske : " Apa penyakit Delila yang sebenarnya ? "
Biarpun Meiske  sudah  tahu  ,  bahwa Delila   sebenarnya diduga  menderita
radang otak , tapi Meiske berkata : " Coba bang Daud sendiri yang Tanya pada
Dokter ".
" Memang Delila sering kali begitu ", kata Meiske,
" Kalau dia terlalu gembira ataupun terlalu sedih, langsung panas badannya
naik ".
Daud menatap Meiske : " Dimana Laila kini ? "
Meiske memberi   isyarat   ,  bahwa   ia  tidak  bisa  mengatakannya   sekarang.
Meiske memberi aba2 bahwa telah 3 hari ini kak Laila tidak bisa dikunjungi.
" Please, speak in English ! " kata Daud.
Lalu meiskepun berbahasa inggris : " Znobody could meet her in these three
days ".
" What happened with her ? " , Daud menanyakan apa yang terjadi atas diri
Laila.
" Doctors didn't say anything to me " kata Meiske, karena Dokter memang
merahasiakan penyakit kak Laila kecuali tidak bisa dijumpai saja.
Delila rupanya tertidur dalam pangkuan ayahnya itu. Atas bantuan suster ,
Delila   ditaruh   kembali   ditas   tempat   tidurnya   .  Mainan   oleh2   yang   dibawa
dikumpulkan .
Mainan  itu disusun meiske disamping  tempat   tidur.  Lalu Meiske duduk di
sebuah kursi , dan Daud pun duduk disebuah kursi pula.
Melihat nyenyaknya Delila, Daud kini merasa bebas berbicara dengan Meiske
dalam bahasa Indonesia saja.
" Nasib keluarga kami memang malang " kata Daud.
" Kita harus banyak berdo'a dalam keadaan kritis begini, bang Daud ", kata
Meiske.
" Ya….."
Meiske   memperhatikan   betapa   bersunguh2nya   wajah   Daud   menahan
penderitaan  ini.  Wajah   itu menahan  ketegangan   ,  dan bola  matanya mulai
tampak   berkaca-kaca   lagi.   Daud   menatap   Meiske   ,   tepat   ketika   Meiske
memperhatikan Daud. Daud bertanya : " Bisakah dokter2 itu dibujuk? Katakana
saja bahwa saya akan menengok wajah isteriku. Cobalah bantuanmu , Meis ".
" Sebenarnya tak bisa. Biar Meis akan coba ", kata Meiske.
Meiske berdiri   , melangkah keluar kamar khusus Delila  itu.  Ketika Meiske
pergi,  Daud menatap wajah   anaknya  dengan  perasaan   lemah.  Wajah Delila
tampak begitu pucat. Seorang suster masuk lagi : " Bapak siapa ? "
" Saya ayah anak ini ", kata Daud .
Suster itu tampak2nya mengerti . Dia bertanya: " Bapak yag sedang berada
di America ketika isteri dan anak bapak di opname disini ? "
" Ya ", kata Daud , dan dia mulai mengusahakan dengan bujukan : " Bisakah
saya jumpa dengan isteri saya , suster ? ".
"  Wah, sayang sekali  tidak bisa, pak  ", kata suster itu,  " sebaiknya bapak
bersabar dalam beberapa hari ini "
" Ha! Dalam beberapa hari ini ? Jadi maksud anda dalam beberapa hari ini
saya tidak boleh bertemu dengan isteri sya ? "
"   Apa   boleh   buat   ,   pak",   kata   suster   itu   ,   "   Secara   kemanusiaan   kami
mungkin harus mengijinkan bapak untuk menunggui pasien. Tetapi ada pasien2
tertentu  ,   seperti   isteri  bapak  misalnya,   yang betul2  tidak boleh dijumpai.
Kapan bapak kembali dari America ? "
" Barusan saja. Saya langsung kesini ", kata Daud lagi.
" Bapak juga tampaknya kurang sehat ", kata suster itu.
Daud meraba mukanya sendiri. Memang ia sendiri belum sembuh benar, dan
dia kesini  karna telegram Meiske  .  Daud mengelu  :   "  Ya,  saya sendiri  dalam
keaadaan sakit. Tapi saya rasa saya harus kesini ".
Suster  itu  rupanya suster kepala.  Dia dengan ramah berkata pada Daud,"
Coba diluar saja dulu, pak "
Telinga   Daud   merah   seketika.   Suster   itu   bukan   memaksa,   tetapi
memperingat kan kembali dengan halus : " Bapak sayang kepada anak bapak ,
bukan ? "
" Ya…."
"  Sebentar   saya panggil  dokter.  Bapak akan diperiksa  lebih dulu,  apakah
bapak juga benar2 sehat ? " kata suster itu, lalu " Diluar , saja pak ".
Daud keluar kamar itu sambil merasakan hidungnya agak bindeng memang.
Suster   itu  menutup pintu   kamar  dan  berlari-lari.  Ditengah   jalan   ia   ketemu
dengan suster  yang  tadi  menjaga  ruang Delila.   "  Kamu  tadi  yg  jaga diruang
Delila ? "
" Ya, zuz ",
" Kamu benar2 nggak kasihan pada anak itu ! sudah saya peringatkan siapa
yang masuk harus dikontrol ", suaranya marah.
" Dia bapaknya, zuzu " , sahut sang suster.
" Biar siapapun ! Kamu tidak lihat bapak itu terkena flu ? Matanya merah
kebiruan,   mungkin   ia   membawa   penyakit   tak   dikenal   dari   America.   Flu
amemrica berbahaya lho, dik ! sudah kesana ! Jangan kasih kesempatan dia lagi
masuk menemui anaknya !" dan suster kepala itu terus menggerutu, melangkah
cepat menemui dokter

Episode 52
Ketika Meiske muncul dikamar Delila, ia tidak melihat Daud. Daud rupanya
sudah memasuki kamar periksa. Dokter menggeleng – gelengkan kepala ketika
memeriksa mata Daud dan tenggorokan Daud. Katanya " Kami menyesal bapak
begitu  ceroboh  memasuki   kamar   anak  bapak.  Bapak  menderita  flu  America
yang jahat sekali. Selain itu radang tenggorokan ini diperkirakan Diptheria ".
Daud terdongak ketika mendengar kata2 dokter itu kemudian : " Sebaiknya
bapak istirahat dirumah, dan memakan obat dari kami ini dengan teratur. Sakit
bapak   tidak  berat,   tetapi   jika menulari   anak   bapak   ,   apalagi   isteri  bapak,
dua2nya akan tak kuat bertahan lagi ".
" Jadi saya harus dirumah ? dan tidak punya kesempatan sedikitpun untuk
menengok anak dan isteri saya ? " Tanya Daud penasaran .
' Sebagai orang berpendidikan saya rasa bapak ada pengertian ", kata dokter
itu.
Daud masih berkata jua: " Tetapi cobalah bapak baying kan . Anak saya ini
sudah  terlanjur   tahu bahwa  saya ada disini.  Nanti  kalau dia  terbangun gari
tidur, menanyakan saya, apakah bapak tidak kasihan , pak dokter ? ".
" Kami kasihan  " , kata dokter itu , " Karena itulah kami mengabdi  untuk
menyelamatkan  jiwanya.  Penyakit  anak  bapak   itu berbahaya  sekali.   Jangan
ditambah   lagi  penderitaan   anak   itu   lagi.   Saya  hampi  marah   kepada   semua
suster yang memberi peluang sampai bapak masuk tadi ".
Daud   menundukkan   kepala   .   Dia   menangis.   Suaranya   terisak-isak   ,   "
Pernahkah dokter menyayangi anak ? Pernahkah dokter begini ? saying kepada
anak anda seperti saya ini ? "
" Dokter itu tertegun . Tapi ia mempu memberi jawaban " Saya punya anak
lima , pak Daud waitulo. Saya menyayangi anak2 saya. Kira2 sama seperti pak
Daud juga . Tapi jika anda sayang kepada anak anda, tentulah anda tidak mau
menambah beban penyakit barunya ".
' Baiklah", kata Daud dengan lesu dan melihat resep yang diberikan dokter
itu, " Terimakasih atas pemeliharaan anda pada penyakit anakku ".
' Maafkan kami , pak Daud ", kata dokter itu, " Oh, ya disini ada Apotik .
Lewat dari koridor kiri terus ada tanggan keatas, disana itu ".
" Terima kasih ", kata Daud dengan lesu.
Daud meninggalkan rumah sakit itu setelah mengambil obat , dengan fikiran
runtuh. Ia sampai lupa menemui Meisake.
Meiske   pulang   kerumah   jam  8  malam  ,   ketika   Daud   barusan  meminum
obatnya. Meiske berusaha bercakap santai : " tadi betul2 repot semua suster,
bang Daud. Saya juga tidak tahu bang Daud dapat flu. Pembicaraan disana tadi
perihal keteledoran suster memberi ijin bang Daud masuk ".
" Kau sendiri bagaimana ? " Tanya Daud pada Meiske.
" Saya sudah diberikan bermacam2 suntikan kekebalan ", kata Meiske, " Dan
tadi saya diberi faccinasi anti flu dan dua injeksi lainnya lagi dibahu dan dikaki
".
"  Mereka begitu teliti   ", kata Daud,   "  Begitu telitinya mereka,  sehingga  ,
mereka  menganggap  Cuma   obat2anlah   yang   dapat  menyembuhkan   penyakit
Delila . Padahal kukira Delila bisa sembuh dalam pelukanku , dia rindu. Itulah
penyakit Delila !".
Meiske menganggap, Daud telah salah kiprah.
Tapi Daud akan bertambah down lagi jika nanti Meiske terus terang bahwa
penyakit Delila bukan hanya rindu , tetapi yang lebih berbahaya adalah radang
otak .
Dengan suara mengutuk, Meiske mendengar Daud berkata terisak : " Mereka
tidak   punya   perasaan   seorang   ayah   seperti   ku   !  Mereka   ibarat   robot   yang
diperbudak  racun2  itu  !  Obat   itu  racun  !  Racun  !  Akulah obat  bagi  Delila  !
Akulah   obat   bagi   Laila   isteriku   !   mereka   bukan   mengobati   Delila   dan
Laila…………..mereka meracuni anak dan isteriku ".
Daud   menghempaskan   kepala   dimeja,   dan   menangis   tersedu.   Meiske
membujuknya   :   "Ah,  bang Daud  rasanya   tak  boleh  menyesali   siapapun   jua.
Sebaiknya bang Daud  istirahat.  Lepaskan  jas   itu  ,  gantilah pakaian  .  Abang
jangan mau diseret  oleh  frustasi   jiwa,  karena keadaan begini  bisa menimpa
siapapun jua…."
Daud menyadari ucapan Meiske yang lembut itu. Dia memasuki kamarnya,
membuka koffer  yang masih digandoli  oleh cap2 penerbangan  .  Dia bersalin
pakaian.   Lalu   berbaring   dengan  menghimpitkan   kepala   pada   kedua   telapak
tangannya sebagai bantalan. Fikirannya menerawang, matanya menatap tenang
pada plafon tickwood itu.
Terdengar pintu kamarnya diketuk.
Daud menoleh : " Siapa ? "
" Meiske, bang Daud " Suara kedengaran di luar.
" Mau Apa , Meiske ? "
" Makan malam, bang. Saya telah menyiapka coklat susu buat bang Daud ",
kata Meiske.
Daud  masih   juga   telentang,   tak   berubah   .   daud   bertanya   :   "   Kemana
Lestina ?"
" Tadi ada dikamarnya , sebentar Meiske lihat ".
Meiske pergi kekamar Lestina. Tapi Lestina meninggalkan sehelai surat : "
Kak Meiske ! Lestina pergi kerumah teman. Baru dimarahin sih, LES".
Ketika Meiske keluar dari kamar Lestina, ia berpapasan dengan Daud yang
baru keluar dari kamarnya pula, dan Daud bertanya : " Ada ? "
" Munglin pergi ", kata Meiske.
" Tadi dia saya ajari, melawan. Itu yang bikin saya ini pusing. Mungkin dia
pergi   sebagai   protes   !  Heran   anak-anak   sekarang   ,   protesnya   pergi,   pergi,
pergi !
Ketika   Daud   makan   malam,   Meiske   membantu   menyodorka   gulai   dan
menambahkan minuman.  Kerinagt  Daud mengocor,  dan dia bertanya,   "  Kau
yang memasak ? '
" Kenapa, pedas ? " Tanya Meiske.
" Mungkin sudah begitu lama tak merasakan cabe lagi. Tapi enak. Kemana si
Lestina ya , apa belum pulang ? "
" Mungkin nginep dirumah temennya ", kata Meiske.
Sampai jauh malam ditunggu Daud, Lestina tidak pulang2 jua.

Episode 53
MALAM MARANGKAK terlambat sekali.
Daud masih mundar  mandir  masuk kamar   ,  keluar  kamar.  Meiske  sendiri
tetap  duduk   diruang   tengah.  Melihat   kegelisahan  Daud,  Meiske   berkata   :   "
Sudahlah, bang, tidur saja, Nanti bang Daud yang sakit ".
" Saya akan tunggu dia pulang ", kata Daud , " Kalau kau mau tidur pergilah
kepaviliun".
" Saya akan tidur dikamar Lestina saja ", kata Meiske berdiri, dan berkata
pada Daud : " Saya tidur duluan ya, bang ".
" Ya, selamat malam " ,kata Daud.
" Abang tidur sajalah ", kata Meiske masuk kepintu kamar Lestina. Kemudian
gadis itu merebahan dirinya di tempat tidur Lestina. Dia bukan mengantuk. Dia
Cuma merebahkan diri terlentang , dengan fikiran mengambang.
Sebenarnya Meiske ingin dapat cerita2 ringan dari America malam ini. Tapi
Meiske memperhatikan , konsentrasi Daud kepada adiknya Lestina saja. Tiba2
ketika  ia sedang menghayalkan Daud adalah pria  idaman bagi  setiap wanita,
Meiske mendengar pintu diketuk.
Meiske turun dari tempat tidur, dibukanya pintu.
" Ada apa , bang ? " Tanya Meiske.
" Baiknya kita ngobrol2 diruang makan itu sambil menunggu Lestina pulang
", kata Daud.
" Kebetulan, Meiske juga belum ngantuk ", kata Meiske.
" Maaf, saya tidak membawa oleh2 satupun untukmu dari America ", kata
Daud.
" Ah, tidak apa-apa ", kata Meiske bahagia.
Ia bahagia,  karena  inilah yang dinantinya.  Ngobrol.  Melihat  wajah Daud.
Tapi tidak sedikitpun ia akan melakukan penghianatan, sekalipun kesempatan
begini  mungkin Cuma sekali   ini   .  Bagi  Meiske,  kakLaila terlalu baik  ,  terlalu
jahatlah untuk merebut suaminya. Bila Meiske ingin berbincang-bincang begini,
itu karna rindunya pada Daud, cintanya yang diam-diam itu, yang tak usah lagi
akan terbuhul karena tiadanya harapan.
" Kak Laila mungkin sakitnya agak parah " , kata Meiske.
" Sekarang aku menyesal, Meiske ", kata Daud.
"   Bahwa   mencari   sukses,   mencari   uang   haruslah   dibedakan   wadahnya
dengan mencari  kebahagiaan.  Apa artinya sukses saya,  apa artinya kekayaan
saya, jika dua orang yang saya cintai ini ----Laila maupun Delila----hilang dari
hidupku ? ".
" Betapapun bang Daud tidak terlalu salah ", kata Meiske, " Penyakit Delila
dating  tiba2.  Penyakit  kak Laila adalah  rentetan dari  hal-hal  sebelum Delila
jatuh sakit. Saya berdua Lestina sudah putus asa ketika itu ".
"  Jadi  Lestina ada membantu Laila maupun Delila ketika  sakit   ?   "  Tanya
Daud.
" Ada bang ",
"  Oh--------"   ,  Daud menyesali  dirinya   ,"  Lagi2  saya membuat  kesalahan.
Ketika   saya  datang,   saya  pergoki   dia   dekat   pavilyun   kamu   sana………sedang
cium2an.  Bayangkan marahnya saya kepadanya.  Betapa  tidak,  kakak  iparnya
dan   ponakannya   sedang   terbaring   sakit   !   ,   Kau   yang   tidak   ada   sedikitpun
hubungan   darah   dengan   kami,  masih   punya   waktu,   bahkan  menghabiskan
waktumu untuk menolong keluargaku. Dia, si Lestina cium2an dirumah ini "
Meiske   mencoba   melemparkan   senyum   ramah,   agar   marah   Daud   turn
kembali . Dan Daud dibiarkannya saja meneruskan kata2 : " Untung saya punya
fikiran waras. Saya tunggu dulu pemuda itu pergi, barulah saya marahi dia. Dan
malam ini sebagai protes, dia pergi. Mungkin pergi kerumah pemuda itu ? "
" Pemuda itu kekasih Lestina ", kata Meiske.
" Mungkin----", kata Daud.
" Setahu saya , dia itu yang selalu bersama Lestina", kata Meiske.
" Laila tahu soal ini ? "
" Mereka saya lihat akrab sekali selama kak Laila dan Delila dirumah sakit
"kata Meiske, " Tetapi ada Meis peringatkan , agar Lestina menjaga diri dalam
pergaulan".
"  Ya…",  Daud menelan nafas dalam2  ,  "  Saya tidak mau ambil  pukul  rata
setiap pemuda pemudi   sekarang.  Tidak  semua mereka  itu berengsek,   ia  tak
mengindahkan moral. Dibanding dengan America, kita masih sedikit bermoral.
Tetapi saya'kan tdak bisa kenal betul , mana yang baik da mana yang buruk ? "
" Dari zaman ke zaman tiap generasi memperlihatkan identitasnya,bang ",
kata Meiske . " Mngkin zaman bang Daud dan kak Laila berbeda dengan kami ".
" Tarokh lah kamu satu generasi dengan Lestina", kata Daud," Tapi saya lihat
kamu , saya lihat seribu kali lebih baik dan lebih bersantun dari Lestina".
Pujian.
Pujian itu seakan – akan menyapu hati Meiske, membuat wajahnya kemerah
merahan menahan bangga. Meiske menundukkan kepala , dan berkata lunak: "
Terimakasih, bang".
" Terima kasih apa , Meis ? " Tanya Daud.
' Terima kasih atas pujian bang Daud pada diriku" kata Meiske

Episode 54
Daud   tersenyum  .  Meiske   dengan   lirikan   kecil   sambil  menunduk   diam2
menikmati sendiri perasaan bahagianya, tanpa setahu Daud.
" Dimana rumah pemuda itu? " Tanya Daud.
" Meis tidak tahu"
" Celakanya jika dia menginap dirumah pemuda itu ", ujar Daud.
Memang disanalah Lestina malam  ini.  Lestina sedang memetik gitar,  dan
seorang  lelaki  dengan tubuh kerempeng menyanyi   lagu  "  Open Your Heart  ",
yang suaranya benar2 ditirukan dari suara George Baker , penyanyi aselinya.
" Gue demen suara kamu, yok ", kata Lestina.
" Kalo gua sih demen sama lu ", sahut pemuda kurus itu.
" Kalo gua demen sama tubuh mu yang ceking "kata Lestina.
"  Ceking2   jangan   dikira   kurang   vitamin,  meck.   Ceking2   juga   kuat   "kata
pemuda itu.
" Iya deh, gua ngaku, gua udah ngerasain", kata Lestina.
" Bagus, ayo kita masuk kedalem yuk ? dari pada kedinginan diluar" kata yok.
Yok menghela tangan Lestina, Lestina tidak bersedia.
Kata yok: " Alaaaaah, kamu pake malu2 kayak anak perawan ".
Lestina masih menelag – ngelak, tapi ia mengalah ketika yok berkata : " Ini
film midnight   show barusan mula'in  ,  paling2 mamah  sama papahku pulang
nonton jam 3, sebab pasti mereka makan kerang dulu "
Lestina tetap saja tidak mau dan tidak mau sekalipun kini ia telah terbaring
tanpa   busana   dalam   pelukan   yok.   Barulah   Lestina   bersedia   ketika   yok
memperlihatkan sesuatu dan berkata : " Iya deh , kalau lu mengharus kan gue
pake 'jacket' ".
Sementara Yok menggunakan apa yang disebut jacket itu, Lestina berkat "
Gua bukan nggak mau apa2 , yok. Gua takut gua hamil kamu tinggalin begitu
saja ".
Yok   mencium   lembut   kaki   Lestina.   Lestina  menggelinjang.   Diremasnya
rambut   yok   yang   keriting   itu,   dan   kemudian,   kemudian   sekali,   diapun
menggelepar dengan nafas yang menggebu-gebu.
Angin yang datang dari kipas angin dikamar itu telah membuat Lestina dan
yok   tidur   ketiduran   dan   pelukan,   tapi   untunglah   pada   jam  5   pagi   Lestina
terbangun lebih dahulu.
Dia mengenakan seluruh pakaiannya dengan lengkap, kemudian bersisir, dan
dihapus-hapusnya  mukanya   sedikit,   supaya   jangan   kelihatan   seperti   orang
bangun tidur.
Lestina  menjinjing   sepatu   keluar   dari   kamar   itu,  meniggalkan   yok   yang
masih tidur mati. Ya, dia tidur bagaikan mati.
Hanya babu yang sedang memompa air yang melihat Lestina keluar kamar
itu, melucu bagai maling yang tidak kesiangan.
Didepan rumah yok masih berkumpul tukang becak.
Lestina menawar becak, dan dengan naik becak itu dia pulang. Uadara yang
dingin membuat lestina merogoh - rogoh tas, dan dia menemukan dua batang
rokok Dji sam soe . Lestina merokok, dan rokok itu dimatikan tepat ketika ia
sampai  didepan rumah.  Dia mengambil  kunci  dari  sebuah tempat kunci  yang
khusus yakni  disatu  lobang pohon samping.  Pintu dibukanya  lambat2 setelah
dijinjingnya  sepatu.   Lestina berjingkat-jingkat  menuju kamarnya.  Tapi  aneh
kamarnya terkunci. Tiba2 Lestina menduga, jangan2 bang Daud sudah berduaan
dengan Meiske dikamar itu ! Bah ! Perlahan-lahan Lestina mau menjebak. Dia
mengetuk pintu itu.
Rupanya   Meiske   baru   hampir   tidur   ketika   pintu   didengarnya   diketuk
perlahan. Meiske kuatir yang mengetuknya itu bang Daud. Meiske tahu, Daud
itu pria yang benar2 mencintai anak dan isterinya, tapi siapa tahu ia merniat
buruk dimalam ini ? .
Meiske   menyelidik,   tetapi   tidak   ada   lubang.   Yang   didengarnya   suara
bisikan :
" Buka, buka pintu ".
Meiske   yakin   suara   itu   bukan   suara   Daud.   Karena   itu   dibukanya   pintu.
Meiske kaget : " Jam berapa ini ? "
" Jam lima ", dan memberi isyarat telunjuk dirapatkan ke mulut. Hati-hati
Lestina masauk , dan menarok sepatu yang dijinjingnya. Dia merebah kan diri
diatas   tempat   tidur.   Katanya   berbisik   :   "   Saya   kira   kamu   tadi   tidur
berdua………."
Meiske mencubit paha Lestina. Kesal dia berbisik : " Berdua siapa hayo ? "
" Saya kira berdua kak Daud ", kata Lestina. Dan Meiske mencubitnya lagi.
"  Eh,   "  bisik Lestina pada Meiske,   "  Kaalau pagi2 nanti  bang Daud Tanya,
bilang Lestina pulang tadi malam. Tadi malam kalian tidur jam berapa sih ? .
"  Jam 12  lebih dikit  "  kata Meiske,   "  Kami  Cuma ngobrol2  .  Tetapi  kamu
harus jangan melawan bang Daud. Kalau dia marah, tundukkan saja kepalamu,
Lestina.   Fikirannya   lagi   kacau.   Kalau   dapat   ambillah   hatinya.   Sering2lah
membezoek kak Laila dan Delila. Dan pemuda teman mu itu jangan diberi hati
untuk datang kesini ".
" Abis, kalau betul2 pacar mau diapain ? bang Daud itu kunooooooo', bisik
Lestina menahan ketawa.
Lalu dia tidur.
Pagi   itu Meiske  tidak meneruskan  tidur,  melainkan menyiapkan masakan
untuk sarapan pagi  bang Daud,  juga membuatkan kopi.  Untuk tidur memang
dirasanya tanggung sekali.
Meiske buru – buru sarapan pagi duluan, begitupun ia mandi air panas agar
tidak puyeng , dan mencuci  pakaian kotor. Tanpa diduganya Daud terdengar
menegornya: " Eh, pakaian bang Daud itu biar masuk binatu saja, Meis ".
" Ah, selagi meis bisa nyuci apa salahnya, bang " kata Meiske,
Meiske berkata  lagi:   "   Itu buat   sarapan pagi   sudah  tersedia,  bang.   Saya
sengaja  tidak bikin kopi,  melainkan di   thermos   saja,  karna  saya kira abang
bangun terlambat, bang ".
Daud masuk kamar mandi : " Saya pagi ini akan berusaha menemui dokter .
Saya sehat setelah disuntik dokter kemarin itu ". Dan Daud pun pergi mandi.
Meiske  sudah  selesai  mencuci  dan menjemur  pakaian  .  Lalu  ia  pergi   ke
pavilyun dan berbenah untuk pergi kuliah . Ketika ia kembali keruang tengah,
didapatkannya Daud sudah sarapan.
" Eh, Meis ! Kamu sudah sarapan ? "
" Maaf saya duluan saja. Pagi ini saya mau mendaftar untuk ujian ", kata
Meiske.
Meiske   pergi   kuliah   ,   Daud  memeriksa   seluruh   ruangan   terlebih   dahulu
sebelum meninggalkan rumah .  Ia heran karna dilihatnya ada Lestina sedang
tidur   memeluk   bantal   guling.   Ia   akan   marah,   tidak   jadi.   Ia   Cuma
membangunkan Lestina dan berkata bahwa dia mau pergi kerumah sakit.
" Les ikut !" , kata Lestina, " Lestina sudah kangen sama Delila ! "
Mereka   berdua   mendapatkan   Delila   dalm   keadaan   kritis.   Dokter
memberitahu bahwa Daud bisa menemui  Laila dua hari   lagi,  yang membuat
Daud tersenyum berairmata…..karena Delila makin menghawatirkan !.

Episode 55
DAUD WAITULO menjadi orang yang tidak tenang. Wajahnya menjadi kecut
melihat krisis yang menggerayangi anaknya itu. Tetapi berbeda sekali dengan
Laila.
Ia   berusaha  melawan   krisis   dalam  dirinya   sendiri   begitu   Daud  muncul.
Hatinya sangat sendu melihat Daud yang terpaksa kembali  dari America, dan
dalam keadaan masih sakit, karena itu keinginannya untuk segera sembuh betul
- betul menolongnya..
Ia sembuh. Ia betul2 merasa dirinya kuat.
Dokter2   sendiri   tidak   mau   mengatakan   apa   penyakit   yang   diderita
sebenarnya oleh Laila. Tapi mereka kagum oleh sikap2 khusus yang yang agung
yang diperlihatkan Laila.
" Mungkin suasana rumah sakit ini yang tidak sesuai dengan penyakit Laila ",
kata Daud  tiba2 kepada kepala  tem dokter  yang khusus  menangani  masalah
Delila.
" Kami berpendapat begitu juga  ", kata dokter itu ," Tapi kami tidak bisa
memaksa anda supaya anak ini dioperasi "
" Berilah kami waktu untuk menyenangi hatinya sementara dirumah kami ",
kata Daud berhiba-hiba.
"  Sebenarnya  tidak  sulit  untuk mengulur  waktunya,  asal   seimbang antara
kecewa   dan   kegembiraannya   ",   kata   dokter   itu,   "  Tapi  mengulur  waktunya
terlalu   lama   tidaklah   baik.   Kami   tetap   punya   saran   ,   supaya   darah   beku
dikepalanya dibuang saja. Pekerjaan itu ringan dan kami selalu sukses ".www.ac-zzz.tk
"   Sementara   Delila   kami   bawa   kerumah,   saya   akan  mempertimbangkan
waktu yang baik untuk pembedahan itu ', kata Daud.
Daud sebagai orang menghadapi buah simalakama.
Serba salah . Tapi hati kecilnya yakin, bahwa Delila bisa diatasi di rumah.
Maka ia membawanya kerumah, dan ia memperingatkan siapapun di rumah itu
supaya memelihara suasana.
" Kita harus menciptakan satu suasana ", kata Daud, " Sedikit saja suasana
tidak favourable bagi Delila, maka kita jelas akan kehilangan dia ".
Daud ketika itu seolah olah lebih baik memilih kehilangan pekerjaan sama
sekali dari pada kehilangan Delila.
President Direktur perusahaan itu terkejut ketika mendengar Daud berkata:
" Saya mohon berhenti karena alasan2 pribadi ".
" Lho, kami heran sekali "
"  Alasan yang buat   tuan2 disini  mungkin  tidak begitu berarti.  Karna saya
musti menunggui anak saya yang sakit. Hanya sayalah obatnya " , kata Daud.
" Kami heran karna itu saja anda minta berhenti ", kata president direktur.
"   Kami   kira   anda   belum  pernah  minta   cuti.   Kecuali   cuti   pendek  waktu
perkawinan dulu . Apa salahnya kau mohon cuti panjang , misalnya tiga bulan ?
"
Daud merasa segar, ia rasa tiga bulan cukup waktunya untuk menciptakan
suasana   sehat   bagi   Delila   untuk  memasuki   tahap   pembedahan   kepala.   Ia
tersenyum.
Senyum terharu.
' Terima kasih , pak. Saya segera ajukan permohonan cuti tiga bulan itu ",
kata Daud menghela nafas lega. Hari itu juga ia mengajukan cuti, hari itu juga
ia mulai istirahat panjangnya dirumah, tanpa perlu memikirkan urusan kantor.
Malam  itu hatinya sangat  lega,  dan  ia bisa tidur dengan puas .  Ia sendiri
berobat   pada   dokter   yang   sengaja   dimintanyadatang   kerumah   untuk
menciptakan   suasana   rumah   sakit   yang  mungkin   tak   lama   lagi   pun   akan
dimasuki Delila.
Suasana rumah itu benar-benar didukung oleh penghuni2nya dengan sangat
baik.   Tidak   ada   seseorang   pun   yang  membuat   lagu   sumbang   dari   simponi
menjelang maut ini.
' Aku tiba2 yakin bahwa Delila tokoh akan meninggalkan kita ", kata Daud, "
Sekarang kita harus  dengan  sadar  mempersiapkan diri  untuk kesedihan yang
tidak kita harapkan ".
Laila menangis  mendengar   itu.  Tapi  Daud berkata  :   "  Kenapa kau harus
menangis. Kita harus siap untuk melepaskan selama- lamanya. Bukan kita yang
bersalah ".
" Aku merasa bersalah ", kata Laila.
"  Kenapa kau merasa berslah  ?  Kau  telah berbakti  untuk memperpanjang
nyawanya. Kau sedang sakit , tapi kau berjuang untuk segera sembuh, untuk
memberi spirit hidup bagi Delila ".
"  Aku   bersalah   ketika   kau   berada   di  America.  Aku   terlalu   emosi   ketika
membaca   surat   khabar   yang  memberitahukan   jatuhnya   pesawat   United   di
Boston " kata Laila, " Dari mulut ku terlompat seruan bahwa kau tewas ! ".

Episode 56
Daud menghela nafas dalam2 . Ia tidak tahu akan hal ini. Ia tidak mau Laila
merasa dirinya berdosa. Karena itu ia berkata ; ' Yang salah itu aku. Mengapa
aku tidak memberi tahukan bahwa aku sakit. Aku berdiam diri ".  " Aku tahu kau
diam karna  tak mau mencemaskan diriku memberitahukan kau  sakit   ",  kata
Laila.  "   Maka   sekarang   kita   lupakan   yang   lewat-lewat   itu",   kata   Daud.  "
Setujukah mas Daud pembedahan otak yang akan dijalani Delilla ? "  " Setuju
".  " Aku tidak setuju ", kata Laila menangis ," Aku takut gagal ".  " Tapi tidak
dibedah   pun   berbahaya,   karna   ini   pasti   tumor   otak.  Dokter2   berkata   ada
daging harus dibuang. Daging itu daging hidup. Ia akan membesar terus. Dan ini
mengganggu syaraf Delila ".  " Oh, mas kalau demikian kau benar. Kita harus
siap untuk menerima kematian sayang kita itu. Sedngkan selama ini aku tidak
mungkin   untuk  melahirkan   lagi   ".  "   Itu   soal   yang   tak   perlu   diomong2kan
sekarang ", kata Daud.  " Aku mulai sulit untuk tidur ", kata Laila.  " Karena apa
lagi,  Laila  ",  kata Daud menciumi   isterinya dengan sayang.  "  Aneh perasaan
bersalah  itu masih memenuhi  otakku  .  Delila  seringkali  ngelamun  sejak kau
pergi.   Ia  tambah sering ngelamun setelah aku  terlanjur senewen mendengar
adanya   pesawat   jatuh.  Delila   pernah   cerita,   ia  mimpi   pesawat   terbangnya
jatuh diatas   salju.   Ia pernah nonton  film  televisi  dan  ia  menyebut   :   "   Itu,
tempat   pesawat   terbang   Delila   jatuh,   diatas   yang   putih-putih   itu   ".   Aku
menjelaskan itu salju. Aku benar-benar tak tahu, mungkin itu suatu pertanda
menghadapi detik – detik sedih ini ".  Daud memutuskan dengan tegas: " Kita
habiskan   cerita   itu   semua,   kita   tidur   ".  Laila   mematuhi.   Mereka   tidur
berdekap-dekapan   ,   dan  memang   bisa   tidur   dengan   nyenyaknya.  Daud   tak
sempat bangun pagi , ketika ia dapatkan Delila sudah ngobrol2 dengan boneka
yang   dibawa   Daud.   Delila   berbuat   seolah   –   olah   ia   bu   guru.  "   Hei   anak2
semuanya diam , karena si Titi akan memyanyi. Hayo, Titi, maju maju kedepan
, bu guru nanti akan ponten seratus ", kata Delila.  Yang dimaksud Titi adalah
boneka itu. Boneka2 lain duduk dikursi. Titi si boneka dibawa Delila ke 'depan
kelas'.  " Nah titimulai menyanyi, ya ? anak – anak diam semua ", kata Delila. Ia
menyetel kunci diperut boneka itu, dan boneka itu mulai memperdengar kan
sebuah lagu inggris.  Delila menggoyang goyangkan kepalanya mengikuti irama
lagu   yang   dinyanyikan   oleh   boneka   itu.   Ia  memang   bukan   saja   anak   yang
cerdas, tetapi berjiwa musical. Bahkan ia bisa hafal sedikit2 lagu inggris itu.  '
Nah   ,   anak   –   anak   .   Ini   si   titi   orang   America   .   Tahu   kamu   dimana
America?"  Delila menyahuti sendiri seolah-olah itu suara murid2 : " Tidak tahu,
bu guru.  Dimana America bu guru  ?  "  "  America  itu dilangit  ", kata Delila.   "
Kalau kamu ke America, kamu musti kelangit. Delila sebentar lagi mau diajak
ke America. Kelangit ".  Laila menoleh kepada Daud mendengar kata-kata itu,
kata2   firasat   kematian.  Daud   menyadari   juga,   tetapi   ia   bersikap   tenang
melihat sikap Laila isterinya. Ia teneg2 seperti ia tak tahu arti firasat.  " Nah,
anak-anak sekarang Delila mau ajak anak2 kelangit ", kata Delila.  Laila segera
mendekati  Delila.  Daud akan mencegahnya.  Tapi  Laila  terlanjur  berkata  :   "
Jangan cerita –cerita kelangit ya, Del ? "  Karena dilarang, Delila ngambek. Ia
berubah murung. Untuk pertama kali suasana jadi rusak. Delila ngambek : " Del
benci sama mama , deh. Nggak mau maen sekolahan lagi ".  " Hayo maen terrus
saja Delila ", kata Daud membujuk, dan berlagak memukul Laila , ia berkata: "
Mama   nakal,   hayo  main   sama   papa   ".  Sifat   kolokannya   yang   ditakuti   Laila
selama  ini  muncul.  Delila malahan  tak mau main anak  –  anakan  lagi.  Pada
malam hari,  ia hanya mau tidur didekapi  Daud. Laila berlagak tak tahu, dan
benar2 merasa bersalah.   Ia  tak  ikut  campur.   Ia hanya mendengarkan Delila
berkata-kata  pada  papanya.  "  Papa……….ada   apa   sih  dilangit   ?"  Laila  mulai
gusar, karna soal langit lagi, dan firasat kematian lagi.  " Dilangit ada bulan,
ada  matahari,   ada   bintang   ",   kata   Daud.  "   Delila   kepingin   ke   bintang   "  "
Ya……"  " Tapi kenapa mama nakal nggak boleh cerita langit ? " Tanya Delila.  "
Mama bodoh, nggak tau bahwa langit itu indah dan bagus ".  " Papa………", kata
Delila   puas   "   Delila   kepingin   tidur   ,   papa   ".  "   Ya,   sayang.   Papa   akan
menyanyikan lagu untuk Delila",kata Daud.  " Ya, Papa. Nyanyikan lagu bintang
kecil,   papa.   Papa   tahu   nyanyi   itu   ,   papa   ?   Bintang   kecil   yang   ada
langitnya.  Dan dengan penuh perasaan , Daud menyanyikan lagu bintang kecil
yang   diminta   Delila.   Delila  mendengarkannya   ,   tapi   tidak   sampai   lagu   itu
selesai.  Suatu keanehan terjadi, keesokan paginya Delila tidak bangun seperti
pagi  selama bulan  ini.   Ia kesiangan.  Mulanya  tidak menjadi  perhatian Daud.
Bahkan   Daud  melarang   ketika   isterinya  mau  membangunkan   anak   tunggal
mereka.  "   Badannya   panas   ?   "   Tanya   Daud.  "   Tidak,   biasa   saja".   Kata
Laila.  Daud ikut memeriksa. Biasa saja. Normal , itu berarti Delila tidak sakit .
Tetapi setelah jam 10 siang Delila masih tidur juga, Laila menatap Daud dengan
cemas.  Daud tenang, dan ia berkata : " Mungkin tidurnya ini menebus kurang
tidurnya yang dulu-dulu. Atau ia lelah sekali ".    Cerita Lain:                         

Episode 57
Laila mengeluh  :   "  Aku menyesal  kemarin melarangnya berkhayal  tentang
langit itu, sesungguhnya kita sudah pasrah hari2 terakhir ini ".
" Berhentilah menyesal. Berhentilah bicara ", kata Daud agak jengkel. Daud
memegang dada Delila. Dan ia puas dada itu bergerak tanda ia bernafas.
Tapi pegangan Daud itu diketahui Delila. Ia bersuara lemah :
" Papa………"
" Ya , sayang. Ini papa ".
" Delila mau main lagi " katanya.
" Tidak ngantuk lagi ? "
" Mau main sekolahan lagi", kata Delila.
Tapi biarpun sudah membuka mata , Delila tidak bangun, Daud heran, Daud
menoleh pada Laila, yang melihat mata Delila sudah tak sanggup lagi . Mata itu
bening dan tak bersinar.
" Hayo bangun ", kata Daud.
Delila berbisik: " Tidak bisa bangun, papa ".
" Kalau begitu tidur saja ", kata Daud.
" Naggak. Delila mau main. Nggak mau tidur ", kata Delila.
Daud membujuk: " Kalau begitu papa gendong ? ".
"  Ya  "  kata Delila,   "  Tapi  sekali   ini  mainannya di  sekolahan betul2an ya,
papa? "
Daud menoleh pada Laila, Laila melarang.
" Bagaimana kalau mama pura2 jadi ibu guru ", kata Daud menolak halus.www.ac-zzz.tk
" Nggak, mau main disekolahan sama2 si Marni, sama si Boy. Si Boy bandel ,
deh. Suka mintain duit kita ".
" Nah, kalau begitu bu guru dipanggil kesini ? "
" Nggak mau , ah . Del ingin sekolah ", kata Delila.
Daud menatap Laila. Mereka berdua bersetuju tanpa syarat untuk membawa
Delila kesekolahnya.
Daud berrkata : " Biar Delila gendong sama mama dulu , salin pakaian dulu,
sementara papa mengeluarkan mobil ".
" Tapi papa………." , kata Delila tiba-tiba," Nggak usah, ah "
" Kenapa ? " Tanya ibunya.
" Papa sama mama rupanya nggak boleh Delila kesekolah ", kata Delila.
Meiske yang akan menangis melihat hal   itu  ,  segera menyeret Lestina ke
kamar Lestina yang rupanya tidak bisa menahan sedihnya.
" Papa dan mama nggak marah Delila mau pergi sekolah ", kata sang ibu, "
Malahan kami senang ".
" Nggak ah. Malu sama teman2 . Delila tukang bolos ", katanya.
" Nggak apa-apa . Salin pakaian, ya?"
" Ya . Tapi pakaian yang dari America , dari langit ", kata Delila
Laila selaku  ibu yang  tabah,  sebenarnya sudah  tak  tahan  lagi  mendengar
kata2 firasat kematian itu. Ia tetap tabah melawan rasa sedihnya. Ia carikan
pakaian yang dibawa Daud. Begitu Delila melihat warna putih, Delila berkata : "
Nah, itu mama, pakaian bidadari. Pakaian dari langit. Kata bu guru , bidadari
ada dilangit. Delila pingin deh jadi bidadari ".
IA menarik  nafas.   Ibunya   tersenyum kepadanya,  dan Delila  bertanya   :   "
Boleh mama…….Delila jadi bidadari ? "
" Boleh sayang ", kata Laila.
Laila tak sadar bahwa ia membendung air matanya. Tapi ia tak tahu. Ia baru
tahu setelah Delila berkata : " Idih, mama nangis , ya ? "
Ibu  itu menghapus air matanya dengan segera, dan menggantinya dengan
senyum. Sementera itu Delila meminta lagi agar ibunya berpakaian putih juga .
Terpaksalah Laila mengabulkannya denga hati yang amat berat.
Muncul Daud : " Sudah selesai ! Aduuuuuuh , bagus nya anak papa ! ".
Laila menyerahkan anak itu ketangan suaminya. Daud menggendong Delila.
Ketika dalam gendongan Daud, anak itu mendekap ayahnya.
" Papa…… ", katanya.
" Ada apa, manis ? "
" Nggak kesekolah ah. Kedokter saja ", kata Delila.
" Ada yang sakit ? ", Tanya Daud.
"  Delila mau mati  dirumah  sakit   saja,  papa.  Barangkali  Delila mau mati,
sebab kepala sakit lagi, papa. Aduh, papa. Cium Delila, papa……"
Daud menciumi anaknya. Laila menahan airmatanya, tapi tak sanggup.
Daud menciuminya, dan Laila pun menciuminya.
" Delila…….."
" Mama………mama mana ? Bolehkah Delila ke langit mama ? "
" Boleh, sayang ", kata Laila.
" Cium lagi Delila , mama. Delila mau ke langit, mama.Itu langitnya bagus
mama ".
" Ya, sayang ", kata Laila.
" Pergilah kesana, sayang ", kata Daud dengan suara pasrah.
"  Selamat   tinggal  papa…..selamat   tinggal  mama …..",  kata Delila dengan
dekapan kuat gendongan ayahnya. Wajahnya semakin pucat , tapi melepaskan
raut raut yang manis sekali.
" Delila…………." , ujar sang ibu.
Tak ada sahutan. Daud melihat wajah anaknya. Ia benar2 bertahan untuk
melawan kesedihan ini.
" Oh, Delila anak mama……..!" seru Laila meraih tubuh anaknya yang telah
wafaat itu dari tangan Daud suaminya.
" Delila……..Delilaku , saying. Ini semua salah mama ", kata Laila.
Semua   menundukkan   kepala   didepan   pusara   Delila   ketika   anak   itu
dikuburkan . Teman – teman sekelasnya , serta Bu guru kesayangannya hadir
dalam  penguburan   itu.   Daud   berkata   pada   Bu   guru   dengan   bertetesan   air
mata  :   "  Ketika  ia bangun,   ia minta  sekolah  .   Ia malu membolos   .   ia  ingin
sekolah. Kami sebetulnya sudah mau menbawa kesekolah ibu. Tapi rupanya ia
tahu ajal telah memanggilnya, ia minta ke dokter ".
" Ia anak yang pintar ", kata Bu guru.
" Itu selalu disebutnya sebagai kebanggaan ", kata Laila kepada Bu Guru.
Berhari-hari setelah kematian Delila. Seisi rumah suka membicarakan hal2
yang berkesan pada diri anak itu.

Episode 58
BAHKAN bukan berhari – hari kemudian, tetapi berbulan – bulan kemudian.
Kisah Delila dimasa lampau, yang indah , sering diulang – ulang Laila dan Daud.
" Sayang kita Cuma diizinkan punya satu anak ", kata Laila.
" Jangan menyesali diri lagi", kata Daud.
"   Tetapi   biarpun   satu,   ia   ibarat   permata   ratu.   Apakah   yang   akan   kita
perbuat pada hari ulang tahun nya kali ini , mas ? "
" Ulang tahun ? " Tanya Daud heran.
" Ya, ulang tahun pertama kematian Delila ", kata Laila.
Daud membelai rambut isterinya. Ia takut laila menangis, dan karena itu dia
bertanya : " Kau punya rencana apa ? "
" Aku akan menjual gelang dan kalung ku ", kata Laila.
Aneh sekali ucapan Laila. Dia tidak ingin mencegah, tapi bertanya: " Setelah
kau jual, untuk apa ? "
" Kufikir aku tokh tidak akan memakainya tahun depan ", kata Laila," Maka
lebih baik kujual ".
" Laila, kau jangan ngomong ngawur ", cegah Daud.
Laila memeluk Daud : " Oh, Daud. Buat apa barang2 emas ? akan kubawa
mati ? percuma kalung dan gelang itu semua. Lebih baik kujual. Percayalah ,
tahun depan aku tidak akan memakainya lagi, karna aku telah bersama Delila ".
Daud menundukkan kepala.  Kesehatan Laila memang menurun. Tetapi   itu
sudah terang. Kesehatan Daud pun menurun pula, karna semua terpulang pada
duka cita musibah kematian Delila.
" Uang penjualan kalung akan kubelikan marmer untuk nisan Delila ", kata
Laila.
" Laila ! ", peluk Daud seakan – akan mau menutup mulut isterinya.
"   Itu sebagai   lambang, bahwa aku selalu menyayanyi  Delila,  bagai  wanita
sayang pada kalung yang tergantung dilehernya senantiasa ".
" Laila, marilah kita tidur , sayangku ", kata Daud. Daud pun menitikkan air
mata.
" Uang penjualan gelang, akan kubelikan batu pualam untuk nisan ku sendiri
", kata Laila.
Daud akan mencegah Laila  ,  tapi   lidahnya kelu.  Laila bicara  lagi   :   "  Kau
tahu, hanya satu permintaanku. Yaitu kata2 yang pernah kau ucapkan kepada
Meiske ".
Daud jadi gugup . Laila meneduhkan kegugupan Daud. Kata Laila : " Sungguh
mulia ucapanmu itu. Aku bangga memdengar cerita mieske, ketika aku didalam
kamar   bersalin,  Meiske   cerita,   kau   begitu   keras   kepala   tidak  mau   disuruh
pulang oleh   suster,   juga   tidak  mau diajak  pulang oleh  Lestina dan Meiske.
Ingatlah, ketika itu kau benar2 bangga berkata pada suster, pada Lestina dan
mieske  !  Aku bangga kau mencintaiku dengan ucapan agung  itu.  Katamu  :   "
Cinta sejati tidak mengenal lelah , tidak mengenal istirahat, karna cinta sejati
adalah suatu totalitas……..kata2mu itu akan ku bawa mati, mas ".
Daud  meneteskan   air  mata.   Suami   isteri   itu   bertangisan.   Bagi   Laila,   ia
tinggal  menanti  mati   akan  menjemputnya.   Tetapi   bagi   Daud,   ia   teringat
mimpinya ketika ia menunggu diruang tunggu itu. Yaitu kematian Laila.
" Tahukah kau sejak kapan aku sungguh-sungguh bahagia di sampingmu ? ",
Tanya Laila.
" Sejak mula pertama kita bercinta ", kata Daud.
"   Tidak   ",   kata   laila,   "   Tapi   sejak   Meiske   menceritakan   tentang
kecemasanmu diruang tunggu. Ia terus terang mengagumimu. Ia pun gadis yang
agung.  Hanya  Meiske  yang  mampu  menggantikan  diriku   sebagai  orang   yang
bebar2 bisa mencintaimu ", ujar Laila.
" Jangan kau fikirkan orang lain ", kata Daud , " Kuminta dari lubuk hatimu ".
Laila malam itu dipeluk mesra oleh Daud. Bila pagi tiba, Daud akan pergi
kekantor, agak mencemaskan kesehatan Laila.
" Pergilah. Laila tidak akan mati tanpa dalam pelukanmu ", kata Laila

Episode 59
Daud   pergi   dengan   bimbang.   Sebelum   ia   melangkah   masuk   mobil,   ia
memesan pada Meiske : " Jagalah kak Laila baik – baik, Meiske , Kesehatannya
makin turun ".
Dan Meiske menjaga Laila sebaik-baiknya. Laila menatap meiske. Wajahnya
yang pucat itu bagai sinar yang akan padam. Tetapi bila Meiske melihat bola
mata Laila, bola mata itu masih bersinar, bercahaya.
" Duduklah lebih dekat lagi, Meiske ", kata Laila .
"Duduklah disampingku. Kakak akan mengatakan sesuatu yang amat suci dari
lubuk hatiku.  Kau tahu,  kakak melihat mas Daud betul2 kehilangan habis2an
setelah kematian Delila. Saya sendiri tampaknya menderita komplikasi tekanan
darah   rendah,   komplikasi   jantung,   dan   lever   barangkali.   Apakah   kau   tak
melihat Daud sebenarnya menahan keparahan deritanya, meis ? "
" Ya, saya melihatnya juga , kak "
' Kau tahu, dulu ia ingin sekali punya anak. Tapi satu2nya yang tunggal itu
telah pergi. Aku ingin melahirkan , tapi kandungan sudah tertutup. Aku rasa ia
akan semakin menyesali kehidupan ini ".
Meiske  menelan   sedih  mendengarnya.   Air  matanya   berlinang.   Llu   Laila
berucap lagi ; " Rasanya kaka akan segera menyusul Delila. Kalau ini terjadi,
Daud akan kehilangan seorang yang baik disisinya ".
" Kakak lebih baik istirahat ", kata Meiske.
"  Tidak,   kutahan   sakit   ini   sampai   saat   ini.  Karena  keinginanku hanyalah
mati. Kuminta, kalau kau ikhlas, maukah kau menemani hidupnya………."
Meiske meraih Laila dengan  sepenuh  rasa  sedih,  dan berkata  terisak  :   "
Jangan berkata begitu, kak Laila. Marilah ke dokter saja ! "
Usaha Meiske membujuk gagal . Ia meremas-remas jari2 tangan meiske : "
Tahukah,   aku  sudah betul2  parah  saat   ini.  Ajalku  sudah amat  dekat,  Meis.
Kuminta sungguh2 , demi Tuhan , dengan hati ikhlas kuminta kau temani hidup
mas Daud. Berilah anak yang sebaik Delila kepadanya…….".
Aneh  ! memang wajah kak Laila memperlihatkan gejala yang amat cepat
menurun,   padahal   selama   ini   ia   kelihatan   seperti   sakit   biasa   saja,   tanpa
keluhan2 .
Meiske  segera buru2 menelpon Daud  yang berada dikantor.  Daud  segera
pulang. Ia amat panik melihat isterinya dalam keadaan amat krisis. Dipeluknya
Laila erat2 , yg pada saat itu sudah berada antara sadar dan tiada. Tapi Laila
masih terdengar kata2 ,
Sekalipun  lidahnya kelu:   "  Mas.  Maafkan Laila,  mas   .  Laila  tak kuat   lagi
untuk hidup, mas. Cuma Laila meminta sesuatu , sebagai permintaan terakhir
kali, mas………..Mas……..!"
" Katakan permintaanmu ! " , seru Daud. Laila tak bisa berkata. Mata yang
sayu itu menatap pada meiske. Meiske tak tahan untuk memeluk Laila kuat2
seketika itu juga.
Daud terpana ketika dilihatnya nafas itu berhenti bergerak didada isterinya.
Laila nenar2  telah meninggal  dengan amat   tenang.  Setenag ketika Delila
meninggalkan   dunia   ini   untuk   selama   lamanya.   Daud  menangis   sepanjang
malam pada saat – saat jenazah diletakkan diruang tengah.
Didepan jenazah Laila, bukan saja Daud yang menangis, tapi juga Meiske,
juga Lestina  .  Dan yang paling  tak  diduga adalah  ibu dan ayah Laila  hadir
didepan jenazah itu dengan menangis pula. Sarita adik Laila , paling sedih saat
itu !.
"  Tak ada orang tua yang tak mengampuni  kesalahan anaknya  ", kata  ibu
Laila.
Daud memberikan sepucuk surat yang ditulis oleh Laila menjelang wafatnya.
Sang ibu terkejut, bertanya : " Ia sudah tahu saat2 kematiannya ? ".
" Kira – kira begitulah ", kata Daud.
Sampul surat itu di buka oleh ibu Laila.
" Ibu dan Ayah tercinta.
Adikku Sarita tersayang,
Laila memohon ampunan ibu dan adikku,
karna ajal rasanya sudah akan Memanggil Laila.
Bersama ini Laila titipkan seuntai kalung pemberian ibu ketika Laila masih
kecil.  Dan  gelang  pemberian Ayah  ketika  Laila   lulus   SMP.  Hampir   saja dua
barang berhaga ini Laila jual, Kalung untuk pembelian marmer untuk cucu ayah
ibu yang bernama Delila yang tak pernah ayah dan ibu lihat. Gelang akan laila
jual   untuk   pembelian   pualam  untuk   nisan   Laila   sendiri   Karena   barang2   ini
pemberian   ibu   dengan   setulus   sayang   dan   pemberian   ayah   dengan   setulus
kasih, maka  laila kembalikan bersama  ini . ini untuk menjadi kenangan ayah
dan ibu , bahwa ayah dan ibu dulu pernah mencintai Laila selaku anak kandung.
Agar   kepergian   Laila   ke   alam   baga   dapat   dengan   tenang,   sekali   lagi
ampunilah Laila. Kalau sempat , ayah dan ibu menyarankan kepada mas Daud
agar ia mencri isteri setelah Laila meninggal. Jika dapat dipengaruhi, tunjuklah
si Meiske sebagai calonnya. Tetapi jika tidak, terserah padanya. Jika ayah dan
ibu ada waktu , tolonglah bersihkan kuburan ananda dan juga cucunda Delila.
Selamat tinggal Ayah Bunda tersayang. Selamat tinggal Adikku Sarita tersayang.
LAILA

Episode 60
Air mata bunda itu berderai, juga airmata sang ayah. Keduanya berunding
ketika Daud menyerahkan kalung dan gelang emas kepada orang tua itu. Kata
ibu Laila kemudian:" Nisan marmer untuk cucu kami dan anak kami , biarlah
kami yang membuatkannya. Kapan2 kami akan kesini lagi setelah penguburan ".
"  Ada pesan Laila  lagi   ", kata Daud,  "  Yaitu dituliskannya kata2 kenangan
dibawah tanggal kematiannya itu nanti ".
Beberapa bulan setelah kematian Laila, nisan marmer itu dipasang bersama
dengan  nisan  untuk  Delila.  Pada  nisan  marmer   kuburan   laila   selain   tertera
nama dan tanggal wafatnya , juga dibawahnya tertera kata – kata :
Cinta sejati tidak kenal lelah dan istirahat , karna cinta sejati adalah suatu
totalitas.
Bila Daud berziarah membaca kata2 itu, Daud menangis tersedu – sedu .
Daud   berpendapat   bukankah   Laila   benar2   lambang   kasih   sayang   yg
sempurna ?
Ibu Laila berusaha membujuk Daud untuk membaca untuk membaca kembali
pesan Laila tentang Meiske.  Daud dengan suara yang hampir tak kedengaran
berkata :
" Mungkin sampai saya pun meninggalkan dunia in menyusul Laila dan Delila,
saya tidak akan menemukan lagi wanita yg sebaik dan setulus Laila anak ibu.
Biasanya ,  sehabis ziarah kekuburan Laila,  Daud menitikkan air mata  lagi
menjelang tidur.
Bukan pada saat itu saja.Ada saat2 tertentu ia menangis mengenang Laila.
Pada saat ziarah kekuburan Laila,  ia juga tak kuasa menitikkan air mata,
sekalipun   itu   adalah   3   tahun   setelah   Laila  meninggal.   Meiske   kadangkala
bertemu dengan Daud dipekuburan, kebetulan sekali, menjelang hari lebaran.
Daud heran, mengapa Meiske masih tahan untuk meneruskan hidupnya sebagai
perawan tua. Ia tidak bertanya. Malahan ia begitu tak acuh, ketika ayah dan
ibunya   menganjurkan   agar   kawin   saja   dengan   Meiske.   Daud   berkata   :   "
maafkan, papa dan mama, saya hanya ingin hidup sekali dengan satu wanita.
Dia adalah Laila ".
Meiske dianjurkan juga untuk mendekati Daud oleh ayah dan ibunya sendiri.
Tetapi Meiske teringat kebaikan2 kak Laila yang tiada bertara dimuka bumi ini
bagai   kebaikan   orang2   yang   seharusnya   menghuni   surga   .   Meiske   tidak
mengatakan ia menolak anjuran itu. Ia hanya berkata dalam hati:" Tidak . Kini
tidak. Kapan-kapan pun tidak  ".  Ia tidak  ingin kehilangan kenangan yg murni
dari   Laila.   Ia   tak   ingin  menodai   hal2   yang   indah   dimasa   silam,   sekalipun
sebenarnya  ia mencintai  Daud dengan murni  pula,   sehingga  saat   ini.  Adalah
saat2 yang paling indah bagi Meiske dalam hidupnya Makin hari makin dikenang,
akan semakin indah saat2 yang indah bersama kak Laila.
T A M A T

Nara sumber : www.ac-zzz.tk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon commantnya