Bagi
agan - agan yang suka membaca silahkan menikmati suguhan bacaan dari REDBODOES
Cintaku Selalu Padamu
Episode 1
LAILA TERKEJUT KETIKA DIPANGGIL.
Suara ayahnya terasa begitu lantang. Dan ia yakin bahwa kali ini ia akan
dimarahi. Dan ia yakin bahwa kemarahan ayahnya kali ini mestilah mengenai
soal penting.
Gemetar Laila melangkah menuju teras samping rumahnya, dimana suara
tadi bersumber.
" Duduk ", kata ayahnya.
Laila sebetulnya mau duduk, tetapi langkahnya gemetaran menuju kursi,
jadi terlambat.
" Duduk ! mau membangkang lagi ya ? "
" Tidak, Papa ".
" Papa tidak terlalu banyak omong seperti mamamu, Laila. Secara singkat
Papa peringatkan kamu agar tidak lagi main cinta dengan pemuda itu ".
" Pemuda yang mana Papa ? " Tanya Laila.
" Ah, kamu jangan berlagak pikun. Pemuda yang disebutkan Mamamu ", kata
yahnya dengan tatapan mata tajam.
Laila tunduk oleh tatapan mata yang tajam itu. Dia menundukkan kepala .
Dia masih berusaha membela diri : " Kalau mas Daud Waitulo yang Papa
maksud…."
" Ya,…. dia itu ! ",potong sang Ayah.
" Kalau dia yang Papa maksud ", kata Laila masih tertahan – tahan , maka
sang ayah memotongnya segera :
" Memang dia yang kami maksud. Yang surat kamu untuknya yang tidak jadi
itu ditemukan. Namamu dalam kantong jaketmu… yang kamu katakana disitu
minta perlindungan daripadanya, yang, yang kamu minta ajak diauntuk minggat
dan kawin di kota lain, yang, yang, yang semua itu membuat rusak nama
keluarga ! "
Laila berusaha menahan air matanya. Ayahnya menatap kearahnya. Ayahnya
ingin melihat wajah Laila. Dia berkata, " Coba jangan berlagak patuh didepan
Papa , nunduk – nunduk, hayo angkat kepalamu ! "
Laila tak bias menahan derai air matanya, Ayahnya membentak : " Ayo
angkat kepalamu !"
Laila mengangkat kepala sedkit, dan dengan air mata berlinang ditatapnya
ayahnya, Kini suara Ayahnya terdengar sendu :
" Kamu, Laila. Kamu Papa sayangi sejak kecil, kenapa setelah besar begini
berani membuat putusan – putusan sendiri ", kata Ayahnya .
" Laila nggak mau kawin paksa, papa ! "
" Lho! Siapa yang mau kawin paksa ? Papa hanya melarang kamu
berhubungan dengan Daud Waitulo itu. Bukan kawin paksa ! " , kata si Ayah
lagi. " Kami semua tidak suka dengan tongkrongan dia ! tongkrongan dia yang
jadi soal. Mengerti nggak ! Kami orang - orang tua, tahu betul tongkrongan
orang – orang yang tidak betul, bandit – bandit, bajingan – bajingan, tukang
goda perempuan, tukang rayu. Jelas ? "
" Jelas, Papa ". Sahut Laila menahankan tangis. Terdengar isak tangisnya
kini.
" Kamu bersumpahlah pada papa dan mama, bahwa kamu tidak akan
memilih Daud sebagai suamimu, demi keselamatan hari depan perkawinanmu",
kata sang ayah.
Laila merasa ini bukan sumpah, melainkan ultimatum. Ini berarti Laila musti
putus hubungan dengan mas Daud.
Tetapi Laila mencoba bertanya lebih dulu, sebelum ultimatum itu
diterimanya. Sambil menundukkan kepala dia bertanya: "Papa….apa papa
benar-benar kenal dengan watak dan pribadi mas Daud sampai papa begitu
pasti memberi penilaian terhadapnya?"
"Jangan ajari orangtua dalam soal menilai!", bentak ayahnya mendadak.
"Jadi papa kenal dengan pribadi mas Daud. Dan pribadi dia pribadi bandit,
suka ganggu perempuan, bajingan dan lain-lain itu ya pa?"
Tanpa diduga muncul Sarita, adik Laila nomor dua, Sarita nyeletuk: "Ah,
kalau soal mas Daud sih orangnya keren, baik hati…."
Sang ayah, dalam menghadapi Sarita selalu tidak bias bersikeras. Sarita di
manja orangtua karena dia dua kali membikin cemas keluarga: pertama ketika
berumur 8 bulan hampir mati karena menderita sakit panas dikerongkongan,
dan kedua ketika berumur 7 tahun hampir hancur lebur sebab sudah berada
dibawah bus.
Hanya jalan yang kebetulan sompel yang menolong jiwa Sarita. Dia dianggap
sebagai " Maskot ". Laila beruntung karna interupsi dari Sarita.
" Nggak model lagi, Papa, kawin – kawin paksa. Musti dijodohin sama ini,
sama itu . Biar sama maling atau rampok sekalipun, biarin saja orang sekarang
memilih pacarrrrrr ! , dan Sarita mengucapkan " Pacar " tadi dengan langgam "
Pac-haaaaarrrrrrrr ", sehingga sang Ayah berusaha menahan jengkelnya.
" Sarita masuk " , perintah sang Ibu yang tiba – tiba muncul diteras samping.
" Ah, Ita Cuma mau nimbrung saja kok Mama ", kata Sarita.
" Nimrung juga nggak boleh . Ini pembicaraan orang tua " , kata sang Ibu.
" Okey, Mama. I Love you " kata Sarita dan pergi lari.
Sarita baru berusia tujuh belas tahun, tetapi sikapnya kadang kala memang
kekanak – kanakan. Mungkin karena dia tahu dia dimanja.
Episode 2
Setelah Sarita pergi sang Ibu memulai ucapan : " Begini saja. Dengerin
nasehat orang tuamu, Laila. Banyak Contoh, dimana anak – anak kualat sama
orang tua, Hidupnya mana yg selamat. Liat temenmu sendiri berapa ekor tuh
yang gagal ".
" Emang betul Mama ", kata Laila.
" Nah sekarang ikuti kemauan orang tua sekali ini, Laila. Kita bukan
memaksa kamu putusin hubungan sama si Daud. Anak itu baik juga
kelihatannya ".
" Kalau baik kenapa Papa yang vonis sebagai bajingan, sebagai bandit ? "
" Siapa yang bilang bandit ? " Tanya sang Ibu.
" Papa ", kata Laila cepat.
Ibu itu menoleh pada suaminya dan dia berkata : " Kau kalau ngomong yang
nyatroni dong, Pa ! Recht op het doel afgaan , buntut suara ibunya yang
berbahasa belanda suapaya Lila tidak mengerti.
Laila memang tidak mengerti bahasa belanda itu. Tetapi akibatnya ia
menafsirkan bahwa ada sesuatu yang mutlak, pendeknya suatu dalih, agar laila
putus hubungan dengan Daud.
Itulah kira – kira tanggapan Laila melihat Ibunya ketika berbahasa belanda
intu.
Dan lebih curiga lagi ketika Ibinya ngomong campur lagi dengan bahasa
belanda :
" Si laila ini kalau dibiarkan terus sama dia itu, heh, meer dan hij afkan, Pa !
", dan ditegaskannya pula dalam bahasa inggris : " more than he can manage !
".
Laila mengerti sedikit, namun kecurigaan Laila bertambah bahwa dia akan
dipepet dan dipojokkan kini. Maka Laila berkata : " Laila akan patuh ,deh ! ".
Setelah berkata begitu, Laila pergi dari teras. Ayahnya tampak senang
dengan ucapan singkat Laila. Namun Ibunya lebih arif lagi. Ibunya berkata : "
Kita tak bias gembira begitu saja dengan kata – katanya Laila akan patuh ,
Deh……kita musti bisa meyakini dia, bahwa Daud bukan jodohnya ! ".
" Ngomong sih gampang , Mam. Anak macam Laila ini mengenal logika ! kita
jangan anggap dia itu enteng. Dia cerdas. Dia pandai menganalisa. Dia keras
hati dan juga keras kepala. Salah – salah dia bisa minggat dari rumah ini untuk
bisa kawin dengan Daud ".
" Berapa lama sih dia tahan pisah dengan kita ? " Ibu itu menantang.
" Ngomong kau sekarang. Begitu dia minggat, kamu pun minggat ", kata sang
suami.
Ibu Laila ter perangah dia mengulangi keyakinannya : " Dia melakukan siasat
berlagak mematuhi kita. Ik berani bertaruh sama jij, Pa…….si Laila pasti akan
melarang Daud mampir kesini lagi. Selanjutnya mereka akan mencari tempat
rendezvous yang lain. Dan itu lebih berbahaya lagi ".
Sang suami diam.
Sang istri menambahi : " Lebih bahaya lagi kerena tiba – tiba saja kita
dikasih fait accompli : Laila bunting ! ".
" Ah, pikiranmu selalu negatif 3 tahun aku kawin dengan kau, Mam, kau baru
bunting ".
" Tetapi soal Virgin, soal keperawanan ! bisa saja mereka disatu tempat
rendezvous. Lantas Laila bunting. Kita berdua jadi bego dan malu. Terpaksa
dikawinin. Anak-anak sekarang kan banyak gitu, Pa ? cinta buat mereka terlalu
simpel. Mereka tidak mengenal apa yang oleh kita di agungkan : De eliefde
peoor de kunst. Cinta buat generasi Laila sekarang ini ibarat barang mainan.
Nggak jadi sama ini , sama itupun jadilah. Mereka tak punya semboyan
mengenai apa keagungan cinta apa keagungan perkawinan. Mereka tak punya
apa yang kita agungkan sebagai " een huwelijk uit liefde ", a marriage of love ".
"Dus kita harus keras ", kata sang suami .
"Keras justru bahaya. Kita musti bersikap lunak pada Laila. Kita harus
banyak dekat dengan Laila. Jangan kita – kita ini Cuma selalu cari duuuit saja.
Cari kemewahaaaan, saja !".
" Lho , kamu yang selalu begitu : minta kulkas baru , minta meubel elite
macam – macam ", bantah sang suami.
Ibu Laila terhempas oleh bantahan suaminya . Ia berniat ingin menyadarkan
Laila suatu ketika , sendirian artinya : empat mata . malam ini tidak kena. Sang
ibu tak ingin Laila begitu gampang jatuh ketangan pria yang belum punya watak
seperti dia memilih Ayah Laila dengan segala seginya yang pantas.
Dan bilamana pilihan itu tiba Laila belum pulang juga. Katanya kerumah
teman .
Sang Ibu menunggu di rumah tentu Laila bukan ke rumah temannya .
Pasti bersama Daud .
Dugaan sang Ibu tidak meleset.
Laila memang sedang bersama – sama Daud. Bahkan di rumah kontrakan
Daud.
Dia tampak sedang membersihkan perangkat makan dari meja. Mungkin
mereka berdua barusan saja selesai makan malam bersama. Dari meja Laila
membawa perangkat piring – piring untuk dicuci . Ketika Laila mencuci piring ,
Daud ikut jongkok menemani.
" Memang kamu pantas menjadi nyonya ku ". Kata Daud.
" Hanya Papa dan Mama ku menganggap kita tak pantas menjadi suami istri
", kata Laila.
" Semua orang tua didunia ini egois. Tak ada orang tua yang langsung setuju
dengan lelaki pilihan puterinya. Kecuali kalau lelaki itu merekayang pilih. Kalau
puterinya yang memilih, musti ada saja yang kurang ".
Laila menyusun piring – piring yang baru dicuci itu dirak piring. Daud
berkata : " Aku harus lebih sering bertemu kerumahmu, supaya mereka lebih
kenal calon mantunya '.
Laila menaroh piring dirak itu, tetapi matanya menatap Daud dengan sikap
berat. Daud merasa heran : " Kenapa Lail ? "
" Jangan lagi " , kata Laiala.
" Jangan lagi bagaimana ? tidak boleh dating ? " Laila hanya menggelengkan
kepala. Dia kemudian menyusun semua piring dan gelas itu dengan rapi, dan
melap tangannya. Kemudian dia melangkah menuju meja makan yang sudah
bersih itu. Tangannya bersitelekan diatas permukaan meja makan itu. Suaranya
penuh perasaan : " Mereka tidak suka kau . Saya kira mereka sudah ada
pembicaraan dengan famili terdekat. Mungkin juga sudah janji ".
Setelah Sarita pergi sang Ibu memulai ucapan : " Begini saja. Dengerin
nasehat orang tuamu, Laila. Banyak Contoh, dimana anak – anak kualat sama
orang tua, Hidupnya mana yg selamat. Liat temenmu sendiri berapa ekor tuh
yang gagal ".
" Emang betul Mama ", kata Laila.
" Nah sekarang ikuti kemauan orang tua sekali ini, Laila. Kita bukan
memaksa kamu putusin hubungan sama si Daud. Anak itu baik juga
kelihatannya ".
" Kalau baik kenapa Papa yang vonis sebagai bajingan, sebagai bandit ? "
" Siapa yang bilang bandit ? " Tanya sang Ibu.
" Papa ", kata Laila cepat.
Ibu itu menoleh pada suaminya dan dia berkata : " Kau kalau ngomong yang
nyatroni dong, Pa ! Recht op het doel afgaan , buntut suara ibunya yang
berbahasa belanda suapaya Lila tidak mengerti.
Laila memang tidak mengerti bahasa belanda itu. Tetapi akibatnya ia
menafsirkan bahwa ada sesuatu yang mutlak, pendeknya suatu dalih, agar laila
putus hubungan dengan Daud.
Itulah kira – kira tanggapan Laila melihat Ibunya ketika berbahasa belanda
intu.
Dan lebih curiga lagi ketika Ibinya ngomong campur lagi dengan bahasa
belanda :
" Si laila ini kalau dibiarkan terus sama dia itu, heh, meer dan hij afkan, Pa !
", dan ditegaskannya pula dalam bahasa inggris : " more than he can manage !
".
Laila mengerti sedikit, namun kecurigaan Laila bertambah bahwa dia akan
dipepet dan dipojokkan kini. Maka Laila berkata : " Laila akan patuh ,deh ! ".
Setelah berkata begitu, Laila pergi dari teras. Ayahnya tampak senang
dengan ucapan singkat Laila. Namun Ibunya lebih arif lagi. Ibunya berkata : "
Kita tak bias gembira begitu saja dengan kata – katanya Laila akan patuh ,
Deh……kita musti bisa meyakini dia, bahwa Daud bukan jodohnya ! ".
" Ngomong sih gampang , Mam. Anak macam Laila ini mengenal logika ! kita
jangan anggap dia itu enteng. Dia cerdas. Dia pandai menganalisa. Dia keras
hati dan juga keras kepala. Salah – salah dia bisa minggat dari rumah ini untuk
bisa kawin dengan Daud ".
" Berapa lama sih dia tahan pisah dengan kita ? " Ibu itu menantang.
" Ngomong kau sekarang. Begitu dia minggat, kamu pun minggat ", kata sang
suami.
Ibu Laila ter perangah dia mengulangi keyakinannya : " Dia melakukan siasat
berlagak mematuhi kita. Ik berani bertaruh sama jij, Pa…….si Laila pasti akan
melarang Daud mampir kesini lagi. Selanjutnya mereka akan mencari tempat
rendezvous yang lain. Dan itu lebih berbahaya lagi ".
Sang suami diam.
Sang istri menambahi : " Lebih bahaya lagi kerena tiba – tiba saja kita
dikasih fait accompli : Laila bunting ! ".
" Ah, pikiranmu selalu negatif 3 tahun aku kawin dengan kau, Mam, kau baru
bunting ".
" Tetapi soal Virgin, soal keperawanan ! bisa saja mereka disatu tempat
rendezvous. Lantas Laila bunting. Kita berdua jadi bego dan malu. Terpaksa
dikawinin. Anak-anak sekarang kan banyak gitu, Pa ? cinta buat mereka terlalu
simpel. Mereka tidak mengenal apa yang oleh kita di agungkan : De eliefde
peoor de kunst. Cinta buat generasi Laila sekarang ini ibarat barang mainan.
Nggak jadi sama ini , sama itupun jadilah. Mereka tak punya semboyan
mengenai apa keagungan cinta apa keagungan perkawinan. Mereka tak punya
apa yang kita agungkan sebagai " een huwelijk uit liefde ", a marriage of love ".
"Dus kita harus keras ", kata sang suami .
"Keras justru bahaya. Kita musti bersikap lunak pada Laila. Kita harus
banyak dekat dengan Laila. Jangan kita – kita ini Cuma selalu cari duuuit saja.
Cari kemewahaaaan, saja !".
" Lho , kamu yang selalu begitu : minta kulkas baru , minta meubel elite
macam – macam ", bantah sang suami.
Ibu Laila terhempas oleh bantahan suaminya . Ia berniat ingin menyadarkan
Laila suatu ketika , sendirian artinya : empat mata . malam ini tidak kena. Sang
ibu tak ingin Laila begitu gampang jatuh ketangan pria yang belum punya watak
seperti dia memilih Ayah Laila dengan segala seginya yang pantas.
Dan bilamana pilihan itu tiba Laila belum pulang juga. Katanya kerumah
teman .
Sang Ibu menunggu di rumah tentu Laila bukan ke rumah temannya .
Pasti bersama Daud .
Dugaan sang Ibu tidak meleset.
Laila memang sedang bersama – sama Daud. Bahkan di rumah kontrakan
Daud.
Dia tampak sedang membersihkan perangkat makan dari meja. Mungkin
mereka berdua barusan saja selesai makan malam bersama. Dari meja Laila
membawa perangkat piring – piring untuk dicuci . Ketika Laila mencuci piring ,
Daud ikut jongkok menemani.
" Memang kamu pantas menjadi nyonya ku ". Kata Daud.
" Hanya Papa dan Mama ku menganggap kita tak pantas menjadi suami istri
", kata Laila.
" Semua orang tua didunia ini egois. Tak ada orang tua yang langsung setuju
dengan lelaki pilihan puterinya. Kecuali kalau lelaki itu merekayang pilih. Kalau
puterinya yang memilih, musti ada saja yang kurang ".
Laila menyusun piring – piring yang baru dicuci itu dirak piring. Daud
berkata : " Aku harus lebih sering bertemu kerumahmu, supaya mereka lebih
kenal calon mantunya '.
Laila menaroh piring dirak itu, tetapi matanya menatap Daud dengan sikap
berat. Daud merasa heran : " Kenapa Lail ? "
" Jangan lagi " , kata Laiala.
" Jangan lagi bagaimana ? tidak boleh dating ? " Laila hanya menggelengkan
kepala. Dia kemudian menyusun semua piring dan gelas itu dengan rapi, dan
melap tangannya. Kemudian dia melangkah menuju meja makan yang sudah
bersih itu. Tangannya bersitelekan diatas permukaan meja makan itu. Suaranya
penuh perasaan : " Mereka tidak suka kau . Saya kira mereka sudah ada
pembicaraan dengan famili terdekat. Mungkin juga sudah janji ".
Episode 3
Diangkat tangannya yang bersitelekan itu, dan dia berbalik, berhadapan
dengan Daud yang tadi berdiri tepat dibelakangnya. Maka dipeluknya Daud : "
Mas Daud. Laila tiba – tiba takut mengambil keputusan, maka nantinya mas
Daud malahan menyia – nyiakannya ".
" Menyia – nyiakan apa maksud mu ? " Tanya Daud.
" Menyia – nyiakan nasib Laila ", kata Laila. " Mas tau sendiri, Mama dan
Papa sebetulnya saying pada Laila. Mas tidak tahu, bahwa Mama punya sikap
pukul rata terhadap generasi kita sekarang ini. Mama menganggap itulah yang
dibilangnya kepada Papakudimalam itu…..dianggapnya generasi sekarang ini
cintanya murahan, gampangan. Tidak jadi dengan mas Daud, dikiranya Laila
bisa saja ganti dengan pemuda lain ".
" Jadi kalau pendapatmu sendiri ? " Tanya Daud. Daud membenahi rambut
Laila yang kusut.
" Buat Laila, mas Daud adalah segala – galanya. Buat saya tidak jadi dengan
mas Daud lebih baik matisaja. Saya ingin buktikan pada Mama dan Papa ,
bahwa generasi kamipun mengenal cinta yang sebenarnya. Kalau perlu mati, ya
mati ".
" Jangan terlalu negatif ". Kata Daud. " Kita pasti jadi suami istri. Tanpa
perlu mati ".
" Dan buat Laila, bila Laila kawin sama mas Daud, kita hanya bercerai mati
", ucap Laiala. Karna tubuh Daud tinggi, ketika melepas pelukannya pada Daud,
ditatapnya mata Daud dengan kepala tengadah . Dia berkata lirih : " Laila
sungguh – sungguh , mas ".
" Akupun demikian ", kata Daud. " Tetapi cinta yang besar tunbuh dari
macam – macam cobaan yang ruwet. Cinta kita akan semakin padat dan pasti.
Saya tak pernah main – man dengan kau sejak pertama kali kita kenalan. Apa
pernah ? ".
" Justru itulah ", kata Laila, " Mas Daud orang sekarang yang punya karakter
sendiri, mas. Banyak pria seusia mas Daud yang tingkah lakunya meragukan.
Tapi mas tidak ".
" Daud menghela nafas bahagia mendengar pujian gadis yang sangat
dicintainya itu.
Lonceng jam dinding berdentang delapan kai. Laila melihat kedinding, lalu
berkata :
" Sudah waktunya Laila pulang ", Laila kemudian menatap mata Daud.
" Disini saja dulu " , Kata Daud, menatap bola mata Laila. Bola mata itu
tidak tampak gemerlap melainkan dilelehi air mata, " Kenapa kau mau
menangis ? "
" Harapan kita tipis " kata Laila. " Kecuali kalau kita bersikap drastic. Yaitu
mengambil langkah yang mengakibatkan putusnya hubungan dengan orang tua
".
Daud menghela nafas , dia mengangguk, menatap lagi pada Laila dan
berkata : " Kita masih perlu menemukan jalan damai. Sebaiknya aku cepat –
cepat melamarmu ".
" Ah, tak mungkin ", kata Laila, " Tanggapan orang tuaku – Papa dan Mama –
sudah negatif, tanpa alas an. Mas Daud boleh saja Laila akui sebagai pria
serius.
Buat mereka mereka negatifnya : tidak serius. Mas Daud sebagai bujangan
kuanggap sudah siap berumah tangga. Segala – galanya sudah tersedia, sampai –
sampai keset kaki di kamar mandi. Buat mereka mungkin negatif : mungkin
mereka merasa telahpunya calon yang melebihi. Sulit, sulit, mas ". Dan Laila
menangis. Tapi buru – buru dia hapus air matanya . Dan dia melangkah seraya
berkata : " Dag, ya ? Laila pulang dulu, mas ".
" Laila ! " seru Daud.
Laila terus melangkah. " Laila ! "
Laila berhenti didepan beranda. Tidak menoleh karena air matanya
bercucuran dengan dera.
" Kau tenanglah , Lail , saya memang harus melamarmu kerumah orang
tuamu " kata Daud.
Laila menggelengkan kepala.
" Lailla bingung ", katany. " Sungguh Laila bingung…….mas ! "
Daud membelai – belai rambut nya. Laila berkata putus asa : " Laila pergi
dulu, jangan datang kerumah ".
Mata Daud menatap berkaca – kaca sampai hilangnya Laila dalam kegelapan
malam, diantara lampu – lampu dan keramaian jalanan malam itu.
Bila sampai dirumah, sang Ibu sudah menyongsongnyakepagar pekarangan.
Ibu bertanya : " Kamu bener – benar pergi kerumah teman ? "
" Ya, Mama ", kata Laila tak acuh.
" Matamu merah, kamu seperti baru habis menangis ".
Kata sang Ibu.
" Memang ". Sahut Laila.
Ibunya menghela tangan Laila , sehingga Laila terbawa kehendak Ibunya
tidak langsung masuk kerumah melainkan keteras samping. Lampu teras
samping tidak dinyalakan. Tetapi dari lampu plafon pojok memantul cahaya
yang lumayan menerangi teras .
Laila tahu ia akan diadili lagi. Sikapnya sudah siap – siap .
" Dari mana kau ? "
" Dari ruma teman, Mama "
" Betul ? " Tanya sang Ibu.
" Kalau Laila bohongpun Mama tidak tahu ", kata Laila.
" Kalau begitu kamu dari rumah Daud " kata Ibunya. Beliau berkata lagi
seperti berkata pada dirinya sendiri : " Benar – benar keras kepala kau. Seperti
yang Mama duga, kau akan melarang Daud kesini, sebaliknya kau yang akan
kesana ".
" Papa dan Mama yang menciptakan saya menjadi orang pendusta ", kata
Laila.
" Keras kepala…….. ", gerutu sang Ibu, " Kau akan mengalami nasip jelek
nanti, Laila "
Laila merenungi ucapan Ibunya : Benarkah ramalan ini ? jika benar, apakah
aku mulai kini siap memasuki kutukan ibu ?
" Saya kira hidup saya akan bahagia jika do'a Papa dan Mama ikhlas ", kata
Laila.
" Kau memang pintar bicara, Laila . Tadi Papamu ngomel – ngomel kau
lambat pulang. Itukah yang kau inginkan dirumah ini ? cekcok, marah, dan
saling tuduh – menuduh ? Tahukah kamu ? Mama yang dituduh Papa setiap hari
sebagai ibu yang longgar, tidak streng ! hanya karna soal kau ? ".
Uacapan Ibunya tiba – tiba menyerap dan menelan perasaan Laila
Diangkat tangannya yang bersitelekan itu, dan dia berbalik, berhadapan
dengan Daud yang tadi berdiri tepat dibelakangnya. Maka dipeluknya Daud : "
Mas Daud. Laila tiba – tiba takut mengambil keputusan, maka nantinya mas
Daud malahan menyia – nyiakannya ".
" Menyia – nyiakan apa maksud mu ? " Tanya Daud.
" Menyia – nyiakan nasib Laila ", kata Laila. " Mas tau sendiri, Mama dan
Papa sebetulnya saying pada Laila. Mas tidak tahu, bahwa Mama punya sikap
pukul rata terhadap generasi kita sekarang ini. Mama menganggap itulah yang
dibilangnya kepada Papakudimalam itu…..dianggapnya generasi sekarang ini
cintanya murahan, gampangan. Tidak jadi dengan mas Daud, dikiranya Laila
bisa saja ganti dengan pemuda lain ".
" Jadi kalau pendapatmu sendiri ? " Tanya Daud. Daud membenahi rambut
Laila yang kusut.
" Buat Laila, mas Daud adalah segala – galanya. Buat saya tidak jadi dengan
mas Daud lebih baik matisaja. Saya ingin buktikan pada Mama dan Papa ,
bahwa generasi kamipun mengenal cinta yang sebenarnya. Kalau perlu mati, ya
mati ".
" Jangan terlalu negatif ". Kata Daud. " Kita pasti jadi suami istri. Tanpa
perlu mati ".
" Dan buat Laila, bila Laila kawin sama mas Daud, kita hanya bercerai mati
", ucap Laiala. Karna tubuh Daud tinggi, ketika melepas pelukannya pada Daud,
ditatapnya mata Daud dengan kepala tengadah . Dia berkata lirih : " Laila
sungguh – sungguh , mas ".
" Akupun demikian ", kata Daud. " Tetapi cinta yang besar tunbuh dari
macam – macam cobaan yang ruwet. Cinta kita akan semakin padat dan pasti.
Saya tak pernah main – man dengan kau sejak pertama kali kita kenalan. Apa
pernah ? ".
" Justru itulah ", kata Laila, " Mas Daud orang sekarang yang punya karakter
sendiri, mas. Banyak pria seusia mas Daud yang tingkah lakunya meragukan.
Tapi mas tidak ".
" Daud menghela nafas bahagia mendengar pujian gadis yang sangat
dicintainya itu.
Lonceng jam dinding berdentang delapan kai. Laila melihat kedinding, lalu
berkata :
" Sudah waktunya Laila pulang ", Laila kemudian menatap mata Daud.
" Disini saja dulu " , Kata Daud, menatap bola mata Laila. Bola mata itu
tidak tampak gemerlap melainkan dilelehi air mata, " Kenapa kau mau
menangis ? "
" Harapan kita tipis " kata Laila. " Kecuali kalau kita bersikap drastic. Yaitu
mengambil langkah yang mengakibatkan putusnya hubungan dengan orang tua
".
Daud menghela nafas , dia mengangguk, menatap lagi pada Laila dan
berkata : " Kita masih perlu menemukan jalan damai. Sebaiknya aku cepat –
cepat melamarmu ".
" Ah, tak mungkin ", kata Laila, " Tanggapan orang tuaku – Papa dan Mama –
sudah negatif, tanpa alas an. Mas Daud boleh saja Laila akui sebagai pria
serius.
Buat mereka mereka negatifnya : tidak serius. Mas Daud sebagai bujangan
kuanggap sudah siap berumah tangga. Segala – galanya sudah tersedia, sampai –
sampai keset kaki di kamar mandi. Buat mereka mungkin negatif : mungkin
mereka merasa telahpunya calon yang melebihi. Sulit, sulit, mas ". Dan Laila
menangis. Tapi buru – buru dia hapus air matanya . Dan dia melangkah seraya
berkata : " Dag, ya ? Laila pulang dulu, mas ".
" Laila ! " seru Daud.
Laila terus melangkah. " Laila ! "
Laila berhenti didepan beranda. Tidak menoleh karena air matanya
bercucuran dengan dera.
" Kau tenanglah , Lail , saya memang harus melamarmu kerumah orang
tuamu " kata Daud.
Laila menggelengkan kepala.
" Lailla bingung ", katany. " Sungguh Laila bingung…….mas ! "
Daud membelai – belai rambut nya. Laila berkata putus asa : " Laila pergi
dulu, jangan datang kerumah ".
Mata Daud menatap berkaca – kaca sampai hilangnya Laila dalam kegelapan
malam, diantara lampu – lampu dan keramaian jalanan malam itu.
Bila sampai dirumah, sang Ibu sudah menyongsongnyakepagar pekarangan.
Ibu bertanya : " Kamu bener – benar pergi kerumah teman ? "
" Ya, Mama ", kata Laila tak acuh.
" Matamu merah, kamu seperti baru habis menangis ".
Kata sang Ibu.
" Memang ". Sahut Laila.
Ibunya menghela tangan Laila , sehingga Laila terbawa kehendak Ibunya
tidak langsung masuk kerumah melainkan keteras samping. Lampu teras
samping tidak dinyalakan. Tetapi dari lampu plafon pojok memantul cahaya
yang lumayan menerangi teras .
Laila tahu ia akan diadili lagi. Sikapnya sudah siap – siap .
" Dari mana kau ? "
" Dari ruma teman, Mama "
" Betul ? " Tanya sang Ibu.
" Kalau Laila bohongpun Mama tidak tahu ", kata Laila.
" Kalau begitu kamu dari rumah Daud " kata Ibunya. Beliau berkata lagi
seperti berkata pada dirinya sendiri : " Benar – benar keras kepala kau. Seperti
yang Mama duga, kau akan melarang Daud kesini, sebaliknya kau yang akan
kesana ".
" Papa dan Mama yang menciptakan saya menjadi orang pendusta ", kata
Laila.
" Keras kepala…….. ", gerutu sang Ibu, " Kau akan mengalami nasip jelek
nanti, Laila "
Laila merenungi ucapan Ibunya : Benarkah ramalan ini ? jika benar, apakah
aku mulai kini siap memasuki kutukan ibu ?
" Saya kira hidup saya akan bahagia jika do'a Papa dan Mama ikhlas ", kata
Laila.
" Kau memang pintar bicara, Laila . Tadi Papamu ngomel – ngomel kau
lambat pulang. Itukah yang kau inginkan dirumah ini ? cekcok, marah, dan
saling tuduh – menuduh ? Tahukah kamu ? Mama yang dituduh Papa setiap hari
sebagai ibu yang longgar, tidak streng ! hanya karna soal kau ? ".
Uacapan Ibunya tiba – tiba menyerap dan menelan perasaan Laila
Episode 4
Laila melihat air mata Ibunya yang mulai meleleh. Bukan air mata bohong –
bohongan, ia tahu Ibunya orang yang lapang hati . Dan jika Ibunya kini
menangis, itu karena sudah benar – benar sedih.
Sambil mengisak Ibunya berkata : " Papamu kalau marah , yang lain –
lainnya kena marah . Tadi sebuah vaas yang paling Mama sayangi dibantingnya.
Dituduhnya Mama membiarkan dirimu. Kata – katanya ngawur, dia mengatakan,
Mama yang akan bertanggung jawab jika Laila rusak untuk kemudian menjadi
pelacur.
Kata – kata apa itu, ha ? Apakah setiap orang tua sekarang harus pergi
kemana anak nya pergi ? ".
Ucapan Ibunya mengandung simpati. Laila memasuki pembicaraan dengan
cepat : " Kira – kira Mama setuju dengan mas Daud, kan ? ".
Kepala Mama terangkat dengan cepat. Matanya segera memperlihatkan
sikap negatif : " Ah, Mama tidak setuju ! pokoknya kalau kau akan memaksakan
kehendakmu, terserahlah. Tinggalkan saja kami, cari nasip sendiri.
Daripada kamu dirumah ini merongrong Papamu yang punya penyakit darah
tinggi. Dia tidak menyebutkan alas an apapun, kecuali tidak suka dengan Daud
".
Tiba – tiba Laila berkata pasti : " Saya akan minggat ".
Sang Ibu terkejut.
" Laila ! "
" Adik Mama tokh kawin minggat, dan mereka sekarang mungkin lebih
bahagia dari Mama ".
"Laila ! kau pelawan sekaran ! Kau Durhaka ! " seru sang Ibu.
Laila terkena sergap lagi oleh Ibunya. Buru – buru dirangkulnya Ibunya
ketika dilihatnya Ibunya menangis tersedu – sedu. Dia benar – benar menyadari
keterlanjuran kata – kata yang diucapkannya. Dipagutnya Ibunya erat – erat : "
Maafkan Laila, Mama. Laila benar – benar sangat mencintainya, Mama. Tetapi
Lailapun saying pada Mama. Berikanlah Laila kesempatan untuk membuktikan
pada Papa dan Mama , bahwa mas Daud itu baik, orang yang baik, Mama !"
Usahanya kelihatannya gagal meyakini, Ibunya pelan – pelan melepaskan
pagutan Laila. Tampak beliau berdiri dengan lesu. Tampak kelesuan itu ketika
tangannya membuka pintu teras. Dan masuk kedalam rumah . Kin tinggallah
sunyi. Laila sendiri diteras itu dengan putus asa. Dibukanya tasnya. Dalam
samar – samar diambilnya secarik kertas surat berbunga yang selalu ada
ditasnya , dan selalu digunakannya untuk menulis surat pada pria yang
dicintainya : Daud. Diambilnya vulpen. Ditulisnya singkat :
" Mas Daud, cintaku selalu padamu , mas, sekalipun bulan dan matahari
berhenti bersinar, Laila ". Surat singkat itu dimasukkannya kedalam amplop.
Besok paginya diposkannya.
Tapi setelah diposkan, Laila menyesal.
Dia khawatir, mas Daud akan salah sangka setelah menerima surat itu.
Tetapi memang benarlah apa yang diduga Laila. Begitu Daud menerima surat
itu, surat yang begitu singkat itu , tangannya gemetar . Dia baru kembali dari
kuliah malam sebagai mahasiswa extension dan surat itu membuat seluruh
rencananya batal akan menulis skripsi dimalam ini juga. Soalnya belum pernah
Laila menulis surat sesingkat itu.
Daud mengira telah terjadi suatu keputusan keluarga yang mapan terhadap
dirinya. Berhari – hari setelah menerima surat itu Daud menjadi bingung. Tiap
ia mencoba bersikap jantan untuk pergi kerumah Laila, keraguannya muncul.
Untuk membalasnya tidak mungkin karna Laila selalu berpesan, jika dia
menulis surat janganlah dibalas. Ini menyulitkan Daud dan membuat skripsi
untuk gelar sarananya jadi benar – benar terlantar. Dia begitu cintanya pada
Laila, dan jika dia mendatangi rumah Laila berarti Laila akan menerima beban
kemarahan orang tuanya. Beban ini berarti dipikul Laila sendiri, dan itu adalah
tidak adil didalam mencintai.
Memang banyak pria terlalu egois, menyuruh gadis yang dicintainya memikul
beban sendiri. Akibat Daud tidak ingin menyiksa gadis yang dikasihinya, dia
sendiri kini terlunta – lunta dibebani bayangan yang bukan – bukan. Sebulan ia
harapkan lagi Laila akan muncul dirumah ini, tapi Laila tak datang jua.
Selama sebulan ini, bukan saja skripsinya terlantar, tetapi juga
pekerjaannya dikantor acak – acakan.
Pagi ini Daud dipanggil Boss-nya.
" Biarpun saya tahu bukan kamu yang menggelapkan uang ini, tetapi karna
kelalaian kamu maka Haryono sudah melarikan uang ini entah kemana ", kata
sang Boss kepadanya.
Daud mandi keringat.
" Tetapi untuk melihat iktikad baikmu ". Kata pimpinan perusahaan dimana
ia bekerja. " Saya minta kamu melakukan tugas mu yang terakhir. Bikinlah
konsep iklan atas larinya Haryoto. Dan siang ini perlihatkan pada saya,
masukkan disurat khabar sore dan pagi, selama du hari berturut – turut ".
" Baik, Pak ", kata Daud dengan hati ciut.
Dia berdiri mau meninggalkan ruang direktur, tetapi terdengar lagi : "
Daud….."
" Ya, Pak "
Pimpinan perusahaan itu menatap wajah Daud dengan sedikit hiba. Dia
berkata :
" Kalau nanti kamu kami berhentikan dengan hormat, itu adalah atas saran
saya.
Supaya kamu bisa ,menerima pesangon 3 bulangaji. Sekali lagi, saya ingin
menyelamatkan kamu. Satu – satunya jalan yaitu, kami memecatmu dengan
hormat, supaya kamu selama tiga bulan bisa mencari pekerjaan lain.
Ingat, ini seuah PT, saya bisa membelamu, tapi direksi lain telah
menemukan kelalaian kamu. Persoalan apa sebabnya yang membuat kamu acak
– acakan belakangan ini , Daud ? ".
" Persoalan pribadi, Pak ", kata Daud, " Tak usah saya utarakan disini ".www.ac-zzz.tk
" Segera kerjakan iklan tadi. Saya mendo'akan kamu mendapapt pekerjaan
yang layak di perusahaan lain. Kamu sebenarnya tenaga qualified, saya percaya
itu. Kamu bisa tapi kamu lalai. Sudah . Pergi kerjakan yang saya perintahkan
tadi ".
Pedih hati Daud ketika menerima surat pemberhentian itu, sekalipun
tertera diberhentikan dengan terhormat , ia justru meresa kehilangan
kehormatannya !.
Dia pulang kerumahnya dengan perasaan hampa, tetapi kejadian sedih itu
justru melecut hati nya tidak akan menunggu tiga bulan agar dapat kerja
kembali
Laila melihat air mata Ibunya yang mulai meleleh. Bukan air mata bohong –
bohongan, ia tahu Ibunya orang yang lapang hati . Dan jika Ibunya kini
menangis, itu karena sudah benar – benar sedih.
Sambil mengisak Ibunya berkata : " Papamu kalau marah , yang lain –
lainnya kena marah . Tadi sebuah vaas yang paling Mama sayangi dibantingnya.
Dituduhnya Mama membiarkan dirimu. Kata – katanya ngawur, dia mengatakan,
Mama yang akan bertanggung jawab jika Laila rusak untuk kemudian menjadi
pelacur.
Kata – kata apa itu, ha ? Apakah setiap orang tua sekarang harus pergi
kemana anak nya pergi ? ".
Ucapan Ibunya mengandung simpati. Laila memasuki pembicaraan dengan
cepat : " Kira – kira Mama setuju dengan mas Daud, kan ? ".
Kepala Mama terangkat dengan cepat. Matanya segera memperlihatkan
sikap negatif : " Ah, Mama tidak setuju ! pokoknya kalau kau akan memaksakan
kehendakmu, terserahlah. Tinggalkan saja kami, cari nasip sendiri.
Daripada kamu dirumah ini merongrong Papamu yang punya penyakit darah
tinggi. Dia tidak menyebutkan alas an apapun, kecuali tidak suka dengan Daud
".
Tiba – tiba Laila berkata pasti : " Saya akan minggat ".
Sang Ibu terkejut.
" Laila ! "
" Adik Mama tokh kawin minggat, dan mereka sekarang mungkin lebih
bahagia dari Mama ".
"Laila ! kau pelawan sekaran ! Kau Durhaka ! " seru sang Ibu.
Laila terkena sergap lagi oleh Ibunya. Buru – buru dirangkulnya Ibunya
ketika dilihatnya Ibunya menangis tersedu – sedu. Dia benar – benar menyadari
keterlanjuran kata – kata yang diucapkannya. Dipagutnya Ibunya erat – erat : "
Maafkan Laila, Mama. Laila benar – benar sangat mencintainya, Mama. Tetapi
Lailapun saying pada Mama. Berikanlah Laila kesempatan untuk membuktikan
pada Papa dan Mama , bahwa mas Daud itu baik, orang yang baik, Mama !"
Usahanya kelihatannya gagal meyakini, Ibunya pelan – pelan melepaskan
pagutan Laila. Tampak beliau berdiri dengan lesu. Tampak kelesuan itu ketika
tangannya membuka pintu teras. Dan masuk kedalam rumah . Kin tinggallah
sunyi. Laila sendiri diteras itu dengan putus asa. Dibukanya tasnya. Dalam
samar – samar diambilnya secarik kertas surat berbunga yang selalu ada
ditasnya , dan selalu digunakannya untuk menulis surat pada pria yang
dicintainya : Daud. Diambilnya vulpen. Ditulisnya singkat :
" Mas Daud, cintaku selalu padamu , mas, sekalipun bulan dan matahari
berhenti bersinar, Laila ". Surat singkat itu dimasukkannya kedalam amplop.
Besok paginya diposkannya.
Tapi setelah diposkan, Laila menyesal.
Dia khawatir, mas Daud akan salah sangka setelah menerima surat itu.
Tetapi memang benarlah apa yang diduga Laila. Begitu Daud menerima surat
itu, surat yang begitu singkat itu , tangannya gemetar . Dia baru kembali dari
kuliah malam sebagai mahasiswa extension dan surat itu membuat seluruh
rencananya batal akan menulis skripsi dimalam ini juga. Soalnya belum pernah
Laila menulis surat sesingkat itu.
Daud mengira telah terjadi suatu keputusan keluarga yang mapan terhadap
dirinya. Berhari – hari setelah menerima surat itu Daud menjadi bingung. Tiap
ia mencoba bersikap jantan untuk pergi kerumah Laila, keraguannya muncul.
Untuk membalasnya tidak mungkin karna Laila selalu berpesan, jika dia
menulis surat janganlah dibalas. Ini menyulitkan Daud dan membuat skripsi
untuk gelar sarananya jadi benar – benar terlantar. Dia begitu cintanya pada
Laila, dan jika dia mendatangi rumah Laila berarti Laila akan menerima beban
kemarahan orang tuanya. Beban ini berarti dipikul Laila sendiri, dan itu adalah
tidak adil didalam mencintai.
Memang banyak pria terlalu egois, menyuruh gadis yang dicintainya memikul
beban sendiri. Akibat Daud tidak ingin menyiksa gadis yang dikasihinya, dia
sendiri kini terlunta – lunta dibebani bayangan yang bukan – bukan. Sebulan ia
harapkan lagi Laila akan muncul dirumah ini, tapi Laila tak datang jua.
Selama sebulan ini, bukan saja skripsinya terlantar, tetapi juga
pekerjaannya dikantor acak – acakan.
Pagi ini Daud dipanggil Boss-nya.
" Biarpun saya tahu bukan kamu yang menggelapkan uang ini, tetapi karna
kelalaian kamu maka Haryono sudah melarikan uang ini entah kemana ", kata
sang Boss kepadanya.
Daud mandi keringat.
" Tetapi untuk melihat iktikad baikmu ". Kata pimpinan perusahaan dimana
ia bekerja. " Saya minta kamu melakukan tugas mu yang terakhir. Bikinlah
konsep iklan atas larinya Haryoto. Dan siang ini perlihatkan pada saya,
masukkan disurat khabar sore dan pagi, selama du hari berturut – turut ".
" Baik, Pak ", kata Daud dengan hati ciut.
Dia berdiri mau meninggalkan ruang direktur, tetapi terdengar lagi : "
Daud….."
" Ya, Pak "
Pimpinan perusahaan itu menatap wajah Daud dengan sedikit hiba. Dia
berkata :
" Kalau nanti kamu kami berhentikan dengan hormat, itu adalah atas saran
saya.
Supaya kamu bisa ,menerima pesangon 3 bulangaji. Sekali lagi, saya ingin
menyelamatkan kamu. Satu – satunya jalan yaitu, kami memecatmu dengan
hormat, supaya kamu selama tiga bulan bisa mencari pekerjaan lain.
Ingat, ini seuah PT, saya bisa membelamu, tapi direksi lain telah
menemukan kelalaian kamu. Persoalan apa sebabnya yang membuat kamu acak
– acakan belakangan ini , Daud ? ".
" Persoalan pribadi, Pak ", kata Daud, " Tak usah saya utarakan disini ".www.ac-zzz.tk
" Segera kerjakan iklan tadi. Saya mendo'akan kamu mendapapt pekerjaan
yang layak di perusahaan lain. Kamu sebenarnya tenaga qualified, saya percaya
itu. Kamu bisa tapi kamu lalai. Sudah . Pergi kerjakan yang saya perintahkan
tadi ".
Pedih hati Daud ketika menerima surat pemberhentian itu, sekalipun
tertera diberhentikan dengan terhormat , ia justru meresa kehilangan
kehormatannya !.
Dia pulang kerumahnya dengan perasaan hampa, tetapi kejadian sedih itu
justru melecut hati nya tidak akan menunggu tiga bulan agar dapat kerja
kembali
Episode 5
Daud jarang kelihatan di rumah. Dan bilapun ia pulang , ia pulang setelah
malam larut . Bila suatu malam ia pulang, ia temukan secarik kertas
dimasukkan disela pintu. Ia tahutulisan itu. Tulisan Laila :
" Laila tadi siang ke sini.,mas Daud tidak dirumah. Laila sehat –sehat,
semoga mas Daud demikian pula. Salam saying selalu, LAILA ".
Daud meletakkan surat itu diatas meja belajarnya.
Herannya , dia tidak ada getaran apa – apa atas surat itu. Tidak
sebagaimana biasanya. Apakah karena dia sedang dirundung oleh mencari
pekerjaan ?
Laila rupanya sudah begitu kangen juga padanya. Malam itu ia tidak bisa
tidur dikamarnya. Ditinggalkannya kamar.
Dia keruang tengah. Satu – satunya lampu yang nyala hanyalah lampu baca.
Mungkin Papa barusan masuk tidur, karna surat kabar masih terhampar
dekat kursi yang terletak dekat lampu baca itu. Suasana benar – benar muram
oleh sinar lampu satu – satunya yang menyorot tajam kearah kursi yang biasa
diduduki Papanya.
Tiba – tiba Laila disergap oleh putusan nekat. Ia ingin lari dari rumah. Ia
sudah tak betah dengan rumah ini . Ia sudah benci. Dan itu takkan dilakukannya
malam ini. Ia ingin bicarakan dulu dengan mas Daud.
Besok pagi.
Ya, pagi sekali ia kerumah Daud, tapi Daud tidak ada. Laila pergi kekantor
Daud, hanya sebuah ucapan yang ia dapatkan : " Daud sudah berhenti ".
Laila menyesal sekali. Ia seakan – akan punya dugaan tepat, bahwa Daud
telah diberhentikan karna lalai tugas dan ini semua akibat sikap keluarga
difihak Laila.
Laila benar – benar menyesali orang tuanya. Daud telah menjadi korban
sikap mapan orang tua Laila.
Tiba – tiba saja Laila ingat Joana, teman akrabnya sejak SMP.
Dengan naik becak , ia sampai diujung gang yang menuju rumah Joana.
" Hei, kamu Laila ! "
Joana dipergokinya ketika tepat sedang berpelukan dengan pacarna. Di
rumahnya sendiri ia mendapat kebebasan begitu. Masih pagi lagi ! O, betapa
irihati Laila menggelantungi hatinya ketika melihat mesranya Joana dan
pacarnya.
" Laila, kamu nanti dating ya , dipesta perkawinan kami ", kata Joana.www.ac-zzz.tk
" jadi juga dengan Solomon nih ? "
" Ya ", kata Solomon, " Cinta kalau sudah ngebet , harus segera masuk
perkawinan ".
" Dari pada kececeran dijalanan ", kata Joana. Rupanya Solomon mau pergi,
ia melihat jam setiap saat.
" Saya pergi , joan ", kata Solomon menepuk kepala Joana.
" Wah, saya mengganggu nih ", kata Laila.
" Memang dia sudah berencana mau pergi ", kata Joana.
Salomon Tamomoan pun akhirnya menaiki sadel dan berseru dari atas
motornya : " Joan, ntar malem ya, jam 10 "
" Yuuuuuuuup ", sahut Joana melambai.
Laila benar – benar diterkam rasa iri hati : betapa mesranya Joana dan
Solomon . Mereka sudah akan kawin.
Joana memperhatikan wajah Laila yang murung. Laila mau dihiburnya
dengan bertanya : " Kamu kapan dengan Daud Waitulo ? "
" Belum tahu " sahut Laila.
" Bahaya lho pacaran lama – lama bisa nggak jadi ", kata Joana, " Tapi aneh
nya aku dan Sal bisa begini tahan lama. Kau tahu nggak, aku yang mendesak
kawin ".
" Sal sendiri ? " Tanya Laila.
" Dia si maunya siip dulu, baru kawin. Katanya tidak mau tergantung orang
tuanya. Tapi ternyata dia belon juga cari kerjaan . Kudesak saja : biar
sementara ditanggung orang tua. Nanti kalau sudah punya anak kan ada rejeki
kata orang – orang betawi ".
Joana paling pandai ngomong. Buat Laila inipun jadilah. Kalau sudah
ngomong Joana biasanya ceplosan terus ngomong tak ada habis – habisnya.
" yang ngebet itu saya ", kata Joana " Habis sudah bosen cium – ciuman
melulu. Paling banter pegang. Keluar. Pegang. Keluar. Kamu tau nggak, itu bisa
membuat kita jadi histeris . Maka daripada ngebet nggak karuan, ya lebih baik
kawin saja "
Laila sebenarnya kerang mengerti dengan istilah – istilah ceritanya Joana.
Tetapi ia menganggap Joana lebih berbahagia daripada nya.
" Kamu enak ", kata Laila. " Orang tua tidak merasa keberatan kalian
pacaran. Saya ? Uh. Dihalangi, Joan ! "
" Barang kali anyak sekarang ini orang tua mata duitan. Babe gue saja kalau
si Sal bukan orang kaya – anak orang kaya maksud gue – uhhhhh, kira – kira sih
pantatnya sudah ditendang keluar rumah ".
Joana ambil nafas sejenak, tapi meneruskan lagi :
" Orang tua gue kan bisa direken melarat disbanding orang tua kamu , Lail !
Orang – orang yang melarat kadang – kadang lebih mata duitan daripada orang
yang beduit ".
" Tapi babe gue sih lain ", kata Laila , " Mereka nenolak Daud dari soal dan
alas an yang tidak jelas. Pokoknya gue nggak boleh sama Daud ".
" Ude deh, kawin tamasya aja ", kata Joana seenaknya.
" Kawin tamasya gimana ?"
" Kamu muat di iklan, kawin tamasya . Lu – orang pada pegi deh ke kantor
catatan sipil. Beres. Akhirnya orang tuamu tokh mau akuin kalian sebagai suami
istri" , kata Joana.
" Aku nggak berani ", kata Laila, " Aku terlalu saying pada Mamaku ".
" Kalau nggak berani ya resikonya tanggung sendiri. Menderita bathinlah!
kayak gua . Lu tau nggak, begitu lama gua pacaran sama si Sal . Jangan kira
gue udah bolong, Lail ? gua masih suci, karena Sal diajarin mral keperawanan
oleh kakaknya. Kakaknya kan Pendeta ? Yaaaah, kadang – kadang gua sebel
juaga maen – maen diluar doing. Tapi syukurnya gue punya kebanggan :
Ditempat tidur penganten nanti gue masi perawan utuh. Sal masih Perjaka
tingting ".
Pendeknya pagi itu Joana cukup berbangga akan dirinya sendiri. Laila Cuma
menikmatinya dengan jakun turun naik : ngile .
Daud jarang kelihatan di rumah. Dan bilapun ia pulang , ia pulang setelah
malam larut . Bila suatu malam ia pulang, ia temukan secarik kertas
dimasukkan disela pintu. Ia tahutulisan itu. Tulisan Laila :
" Laila tadi siang ke sini.,mas Daud tidak dirumah. Laila sehat –sehat,
semoga mas Daud demikian pula. Salam saying selalu, LAILA ".
Daud meletakkan surat itu diatas meja belajarnya.
Herannya , dia tidak ada getaran apa – apa atas surat itu. Tidak
sebagaimana biasanya. Apakah karena dia sedang dirundung oleh mencari
pekerjaan ?
Laila rupanya sudah begitu kangen juga padanya. Malam itu ia tidak bisa
tidur dikamarnya. Ditinggalkannya kamar.
Dia keruang tengah. Satu – satunya lampu yang nyala hanyalah lampu baca.
Mungkin Papa barusan masuk tidur, karna surat kabar masih terhampar
dekat kursi yang terletak dekat lampu baca itu. Suasana benar – benar muram
oleh sinar lampu satu – satunya yang menyorot tajam kearah kursi yang biasa
diduduki Papanya.
Tiba – tiba Laila disergap oleh putusan nekat. Ia ingin lari dari rumah. Ia
sudah tak betah dengan rumah ini . Ia sudah benci. Dan itu takkan dilakukannya
malam ini. Ia ingin bicarakan dulu dengan mas Daud.
Besok pagi.
Ya, pagi sekali ia kerumah Daud, tapi Daud tidak ada. Laila pergi kekantor
Daud, hanya sebuah ucapan yang ia dapatkan : " Daud sudah berhenti ".
Laila menyesal sekali. Ia seakan – akan punya dugaan tepat, bahwa Daud
telah diberhentikan karna lalai tugas dan ini semua akibat sikap keluarga
difihak Laila.
Laila benar – benar menyesali orang tuanya. Daud telah menjadi korban
sikap mapan orang tua Laila.
Tiba – tiba saja Laila ingat Joana, teman akrabnya sejak SMP.
Dengan naik becak , ia sampai diujung gang yang menuju rumah Joana.
" Hei, kamu Laila ! "
Joana dipergokinya ketika tepat sedang berpelukan dengan pacarna. Di
rumahnya sendiri ia mendapat kebebasan begitu. Masih pagi lagi ! O, betapa
irihati Laila menggelantungi hatinya ketika melihat mesranya Joana dan
pacarnya.
" Laila, kamu nanti dating ya , dipesta perkawinan kami ", kata Joana.www.ac-zzz.tk
" jadi juga dengan Solomon nih ? "
" Ya ", kata Solomon, " Cinta kalau sudah ngebet , harus segera masuk
perkawinan ".
" Dari pada kececeran dijalanan ", kata Joana. Rupanya Solomon mau pergi,
ia melihat jam setiap saat.
" Saya pergi , joan ", kata Solomon menepuk kepala Joana.
" Wah, saya mengganggu nih ", kata Laila.
" Memang dia sudah berencana mau pergi ", kata Joana.
Salomon Tamomoan pun akhirnya menaiki sadel dan berseru dari atas
motornya : " Joan, ntar malem ya, jam 10 "
" Yuuuuuuuup ", sahut Joana melambai.
Laila benar – benar diterkam rasa iri hati : betapa mesranya Joana dan
Solomon . Mereka sudah akan kawin.
Joana memperhatikan wajah Laila yang murung. Laila mau dihiburnya
dengan bertanya : " Kamu kapan dengan Daud Waitulo ? "
" Belum tahu " sahut Laila.
" Bahaya lho pacaran lama – lama bisa nggak jadi ", kata Joana, " Tapi aneh
nya aku dan Sal bisa begini tahan lama. Kau tahu nggak, aku yang mendesak
kawin ".
" Sal sendiri ? " Tanya Laila.
" Dia si maunya siip dulu, baru kawin. Katanya tidak mau tergantung orang
tuanya. Tapi ternyata dia belon juga cari kerjaan . Kudesak saja : biar
sementara ditanggung orang tua. Nanti kalau sudah punya anak kan ada rejeki
kata orang – orang betawi ".
Joana paling pandai ngomong. Buat Laila inipun jadilah. Kalau sudah
ngomong Joana biasanya ceplosan terus ngomong tak ada habis – habisnya.
" yang ngebet itu saya ", kata Joana " Habis sudah bosen cium – ciuman
melulu. Paling banter pegang. Keluar. Pegang. Keluar. Kamu tau nggak, itu bisa
membuat kita jadi histeris . Maka daripada ngebet nggak karuan, ya lebih baik
kawin saja "
Laila sebenarnya kerang mengerti dengan istilah – istilah ceritanya Joana.
Tetapi ia menganggap Joana lebih berbahagia daripada nya.
" Kamu enak ", kata Laila. " Orang tua tidak merasa keberatan kalian
pacaran. Saya ? Uh. Dihalangi, Joan ! "
" Barang kali anyak sekarang ini orang tua mata duitan. Babe gue saja kalau
si Sal bukan orang kaya – anak orang kaya maksud gue – uhhhhh, kira – kira sih
pantatnya sudah ditendang keluar rumah ".
Joana ambil nafas sejenak, tapi meneruskan lagi :
" Orang tua gue kan bisa direken melarat disbanding orang tua kamu , Lail !
Orang – orang yang melarat kadang – kadang lebih mata duitan daripada orang
yang beduit ".
" Tapi babe gue sih lain ", kata Laila , " Mereka nenolak Daud dari soal dan
alas an yang tidak jelas. Pokoknya gue nggak boleh sama Daud ".
" Ude deh, kawin tamasya aja ", kata Joana seenaknya.
" Kawin tamasya gimana ?"
" Kamu muat di iklan, kawin tamasya . Lu – orang pada pegi deh ke kantor
catatan sipil. Beres. Akhirnya orang tuamu tokh mau akuin kalian sebagai suami
istri" , kata Joana.
" Aku nggak berani ", kata Laila, " Aku terlalu saying pada Mamaku ".
" Kalau nggak berani ya resikonya tanggung sendiri. Menderita bathinlah!
kayak gua . Lu tau nggak, begitu lama gua pacaran sama si Sal . Jangan kira
gue udah bolong, Lail ? gua masih suci, karena Sal diajarin mral keperawanan
oleh kakaknya. Kakaknya kan Pendeta ? Yaaaah, kadang – kadang gua sebel
juaga maen – maen diluar doing. Tapi syukurnya gue punya kebanggan :
Ditempat tidur penganten nanti gue masi perawan utuh. Sal masih Perjaka
tingting ".
Pendeknya pagi itu Joana cukup berbangga akan dirinya sendiri. Laila Cuma
menikmatinya dengan jakun turun naik : ngile .
Episode 6
Bila Laila pulang kerumah, ia mengharapkan pikiran tenteram. Tetapi rasa
risaunya muncul kembali bila Laila terlentang diatas ranjang. Dia iangat pada
mas Daud, mengapa ia berhenti bekerja ?
Seperti tiap malam sebelumnya, malam itupun Laila tidur sedikit. Cuma
pagi – pagi sekali Sarita menbangunkannya :
" Mas Daud datang ", kata Sarita.
" Papa sudah pergi ? " Tanya Laila cemas.
" Sudah "
" Mama ? "
" Lagi kepasar sama bibik "
" Oh, syukurlah ", kata Laila.
Laila keluar kamar setelah merapikan sisirannya . Begitu rindunya untuk
bertemu dengan Daud, sampai – sampai ia lang sung saja menemuinya.
" Kau kerumahku ? " Tanya Daud.
" Ya "
" Aku sudah ganti pekerjaan " kata Daud. " Sekarang kalau kau punya waktu,
mumpung Ibumu dan Papamu tidak ada, kita kerumahku.
Laila tertegun. Ia bertanya : " Sudah dikasih minum ? " Ah, nggak usah repot
– repot ", kata Daud , " Atau saya pergi duluan ? "
" Ya begitu saja ", kata Laila.
Daud buru – buru pergi dari rumah itu. Ada satu perubahan dilihat Laila :
Daud memakai skuter baru.
Ketika mandi Laila merasa bahagia sekali, karna ia selama ini ia mendo'akan
agar masa depan Daud cemerlang. Coba, seperti kemarin, mendengar Daud
berhenti, begitu besar kekecewaan Laila, karena dikiranya keberhentian mas
Daud di pengaruhi oleh kekacaubalauannya urusan – urusan pribadi mereka.
Pagi itu Laila berusaha berdandan secantik mungkin. Bukan itu saja, ia ingin
memperlihatkan dirinya lebih feminim – lebih wanita – satu – satunya selera
yang agung pada diri Daud.
Daud senang bila wanita itu pandai berdandan, pandai memberihkan rumah,
pandai memasak dan keibuan . Karena itu, Laila berdandan serapi mungkin, www.ac-zzz.tk
secantik mungkin, tetapi tidak memberi kesan dipoles dengan alat make up
yang berlebihan.
Benar, ketika ia muncul didepan rumah Daud, Daud berkata : " Bebera hari
nggak ketemu kau kelihatan cantik ".
" Thanks " kata Laila singkat.
" Singkatnya, aku berhenti dikantor dulu ", kata Daud ," Tetapi aku dapat
pekerjaan baru setelah melalui test interview, dan ditempatkan ditempat yang
baik. Besok mulai bekerja. Kondisi gaji bagus. Aku akan bekerja keras di kantor
baru ini, demi karirku, demi masa depanku. Yang ingin kucapai adalah kelak
menjadi direktur muda dikantor baru ini. Aku percaya aku bisa. Aku percaya
aku bisa hanya dengan do'a mu yang tulus. Demi masa depan kita ".
" Mas Daud masih memikirkan masa depan kita ?" Tanya Laila .
Dud Waitulo tercengang oleh pertanyaan itu. Tampak bola matanya tidak
memperlihatkan sinar apa – apa lagi, dan bertanya : " Apa kau akan dikawinkan
dengan orang lain ? "
Laila diam beberapa detik, tetapi beberapa itu menegangkang.
Ketegangan itu meledak juga akhirnya ketika Laila berkata : " Memang
begitulah kira – kira. Laila baru jelas apa motif Papa dan Mama menolak mas
Daud. Bukan karna warisan , juga bukan karna harta. Tapi sumpah diwaktu
muda antara Papa dan Mama dengan teman akrabnya : " Bahwa nanti mereka
akan saling ambil mantu ".
Daud terperangah. Ledakan itu tiba – tiba seakan membunuh jiwanya. Ia
seperti terpana untuk beberapa saat, duduk dengan bertopang dagu, dan
melirik Laila dua kali dengan tarikan nafas kedalam.
" Padahal saya akan melamarmu dalam minggu ini juga ", kata Daud.
" Kenapa ? "
" Entahlah. Dorongan bathin saya begitu ", kata Daud.
Laila diam , Daud diam . Tetapi ia melirik dua kali lagi pada Laila, dan
disambut Laila dengan pandangan. Sebelum Daud menduga yang bukan – bukan,
berkatalah Laila : " Saya akan minggat, benar anak – anak sekarang bila
menganggap orang tua sekarang egois ! Tidak egoiskah bila Papa dan Mama ku
mau mengawiniku dengan anak teman sekolahnya dulu karena sumpah diwaktu
muda ? Hanya mau sama – sama mendapatkan kesenangan ? "
" Kau kenal pemuda itu ? "
" Ada dua kali dating, Tetapi saya tak ambil perhatian. Kedatangan Om dan
Tante itu kerumahpun kelihatannya biasa – biasa saja. Atau mereka pintar
bersandiwara ", kata Laila.
Daud lebih terhempas. Dia bertanya : " Bila dipaksakan juga, kau bersedia ?"
" Saya minggat ",kata Laila.
Laila tiba – tiba saja menangis. Daud membujuknya : " Mungkin bukan jodoh
kita", dan dielus nya rambut Laila dengan penuh saying dan kelembutan. Terasa
nafas ciuman hidung Dud pada ubun – ubun Laila, terasa amt mesra sekali.
Terasa lebih perih suara Daud yang lembut : " Katakanlah kita tak jadi kawin.
Menjadi suami isteri. Katakanlah begitu . Tapi cintaku padamu tak berkurang.
Kita harus tetap saling mencintai ".
Laila tak tahan untuk minta didekap. Ketika Daud belum juga
mendekapinya, Laila mendekapinya sambil berkata : " Mereka tak tau rumah
ini. Aku tinggal dirumah ini saja, mas Daud ".
" Tetapi bila mereka melapor polisi, soal ini bisa jadi perkara besar ", kata
Daud.
" Oh, ya. Kau pun akan diseret ke pengadilan ", ujar Laila , " sedang kau
akan baru mulai dengan karier baru ".
" Aku masih penasaran " , kata Daud, " Beranikah kau memikul resiko, jika
aku potong ditengah jalan. Sebelum rencana mereka klop, aku melamar mu
saja ? "
Laila bangga dengan putusan ini . Katanya " Dulu aku bimbang, kini hatiku
padat. Aku akan hadapi kemarahan Papa sampai yang paling decil ".
Laila melirik , menghapus air mata, bertanya, " Kapan mas Daud akan dating
? "
" Saya akan dating mendadak ", kata Daud.
" Saya berani memberi tahu dulu pada Mama supaya jangan mengejutkan
betul ba gi mereka ", kata Laila.
" Itu juga baik" , kata Daud.
Kali ini Laila merasa mendapatkan dorongan bathin. Dipeluknya Daud
dengan hangat , dan dia berkata : " Papa dan Mama harus menanggungkan
kesalahan mereka. Aku tidak berdendam . Tetapi selama ini mereka tampak
berdiam diri kalau ku beri tahu bahan – bahan baju dan benang berwarna, alat –
alat menjahit segala itu kau yang belikan. Kalau mereka betul – betul punya
rencana , mereka harus menolak sejak pertama kau membelikan apa – apa buat
ku ".
" Itu tak usah kau bangkit lagi ", kata Daud, " hampir tiga tahun pacaran bagi
kita adalah latihan jiwa. Kalau kita bisa berangsur – angsur mengalah kan
rintangan, perkawinan kita kelak akan kuat ".
Laila menatap kemata Daud. Tatapan mata gadis yang memang sudah
membutuhkan pria sebagai suaminya. Daud mendekatinya, mengadu hidungnya
dengan hidung Laila. Mereka tampak sangat terangsang. Mereka berpagut dan
berciuman. Bibir Daud perlahan – lahan menyentuh bibir Laila. Sekecup
sekecup sekecup. Tetapi kemudian kecupan itu menempel satu sama lain, dan
mata Laila tertutup terbuka merasakan nikmatnya ciuman pria tercinta itu.
Bila Laila pulang kerumah, ia mengharapkan pikiran tenteram. Tetapi rasa
risaunya muncul kembali bila Laila terlentang diatas ranjang. Dia iangat pada
mas Daud, mengapa ia berhenti bekerja ?
Seperti tiap malam sebelumnya, malam itupun Laila tidur sedikit. Cuma
pagi – pagi sekali Sarita menbangunkannya :
" Mas Daud datang ", kata Sarita.
" Papa sudah pergi ? " Tanya Laila cemas.
" Sudah "
" Mama ? "
" Lagi kepasar sama bibik "
" Oh, syukurlah ", kata Laila.
Laila keluar kamar setelah merapikan sisirannya . Begitu rindunya untuk
bertemu dengan Daud, sampai – sampai ia lang sung saja menemuinya.
" Kau kerumahku ? " Tanya Daud.
" Ya "
" Aku sudah ganti pekerjaan " kata Daud. " Sekarang kalau kau punya waktu,
mumpung Ibumu dan Papamu tidak ada, kita kerumahku.
Laila tertegun. Ia bertanya : " Sudah dikasih minum ? " Ah, nggak usah repot
– repot ", kata Daud , " Atau saya pergi duluan ? "
" Ya begitu saja ", kata Laila.
Daud buru – buru pergi dari rumah itu. Ada satu perubahan dilihat Laila :
Daud memakai skuter baru.
Ketika mandi Laila merasa bahagia sekali, karna ia selama ini ia mendo'akan
agar masa depan Daud cemerlang. Coba, seperti kemarin, mendengar Daud
berhenti, begitu besar kekecewaan Laila, karena dikiranya keberhentian mas
Daud di pengaruhi oleh kekacaubalauannya urusan – urusan pribadi mereka.
Pagi itu Laila berusaha berdandan secantik mungkin. Bukan itu saja, ia ingin
memperlihatkan dirinya lebih feminim – lebih wanita – satu – satunya selera
yang agung pada diri Daud.
Daud senang bila wanita itu pandai berdandan, pandai memberihkan rumah,
pandai memasak dan keibuan . Karena itu, Laila berdandan serapi mungkin, www.ac-zzz.tk
secantik mungkin, tetapi tidak memberi kesan dipoles dengan alat make up
yang berlebihan.
Benar, ketika ia muncul didepan rumah Daud, Daud berkata : " Bebera hari
nggak ketemu kau kelihatan cantik ".
" Thanks " kata Laila singkat.
" Singkatnya, aku berhenti dikantor dulu ", kata Daud ," Tetapi aku dapat
pekerjaan baru setelah melalui test interview, dan ditempatkan ditempat yang
baik. Besok mulai bekerja. Kondisi gaji bagus. Aku akan bekerja keras di kantor
baru ini, demi karirku, demi masa depanku. Yang ingin kucapai adalah kelak
menjadi direktur muda dikantor baru ini. Aku percaya aku bisa. Aku percaya
aku bisa hanya dengan do'a mu yang tulus. Demi masa depan kita ".
" Mas Daud masih memikirkan masa depan kita ?" Tanya Laila .
Dud Waitulo tercengang oleh pertanyaan itu. Tampak bola matanya tidak
memperlihatkan sinar apa – apa lagi, dan bertanya : " Apa kau akan dikawinkan
dengan orang lain ? "
Laila diam beberapa detik, tetapi beberapa itu menegangkang.
Ketegangan itu meledak juga akhirnya ketika Laila berkata : " Memang
begitulah kira – kira. Laila baru jelas apa motif Papa dan Mama menolak mas
Daud. Bukan karna warisan , juga bukan karna harta. Tapi sumpah diwaktu
muda antara Papa dan Mama dengan teman akrabnya : " Bahwa nanti mereka
akan saling ambil mantu ".
Daud terperangah. Ledakan itu tiba – tiba seakan membunuh jiwanya. Ia
seperti terpana untuk beberapa saat, duduk dengan bertopang dagu, dan
melirik Laila dua kali dengan tarikan nafas kedalam.
" Padahal saya akan melamarmu dalam minggu ini juga ", kata Daud.
" Kenapa ? "
" Entahlah. Dorongan bathin saya begitu ", kata Daud.
Laila diam , Daud diam . Tetapi ia melirik dua kali lagi pada Laila, dan
disambut Laila dengan pandangan. Sebelum Daud menduga yang bukan – bukan,
berkatalah Laila : " Saya akan minggat, benar anak – anak sekarang bila
menganggap orang tua sekarang egois ! Tidak egoiskah bila Papa dan Mama ku
mau mengawiniku dengan anak teman sekolahnya dulu karena sumpah diwaktu
muda ? Hanya mau sama – sama mendapatkan kesenangan ? "
" Kau kenal pemuda itu ? "
" Ada dua kali dating, Tetapi saya tak ambil perhatian. Kedatangan Om dan
Tante itu kerumahpun kelihatannya biasa – biasa saja. Atau mereka pintar
bersandiwara ", kata Laila.
Daud lebih terhempas. Dia bertanya : " Bila dipaksakan juga, kau bersedia ?"
" Saya minggat ",kata Laila.
Laila tiba – tiba saja menangis. Daud membujuknya : " Mungkin bukan jodoh
kita", dan dielus nya rambut Laila dengan penuh saying dan kelembutan. Terasa
nafas ciuman hidung Dud pada ubun – ubun Laila, terasa amt mesra sekali.
Terasa lebih perih suara Daud yang lembut : " Katakanlah kita tak jadi kawin.
Menjadi suami isteri. Katakanlah begitu . Tapi cintaku padamu tak berkurang.
Kita harus tetap saling mencintai ".
Laila tak tahan untuk minta didekap. Ketika Daud belum juga
mendekapinya, Laila mendekapinya sambil berkata : " Mereka tak tau rumah
ini. Aku tinggal dirumah ini saja, mas Daud ".
" Tetapi bila mereka melapor polisi, soal ini bisa jadi perkara besar ", kata
Daud.
" Oh, ya. Kau pun akan diseret ke pengadilan ", ujar Laila , " sedang kau
akan baru mulai dengan karier baru ".
" Aku masih penasaran " , kata Daud, " Beranikah kau memikul resiko, jika
aku potong ditengah jalan. Sebelum rencana mereka klop, aku melamar mu
saja ? "
Laila bangga dengan putusan ini . Katanya " Dulu aku bimbang, kini hatiku
padat. Aku akan hadapi kemarahan Papa sampai yang paling decil ".
Laila melirik , menghapus air mata, bertanya, " Kapan mas Daud akan dating
? "
" Saya akan dating mendadak ", kata Daud.
" Saya berani memberi tahu dulu pada Mama supaya jangan mengejutkan
betul ba gi mereka ", kata Laila.
" Itu juga baik" , kata Daud.
Kali ini Laila merasa mendapatkan dorongan bathin. Dipeluknya Daud
dengan hangat , dan dia berkata : " Papa dan Mama harus menanggungkan
kesalahan mereka. Aku tidak berdendam . Tetapi selama ini mereka tampak
berdiam diri kalau ku beri tahu bahan – bahan baju dan benang berwarna, alat –
alat menjahit segala itu kau yang belikan. Kalau mereka betul – betul punya
rencana , mereka harus menolak sejak pertama kau membelikan apa – apa buat
ku ".
" Itu tak usah kau bangkit lagi ", kata Daud, " hampir tiga tahun pacaran bagi
kita adalah latihan jiwa. Kalau kita bisa berangsur – angsur mengalah kan
rintangan, perkawinan kita kelak akan kuat ".
Laila menatap kemata Daud. Tatapan mata gadis yang memang sudah
membutuhkan pria sebagai suaminya. Daud mendekatinya, mengadu hidungnya
dengan hidung Laila. Mereka tampak sangat terangsang. Mereka berpagut dan
berciuman. Bibir Daud perlahan – lahan menyentuh bibir Laila. Sekecup
sekecup sekecup. Tetapi kemudian kecupan itu menempel satu sama lain, dan
mata Laila tertutup terbuka merasakan nikmatnya ciuman pria tercinta itu.
Episode 7
Dia tidak merasa bahwa telapak tangan Daud sudah bergeser perlahan,
bembuat Laila merasa pori – pori didadanya mengembang.
" Mas Daud " , bisik Laila.
" Kalau mereka menolak gimana ?" Tanya Laila, dan memanglah kadangkala
jenis wanita adalah jenis mahluk yang lebih nekatdari pria. Tapi Laila tidak
mau mengucapkan apa yang dimaksudkannya denga nekaditu. Sebenarnya
memang wajar Laila tidak mau menyebutkannya. Betapapun tulus cintanya,
suci hatinya, jujur danterbuka seluruhnya, namun soal, yang itu, ia tidak wajib
mengatakanya . Itu memalukan.
" Aku juga nekad bisa ", kata Daud, memeluk Laila seerat – eratnya, " Tetapi
selagi masih bisa secara wajar, wajarlah. Bisa saja kita sama – sama pasrah. www.ac-zzz.tk
Akhirnya kau kuhamili. Kita bikin orang tuamu menyerah pada kenyataan
itu……".
Sama.
Ya. Sebetulnya itu yang dimaksudkan Laila dengan sebagai "nekad".
Memang sama begitulah yang Laila fikirkan. Cuma jika ada bedanya, Daud
adalah jenis kelamin pria yang suka bertele – tele, berbeda dengan Laila yang
dibatasi oleh naluri – naluri wanitanya untuk menyampaikan sikap kalbunya.
Dalam soal nekadnya, Laila lebih nekad mungkin di banding Daud. Sekarang pun
ia rela menyerahkan keperawanannya jika Daud betul – betul bersumpah untuk
ambil resiko. Begitulah . Cuma ini tidak diucapkan Laila kepada Daud.Dia Cuma
membiarkan Daud meraba tepi – tepinya, dan ia biarpun ingin dan ngebet,
tidak mau membiarkan Daud lebih jauh dari itu. Tetapi Laila selalu
membiarkan karena senang apabila Daud perlahan – lahan menanggalkan kaitan
bh-nya. Entah bagaimana, kadang – kadang sisa – sisa cukuran kumis Daud yang
masih numbuh dikit – dikit itu, menimbulkan suasana kecupan – kecupannya
lebih membangkitkan birahi, biarpun kadang – kadang Daud menggigit – gigit
kecit.
Hari itu Laila seakan – akan sudah ingin terus terang : Sekarang saja ! Ini
karena ia tersentuh oleh peningkatan kenikmatan yang membikin ia merintih
untuk menyampaikan rintihan penyerahannya. Tetapi Daud merupakan Pria
yang cukup mampu menahan diri dan tetap tidak menodai Laila. Dia benar –
benar ingin membuat Laila tetap perawan dimalam pengantin nanti, bila
lamaran disetujui tentu.
Ibu Laila jadi kaget mendengar hal yang disampaikan Laila.
" Edan sekali ! Apa kau tidak punya perasaan sudah kami bawa Richard
kesini ? kamu kira Papa da Mama Cuma orang tua – orang tua yang tidak serius ?
"
" Saya tidak mengatakan Papa dan Mama main – main " , bantah Laila, " Tapi
mas Daud akan kesini hari rabu untuk melamar. Cuma itu yang saya bilang ".
" Kapan kau ketemu dia ? " Tanya Ibunya agak bersuara kasar.
" Saya kerumahnya ", kata Laila.
" Kami akan malu dengan keluarga Richard ", kata sang Ibu.
" Saya tidak tertarik dengan Richard ", kata Laila.
' Anak sekarang pilihan nya memang yang blo'on , sama sekali tidak punya
selera elite. Yang kamu sukai tidak lain macam Daud, macam Daud macam
Daud itu lain tidak ! baiklah. Suruh ia dating kesini hari rabu tanggal 6 , dan
bilang kepadanya kami pasti menolak lamarannya ".
Tanpa diketahui oleh Ibunya Laila, sebenarnya telah ada diberanda saat itu
seorang tamu yang sudah dipersilahkan duduk oleh Sarita. Tamu itu tidak lain
adalah Richard.
Ibu Laila tiba – tiba merubah sikap marahnya menjadi berbaik – baik pada
tamunya: " Eh, Richard ada apa dick ? "
" Undangan makan malam dari papa dan mama ", kata Richard memberi
sepotong kartu nama ayahnya yang dibungkus amplop kecil dengan sedikit
pesan didalamnya.
" Tante musti bawa Laila , Dong ?" kata sang Ibu.
" Itu terserah Laila ", kata Richard.
Dari sudutu ruang makan Laila berkata perlahan, sopan, tapi kedengaran : "
Laila sorry ya Dick, nggak bisa pergi ".
Tetapi setelah dibentak – bentak oleh Ayahnya. Laila akhirnya berpakaian
juga untuk pergi memenuhi undangan makan malam oleh ayah dan ibu Richard.
Dalam mobil Laila bungkam seribubasa .
Tetapi dia bersikap ramah sewaktu berdapan dengan orang tua Richard.
Richard pun kelihatan agak gallant. Memang dia gantang dan begitu sopan
ketika berkata :
" Sementara yang tua kongkouw, kita kekebu ".
Laila gemeter dan ragu memenuhi ajakan itu . Tapi ia tampak sedikit aman
oleh sikap – sikap Richard.
" Maaf tadi kami lagi perang hebat ", kata Laila .
" Saya tau ", kata Richard.
" Katanya kamu mau melanjutkan study ke Amerika ? " , Tanya Laila.
" Maksudnya memang begitu ", kata Richard.
Laila kini siap untuk bertekat pasif. Dia duduk saja dikursi itu dengan sikap
tenang dan sopan, dan menanti Richard ngajak ngomong. Padahal ada soal yang
ingin dikemukakannya secara terus terang sekarang ini kepada Richard.
" Kau sudah punya pacar ? " Tanya Richard.
Laila kaget bagai mendengar bom. Richard mendorongnya lagi dengan
tandatanya : " sudah kan ? "
" Sudah "
" Boleh tau nama pacarmu ? "
" Boleh ", kata Laila.
" Siapa ? ", Tanya Richard, dengan suara tetap sopan.
" Daud ", kata Laila , " Daud Waitulo ".
" Bagus ", kata Richard, " Kamu jujur. Cewek – cewek sekarang ini lebihnya
dari cewek – cewek zaman orang tua kita adalah mengatakan sesuatu yang
jujur ".
" Ya, buat apa menipu diri sendiri ", tambah Laila.
" Memang mereka yang menipu diri sendiri adalah mereka yang tidak
berbahagia sampai kapanpun ", kata Richard.
Laila jadi tertarik. Dia ingin tahu apa maksud undangan makan malam ini. Ia
bertanya : " Kira – kira apa arah undangan makan malam ini ? "
" Mereka akan memantapkan pembicaraan mengenai perkawinan antara kau
dan saya ", kata Richard.
" Kau sendiri bagaimana ? ", Tanya Laila tak bisa menahan diri lagi.
Richard tertawa. Dia berkata sambil ketawa manis : " Kadang – kadang lucu
melihat orang – orang tua memikirkan sesuatu mengenai kita anak – anaknya .
Mereka mau menganggap kita ini seperti bola golf. Dipukul dengan stick jauh –
jauh. Mereka jalan santai mendekati tempat kita jatuh. Setelah dekat, mereka
memainkan kita dengan pukulan lambat untuk memasuki lobang yang kecil.
Kadang – kadang orang hidup suka mengabil sikap dengan benda apa yang
paling dekat dia. Dia memelihara anjjing, sikapnya kayak anjing. Dia www.ac-zzz.tk
memelihara tujuh babu dirumahnya, sikapnya ya jadi kayak 7 babu itu. Repot
nggak karuan ".
Dia tidak merasa bahwa telapak tangan Daud sudah bergeser perlahan,
bembuat Laila merasa pori – pori didadanya mengembang.
" Mas Daud " , bisik Laila.
" Kalau mereka menolak gimana ?" Tanya Laila, dan memanglah kadangkala
jenis wanita adalah jenis mahluk yang lebih nekatdari pria. Tapi Laila tidak
mau mengucapkan apa yang dimaksudkannya denga nekaditu. Sebenarnya
memang wajar Laila tidak mau menyebutkannya. Betapapun tulus cintanya,
suci hatinya, jujur danterbuka seluruhnya, namun soal, yang itu, ia tidak wajib
mengatakanya . Itu memalukan.
" Aku juga nekad bisa ", kata Daud, memeluk Laila seerat – eratnya, " Tetapi
selagi masih bisa secara wajar, wajarlah. Bisa saja kita sama – sama pasrah. www.ac-zzz.tk
Akhirnya kau kuhamili. Kita bikin orang tuamu menyerah pada kenyataan
itu……".
Sama.
Ya. Sebetulnya itu yang dimaksudkan Laila dengan sebagai "nekad".
Memang sama begitulah yang Laila fikirkan. Cuma jika ada bedanya, Daud
adalah jenis kelamin pria yang suka bertele – tele, berbeda dengan Laila yang
dibatasi oleh naluri – naluri wanitanya untuk menyampaikan sikap kalbunya.
Dalam soal nekadnya, Laila lebih nekad mungkin di banding Daud. Sekarang pun
ia rela menyerahkan keperawanannya jika Daud betul – betul bersumpah untuk
ambil resiko. Begitulah . Cuma ini tidak diucapkan Laila kepada Daud.Dia Cuma
membiarkan Daud meraba tepi – tepinya, dan ia biarpun ingin dan ngebet,
tidak mau membiarkan Daud lebih jauh dari itu. Tetapi Laila selalu
membiarkan karena senang apabila Daud perlahan – lahan menanggalkan kaitan
bh-nya. Entah bagaimana, kadang – kadang sisa – sisa cukuran kumis Daud yang
masih numbuh dikit – dikit itu, menimbulkan suasana kecupan – kecupannya
lebih membangkitkan birahi, biarpun kadang – kadang Daud menggigit – gigit
kecit.
Hari itu Laila seakan – akan sudah ingin terus terang : Sekarang saja ! Ini
karena ia tersentuh oleh peningkatan kenikmatan yang membikin ia merintih
untuk menyampaikan rintihan penyerahannya. Tetapi Daud merupakan Pria
yang cukup mampu menahan diri dan tetap tidak menodai Laila. Dia benar –
benar ingin membuat Laila tetap perawan dimalam pengantin nanti, bila
lamaran disetujui tentu.
Ibu Laila jadi kaget mendengar hal yang disampaikan Laila.
" Edan sekali ! Apa kau tidak punya perasaan sudah kami bawa Richard
kesini ? kamu kira Papa da Mama Cuma orang tua – orang tua yang tidak serius ?
"
" Saya tidak mengatakan Papa dan Mama main – main " , bantah Laila, " Tapi
mas Daud akan kesini hari rabu untuk melamar. Cuma itu yang saya bilang ".
" Kapan kau ketemu dia ? " Tanya Ibunya agak bersuara kasar.
" Saya kerumahnya ", kata Laila.
" Kami akan malu dengan keluarga Richard ", kata sang Ibu.
" Saya tidak tertarik dengan Richard ", kata Laila.
' Anak sekarang pilihan nya memang yang blo'on , sama sekali tidak punya
selera elite. Yang kamu sukai tidak lain macam Daud, macam Daud macam
Daud itu lain tidak ! baiklah. Suruh ia dating kesini hari rabu tanggal 6 , dan
bilang kepadanya kami pasti menolak lamarannya ".
Tanpa diketahui oleh Ibunya Laila, sebenarnya telah ada diberanda saat itu
seorang tamu yang sudah dipersilahkan duduk oleh Sarita. Tamu itu tidak lain
adalah Richard.
Ibu Laila tiba – tiba merubah sikap marahnya menjadi berbaik – baik pada
tamunya: " Eh, Richard ada apa dick ? "
" Undangan makan malam dari papa dan mama ", kata Richard memberi
sepotong kartu nama ayahnya yang dibungkus amplop kecil dengan sedikit
pesan didalamnya.
" Tante musti bawa Laila , Dong ?" kata sang Ibu.
" Itu terserah Laila ", kata Richard.
Dari sudutu ruang makan Laila berkata perlahan, sopan, tapi kedengaran : "
Laila sorry ya Dick, nggak bisa pergi ".
Tetapi setelah dibentak – bentak oleh Ayahnya. Laila akhirnya berpakaian
juga untuk pergi memenuhi undangan makan malam oleh ayah dan ibu Richard.
Dalam mobil Laila bungkam seribubasa .
Tetapi dia bersikap ramah sewaktu berdapan dengan orang tua Richard.
Richard pun kelihatan agak gallant. Memang dia gantang dan begitu sopan
ketika berkata :
" Sementara yang tua kongkouw, kita kekebu ".
Laila gemeter dan ragu memenuhi ajakan itu . Tapi ia tampak sedikit aman
oleh sikap – sikap Richard.
" Maaf tadi kami lagi perang hebat ", kata Laila .
" Saya tau ", kata Richard.
" Katanya kamu mau melanjutkan study ke Amerika ? " , Tanya Laila.
" Maksudnya memang begitu ", kata Richard.
Laila kini siap untuk bertekat pasif. Dia duduk saja dikursi itu dengan sikap
tenang dan sopan, dan menanti Richard ngajak ngomong. Padahal ada soal yang
ingin dikemukakannya secara terus terang sekarang ini kepada Richard.
" Kau sudah punya pacar ? " Tanya Richard.
Laila kaget bagai mendengar bom. Richard mendorongnya lagi dengan
tandatanya : " sudah kan ? "
" Sudah "
" Boleh tau nama pacarmu ? "
" Boleh ", kata Laila.
" Siapa ? ", Tanya Richard, dengan suara tetap sopan.
" Daud ", kata Laila , " Daud Waitulo ".
" Bagus ", kata Richard, " Kamu jujur. Cewek – cewek sekarang ini lebihnya
dari cewek – cewek zaman orang tua kita adalah mengatakan sesuatu yang
jujur ".
" Ya, buat apa menipu diri sendiri ", tambah Laila.
" Memang mereka yang menipu diri sendiri adalah mereka yang tidak
berbahagia sampai kapanpun ", kata Richard.
Laila jadi tertarik. Dia ingin tahu apa maksud undangan makan malam ini. Ia
bertanya : " Kira – kira apa arah undangan makan malam ini ? "
" Mereka akan memantapkan pembicaraan mengenai perkawinan antara kau
dan saya ", kata Richard.
" Kau sendiri bagaimana ? ", Tanya Laila tak bisa menahan diri lagi.
Richard tertawa. Dia berkata sambil ketawa manis : " Kadang – kadang lucu
melihat orang – orang tua memikirkan sesuatu mengenai kita anak – anaknya .
Mereka mau menganggap kita ini seperti bola golf. Dipukul dengan stick jauh –
jauh. Mereka jalan santai mendekati tempat kita jatuh. Setelah dekat, mereka
memainkan kita dengan pukulan lambat untuk memasuki lobang yang kecil.
Kadang – kadang orang hidup suka mengabil sikap dengan benda apa yang
paling dekat dia. Dia memelihara anjjing, sikapnya kayak anjing. Dia www.ac-zzz.tk
memelihara tujuh babu dirumahnya, sikapnya ya jadi kayak 7 babu itu. Repot
nggak karuan ".
Episode 8
Untuk yang pertama Laila menemukan tokoh Richard yang sejati dan
menarik. Laila ketewa mendengar perbandingan lucu yang di ucapkan Richard.
" Pernah kau dengar bukan ? orsng – orang tua kita dullu satu kelas di Mulo.
Lantas sama – sama satu kelas di AMS Solo. Mereka pacaran, mereka kawin.
Kawinnya pun setelah sama –sama lulus AMS. Lalu ibumu dan ibu saya sama –
sama hamil. Menghamili kamu dan menghamili saya. Ketika bayi lahir, bedanya
saya sedikit tua beberapa hari dari kau. Lalu mereka jumpa. Omong – omong
dan angkat sumpah : Kalau kita sama – sama panjang umur, anak kita akan kita
jodohkan : Dick dan Laila. Oh, nostalgia ! Semua orang tua sekarang ini otaknya
berisi nostalgia !.
Laila gembira. Lalu dia pancing dengan Tanya : " Kamu setuju kita menjadi
alat – alat impian , alat alat nostalgia mereka ? "
Richard tertawa, ketawanya enak. Laila senang dengan ketawa enak itu,
tapi itu membuatnya tegang beberapa detik. Kata Richard : " Saya ini punya
pacar, gadis America. Dulu orang tuanya dan dia tinggal di Jakarta sebagai Duta
Besar. Dia mendesak saya ke America, sambil nerusin pelajaran, juga ngajak
kawin. Na ini orang – orang tua kuta nggak ngerti : Kamu sudah punya Daud.
Sayapun sudah punya Elizabeth ".
" Apa yang bisa kita buat sekarang ? " pancing Laila.
" Kamu tinggal diam saja ", kata Richard, " Pada waktu saya diajak mama
dan papa ke rumah kamu, melihat sikap kamu yang dingin kepada saya, saya
pun juga sudah maklum kalau kamu sudah punya kekasih. Itu bukan berarti
kamu benci saya, tentu tidak. Tetapi lain toh, cewek yang sudah punya pacar
tetap atau yang belum ? ", Richard ketawa enak lagi, disambut dengan enak
pula ketawanya Laila. Laila gembira karna inilah salah satu cara lain untuk
mengatakan pada generasi tua, bahwa generasi muda bisa mengurus diri
sendiri.
" Saya akan bilang ini malam juga ", kata Richard.
Lalu pelayan muncul : " Tuan Dick, silahkan ke dalam ".
Pelayan itu pergi , Richard berkata : " Itu babu No. 4 bagian panggil –
panggil untuk makan. O, nostalgia mau meniru zaman Belanda yang mama
mereka itu minder kepada Belanda semasa mereka masih di Mulo dan AMS ! ".
Lalu muncul lagi pelayan, membersihkan minuman dimeja kebun itu. Begitu
pelayan pergi Richard memberi komentar: " Ini pelayan No. 5, kerjanya angkut
–angkut gelas begitu ada pemberitahuan dari pelayan No. 4 tadi. Siklus rumah
kami ibarat mesin. Tujuh pelayan secara rutin mendengar bell – bell dengan
suara tertentu, dan mereka menjadi mesin komputer keluarga kami yang, yang,
yang bahagia ".
Lalu Richard mengajak Laila : " Mari ikut rame – rame dengan impian
mereka. Malam ini setelah kamu pulang, saya akan jadi pemberontak. Seolah –
olah saya meledakkan bom yang akan bikin papah dan mamah saya semaput ".
Benar.
Itu terjadi.
Richard berangkat ke America hanya seminggu setelah makan malam
bersama itu. Papa dan Mama Richard dating ke rumah Laila, dan akhirnya
mereka bertangisan bersama – sama.
Impian mereka lenyap setelah bertahun – tahun mereka pelihara sebagai
ramuan sebuah nostalgia.
Tetapi tiadak urung, Laila kaget juga ketika mas Daud dating hari rabu
tanggal 6. Papa mau Mama menolak lamaran Daud . Katanya : " Laila akan
melanjutkan study lagi , dan kami kira dia baru akan akmi setujui untuk kawin
di umur 25 tahun ".
Buat Daud sakit sekali.
Tetapi tidak diceritakan disini mengapa akhirnya Daud dan Laila akhirnya
kawin tanpa restu Papa dan Mama Laila. Itu tidak akan diceritakan sekarang ,
karna nanti Laila akan bercerita sendiri.
Sekarang biarpun sangat singkat, akan diceritakan juga betapa merintihnya
Laila ketika ia menyerahkan mahkota kesuciannya kepada Daud, sebagai
suaminya yang syah.
Sakit . Tapi nikmat.
Dan terpaksa diceritakan dengan singkat…………………
Untuk yang pertama Laila menemukan tokoh Richard yang sejati dan
menarik. Laila ketewa mendengar perbandingan lucu yang di ucapkan Richard.
" Pernah kau dengar bukan ? orsng – orang tua kita dullu satu kelas di Mulo.
Lantas sama – sama satu kelas di AMS Solo. Mereka pacaran, mereka kawin.
Kawinnya pun setelah sama –sama lulus AMS. Lalu ibumu dan ibu saya sama –
sama hamil. Menghamili kamu dan menghamili saya. Ketika bayi lahir, bedanya
saya sedikit tua beberapa hari dari kau. Lalu mereka jumpa. Omong – omong
dan angkat sumpah : Kalau kita sama – sama panjang umur, anak kita akan kita
jodohkan : Dick dan Laila. Oh, nostalgia ! Semua orang tua sekarang ini otaknya
berisi nostalgia !.
Laila gembira. Lalu dia pancing dengan Tanya : " Kamu setuju kita menjadi
alat – alat impian , alat alat nostalgia mereka ? "
Richard tertawa, ketawanya enak. Laila senang dengan ketawa enak itu,
tapi itu membuatnya tegang beberapa detik. Kata Richard : " Saya ini punya
pacar, gadis America. Dulu orang tuanya dan dia tinggal di Jakarta sebagai Duta
Besar. Dia mendesak saya ke America, sambil nerusin pelajaran, juga ngajak
kawin. Na ini orang – orang tua kuta nggak ngerti : Kamu sudah punya Daud.
Sayapun sudah punya Elizabeth ".
" Apa yang bisa kita buat sekarang ? " pancing Laila.
" Kamu tinggal diam saja ", kata Richard, " Pada waktu saya diajak mama
dan papa ke rumah kamu, melihat sikap kamu yang dingin kepada saya, saya
pun juga sudah maklum kalau kamu sudah punya kekasih. Itu bukan berarti
kamu benci saya, tentu tidak. Tetapi lain toh, cewek yang sudah punya pacar
tetap atau yang belum ? ", Richard ketawa enak lagi, disambut dengan enak
pula ketawanya Laila. Laila gembira karna inilah salah satu cara lain untuk
mengatakan pada generasi tua, bahwa generasi muda bisa mengurus diri
sendiri.
" Saya akan bilang ini malam juga ", kata Richard.
Lalu pelayan muncul : " Tuan Dick, silahkan ke dalam ".
Pelayan itu pergi , Richard berkata : " Itu babu No. 4 bagian panggil –
panggil untuk makan. O, nostalgia mau meniru zaman Belanda yang mama
mereka itu minder kepada Belanda semasa mereka masih di Mulo dan AMS ! ".
Lalu muncul lagi pelayan, membersihkan minuman dimeja kebun itu. Begitu
pelayan pergi Richard memberi komentar: " Ini pelayan No. 5, kerjanya angkut
–angkut gelas begitu ada pemberitahuan dari pelayan No. 4 tadi. Siklus rumah
kami ibarat mesin. Tujuh pelayan secara rutin mendengar bell – bell dengan
suara tertentu, dan mereka menjadi mesin komputer keluarga kami yang, yang,
yang bahagia ".
Lalu Richard mengajak Laila : " Mari ikut rame – rame dengan impian
mereka. Malam ini setelah kamu pulang, saya akan jadi pemberontak. Seolah –
olah saya meledakkan bom yang akan bikin papah dan mamah saya semaput ".
Benar.
Itu terjadi.
Richard berangkat ke America hanya seminggu setelah makan malam
bersama itu. Papa dan Mama Richard dating ke rumah Laila, dan akhirnya
mereka bertangisan bersama – sama.
Impian mereka lenyap setelah bertahun – tahun mereka pelihara sebagai
ramuan sebuah nostalgia.
Tetapi tiadak urung, Laila kaget juga ketika mas Daud dating hari rabu
tanggal 6. Papa mau Mama menolak lamaran Daud . Katanya : " Laila akan
melanjutkan study lagi , dan kami kira dia baru akan akmi setujui untuk kawin
di umur 25 tahun ".
Buat Daud sakit sekali.
Tetapi tidak diceritakan disini mengapa akhirnya Daud dan Laila akhirnya
kawin tanpa restu Papa dan Mama Laila. Itu tidak akan diceritakan sekarang ,
karna nanti Laila akan bercerita sendiri.
Sekarang biarpun sangat singkat, akan diceritakan juga betapa merintihnya
Laila ketika ia menyerahkan mahkota kesuciannya kepada Daud, sebagai
suaminya yang syah.
Sakit . Tapi nikmat.
Dan terpaksa diceritakan dengan singkat…………………
Episode 9
PERKAWINAN Laila dan Daud Waitulo hampir saja mengalami goncangan.
Baik Laila maupun Daud tidak pernah menginginkan hal ini. Dan kedua suami
istri ini, sedikitpun tidak menduga, bahwa kegoncangan itu akan dating diam –
diam . Karena mereka telah k awin tiga tahun lamanya. Dan tiap tahun selalu
mereka rayakan dengan bersepi – sepi , berdua saja, dalam samar cahaya
lampu lilin besar yang sengaja mereka beli sehari sebelum hari ulang tahun
perkawinan itu.
Anehnya , hari perkawinan ulang tahun mereka tidak pernah dating pada
hari minggu. Padahal, Daud sangat ingin suatu hari akan jatuh pada hari
minggu, sehingga ia pernah berkata : " Kalau jatuh dihari minggu, aku kepingin
sejak pagi menemani kau memasak didapur. Bahkan ikut memilih tablak meja
tempat kita menaruh makanan pada hari itu ".
" Coba kita lihat kalender tahun depan ", kata Laila.
Daud Waitulo buru – buru mengambil buku harian kantornya yang
mempunyai kalender tahun berikutnya. Daud berseru dari kamar : " Laila !
Seperti menang lotere , tahun depan jatuh hari minggu ! " kata Daud seraya
memperlihatkan kalender di buku harian kantornya.
Laila menepuk punggung Daud dengan senangnya : " Kau seperti orang yang
dicintai Tuhan . Segala yang kau minta selalu dikabulkan ".
Ketika itu , Daud berkata dalam hatinya : Hanya satu lagi permintaanku
yang belum dikabulkan Tuhan. Yaitu seorang anak dari kandungan Laila.
Namun kata – kata hatinya itu tidak diucapkannya kepada Laila. Baik ketika
enam bulan mereka membangun rumah tangga. Maupun setahun, dua tahun,
dan kini telah tiga tahun sebagai suami isteri. Daud takut, Laila bisa
tersinggung jika keinginannya ini melukai hati isterinya.
Dan, pada hari ulang tahun yang ke tiga itupun berlalu dengan senyuman
bahagia. Mereka sama – sama meniup tiga batang lilin besar. Dan minum the.
Kemudian menikmati makan malambersama.
Ketika makan malam, keduanya masih melontarkan kenangan – kenangan
indah semasa pacaran, dan hari – hari indah dipermulaan mereka hidup
bersama dibawah satu atap, dirumah ini. Laila masih ingat, dimalam ke dua
mereka pergi nonton bersama di bioskop Megaria. Dan pulangnya membeli sate
madura, dan makan berdua diteras samping. Malam itu meeka berdua tidur
agak lambat, dan karena banyak nyamuk, Daud sempat menyemprot nyamuk –
nyamuk itu .
" Ingatkah apa yang kau katakan sehabis menyemprot nyamuk itu, mas Daud
? " Tanya Laila. Daud rupanya masih ingat. Terbukti ia mengucapkan kata – kata
itu persis sekali. Kata Daud : " Kukatakan padamu : Jangan biarkan mereka
mengintip kita berpeluk dalam kelambu ".
Laila tertawwa. Dan malam itu mereka mencari lagi lelucon – leluconindah
di tahun – tahun yang silam sampai akhirnya mereka sama mengantuk .
Menjelang tidur, Daud berkata : " Semoga tahun depan aku bisa menggendong
bayi ".
Laila terkejut mendengar kata – kata itu . Ia yang sudah mengantuk jadi
terjaga kembali. Untuk pertama kali ia mendengar Daud ingin punya anak.
Selama ini Laila takut apabila Daud suatu saat akan mengatakan hal itu sebagai
suatu ketagihan. Sebab tidak sedikit sejarah wanita sebagai isteri senantiasa
menjadi biang keladi apabila tidak bisa hamil. Hanya wanita yang dianggap
mandul. Ini lah yang ditakutkan Laila selama tiga tahun tidak hamil – hamil jua.
Dan yang ditakutkannya akhirnya muncul dimalam yang tadi amat
menyenangkan itu .
Daud menyadari ia tidak sengaja mengucapkan kata – kata itu. Ia benar –
benar terlanjur mengatakannya. Ia buru – buru berkata : " Maafkan aku
terlanjur berkata demikian ".
" Kau tak salah ", kata Laila , " Karena tiap suami ingin mendapat identitas
sebagai seorang ayah ".
" Tapi aku seharusnya tidak mengucapkannya ", kata Daud.
" Ada baiknya itu kau ucapkan, mas. Apabila semua itu kau simpan – simpan
dibawah permukaan hatimu, suatu saat ia akan muncul juga ".
Daud tetap merasa bersalah. Ia tidak berkata apa – apa lagi. Tapi rupanya
Laila melanjutkan kata – katanya lagi : " Kau belum terlambat apabila kau
ucapkan itu sekarang. Apabila kita telah memasuki perkawinan kita sampai
lima belas tahun , aku keburu berusia 40 tahun , dan tidak ada harapan lagi
punya anak . Sekarang aku masih punya harapan untuk hamil ".
Daud merasa sedih pada diri sendiri . Rupanya kata – katanya tadi sangat
menyinggung perasaan Laila. Ia tak bisa mencabut kata – kata itu lagi Cuma
dengan maaf. Karna itu ia mengambil kebijaksanaan . Ia berkata : " Lupakan,
setidak - tidaknya untuk malam ini . Tidur lah dengan perasaan bersih ,
sebersih dimalam pertama pernikahan kita ".
Laila akhirnya menyadari bahwa ia terlalu emosi menerima kata – kata Daud
yang terlanjur itu. Tetapi ketika ia memejamkan mata hampir satu jam
lamanya, yang terasa bukanlah perasaan bersih dan tenteram , melainkan air
mata yang melelehi pipinya. Ia menghela nafas dalam – dalam . Dan ia
membangunkan Daud yang sudah tidur nyenyak. Suaminya kaget dibangunkan.
" Hei , kau belum tidur " , kata Daud.
" Ya…..'
Daud melihat air mata Laila meleleh. Dan dipeluknya Daud erat – erat.
" Kenapa kau menangis ? kau tidak mau memaafkan keterlanjuranku ? "
Tanya Daud .
" Aku telah memaafkannya tapi aku takut kau meninggalkanku karena aku
tidak bisa melanjutkan turunan " , kata Laila.
" Kau terlalu main perasaan ", kata Daud, Laila. Percayalah, aku tidak
pernah berfikir seperti yang kau duga. Kita berdua sudah cukup bahagia. Sekali
lagi maafkanlah aku ".
Didekapnya Laila lagi. Diciuminya kening dan pipi Laila dengan mesra.
Tetapi betapapun jua, pada malam itu adalah awal dari kegoncangan
perkawinan mereka yang senantiasa rukun selama tiga tahun ini.
Daud yang pintar menjaga perasaan isterinya, tidak pernah bersikap seolah –
olah ia pernah mengucapkan kata – kata yang menyinggung isterinya itu. Ia
berbuat biasa saja. Bahkan sepulang dari kantor ia perlukan mampir di took kue
. Dan dengan bersemangat ia menyampaikan kue yang khusus di belinya untuk
isterinya itu : " Aku mimpi bagus semalam. Kuminta kau yang mencoba kue ini
dulu . Aku yang berikutnya ".
Dua hari setelah itu Daud mempir disebuah took pakaian . Ia tak ingin
membelikan pakaian untuk Laila. Ia tiba – tiba melihat sandal yang bagus. Ia
membelinya. Laila kaget dibawakan oleh – oleh sandal itu. Ia segera
mencobanya. Dan berjalan mondar – mandir dengan sikap seperti peragawati ,
tetapi itu dengan maksud menyenangkan hati Daud. Daud tergelak – gelak oleh
lelucon Laila itu.
" Aku tambah cantik ? "
" Kau membuatku bernafsu " , kata Daud.
Pada mulanya Daud bercanda . Tapi ucapan itu terseret ke tempat tidur.
Dan keduanya bergelut – gelut diatas tempat tidur seperti pengantin baru. Bila
kemudian Daud pergi kekamar mandi, Laila masih saja menggeletak letih
dipermukaan kasur yang sudah kusut itu, yang sepreinya sudah berjatuhan
sebagian kelantai.
Laila heran tak mungkin Daud yang mandul. Ia selalu memperlihatkan
gairah, dan mampu melaksanakan tugasnya selaku suami yang normal. Pada
mulanya hal ini tersimpan dikepala Laila saja. Tak pernah ia dengan sengaja
ngobrol dengan teman dekatnya mengenai urusan sex suaminya dan dirinya.
Tapi muncul saja teman lamanya yang mau menawarkan rumah yang akan
dijual.
" Mungkin suamimu perlu diperiksakan ke dokter apakah ia normal , Laila ? "
Tanya teman lamanya itu.
PERKAWINAN Laila dan Daud Waitulo hampir saja mengalami goncangan.
Baik Laila maupun Daud tidak pernah menginginkan hal ini. Dan kedua suami
istri ini, sedikitpun tidak menduga, bahwa kegoncangan itu akan dating diam –
diam . Karena mereka telah k awin tiga tahun lamanya. Dan tiap tahun selalu
mereka rayakan dengan bersepi – sepi , berdua saja, dalam samar cahaya
lampu lilin besar yang sengaja mereka beli sehari sebelum hari ulang tahun
perkawinan itu.
Anehnya , hari perkawinan ulang tahun mereka tidak pernah dating pada
hari minggu. Padahal, Daud sangat ingin suatu hari akan jatuh pada hari
minggu, sehingga ia pernah berkata : " Kalau jatuh dihari minggu, aku kepingin
sejak pagi menemani kau memasak didapur. Bahkan ikut memilih tablak meja
tempat kita menaruh makanan pada hari itu ".
" Coba kita lihat kalender tahun depan ", kata Laila.
Daud Waitulo buru – buru mengambil buku harian kantornya yang
mempunyai kalender tahun berikutnya. Daud berseru dari kamar : " Laila !
Seperti menang lotere , tahun depan jatuh hari minggu ! " kata Daud seraya
memperlihatkan kalender di buku harian kantornya.
Laila menepuk punggung Daud dengan senangnya : " Kau seperti orang yang
dicintai Tuhan . Segala yang kau minta selalu dikabulkan ".
Ketika itu , Daud berkata dalam hatinya : Hanya satu lagi permintaanku
yang belum dikabulkan Tuhan. Yaitu seorang anak dari kandungan Laila.
Namun kata – kata hatinya itu tidak diucapkannya kepada Laila. Baik ketika
enam bulan mereka membangun rumah tangga. Maupun setahun, dua tahun,
dan kini telah tiga tahun sebagai suami isteri. Daud takut, Laila bisa
tersinggung jika keinginannya ini melukai hati isterinya.
Dan, pada hari ulang tahun yang ke tiga itupun berlalu dengan senyuman
bahagia. Mereka sama – sama meniup tiga batang lilin besar. Dan minum the.
Kemudian menikmati makan malambersama.
Ketika makan malam, keduanya masih melontarkan kenangan – kenangan
indah semasa pacaran, dan hari – hari indah dipermulaan mereka hidup
bersama dibawah satu atap, dirumah ini. Laila masih ingat, dimalam ke dua
mereka pergi nonton bersama di bioskop Megaria. Dan pulangnya membeli sate
madura, dan makan berdua diteras samping. Malam itu meeka berdua tidur
agak lambat, dan karena banyak nyamuk, Daud sempat menyemprot nyamuk –
nyamuk itu .
" Ingatkah apa yang kau katakan sehabis menyemprot nyamuk itu, mas Daud
? " Tanya Laila. Daud rupanya masih ingat. Terbukti ia mengucapkan kata – kata
itu persis sekali. Kata Daud : " Kukatakan padamu : Jangan biarkan mereka
mengintip kita berpeluk dalam kelambu ".
Laila tertawwa. Dan malam itu mereka mencari lagi lelucon – leluconindah
di tahun – tahun yang silam sampai akhirnya mereka sama mengantuk .
Menjelang tidur, Daud berkata : " Semoga tahun depan aku bisa menggendong
bayi ".
Laila terkejut mendengar kata – kata itu . Ia yang sudah mengantuk jadi
terjaga kembali. Untuk pertama kali ia mendengar Daud ingin punya anak.
Selama ini Laila takut apabila Daud suatu saat akan mengatakan hal itu sebagai
suatu ketagihan. Sebab tidak sedikit sejarah wanita sebagai isteri senantiasa
menjadi biang keladi apabila tidak bisa hamil. Hanya wanita yang dianggap
mandul. Ini lah yang ditakutkan Laila selama tiga tahun tidak hamil – hamil jua.
Dan yang ditakutkannya akhirnya muncul dimalam yang tadi amat
menyenangkan itu .
Daud menyadari ia tidak sengaja mengucapkan kata – kata itu. Ia benar –
benar terlanjur mengatakannya. Ia buru – buru berkata : " Maafkan aku
terlanjur berkata demikian ".
" Kau tak salah ", kata Laila , " Karena tiap suami ingin mendapat identitas
sebagai seorang ayah ".
" Tapi aku seharusnya tidak mengucapkannya ", kata Daud.
" Ada baiknya itu kau ucapkan, mas. Apabila semua itu kau simpan – simpan
dibawah permukaan hatimu, suatu saat ia akan muncul juga ".
Daud tetap merasa bersalah. Ia tidak berkata apa – apa lagi. Tapi rupanya
Laila melanjutkan kata – katanya lagi : " Kau belum terlambat apabila kau
ucapkan itu sekarang. Apabila kita telah memasuki perkawinan kita sampai
lima belas tahun , aku keburu berusia 40 tahun , dan tidak ada harapan lagi
punya anak . Sekarang aku masih punya harapan untuk hamil ".
Daud merasa sedih pada diri sendiri . Rupanya kata – katanya tadi sangat
menyinggung perasaan Laila. Ia tak bisa mencabut kata – kata itu lagi Cuma
dengan maaf. Karna itu ia mengambil kebijaksanaan . Ia berkata : " Lupakan,
setidak - tidaknya untuk malam ini . Tidur lah dengan perasaan bersih ,
sebersih dimalam pertama pernikahan kita ".
Laila akhirnya menyadari bahwa ia terlalu emosi menerima kata – kata Daud
yang terlanjur itu. Tetapi ketika ia memejamkan mata hampir satu jam
lamanya, yang terasa bukanlah perasaan bersih dan tenteram , melainkan air
mata yang melelehi pipinya. Ia menghela nafas dalam – dalam . Dan ia
membangunkan Daud yang sudah tidur nyenyak. Suaminya kaget dibangunkan.
" Hei , kau belum tidur " , kata Daud.
" Ya…..'
Daud melihat air mata Laila meleleh. Dan dipeluknya Daud erat – erat.
" Kenapa kau menangis ? kau tidak mau memaafkan keterlanjuranku ? "
Tanya Daud .
" Aku telah memaafkannya tapi aku takut kau meninggalkanku karena aku
tidak bisa melanjutkan turunan " , kata Laila.
" Kau terlalu main perasaan ", kata Daud, Laila. Percayalah, aku tidak
pernah berfikir seperti yang kau duga. Kita berdua sudah cukup bahagia. Sekali
lagi maafkanlah aku ".
Didekapnya Laila lagi. Diciuminya kening dan pipi Laila dengan mesra.
Tetapi betapapun jua, pada malam itu adalah awal dari kegoncangan
perkawinan mereka yang senantiasa rukun selama tiga tahun ini.
Daud yang pintar menjaga perasaan isterinya, tidak pernah bersikap seolah –
olah ia pernah mengucapkan kata – kata yang menyinggung isterinya itu. Ia
berbuat biasa saja. Bahkan sepulang dari kantor ia perlukan mampir di took kue
. Dan dengan bersemangat ia menyampaikan kue yang khusus di belinya untuk
isterinya itu : " Aku mimpi bagus semalam. Kuminta kau yang mencoba kue ini
dulu . Aku yang berikutnya ".
Dua hari setelah itu Daud mempir disebuah took pakaian . Ia tak ingin
membelikan pakaian untuk Laila. Ia tiba – tiba melihat sandal yang bagus. Ia
membelinya. Laila kaget dibawakan oleh – oleh sandal itu. Ia segera
mencobanya. Dan berjalan mondar – mandir dengan sikap seperti peragawati ,
tetapi itu dengan maksud menyenangkan hati Daud. Daud tergelak – gelak oleh
lelucon Laila itu.
" Aku tambah cantik ? "
" Kau membuatku bernafsu " , kata Daud.
Pada mulanya Daud bercanda . Tapi ucapan itu terseret ke tempat tidur.
Dan keduanya bergelut – gelut diatas tempat tidur seperti pengantin baru. Bila
kemudian Daud pergi kekamar mandi, Laila masih saja menggeletak letih
dipermukaan kasur yang sudah kusut itu, yang sepreinya sudah berjatuhan
sebagian kelantai.
Laila heran tak mungkin Daud yang mandul. Ia selalu memperlihatkan
gairah, dan mampu melaksanakan tugasnya selaku suami yang normal. Pada
mulanya hal ini tersimpan dikepala Laila saja. Tak pernah ia dengan sengaja
ngobrol dengan teman dekatnya mengenai urusan sex suaminya dan dirinya.
Tapi muncul saja teman lamanya yang mau menawarkan rumah yang akan
dijual.
" Mungkin suamimu perlu diperiksakan ke dokter apakah ia normal , Laila ? "
Tanya teman lamanya itu.
Episode 10
Laila membantah. Temannya mengutik – ngutik sampai mendetail, dan
sambil ketawa –ketawa malu Laila terpaksa menceritakannya. Lalu kemudian ia
menyimpilkan sendiri ," Mungkin sayalah yang mandul ".
" Baiknya kau periksa ke dokter ", kata temannya.
Mulanya Laila takut untuk menyampaikan anjuran ini kepada suaminya.
Tetapi kesempatan itu ditemukannya. Ini ketika mereka bercanda sehabis
nonton film. Laila berkata : " Mengapa aku harus takut kepada penyakit ?
seperti pasien dalam film tadi, betapa lucunya ketika ia diperiksa dokter" , dan
Laila sengaja tertawa terkikik – kikik , lantas berkata : " Aku pun tida perlu
malu untuk memeriksakan diri ke dokter apakahaku ini mandul atau bagaimana
".
Daud yang mulanya tertawa jadi terdiam. Ditatapnya Laila. Laila
menatapnya dengan sedikit sisa senyum.
Daud tahu kini , kata – kata tak sengajanya malam dulu itu rupanya
membebani hati Laila. Ia melangkah mendekati Laila. Didekapnya erat – erat
isterinya itu. Ia berkata seakan –akan berbisik : " Rupanya soal kau harus hamil
itu menjadikan kau dicengkram cemas. Sungguh aku benar – benar tidak
memikirkannya lagi. Aku cukup berbahagia dengan keadaan kita sekarang ".
Laila hanya berdiam diri. Menjelang tidur dikatakannya lagi pada Daud : "
Besok sore sepulangnya kau dari kantor, mas, antarkan aku ke dokter
kandungan ".
" Laila !" seru Daud kaget lagi.
" Ya, kini aku yang ingin menjadi ibu ", kata Laila.
Dan begitu Daud kembali dari kantor, Laila mengingatkannya lagi untuk
mengantarkan dia ke dokter kandungan. Pemeriksaan itu begitu teliti ,
sehingga Daud Waitulo kini yang gelisah. Ia tak percaya ketika dokter
kandungan berkata : " Istreri anda tidak mandul sama sekali. Mendengar cerita
isteri anda, bahwa ibunya pun terlambat punya anak, dan anak nya amat
jarang, dan pemeriksaan saya sementara membuktikan, bahwa kalian berdua
bisa bersabar ".
" Tetapi saya sama sekali tidakmemaksa dirinya agar mengandung ", kata
Daud yang kuatir ia dilibatkan Laila sebagai suami yang menuntutkehamilan
Laila. Pada mulanya Daud enggan untuk diperiksa, karna sekali lagi ia berkata,
ia tidak terlalu memaksa agar Laila mengandung, Ia cukup bahagia dengan
perkawinan yang telah berlangsung bahagia. Tapi Daud menyerah atas
permintaan isterinya. Ia pun ikut diperiksa.
Dan ternyata Daud pun tidak punya kelainan untuk disebut mandul. Namun
Laila cukup puas . Daud mendengar sendiri dari dokter bahwa Laila tidaklah
mandul. Beban pikiran yang senja itu telah dilempar jauh, membuat Laila
berbahagia sekali di malam itu dalam pelukan suaminya.
Tetapi menjelang tahun ke empat perkawinan nya, bayi yang kini diharap –
harap Laila tidak juga memperlihatkan tanda – tanda dikandungnya . Hari
minggu menghadapi ulang tahun perkawinan tinggal dua minggu saja lagi.
Daud benar tidak pernah menggubris soal Laila mengandung lagi. Ia malahan
memperingatkan : " Ingat. Tinggal dua minggu lagi ulang tahun perkawinan kita
yang ke empat ".
" Kau akan menemani aku memasak ", kata Laila.
" Bagus kau masih ingat ".
" Dan kau akan memilih warna tablak meja ", kata Laila.
" Kini aku tambahkan ", kata Daud Waitulo pula, " Pada waktu makanan
diangkat dari dapur, sebaiknya aku bertindak jadi pelayan ".
" Perlu pakai pici seperti pelaya hotel ", kata Laila tertawa,
" Ya, kalau perlu memakai serbet disandang ", kata Daud, " Bukankah itu cap
pelayan hotel ".
" Kau tahu ", kata Laila dengan sikap bersungguh – sungguh .
" Kini aku ingin berterus terang menghadapi ulang tahun keempat
perkawinan kita ".
Laila duduk santai dikursi, tapi wajahnya sungguh – sungguh. Daudpun jadi
sungguh – sungguh . Ia menatap Laila, menanti apa yang mau dikatakan Laila.
" Aku sebetulnya takut mengatakannya, biarpun dokter bilang aku tidak
mandul, kukira seorang suami terlalu lama sampai empat tahun menantikan
bayi . Bagaimana kalau kau kawin saja lagi, mas Daud ! "
Laila mula – mula tadi bersungguh – sungguh , tetapi kalimat terakhir
diucapkannya sambil tersenyum. Namun Daud tidak tersenyum, Ia diam . ia
diam . Ia diam.
" Marah ? " Tanya Laila mendekati suaminya.
" Tampaknya aku terlalu berdosa mengucapkan kata – kata itu setahun yang
lalu, tepat pada hari bahagia kita ", " Tetapi leluconmu itu bukanlah lelucon
yang lucu. Hanya untuk bisa punya anak aku mesti kawin lagi ? Hah,hah,hah…."
Daud tertawa sinis. Laila membujuknya dengan dekapan. Laila membujuk –
bujuk hingga malam, dan segala tingkahnya dibikin manja dan menyenangkan,
sehingga berhari – hari dan bermalam – malam setelah itu Laila menebus
lelucon tak lucu itu dengan sentuhan – sentuhan mesra. Tiga hari menjelang
hari minggu yang indah itu dating, muncul Lestina adik Daud. Kedatangan
Lestina tidak diduga sama sekali, tetapi ia membawa surat dari ayah dan ibu
Daud.
" Kedatangan Lestina ke sini untuk menyambung ke sekolah sekertaris yang
Cuma ada di Jakarta. Kami, Papa dan Mama , mendo'akan kau dan isterimu
Laila senantiasa berbahagia. Peluk cium kami kepada Laila. Katakan pada
isterimu itu bahwa foto yang kalian kirim sangat manis, Mama mengagumi
kecantikan Laila ".
Laila amat senang dengan keramahan Lestina adik iparnya. Menjelang
memasuki sekolah, Lestina menjadi teman ngobrol Laila. Pada hari minggu itu
Lestina amat kaget karena tidak diberi tahu, bahwa hari itu adalah hari bahagia
tahun ke empat perkawinan abangnya dengan Laila. Lestina menggerutu : "
Kenapa Les dibangunkan setelah masakan selesai. Mustinya Les ikut Bantu –
Bantu ".
" Kau kami anggap tamu ", kata Daud bercanda, " Tamu tinggal makan. Kau
lihat nanti abangmu berakting jadi pelayan restoran ".
Daud siang itu benar – benar membuat isterinya senang. Ia betul – betul
mencari pici. Dan memakai pici . Lantas mengebatkan sarong dipinggang, dan
dengan gaya pelawak, diambilnya serbet dan ditarohnya dibahu. Laila tertawa
terkikik – kikik , tapi lebih dari itu Lestina adik Daud tertawa terkakah kakah .
" Biasanya kami rayakan pada malam hari ", kata Daud pada adiknya, "
Tetapi karna jatuh hari minggu, kami rayakan kali ini siang hari ".
" Ini lilin sungguh – sunggun mau dipasang ? " Tanya Lestina.
" Ya ", sahut Laila.
Makanan sudah ditata baik. Semua sudah duduk. Ketika Laila mau
mengambil korek api untuk menyalakan lilin, tiba – tiba Lestina berkata : " Biar
kali ini Les yang menyalakannya, tahun depan kak Laila bisa dapat anak ".
Laila membantah. Temannya mengutik – ngutik sampai mendetail, dan
sambil ketawa –ketawa malu Laila terpaksa menceritakannya. Lalu kemudian ia
menyimpilkan sendiri ," Mungkin sayalah yang mandul ".
" Baiknya kau periksa ke dokter ", kata temannya.
Mulanya Laila takut untuk menyampaikan anjuran ini kepada suaminya.
Tetapi kesempatan itu ditemukannya. Ini ketika mereka bercanda sehabis
nonton film. Laila berkata : " Mengapa aku harus takut kepada penyakit ?
seperti pasien dalam film tadi, betapa lucunya ketika ia diperiksa dokter" , dan
Laila sengaja tertawa terkikik – kikik , lantas berkata : " Aku pun tida perlu
malu untuk memeriksakan diri ke dokter apakahaku ini mandul atau bagaimana
".
Daud yang mulanya tertawa jadi terdiam. Ditatapnya Laila. Laila
menatapnya dengan sedikit sisa senyum.
Daud tahu kini , kata – kata tak sengajanya malam dulu itu rupanya
membebani hati Laila. Ia melangkah mendekati Laila. Didekapnya erat – erat
isterinya itu. Ia berkata seakan –akan berbisik : " Rupanya soal kau harus hamil
itu menjadikan kau dicengkram cemas. Sungguh aku benar – benar tidak
memikirkannya lagi. Aku cukup berbahagia dengan keadaan kita sekarang ".
Laila hanya berdiam diri. Menjelang tidur dikatakannya lagi pada Daud : "
Besok sore sepulangnya kau dari kantor, mas, antarkan aku ke dokter
kandungan ".
" Laila !" seru Daud kaget lagi.
" Ya, kini aku yang ingin menjadi ibu ", kata Laila.
Dan begitu Daud kembali dari kantor, Laila mengingatkannya lagi untuk
mengantarkan dia ke dokter kandungan. Pemeriksaan itu begitu teliti ,
sehingga Daud Waitulo kini yang gelisah. Ia tak percaya ketika dokter
kandungan berkata : " Istreri anda tidak mandul sama sekali. Mendengar cerita
isteri anda, bahwa ibunya pun terlambat punya anak, dan anak nya amat
jarang, dan pemeriksaan saya sementara membuktikan, bahwa kalian berdua
bisa bersabar ".
" Tetapi saya sama sekali tidakmemaksa dirinya agar mengandung ", kata
Daud yang kuatir ia dilibatkan Laila sebagai suami yang menuntutkehamilan
Laila. Pada mulanya Daud enggan untuk diperiksa, karna sekali lagi ia berkata,
ia tidak terlalu memaksa agar Laila mengandung, Ia cukup bahagia dengan
perkawinan yang telah berlangsung bahagia. Tapi Daud menyerah atas
permintaan isterinya. Ia pun ikut diperiksa.
Dan ternyata Daud pun tidak punya kelainan untuk disebut mandul. Namun
Laila cukup puas . Daud mendengar sendiri dari dokter bahwa Laila tidaklah
mandul. Beban pikiran yang senja itu telah dilempar jauh, membuat Laila
berbahagia sekali di malam itu dalam pelukan suaminya.
Tetapi menjelang tahun ke empat perkawinan nya, bayi yang kini diharap –
harap Laila tidak juga memperlihatkan tanda – tanda dikandungnya . Hari
minggu menghadapi ulang tahun perkawinan tinggal dua minggu saja lagi.
Daud benar tidak pernah menggubris soal Laila mengandung lagi. Ia malahan
memperingatkan : " Ingat. Tinggal dua minggu lagi ulang tahun perkawinan kita
yang ke empat ".
" Kau akan menemani aku memasak ", kata Laila.
" Bagus kau masih ingat ".
" Dan kau akan memilih warna tablak meja ", kata Laila.
" Kini aku tambahkan ", kata Daud Waitulo pula, " Pada waktu makanan
diangkat dari dapur, sebaiknya aku bertindak jadi pelayan ".
" Perlu pakai pici seperti pelaya hotel ", kata Laila tertawa,
" Ya, kalau perlu memakai serbet disandang ", kata Daud, " Bukankah itu cap
pelayan hotel ".
" Kau tahu ", kata Laila dengan sikap bersungguh – sungguh .
" Kini aku ingin berterus terang menghadapi ulang tahun keempat
perkawinan kita ".
Laila duduk santai dikursi, tapi wajahnya sungguh – sungguh. Daudpun jadi
sungguh – sungguh . Ia menatap Laila, menanti apa yang mau dikatakan Laila.
" Aku sebetulnya takut mengatakannya, biarpun dokter bilang aku tidak
mandul, kukira seorang suami terlalu lama sampai empat tahun menantikan
bayi . Bagaimana kalau kau kawin saja lagi, mas Daud ! "
Laila mula – mula tadi bersungguh – sungguh , tetapi kalimat terakhir
diucapkannya sambil tersenyum. Namun Daud tidak tersenyum, Ia diam . ia
diam . Ia diam.
" Marah ? " Tanya Laila mendekati suaminya.
" Tampaknya aku terlalu berdosa mengucapkan kata – kata itu setahun yang
lalu, tepat pada hari bahagia kita ", " Tetapi leluconmu itu bukanlah lelucon
yang lucu. Hanya untuk bisa punya anak aku mesti kawin lagi ? Hah,hah,hah…."
Daud tertawa sinis. Laila membujuknya dengan dekapan. Laila membujuk –
bujuk hingga malam, dan segala tingkahnya dibikin manja dan menyenangkan,
sehingga berhari – hari dan bermalam – malam setelah itu Laila menebus
lelucon tak lucu itu dengan sentuhan – sentuhan mesra. Tiga hari menjelang
hari minggu yang indah itu dating, muncul Lestina adik Daud. Kedatangan
Lestina tidak diduga sama sekali, tetapi ia membawa surat dari ayah dan ibu
Daud.
" Kedatangan Lestina ke sini untuk menyambung ke sekolah sekertaris yang
Cuma ada di Jakarta. Kami, Papa dan Mama , mendo'akan kau dan isterimu
Laila senantiasa berbahagia. Peluk cium kami kepada Laila. Katakan pada
isterimu itu bahwa foto yang kalian kirim sangat manis, Mama mengagumi
kecantikan Laila ".
Laila amat senang dengan keramahan Lestina adik iparnya. Menjelang
memasuki sekolah, Lestina menjadi teman ngobrol Laila. Pada hari minggu itu
Lestina amat kaget karena tidak diberi tahu, bahwa hari itu adalah hari bahagia
tahun ke empat perkawinan abangnya dengan Laila. Lestina menggerutu : "
Kenapa Les dibangunkan setelah masakan selesai. Mustinya Les ikut Bantu –
Bantu ".
" Kau kami anggap tamu ", kata Daud bercanda, " Tamu tinggal makan. Kau
lihat nanti abangmu berakting jadi pelayan restoran ".
Daud siang itu benar – benar membuat isterinya senang. Ia betul – betul
mencari pici. Dan memakai pici . Lantas mengebatkan sarong dipinggang, dan
dengan gaya pelawak, diambilnya serbet dan ditarohnya dibahu. Laila tertawa
terkikik – kikik , tapi lebih dari itu Lestina adik Daud tertawa terkakah kakah .
" Biasanya kami rayakan pada malam hari ", kata Daud pada adiknya, "
Tetapi karna jatuh hari minggu, kami rayakan kali ini siang hari ".
" Ini lilin sungguh – sunggun mau dipasang ? " Tanya Lestina.
" Ya ", sahut Laila.
Makanan sudah ditata baik. Semua sudah duduk. Ketika Laila mau
mengambil korek api untuk menyalakan lilin, tiba – tiba Lestina berkata : " Biar
kali ini Les yang menyalakannya, tahun depan kak Laila bisa dapat anak ".
Episode 11
Daud tersentak . Ia melihat ke Lestina, lalu kepada Laila. Laila
menundukkan kepala. Lestina tidak tahu kata – katanya menimbulkan
ketegangan suami isteri itu. Ia tampa sengaja menambahkan : " Habis, Mama
dan Papa menunggu cucu keliwat lama bener , sih ".
Laila mencoba tertawa , tapi Daud tidak. Ia menunduk malu , karna kali ini
justru adiknya lah yang menyinggung perasaan isterinya.
Lestina menyalakan lilin. Lestina malah Tanya : " Apa Tina yang perlu
membaca Do'a ? ".
Daud memotong, " Kita berdo'a dihati masing – masing ".
Laila rupanya tak ingin suasana rusak, ia pun mengusul : " Mas Daud saja
yang baca do'a ".
" Jangan lupa do'a minta anak ". Kata Lestina.
Laila masih berusaha menyembunyikan rasa sedihnya ketika itu. Daud geram
dihati. Kegeraman itu rupanya berlarut – larut sampai malam. Lestina yang
berada dikamar depan, agak kaget juga mendengar ketukan pintu ditengah
malam. Daud yang mengetuk pintu itu. Dia mengira Laila sudah tertidur. Ia
berusaha mendengarkan percakapan itu.
Terdengar Daud berkata agak keras : " Duduk disitu ! ".
" Ada apa bang Daud ? " , suara Lestina hampir menangis.
" Kau dating kesini bukan buat obral omong kosong. Sekali lagi kau sebut –
sebut perkara anak lebih baik abang carikan tempat indekos buatmu ".
Laila melompat dari tempat tidur mendengar kata –kata kasar yang selama
empat tahun ini tidak merupakan watak daud. Ia berseru di depan pintu
kamarnya : " Mas Daud ! " Daud kaget mendengar isterinya berseru begitu. Ia
merubahnya menjadi lembut : " Sekarang Lestina boleh tidur ".
Lestina terisak – isak, Laila meraihnya dan membantunya berdiri. Gadis itu
dibimbing oleh Laila kekamar, dan Laila berkata pada iparnya itu : " Janganlah
terlalu dimasukkan kehati kata – kata mas Daud . Mungkin pikirannya sedang
diganggu urusan kantor ".
Lestina Cuma tambah tersedu terbujuk begitu.
Ketika Laila kembali ke kamar , ia mengulangi lagi uacapannya : " Kenapa
tiba – tiba mas Daud jadi kasar ? yang jadinya tidak enak kan saya, mas ".
Daud menundukkan kepala. Iapun kelihatan menyesali diri. Laila sambil
merebahkan diri diatas tempat tidur berkata : " Jangan karna saya lagi, saya
lagi, saya lagi, hubungan kau dan adik kandungmu putus. Kata – katamu tadi
melukai si Lestina ".
" Aku tahu ", kata Daud menelan nafasnya.
Besok paginya, Lestina tampak mempersiapkan koffer. Ketika Laila
mengajak sarapan pagi , Lestina menyahut dari dalam kamarnya : " Saya tidak
sarapan pagi , ak Laila ".
" Nanti masuk angin ", kata Laila.
Daud menundukkan kepala . Ia sendiri pun tidak bernafsu untuk makan. Tiba
– tiba muncul Lestina membawa koffer dan berkata pada abangnya : " Bang,
saya akan indekost dirumah temen saya ".
Laila menoleh pada Daud , Daud menatap Laila.
Ia tiba – tiba dicengkram persaan menyesal yang luar biasa sehingga tidak
bisa mengucapkan kata – kata . Ia hanya mendengarkan Lestina yang berkata –
kata terisak –isak : " Lestina dating kesini bukan mau menggangu kebahagiaan
rumah tangga abang. Sungguh kemarin itu maksud nya Cuma menjadikan
suasana segar. Tapi abang sudah membuat ultimatum mengusir Les, ya, apa
boleh buat, Les pergi pagi ini juga indekost di rumah teman ".
Daud tak menjawab sedikitpun . Ia bukan marah.
Tapi ia menekan perasaannya. Ketika melihat Lestina pergi, Laila
mengguncang bahu Daud : " Mas, kenapa dibiarkan adikmu pergi ? " .
Laila mengejar keluar, tapi terlambat. Lestina sudah berada dibecak. Laila
kembali keruang makan. Diadapatkannya Daud berlinang air mata. Laila sesak
nafas, dan mengeluh lagi : " Kau terlalu menjaga persaan hati saya. Padahal
saya tidak apap – apa ".
" Itu baik ", kata Daud.
" Kenapa kau sampai hati marah begitu ? "
" Baiklah itu kesalahan saya. Tetapi karna kau ikut campur membela dia,
membikin dia besar kepala sampai berani angkat kaki dari rumah ini ".
" Maafkan kalau saya yang bersalah ", kata Laila.
Pagi yang muram itu telah menyeret hari – hari berikutnya bertambah
muram. Masing – masing merasa dirinya bersalah. Akibatnya suami isteri itu
seolah – olah bermusuhan. Tetapi sebenarnya tidak. Masing –masing mereka
menghemat ucapan – ucapan, karna bisa saja setiap ucapan menimbulkan
perasaan tersinggung yang baru. Tetapi ada suatu Laila berhasil
memperlihatkan kemesraan seorang isteri yang sungguh - sungguh Sehingga
Daud bisa dirubahnya tidak diliputi kemurungan.
Saat itulah Laila berkata : " Adik baiknya kita membujuk adik mu Lestina
untuk kembali tinggal disini ".
Terharu hati Daud, memang semenjak sebelum kawin Daud mengimpikan
isteri yang mampu rukun bukan saja terhadap dirinya selaku suami, melainkan
juga kepada papa dan mama , adik – adik nya . Hal ini Cuma terdapat pada diri
Laila.
Dan lemah lembut Laila membujuk Lestina di pekarangan sekolah adalah
sumber yang dapat melunakkan hati Lestina. Dan biarpun baru dua hari
kemuadian setelah ia di bujuk, akhirnya Lestina kembali tinggal di rumah itu.
Tetapi, Diam – diam kembalinya Lestina di rumah ini membikin neraka baru
bagi suami isteri itu.
Daud tersentak . Ia melihat ke Lestina, lalu kepada Laila. Laila
menundukkan kepala. Lestina tidak tahu kata – katanya menimbulkan
ketegangan suami isteri itu. Ia tampa sengaja menambahkan : " Habis, Mama
dan Papa menunggu cucu keliwat lama bener , sih ".
Laila mencoba tertawa , tapi Daud tidak. Ia menunduk malu , karna kali ini
justru adiknya lah yang menyinggung perasaan isterinya.
Lestina menyalakan lilin. Lestina malah Tanya : " Apa Tina yang perlu
membaca Do'a ? ".
Daud memotong, " Kita berdo'a dihati masing – masing ".
Laila rupanya tak ingin suasana rusak, ia pun mengusul : " Mas Daud saja
yang baca do'a ".
" Jangan lupa do'a minta anak ". Kata Lestina.
Laila masih berusaha menyembunyikan rasa sedihnya ketika itu. Daud geram
dihati. Kegeraman itu rupanya berlarut – larut sampai malam. Lestina yang
berada dikamar depan, agak kaget juga mendengar ketukan pintu ditengah
malam. Daud yang mengetuk pintu itu. Dia mengira Laila sudah tertidur. Ia
berusaha mendengarkan percakapan itu.
Terdengar Daud berkata agak keras : " Duduk disitu ! ".
" Ada apa bang Daud ? " , suara Lestina hampir menangis.
" Kau dating kesini bukan buat obral omong kosong. Sekali lagi kau sebut –
sebut perkara anak lebih baik abang carikan tempat indekos buatmu ".
Laila melompat dari tempat tidur mendengar kata –kata kasar yang selama
empat tahun ini tidak merupakan watak daud. Ia berseru di depan pintu
kamarnya : " Mas Daud ! " Daud kaget mendengar isterinya berseru begitu. Ia
merubahnya menjadi lembut : " Sekarang Lestina boleh tidur ".
Lestina terisak – isak, Laila meraihnya dan membantunya berdiri. Gadis itu
dibimbing oleh Laila kekamar, dan Laila berkata pada iparnya itu : " Janganlah
terlalu dimasukkan kehati kata – kata mas Daud . Mungkin pikirannya sedang
diganggu urusan kantor ".
Lestina Cuma tambah tersedu terbujuk begitu.
Ketika Laila kembali ke kamar , ia mengulangi lagi uacapannya : " Kenapa
tiba – tiba mas Daud jadi kasar ? yang jadinya tidak enak kan saya, mas ".
Daud menundukkan kepala. Iapun kelihatan menyesali diri. Laila sambil
merebahkan diri diatas tempat tidur berkata : " Jangan karna saya lagi, saya
lagi, saya lagi, hubungan kau dan adik kandungmu putus. Kata – katamu tadi
melukai si Lestina ".
" Aku tahu ", kata Daud menelan nafasnya.
Besok paginya, Lestina tampak mempersiapkan koffer. Ketika Laila
mengajak sarapan pagi , Lestina menyahut dari dalam kamarnya : " Saya tidak
sarapan pagi , ak Laila ".
" Nanti masuk angin ", kata Laila.
Daud menundukkan kepala . Ia sendiri pun tidak bernafsu untuk makan. Tiba
– tiba muncul Lestina membawa koffer dan berkata pada abangnya : " Bang,
saya akan indekost dirumah temen saya ".
Laila menoleh pada Daud , Daud menatap Laila.
Ia tiba – tiba dicengkram persaan menyesal yang luar biasa sehingga tidak
bisa mengucapkan kata – kata . Ia hanya mendengarkan Lestina yang berkata –
kata terisak –isak : " Lestina dating kesini bukan mau menggangu kebahagiaan
rumah tangga abang. Sungguh kemarin itu maksud nya Cuma menjadikan
suasana segar. Tapi abang sudah membuat ultimatum mengusir Les, ya, apa
boleh buat, Les pergi pagi ini juga indekost di rumah teman ".
Daud tak menjawab sedikitpun . Ia bukan marah.
Tapi ia menekan perasaannya. Ketika melihat Lestina pergi, Laila
mengguncang bahu Daud : " Mas, kenapa dibiarkan adikmu pergi ? " .
Laila mengejar keluar, tapi terlambat. Lestina sudah berada dibecak. Laila
kembali keruang makan. Diadapatkannya Daud berlinang air mata. Laila sesak
nafas, dan mengeluh lagi : " Kau terlalu menjaga persaan hati saya. Padahal
saya tidak apap – apa ".
" Itu baik ", kata Daud.
" Kenapa kau sampai hati marah begitu ? "
" Baiklah itu kesalahan saya. Tetapi karna kau ikut campur membela dia,
membikin dia besar kepala sampai berani angkat kaki dari rumah ini ".
" Maafkan kalau saya yang bersalah ", kata Laila.
Pagi yang muram itu telah menyeret hari – hari berikutnya bertambah
muram. Masing – masing merasa dirinya bersalah. Akibatnya suami isteri itu
seolah – olah bermusuhan. Tetapi sebenarnya tidak. Masing –masing mereka
menghemat ucapan – ucapan, karna bisa saja setiap ucapan menimbulkan
perasaan tersinggung yang baru. Tetapi ada suatu Laila berhasil
memperlihatkan kemesraan seorang isteri yang sungguh - sungguh Sehingga
Daud bisa dirubahnya tidak diliputi kemurungan.
Saat itulah Laila berkata : " Adik baiknya kita membujuk adik mu Lestina
untuk kembali tinggal disini ".
Terharu hati Daud, memang semenjak sebelum kawin Daud mengimpikan
isteri yang mampu rukun bukan saja terhadap dirinya selaku suami, melainkan
juga kepada papa dan mama , adik – adik nya . Hal ini Cuma terdapat pada diri
Laila.
Dan lemah lembut Laila membujuk Lestina di pekarangan sekolah adalah
sumber yang dapat melunakkan hati Lestina. Dan biarpun baru dua hari
kemuadian setelah ia di bujuk, akhirnya Lestina kembali tinggal di rumah itu.
Tetapi, Diam – diam kembalinya Lestina di rumah ini membikin neraka baru
bagi suami isteri itu.
Episode 12
AWAL NERAKA yang menakutkan Laila adalah sebuah surat . Surat itu dating
beberapa hari setelah Lestina kembali tinggal dirumah itu. Yang mererima
surat itu dari pengantar surat adalah Laila sendiri. Ketika dilihatnya pengirim
surat adalah mertuanya, hati Laila senang. Betapa tidak , suarat – surat papa
dan mama mas daud senantiasa menyenangkan untuk dibaca. Kali iini ia ingin
membaca surat itu buru – buru. Lestina adik Daud sudah mulai kuliah, dan
karena itu pula Laila membaca surat itu sendirian .
Tetapi begitu Laila mulai membacanya, permualaan surat itu sudah terasa
aneh. Biasanya awal surat itu senantiasa manis bunyinya : " Ananda Daud dan
Laila menantu kami ", Kemanisan itu tidak ada lagi kini.
Yang tertulis hanyalah : " Ananda Daud !"
Surat itu langsung mengecam Daud maupun Laila.
Tampaknya surat itu dibuat dengan marah dan mungkin dibuat karena
pengaduan Lestina kepada ayah dan ibunya. Tetapi yang menyakitkan Laila
ketika ia sampai harus membaca kalimat ini : " Mungkin selama empat tahun
ananda kawin dengan Laila, ananda tidak pernah dikarunia anak, maka ananda
tidak pernah merasakan apa arti anak bagi kami. Kami amat tersinggung, tapi
kami masih tetap menganggap kau anak kami yang baik. Cuma karena saja
isterimu tidak bisa menjaga perasaan Lestina adikmu ini, maka Lestina pindah.
Sekarang kau tinggal memilih , mencintai adik kandungmu, ataukah mencintai
isteri mu yang tidak mampu memberimu anak untuk kau ajak bercanda sehabis
kerja berat dikantor. Faktor anak ini sudah dua tahun ini papadan mama
fikirkan , hidup tanpa anak adalah hidup yang kering ".
Menetes – netes air mata Laila membaca surat ini. Ia rasanya tak kuat lagi
membacanya sampai selesai. Laila masih menduga surat itu tidak dibuat ayah
Daud bersama – sama ibunya. Melainkan sendirian setelah menerima laporan –
laporan yang salah dari Lestina.
Surat – surat yang dulu masih bernafas feminine, karna Laila yakin ibu daud
ikut menyusun kalimat – kalimatnya. Surat yang kali ini selain melukai persaan
Laila , juga kalaimat kalimatnya kasar, seolah – olah tidak menggunakan
persaan lagi .
Ketika Lestina pulang, Laila masih tetap menjaga situasi yang tetap
seharusnya jadi memburuk seketika itu juga. Laila masih menegur Lestina : "
Bagaimana kuliahmu , Lestina ? "
" Enak , kak , dosen – dosennya ramah sekali ", kata Lestina.
" Kau ambillah makan sendiri ", kata Laila.
" Tadi sebetulnya sudah kekenyangan makan bakso. Ditraktir teman ", kata
Lestina . " Kebetulan orangnya ganteng ,kak ".
" Oh," kata Laila , ketawa dibuat – buat, " kau sudah punya teman pria ? "
" Baru kenalan begitu saja, kata Lestina, " Mungkin masih cinta – cinta
monyet ", dan Lestina tertawa . Dan Lailapun ikut tertawa biar tertawa itu pun
tak diinginkannya. Sementara Lestina sibuk dengan urusannya sendiri , Dikamar
ia membaca surat itu lagi. Dan Laila menangis lagi. Ia benar – benar merasa
sedih mengapa harus dilahirkan sebagai wanita yang terlambat membibitkan
anak untuk Daud.
" Kak Laila lagi tidur " terdengar suara Lestina .
Mendengar itu Laila buru – buru memaskkan surat kedalam sampul, dan
menaruh dibawah bantal. Wanita itu buru – buru menghapus air matanya. Ia
keluar dari kamar dengan sikap seolah – olah bangun tidur , dan menemui
Lestina.
" Ada apa Lestina ? "
" Masa tidur siang – siang, kak Laila. Sini dong kita ngobrol – ngobrol sambil
nunggu bang Daud pulang kerja ", kata Lestina menghela tangan Laila. Laila
menurut dengan sekali – kali melemparkan senyum pada Lestina. Tampaknya
Lestina sedang dimabuki suatu persaan yang tidak selesai. Gerak - gerik nya
serba lucu, da Laila memperhatikan nya dengan sikap seolah – olah penuh
perhatian yang sungguh – sungguh.
" Coba ceritakan bagaimana kak Laila sampai jumpa pertama kali dan
kemudian pacaran dengan bang Daud ", kata Lestina.
Sikapnya amat manja, dan Laila masih punya kesanggupan untuk melayani
sikap bermanja – manja Lestina ini.
" Saya menganggap itu Cuma pertemuan biasa " , kata Laila.
" Siapa yag mulai duluan ", Tanya Lestina
" Tak bisa dianalisa lagi siapa yang mula – mula jatuh cinta . Tapi kami
sampai kini saling mencintai " kata Laila.
Lama – kelamaan pertanyaan Lestina makin memuakkan , namun laila
bersikap seolah – olah pertanyaan itu adalah hal – hal yang menarik. Dan andai
kata tidak ada alas an lain , mungkin sampai Daud Waitulo pulang, masih saja
Lestina bertanya soal yang itu keitu juga.
" Kak Laila mau menyiapkan minuman buat mas Daud ", kata Laila
menemukan alas an untuk menghindar dari Tanya – Tanya konyol Lestina.
AWAL NERAKA yang menakutkan Laila adalah sebuah surat . Surat itu dating
beberapa hari setelah Lestina kembali tinggal dirumah itu. Yang mererima
surat itu dari pengantar surat adalah Laila sendiri. Ketika dilihatnya pengirim
surat adalah mertuanya, hati Laila senang. Betapa tidak , suarat – surat papa
dan mama mas daud senantiasa menyenangkan untuk dibaca. Kali iini ia ingin
membaca surat itu buru – buru. Lestina adik Daud sudah mulai kuliah, dan
karena itu pula Laila membaca surat itu sendirian .
Tetapi begitu Laila mulai membacanya, permualaan surat itu sudah terasa
aneh. Biasanya awal surat itu senantiasa manis bunyinya : " Ananda Daud dan
Laila menantu kami ", Kemanisan itu tidak ada lagi kini.
Yang tertulis hanyalah : " Ananda Daud !"
Surat itu langsung mengecam Daud maupun Laila.
Tampaknya surat itu dibuat dengan marah dan mungkin dibuat karena
pengaduan Lestina kepada ayah dan ibunya. Tetapi yang menyakitkan Laila
ketika ia sampai harus membaca kalimat ini : " Mungkin selama empat tahun
ananda kawin dengan Laila, ananda tidak pernah dikarunia anak, maka ananda
tidak pernah merasakan apa arti anak bagi kami. Kami amat tersinggung, tapi
kami masih tetap menganggap kau anak kami yang baik. Cuma karena saja
isterimu tidak bisa menjaga perasaan Lestina adikmu ini, maka Lestina pindah.
Sekarang kau tinggal memilih , mencintai adik kandungmu, ataukah mencintai
isteri mu yang tidak mampu memberimu anak untuk kau ajak bercanda sehabis
kerja berat dikantor. Faktor anak ini sudah dua tahun ini papadan mama
fikirkan , hidup tanpa anak adalah hidup yang kering ".
Menetes – netes air mata Laila membaca surat ini. Ia rasanya tak kuat lagi
membacanya sampai selesai. Laila masih menduga surat itu tidak dibuat ayah
Daud bersama – sama ibunya. Melainkan sendirian setelah menerima laporan –
laporan yang salah dari Lestina.
Surat – surat yang dulu masih bernafas feminine, karna Laila yakin ibu daud
ikut menyusun kalimat – kalimatnya. Surat yang kali ini selain melukai persaan
Laila , juga kalaimat kalimatnya kasar, seolah – olah tidak menggunakan
persaan lagi .
Ketika Lestina pulang, Laila masih tetap menjaga situasi yang tetap
seharusnya jadi memburuk seketika itu juga. Laila masih menegur Lestina : "
Bagaimana kuliahmu , Lestina ? "
" Enak , kak , dosen – dosennya ramah sekali ", kata Lestina.
" Kau ambillah makan sendiri ", kata Laila.
" Tadi sebetulnya sudah kekenyangan makan bakso. Ditraktir teman ", kata
Lestina . " Kebetulan orangnya ganteng ,kak ".
" Oh," kata Laila , ketawa dibuat – buat, " kau sudah punya teman pria ? "
" Baru kenalan begitu saja, kata Lestina, " Mungkin masih cinta – cinta
monyet ", dan Lestina tertawa . Dan Lailapun ikut tertawa biar tertawa itu pun
tak diinginkannya. Sementara Lestina sibuk dengan urusannya sendiri , Dikamar
ia membaca surat itu lagi. Dan Laila menangis lagi. Ia benar – benar merasa
sedih mengapa harus dilahirkan sebagai wanita yang terlambat membibitkan
anak untuk Daud.
" Kak Laila lagi tidur " terdengar suara Lestina .
Mendengar itu Laila buru – buru memaskkan surat kedalam sampul, dan
menaruh dibawah bantal. Wanita itu buru – buru menghapus air matanya. Ia
keluar dari kamar dengan sikap seolah – olah bangun tidur , dan menemui
Lestina.
" Ada apa Lestina ? "
" Masa tidur siang – siang, kak Laila. Sini dong kita ngobrol – ngobrol sambil
nunggu bang Daud pulang kerja ", kata Lestina menghela tangan Laila. Laila
menurut dengan sekali – kali melemparkan senyum pada Lestina. Tampaknya
Lestina sedang dimabuki suatu persaan yang tidak selesai. Gerak - gerik nya
serba lucu, da Laila memperhatikan nya dengan sikap seolah – olah penuh
perhatian yang sungguh – sungguh.
" Coba ceritakan bagaimana kak Laila sampai jumpa pertama kali dan
kemudian pacaran dengan bang Daud ", kata Lestina.
Sikapnya amat manja, dan Laila masih punya kesanggupan untuk melayani
sikap bermanja – manja Lestina ini.
" Saya menganggap itu Cuma pertemuan biasa " , kata Laila.
" Siapa yag mulai duluan ", Tanya Lestina
" Tak bisa dianalisa lagi siapa yang mula – mula jatuh cinta . Tapi kami
sampai kini saling mencintai " kata Laila.
Lama – kelamaan pertanyaan Lestina makin memuakkan , namun laila
bersikap seolah – olah pertanyaan itu adalah hal – hal yang menarik. Dan andai
kata tidak ada alas an lain , mungkin sampai Daud Waitulo pulang, masih saja
Lestina bertanya soal yang itu keitu juga.
" Kak Laila mau menyiapkan minuman buat mas Daud ", kata Laila
menemukan alas an untuk menghindar dari Tanya – Tanya konyol Lestina.
Episode 13
Ia telah menarokkan kopi, yang sepuluh menit kagi akan dingin. Daud
senang kopi yang dingin dimana bubuk – bubuk kopi itu telah merembes kedasar
gelas, beberapa kue ditarokan dan kemudian ia pergi kekamar.
Dikamar , ia buru – buru menyelamatkan surat dari mertuanya. Ketika
dilihatnya waktu tinggal lima menit lagi, buru – buru ia memutuskan apakah
surat itu akan disampaikan kepada Daud atau akan disimpannya secara rahasia.
Laila benar – benar tak ingin terjadi keretakan dalam rumah tangganya, hanya
karena surat itu.
Biarpun ia yakin Daud akan tetap mencintainya biarpun ada terror dari luar,
tetapi ia beranggapan lebih baik surat itu dimusnahkan atau disimpan. Laila
menyimpan surat itu sebagai tindakan yang dianggapnya yang terbaik. Disimpan
nya surat itu dalam kotak yang berukir yang berisi gelang dan perhiasan
emasnya. Surat itu dihimpitnya dengan perhiasan emas itu, dan ditaroknya
kembali kotak berukir itu pada tempat semula. Tepat ketika ia keluar kamar,
Daud sudah berada di ambang pintu.
Laila menyambut sang suami dengan sikap yang mesra. Diseretnya tangan
suaminya kemeja makan, dan diambilnya tas Daud dari tangannya , dan
ditaroknya kekamar. Pada saat itu endah bagaimana perasaan Daud amat
senang dari biasa. Diminumnya seteguk kopi, dan sengaja dengan sikap merasa
nikmat ia memejamkan mata seraya memuji : " Tak ada kopi lebih enak seperti
sore ini ".
" Apa sore ini akan mandi air panas seperti kemarin ? ", Tanya Laila.
" Tidak usahlah, kau terlalu lelah ", kata Daud, " Kadang –kadang aku berfikir
kau terlalu mengabdi ".
" Maukah sore ini mas Daud menemi saya ke dokter ? " Tanya Laila.
" Oh, ya .. sore ini hari kamis, kau harus periksa . Apa kata dokter hari
selasa lalu ? ".
" Aku harus mengurangi gemuk, diduga lemak telah menyempitkan rahim",
kata Laila.
Dan, ketika diperiksakan lagi kedokter, maka harapan – harapan baru buat
Laila memperlihatkan sinar cerah diwajahnya. Ia keluardari kamar periksa
sambil tersenyum pada Daud. " Nanti kukatakan dirunmah ".
Dirumah , Daud bertanya : " Tadi kau mengatakan sesuatu, apa sih ? "
Laila memeluk suaminya sampai dua kali dengan erat : " Hasi tes dokter
memberikan harapan ".
Daud menatap wajah isterinya dalam – dalam . Ia " Kau sungguh – sungguh
kepingin jadi seorang ibu ? ".
" Ya….", Cuma itu. Tetapi dalam sepotong kata yang tertelan kedalam
kerongkongannya itu , tertelan beberapa persaan takut pada masa depan ini.
Laila tiba – tiba ingin mengucapkannya dengan jujur . Ingin rasanya ia ambil
surat dari ayah dan ibu Daud dari kotak perhiasan dilemari itu . Kini hasratnya
untuk hamil sudah berbeda dari dulu. Hasrat ini sekarang dilumpuri oleh
ketakutan - ketakutan dari dulu. Hasrat ini sekarang dilumpuri oleh ketakutan –
ketakutan terpengaruh dng isi surat orang tuanya. Dan, karena terlalu lama
laila berdiam diri, Daudpun bertanya : " Ada sesuatu yang sedang kau fikirkan ?
boleh aku tahu ? "
Laila pucat, ia memang telah berbuat dusta menyembunyikan surat itu.
Namun seketika itu beberapa detik ia memohon kepada Tuhan agar dosanya
berdusta itu diampuni. Orang boleh berdusta untuk mengamankan hal – hal
yang baik. Dan Laila selamat karena beberapa detik ia tak mampu menjawab,
Daud telah dialihkan nya dengan suatu pelukan mesra. Aneh, kemesraan –
kemesraan yang belakangan ini memperlihatkan gairah Laila yang luar biasa
melayani Daud sebagai suami. Ia benar – benar ingin mengandung. Ia benar –
benar ingin menciptakan sesuatu yang puas bagi dirinya dan buat suaminya.
Daud sendiri terkadang tercengang dengan menggeletak lelah. Dalam bermandi
keringat itu Laila masih saja menciumunya dengan sepenuh gairah. Akhirnya
Daud sadar, bahwa Laila benar – benar menginginkan anak . Salah satu saran
dikter yaitu menciptakan rangsangan – rangsangan birahi kepada suami dan
mampu menciptakan kepuasan bersama pada waktu bersetubuh.
Tanpa disengaja, sikap – sikap Laila yang berubah menjadi manis manja ini
menyeretnya tidak berdendam kepada Lestina. Malahan ia bertambah akrap
dengan iparnya itu. Pada waktu – waktu tertentu ia pun bertindak sebagai
dokter cinta bagi Lestina yang sedang dimabuk asmara.
Kadangkala ia memberikan Lestina kebebasanmasuk kamar , mengambil
pakaian Laila untuk dipakai oleh lestina.
Tanpa setahunya, suatu ketika Lestina membuka kotak berukir itu. Isinya
mengejutkannya. Mulanya Lestina ingin berseru lantang memanggil Laila untuk
meminjam perhiasan emas itu. Tetapi Lestina membatalkannya. Karena ia
melihat sebuah amplop surat. Kenapa amplop ini disimpan disini . Tentu ada
suatu yang penting dalam surat ini . Dan Lestina seperti pencuri buru – buru
membaca surat ayah dan ibu nya untuk bang Daud itu . Kemudian dengan buru
– buru dimasukkannya surat itu.
Gadis itu berpikir tentu Laila dengan sengaja menyembunyikan surat dari
ayahnya itu . Tentu kak Laila takut apabila bang Daud disuruh kawin lagi.
Lestina yakin , pasti bang Daud akan patuh kepada papa dan mama apalagi
sudah digertak secara terang – terangan dalam surat itu. Dan tiba – tiba saja
Lestina memberi penilaian , bahwa kak Laila sebagai istri tidaklah jujur.
Lestina kini berubah . Ia mulai sedikit menjauh dari Laila. Ia menganggap
kebaikan – kebaikan kak Laila kepadanya selama ini hanyalah kebaikan –
kebaikan palsu
Ia telah menarokkan kopi, yang sepuluh menit kagi akan dingin. Daud
senang kopi yang dingin dimana bubuk – bubuk kopi itu telah merembes kedasar
gelas, beberapa kue ditarokan dan kemudian ia pergi kekamar.
Dikamar , ia buru – buru menyelamatkan surat dari mertuanya. Ketika
dilihatnya waktu tinggal lima menit lagi, buru – buru ia memutuskan apakah
surat itu akan disampaikan kepada Daud atau akan disimpannya secara rahasia.
Laila benar – benar tak ingin terjadi keretakan dalam rumah tangganya, hanya
karena surat itu.
Biarpun ia yakin Daud akan tetap mencintainya biarpun ada terror dari luar,
tetapi ia beranggapan lebih baik surat itu dimusnahkan atau disimpan. Laila
menyimpan surat itu sebagai tindakan yang dianggapnya yang terbaik. Disimpan
nya surat itu dalam kotak yang berukir yang berisi gelang dan perhiasan
emasnya. Surat itu dihimpitnya dengan perhiasan emas itu, dan ditaroknya
kembali kotak berukir itu pada tempat semula. Tepat ketika ia keluar kamar,
Daud sudah berada di ambang pintu.
Laila menyambut sang suami dengan sikap yang mesra. Diseretnya tangan
suaminya kemeja makan, dan diambilnya tas Daud dari tangannya , dan
ditaroknya kekamar. Pada saat itu endah bagaimana perasaan Daud amat
senang dari biasa. Diminumnya seteguk kopi, dan sengaja dengan sikap merasa
nikmat ia memejamkan mata seraya memuji : " Tak ada kopi lebih enak seperti
sore ini ".
" Apa sore ini akan mandi air panas seperti kemarin ? ", Tanya Laila.
" Tidak usahlah, kau terlalu lelah ", kata Daud, " Kadang –kadang aku berfikir
kau terlalu mengabdi ".
" Maukah sore ini mas Daud menemi saya ke dokter ? " Tanya Laila.
" Oh, ya .. sore ini hari kamis, kau harus periksa . Apa kata dokter hari
selasa lalu ? ".
" Aku harus mengurangi gemuk, diduga lemak telah menyempitkan rahim",
kata Laila.
Dan, ketika diperiksakan lagi kedokter, maka harapan – harapan baru buat
Laila memperlihatkan sinar cerah diwajahnya. Ia keluardari kamar periksa
sambil tersenyum pada Daud. " Nanti kukatakan dirunmah ".
Dirumah , Daud bertanya : " Tadi kau mengatakan sesuatu, apa sih ? "
Laila memeluk suaminya sampai dua kali dengan erat : " Hasi tes dokter
memberikan harapan ".
Daud menatap wajah isterinya dalam – dalam . Ia " Kau sungguh – sungguh
kepingin jadi seorang ibu ? ".
" Ya….", Cuma itu. Tetapi dalam sepotong kata yang tertelan kedalam
kerongkongannya itu , tertelan beberapa persaan takut pada masa depan ini.
Laila tiba – tiba ingin mengucapkannya dengan jujur . Ingin rasanya ia ambil
surat dari ayah dan ibu Daud dari kotak perhiasan dilemari itu . Kini hasratnya
untuk hamil sudah berbeda dari dulu. Hasrat ini sekarang dilumpuri oleh
ketakutan - ketakutan dari dulu. Hasrat ini sekarang dilumpuri oleh ketakutan –
ketakutan terpengaruh dng isi surat orang tuanya. Dan, karena terlalu lama
laila berdiam diri, Daudpun bertanya : " Ada sesuatu yang sedang kau fikirkan ?
boleh aku tahu ? "
Laila pucat, ia memang telah berbuat dusta menyembunyikan surat itu.
Namun seketika itu beberapa detik ia memohon kepada Tuhan agar dosanya
berdusta itu diampuni. Orang boleh berdusta untuk mengamankan hal – hal
yang baik. Dan Laila selamat karena beberapa detik ia tak mampu menjawab,
Daud telah dialihkan nya dengan suatu pelukan mesra. Aneh, kemesraan –
kemesraan yang belakangan ini memperlihatkan gairah Laila yang luar biasa
melayani Daud sebagai suami. Ia benar – benar ingin mengandung. Ia benar –
benar ingin menciptakan sesuatu yang puas bagi dirinya dan buat suaminya.
Daud sendiri terkadang tercengang dengan menggeletak lelah. Dalam bermandi
keringat itu Laila masih saja menciumunya dengan sepenuh gairah. Akhirnya
Daud sadar, bahwa Laila benar – benar menginginkan anak . Salah satu saran
dikter yaitu menciptakan rangsangan – rangsangan birahi kepada suami dan
mampu menciptakan kepuasan bersama pada waktu bersetubuh.
Tanpa disengaja, sikap – sikap Laila yang berubah menjadi manis manja ini
menyeretnya tidak berdendam kepada Lestina. Malahan ia bertambah akrap
dengan iparnya itu. Pada waktu – waktu tertentu ia pun bertindak sebagai
dokter cinta bagi Lestina yang sedang dimabuk asmara.
Kadangkala ia memberikan Lestina kebebasanmasuk kamar , mengambil
pakaian Laila untuk dipakai oleh lestina.
Tanpa setahunya, suatu ketika Lestina membuka kotak berukir itu. Isinya
mengejutkannya. Mulanya Lestina ingin berseru lantang memanggil Laila untuk
meminjam perhiasan emas itu. Tetapi Lestina membatalkannya. Karena ia
melihat sebuah amplop surat. Kenapa amplop ini disimpan disini . Tentu ada
suatu yang penting dalam surat ini . Dan Lestina seperti pencuri buru – buru
membaca surat ayah dan ibu nya untuk bang Daud itu . Kemudian dengan buru
– buru dimasukkannya surat itu.
Gadis itu berpikir tentu Laila dengan sengaja menyembunyikan surat dari
ayahnya itu . Tentu kak Laila takut apabila bang Daud disuruh kawin lagi.
Lestina yakin , pasti bang Daud akan patuh kepada papa dan mama apalagi
sudah digertak secara terang – terangan dalam surat itu. Dan tiba – tiba saja
Lestina memberi penilaian , bahwa kak Laila sebagai istri tidaklah jujur.
Lestina kini berubah . Ia mulai sedikit menjauh dari Laila. Ia menganggap
kebaikan – kebaikan kak Laila kepadanya selama ini hanyalah kebaikan –
kebaikan palsu
Episode 14
SUATU saat , Lestina menyaksikan sendiri kejadian dimeja makan . Daud
bertanya kepada Laila, : " Apa ada serat papa dan mama dating ? "
Laila gugup, lebih gugup lagi dia ketika Lestina menatapnya tajam – tajam .
Dan sebagai pencuri yang berusaha lari , Laila berkata : " Kalau ada surat tentu
ku berikan kepadamu ".
" Aku Cuma bertanya ", kata Daud. " Sebab papa membuat telegram panjang
kekantorku , menanyakan surat nya , katanya itu surat penting ".
Lestina memperhatikan Laila. Laila bertambah gugup ditatap oleh iparnya
itu. Dia dalam rikuh masih sempat memohon kepada Tuhan agar diberi satu
jawaban yang akan menyelamatkan dustanya . Bibirnya gemetar bertanya : "
Surat penting ? , nantilah saya Tanya kepada pengatar surat ".
" Kalau memang tidak ada ya tidak apa ", kata Daud.
Tanpa setahu laila, Lestina menyodok kaki Daud dibawah meja makan itu,
Daud tahu ia diberi isyarat oleh adiknya. Tapi ia tidak ingin merusak suasana .
Ia tetap bersikap baik pada Laila , dan sedikitpun tidak punya prasangka.
Tetapi ketika Laila pergi kekamar, Lestina segera memberikan isyarat
tangan memanggil Daud . Sang kakak mendekati adiknya.
" Ada apa ? "
" Tapi bang Daud janji jangan dikatakan Lestina yang mengadukan hal ini ".
" Tidak ", Jawab Daud, " Katakanlah ".
" Surat papadan mama ada pada kak Laila ", kata Lestina dengan mata
jelalatan takut – takut kalau – kalau ia kepergok ketika melaporkan hal ini.
" Dari mana kau tahu ? " Tanya Daud tak percaya.
" Les membacanya ", kata Lestina.
" Surat itu dimana ", Tanya Daud.
" Dilemari pakaian ".
" Tetapi bagaimana kau bisa menemukannya , sedang Laila selalu hati – hati
mengunci lemari selama ini ", kata Daud.
Percakapan terhenti . Karena terdengar pintu kamar Laila berciut. Dan
Lestina berlagak memperbaiki piyama yang dipakai abangnya. Katanya
bercanda : " Kalau nanti Les punya pacar, harus pakai piyama begini ".
Laila yang mendengar Les tiba – tiba bercanda begitu , dengan kalimat –
kalimat yang gemetaran , tiba – tiba menduga ada sesuatu yang sedang
dibicarakan oleh Lestina dengan abang nya itu . Laila segera surut masuk
kamar. Ia tiba – tiba diselimuti prasangka dan kesedihan, tanpa tahu sebab
musababnya. Ia memang sama sekali tak ada fakta bukti sedang dibicarakan
secara rahasia sebelum ia memergoki. Tapi Laila yakin, dengan perasaan
wanita yang halus ia meraba – raba bahwa pastilah Lestina sedang
membicarakan dirinya dengan mas Daud.
Tapi Laila berusaha tidak ingin menangis sekalipun ia sangat ingin untuk
menangis. Ia malahan merubah sedihnya dengan sikap gairah ketika suaminya
masuk kamar. Ketika ia memeluk Daud dengan tangan menyelusup lincah
kedalam piyama suaminya, Daud mengelakkan tangan yang menyelusup itu .
" Mana surat itu ……..", kata Daud dengan suara tertahan menahan
kesabaran.
" Surat ? " Laila masih berusaha mengelak .
Daud membentak : " Mana surat itu ! " .
Laila pucat pasi seketika , Tetapi ia masih berusaha bertahan dengan
berdusta : " Surat siapa ? , tidak ada surat ".
" Jangan bohong, kamu pasti menyembunyikannya disuatu tempat !" teriak
Daud.
Laila gemetaran mendengar bentakan itu . Sementara itu Lestina
mendengarkannya dari ruang tengah. Dan dengan perasaan yang mendidih,
Daud menatap isterinya, sementara isterinya tetap membantah jua :
" Tidak ada Mas Daud ".
" Kau bohong " kata Daud dengan seram dan dengan suara perlahan tapi
penuh ancaman, Daud berkata : " Buka lemari itu ".
" Tidak ada mas Daud…..", suara Laila menggigil.
" Buka lemari itu kata ku ! " , bentak Daud yang membuat Lestina, adiknya
sendiri juga kaget.
Perasaan Laila sudah sampai pada keruntuhannya. Ia merasa gemetar
menyerah pada keadaan . Ia sempat menyebut nama Tuhan beberapa kali
dalam hati , seraya memohon kepadaNya semoga mas Daud tidak akan
menceraikannya begitu saja. Ini ada sebabnya . Laila dulu menerima lamaran
Daud sebagai isterinya adalah tanpa persetujuan orang tua. Bahkan, ketika ia
satu tahun tidak bisa mengandung seorang bayi , ia dibisiki seorang teman telah
terkena kutuk orang tua dan harus menyembah sujud kepada mereka untuk
meminta maaf. Tetapi teman itu tidak tahu bahwa Laila meninggalkan rumah
orang tuanya dengan jalan diusir. Dan ia tidak diperkenankan lagi menginjak
pekarangan rumah orang tuanya, apalagi rumahnya.
Dengan semangat luluh, Laila membuka lemari. Tangannya menggigil
mengambil kotak berukir , dan dipungutnya amplop berisi surat papa dan mama
Daud.
Top of Form 1 Bottom of Form 1
SUATU saat , Lestina menyaksikan sendiri kejadian dimeja makan . Daud
bertanya kepada Laila, : " Apa ada serat papa dan mama dating ? "
Laila gugup, lebih gugup lagi dia ketika Lestina menatapnya tajam – tajam .
Dan sebagai pencuri yang berusaha lari , Laila berkata : " Kalau ada surat tentu
ku berikan kepadamu ".
" Aku Cuma bertanya ", kata Daud. " Sebab papa membuat telegram panjang
kekantorku , menanyakan surat nya , katanya itu surat penting ".
Lestina memperhatikan Laila. Laila bertambah gugup ditatap oleh iparnya
itu. Dia dalam rikuh masih sempat memohon kepada Tuhan agar diberi satu
jawaban yang akan menyelamatkan dustanya . Bibirnya gemetar bertanya : "
Surat penting ? , nantilah saya Tanya kepada pengatar surat ".
" Kalau memang tidak ada ya tidak apa ", kata Daud.
Tanpa setahu laila, Lestina menyodok kaki Daud dibawah meja makan itu,
Daud tahu ia diberi isyarat oleh adiknya. Tapi ia tidak ingin merusak suasana .
Ia tetap bersikap baik pada Laila , dan sedikitpun tidak punya prasangka.
Tetapi ketika Laila pergi kekamar, Lestina segera memberikan isyarat
tangan memanggil Daud . Sang kakak mendekati adiknya.
" Ada apa ? "
" Tapi bang Daud janji jangan dikatakan Lestina yang mengadukan hal ini ".
" Tidak ", Jawab Daud, " Katakanlah ".
" Surat papadan mama ada pada kak Laila ", kata Lestina dengan mata
jelalatan takut – takut kalau – kalau ia kepergok ketika melaporkan hal ini.
" Dari mana kau tahu ? " Tanya Daud tak percaya.
" Les membacanya ", kata Lestina.
" Surat itu dimana ", Tanya Daud.
" Dilemari pakaian ".
" Tetapi bagaimana kau bisa menemukannya , sedang Laila selalu hati – hati
mengunci lemari selama ini ", kata Daud.
Percakapan terhenti . Karena terdengar pintu kamar Laila berciut. Dan
Lestina berlagak memperbaiki piyama yang dipakai abangnya. Katanya
bercanda : " Kalau nanti Les punya pacar, harus pakai piyama begini ".
Laila yang mendengar Les tiba – tiba bercanda begitu , dengan kalimat –
kalimat yang gemetaran , tiba – tiba menduga ada sesuatu yang sedang
dibicarakan oleh Lestina dengan abang nya itu . Laila segera surut masuk
kamar. Ia tiba – tiba diselimuti prasangka dan kesedihan, tanpa tahu sebab
musababnya. Ia memang sama sekali tak ada fakta bukti sedang dibicarakan
secara rahasia sebelum ia memergoki. Tapi Laila yakin, dengan perasaan
wanita yang halus ia meraba – raba bahwa pastilah Lestina sedang
membicarakan dirinya dengan mas Daud.
Tapi Laila berusaha tidak ingin menangis sekalipun ia sangat ingin untuk
menangis. Ia malahan merubah sedihnya dengan sikap gairah ketika suaminya
masuk kamar. Ketika ia memeluk Daud dengan tangan menyelusup lincah
kedalam piyama suaminya, Daud mengelakkan tangan yang menyelusup itu .
" Mana surat itu ……..", kata Daud dengan suara tertahan menahan
kesabaran.
" Surat ? " Laila masih berusaha mengelak .
Daud membentak : " Mana surat itu ! " .
Laila pucat pasi seketika , Tetapi ia masih berusaha bertahan dengan
berdusta : " Surat siapa ? , tidak ada surat ".
" Jangan bohong, kamu pasti menyembunyikannya disuatu tempat !" teriak
Daud.
Laila gemetaran mendengar bentakan itu . Sementara itu Lestina
mendengarkannya dari ruang tengah. Dan dengan perasaan yang mendidih,
Daud menatap isterinya, sementara isterinya tetap membantah jua :
" Tidak ada Mas Daud ".
" Kau bohong " kata Daud dengan seram dan dengan suara perlahan tapi
penuh ancaman, Daud berkata : " Buka lemari itu ".
" Tidak ada mas Daud…..", suara Laila menggigil.
" Buka lemari itu kata ku ! " , bentak Daud yang membuat Lestina, adiknya
sendiri juga kaget.
Perasaan Laila sudah sampai pada keruntuhannya. Ia merasa gemetar
menyerah pada keadaan . Ia sempat menyebut nama Tuhan beberapa kali
dalam hati , seraya memohon kepadaNya semoga mas Daud tidak akan
menceraikannya begitu saja. Ini ada sebabnya . Laila dulu menerima lamaran
Daud sebagai isterinya adalah tanpa persetujuan orang tua. Bahkan, ketika ia
satu tahun tidak bisa mengandung seorang bayi , ia dibisiki seorang teman telah
terkena kutuk orang tua dan harus menyembah sujud kepada mereka untuk
meminta maaf. Tetapi teman itu tidak tahu bahwa Laila meninggalkan rumah
orang tuanya dengan jalan diusir. Dan ia tidak diperkenankan lagi menginjak
pekarangan rumah orang tuanya, apalagi rumahnya.
Dengan semangat luluh, Laila membuka lemari. Tangannya menggigil
mengambil kotak berukir , dan dipungutnya amplop berisi surat papa dan mama
Daud.
Top of Form 1 Bottom of Form 1
Episode 15
Ketika Laila menyodorkannya pada Daud , Laila tiba – tiba teringat pada
Lestina. Ya, Lestinalah yang telah memberitahukan hal itu kepada abangnya
tentu. Namun Laila kini menantikan kata – kata akhir dari Daud saja lagi. Ia
tidak tahu lagi apa yang akan diperbuatnya apabila Daud melakukan usiran
kasar seperti orang tua nya sendiri telah melakukan nya lebih empat tahun
yang silam.
Daud membaca surat itu. Laila terkejut mendengar suara Daud yang
berteriak lantang : " Lestina ! sini kamu "
Daud berdiri dan memegang surat itu denga gemetar . Dan ketika Lestina
masuk kekamar, Daud menamparkan amplop surat itu kemuka adiknya. Laila
menjerit karena terkejut , seraya memegangi Daud yang naik pitam mau
memukul adik kandungnya sendiri.
" Sabar mas Daud " seru Laila
" Kau ……", Daud menuding Lestina, " Kau telah memfitnah kami berdua !
sampai hatikah kamu membuat surat kepada papa dan mama , memutar
balikkan fakta, sehingga papa dan mama telah menghukum saya dan Laila !"
Daud tak peduli Lestina menangis terisak – isak . Daud akhirnya dibelai Laila
pada punggungnya. Katanya dengan suara menurun tapi menahan amarah : "
Kau masih kecil telah pula menghasut – hasut saya supaya mencurigai Laila ".
Lestina minta ampun :" Les, memang salah bang Daud "
" Tapi kau harus sadari , bahwa saya sudah dewasa . Jangan kamu mengira
saya akan terpengaruh oleh kata – kata papa atau mama sekalipun . Kau
membuat suasana menjadi misterius mengenai surat ini . Memang surat ini aku
tahu disembunyikan oleh laila. Tapi aku yakin , dia menyembunyikan surat
papa ini karena dia menganggap surat ini tidak cukup berharga sebagai nasehat
orang tua pada anak. Kamu tahu tidak selamanya nasehat orang tau itu bisa
ditelan mentah – mentah oleh seorang anak ".
Laila terharu mendengar kata – kata mantap suaminya itu. Dia kini
menemukan seorang yang bernama " manusia " , karna seseorang baru komplit
untuk dinamakan jika mampu menolak apa yang harus ditolak , dan menerima
apa yang seharusnya bisa diterima.
Ketika Lestina pergi tersedu – sedu meninggalkan kamar itu , Laila langsung
bersujud didepan lutut Daud , dan diciuminya kaki suaminya seraya menangis
tersedu sedan.
" Belum pernah aku sehormat ini pada mu, mas, kecuali malam ini ", kata
Laila dengan terisak – isak . Daud meremang bulu romanya mendengar isterinya
mengisak – isak begitu. Ia mendekapi Laila dengan mencium ubun – ubun
kepalanya.
" Istirahatlah " kata Laila kepada Daud .
Daud berdiri, tapi terasa lututnya goyah . Ia tiba – tiba menyesal telah
marah begitu hebatnya kepada Lestina. Tetapi Lestina harus belajar apa arti
hidup yang benar . Ia harus menelan hal – hal yang pahit. Tinggal manja
bersama orang tua selama ini membuat Lestina bukan saja tanpak kemanja –
manjaan , tetapi juga berjiwa penjilat . Daud tak menyukai watak penjilat ini.
Daud tak pernah dengan gampang naik pangkat dalam kariernya bekerja, hanya
karna ia tak mampu menjilat atasannya.
Kedua suami isteri itu berbaring diatas tempat tidur berdiam diri. Mata
mereka sama – sama menatap langit – langit kamar mereka.
" Tidurla, mas Daud ", kata Laila pada sang suami.
" Kukira sampai saat ini aku tak sekalipun membencimu, Laila ", kata Daud.
" Aku mengetahui dan merasakannya ", jawab Laila.
" Aku teramat sangat mencintaimu ", kata Daud.
"Ya……."
" Biarlah aku dianggap anak durhaka karna tidak mau melayani nasehat –
nasehat orang tua . Biarlah aku menjadi anak yang dibenci, asalkan aku tidak
pernah membencimu "..
Daud turun dari tempat tidur, Laila cemas bertanya : " Mau kemana , mas
Daud ? "
Daud tidak menjawab , ia memungut surat orang tuanya. Dengan sebatang
korek api dibakarnya surat orang tua nya itu seraya berkata menatapi surat
yang mulai menjadi debu itu : " Semoga papa akhirnya menyadari bila ia
membuat surat ini bukan dari hati suci nuraninya, melainkan karna terlalu
mencintai Lestina, terlalu percaya pada hasutan Lestina . Besok aku akan
membalas surat ini beserta telegramnya ".
"Pakailah kalimat yang baik, biar bagaimanapun mas Daud anak kandungnya"
kata Laila memberi saran.
" Ya….." , sahut Daud. Ketika mau merebahkan diri ditempat tidur, ia
melihat mata Laila gemerlapan dalam air mata yang berlinang. Justru wajah
yang begini yang membuat Daud terpukau karna menikmati kecantikannya.
Perasaan – perasaan bergetar memasuki urat jantannya. Dan kemudian
didekapinya Laila semesra – mesranya . Tanpa diperkirakan oleh Laila, malam
ini benar- benar malam yang lebih indah dari malam pengantin yang pernah
diresapkannyasampai keubun – ubun dan tulang sumsum .
Dan bukan malam ini saja Laila meresapi saat – saat yang seindah malam itu
. Malam berikutnya, dan berikutnya , dan berikutnya, dan berikutnya, dan
berikutnya.
Oh, Laila merasa sakit – sakit dan pegal –pegal seluruh sendi –sendinya di
pagi harinya. Suatu pagi ia merasa seleranya menyenak – nyenak . Ia tidak mau
makan dan malas masak kedapur. Daud heran, dan tiba – tiba Laila berjalan
terhuyung – huyung kekamar mandi . Laila muntah – muntah.
Daud yang heran bertanya :" Kau sakit , Laila ? " dan dipijit – pijitnya bahu
Laila dengan rasa saying. Laila bersindaba dua kali, tetapi kemudian muntah –
muntah lagi. Matanya berair , dengan suara kurang jelas ia berkata : " Mungkin
aku hamil ".
Ketika Laila menyodorkannya pada Daud , Laila tiba – tiba teringat pada
Lestina. Ya, Lestinalah yang telah memberitahukan hal itu kepada abangnya
tentu. Namun Laila kini menantikan kata – kata akhir dari Daud saja lagi. Ia
tidak tahu lagi apa yang akan diperbuatnya apabila Daud melakukan usiran
kasar seperti orang tua nya sendiri telah melakukan nya lebih empat tahun
yang silam.
Daud membaca surat itu. Laila terkejut mendengar suara Daud yang
berteriak lantang : " Lestina ! sini kamu "
Daud berdiri dan memegang surat itu denga gemetar . Dan ketika Lestina
masuk kekamar, Daud menamparkan amplop surat itu kemuka adiknya. Laila
menjerit karena terkejut , seraya memegangi Daud yang naik pitam mau
memukul adik kandungnya sendiri.
" Sabar mas Daud " seru Laila
" Kau ……", Daud menuding Lestina, " Kau telah memfitnah kami berdua !
sampai hatikah kamu membuat surat kepada papa dan mama , memutar
balikkan fakta, sehingga papa dan mama telah menghukum saya dan Laila !"
Daud tak peduli Lestina menangis terisak – isak . Daud akhirnya dibelai Laila
pada punggungnya. Katanya dengan suara menurun tapi menahan amarah : "
Kau masih kecil telah pula menghasut – hasut saya supaya mencurigai Laila ".
Lestina minta ampun :" Les, memang salah bang Daud "
" Tapi kau harus sadari , bahwa saya sudah dewasa . Jangan kamu mengira
saya akan terpengaruh oleh kata – kata papa atau mama sekalipun . Kau
membuat suasana menjadi misterius mengenai surat ini . Memang surat ini aku
tahu disembunyikan oleh laila. Tapi aku yakin , dia menyembunyikan surat
papa ini karena dia menganggap surat ini tidak cukup berharga sebagai nasehat
orang tua pada anak. Kamu tahu tidak selamanya nasehat orang tau itu bisa
ditelan mentah – mentah oleh seorang anak ".
Laila terharu mendengar kata – kata mantap suaminya itu. Dia kini
menemukan seorang yang bernama " manusia " , karna seseorang baru komplit
untuk dinamakan jika mampu menolak apa yang harus ditolak , dan menerima
apa yang seharusnya bisa diterima.
Ketika Lestina pergi tersedu – sedu meninggalkan kamar itu , Laila langsung
bersujud didepan lutut Daud , dan diciuminya kaki suaminya seraya menangis
tersedu sedan.
" Belum pernah aku sehormat ini pada mu, mas, kecuali malam ini ", kata
Laila dengan terisak – isak . Daud meremang bulu romanya mendengar isterinya
mengisak – isak begitu. Ia mendekapi Laila dengan mencium ubun – ubun
kepalanya.
" Istirahatlah " kata Laila kepada Daud .
Daud berdiri, tapi terasa lututnya goyah . Ia tiba – tiba menyesal telah
marah begitu hebatnya kepada Lestina. Tetapi Lestina harus belajar apa arti
hidup yang benar . Ia harus menelan hal – hal yang pahit. Tinggal manja
bersama orang tua selama ini membuat Lestina bukan saja tanpak kemanja –
manjaan , tetapi juga berjiwa penjilat . Daud tak menyukai watak penjilat ini.
Daud tak pernah dengan gampang naik pangkat dalam kariernya bekerja, hanya
karna ia tak mampu menjilat atasannya.
Kedua suami isteri itu berbaring diatas tempat tidur berdiam diri. Mata
mereka sama – sama menatap langit – langit kamar mereka.
" Tidurla, mas Daud ", kata Laila pada sang suami.
" Kukira sampai saat ini aku tak sekalipun membencimu, Laila ", kata Daud.
" Aku mengetahui dan merasakannya ", jawab Laila.
" Aku teramat sangat mencintaimu ", kata Daud.
"Ya……."
" Biarlah aku dianggap anak durhaka karna tidak mau melayani nasehat –
nasehat orang tua . Biarlah aku menjadi anak yang dibenci, asalkan aku tidak
pernah membencimu "..
Daud turun dari tempat tidur, Laila cemas bertanya : " Mau kemana , mas
Daud ? "
Daud tidak menjawab , ia memungut surat orang tuanya. Dengan sebatang
korek api dibakarnya surat orang tua nya itu seraya berkata menatapi surat
yang mulai menjadi debu itu : " Semoga papa akhirnya menyadari bila ia
membuat surat ini bukan dari hati suci nuraninya, melainkan karna terlalu
mencintai Lestina, terlalu percaya pada hasutan Lestina . Besok aku akan
membalas surat ini beserta telegramnya ".
"Pakailah kalimat yang baik, biar bagaimanapun mas Daud anak kandungnya"
kata Laila memberi saran.
" Ya….." , sahut Daud. Ketika mau merebahkan diri ditempat tidur, ia
melihat mata Laila gemerlapan dalam air mata yang berlinang. Justru wajah
yang begini yang membuat Daud terpukau karna menikmati kecantikannya.
Perasaan – perasaan bergetar memasuki urat jantannya. Dan kemudian
didekapinya Laila semesra – mesranya . Tanpa diperkirakan oleh Laila, malam
ini benar- benar malam yang lebih indah dari malam pengantin yang pernah
diresapkannyasampai keubun – ubun dan tulang sumsum .
Dan bukan malam ini saja Laila meresapi saat – saat yang seindah malam itu
. Malam berikutnya, dan berikutnya , dan berikutnya, dan berikutnya, dan
berikutnya.
Oh, Laila merasa sakit – sakit dan pegal –pegal seluruh sendi –sendinya di
pagi harinya. Suatu pagi ia merasa seleranya menyenak – nyenak . Ia tidak mau
makan dan malas masak kedapur. Daud heran, dan tiba – tiba Laila berjalan
terhuyung – huyung kekamar mandi . Laila muntah – muntah.
Daud yang heran bertanya :" Kau sakit , Laila ? " dan dipijit – pijitnya bahu
Laila dengan rasa saying. Laila bersindaba dua kali, tetapi kemudian muntah –
muntah lagi. Matanya berair , dengan suara kurang jelas ia berkata : " Mungkin
aku hamil ".
Episode 16
LAILA hamil, pikir Daud Waitulo .
Tiba – tiba saja Daud tidak percaya dengan dugaan Laila sendiri, bahwa
dirinya hamil. Terror perasaan yang selama ini menyerbu dan mengudak – udak
jiwanya karena Laila tidak hamil –hamil , berkelahi lagi dengan sebiah kontra-
terror : Apa masih mungkin Laila hamil olehku ?www.ac-zzz.tk
Daud Waitulo ingat cerita Lestina tentang seorang tamu yang datang
kerumah , tamu pria, ketika Daud tidak dirumah .Kata Lestina , yang menarik
baginya adalah tamu itu ganteng. Namanyapun bagus : Salomon Tamomoan .
Ketika Daud mengeluh kepada temannya bahwa ia gagal punya anak,
temannya bilang : " Itu belum tentu isterimu mandul. Mungkin kau yang mandul
atau setengah impoten ?"
Apa itu setengah impotent ?
Temannya berkata , bahwa pria setengah impoten biasanya tidak mampu
membikin puas isterinya . Dan bibit yang disebarnya kepada sang isteri adalah
bibit yang lemah . Temannya bilang, ini akibat onani diwaktu remaja dulu .
Daud Waitulo ingat itu tiba –tiba . Kini perasaannya diliputi takut , jika
ingat pada ucapan temannya : " isteri yang mempunyai suami setengah
impotent lebih berbahaya dari pada suaminya impotent total. Sebab wanita –
wanita beginilah yang mungkin menyeleweng dengan pria lain. Kalau dia
membutuhkan dan ingin punya anak, biasanya anaknya didapatkan dari pria
lain itu !"
Daud terhempas oleh perasaan takutnya. Perasaannya tak tenang kalau
pergi kekantor. Dia takut kalau – kalau memanglah pria yang bernama Salomon
Tamomoan itulah yang membikin Laila hamil.
Dan malamnya hampir saja Daud mau menanyakan terus terang kepada
Laila soal kedatangan Salomom Tamomoan itu. Soalnya ia sendiri tidak kenal
pada Salomon. Tetapi karna kontra – terror dalam bathin ini terus saja
menggebu – gebu di dalam hatinya, Daud coba – coba memberanikan diri
bertanya pada Laila . Ia menjaga agar perasaan Laila jangan salah tampa.
Karna ia tahu benar, Laila sangat cinta padanya, dan iapun cinta pada sang
isteri. Lagi pula perkawinan mereka telah disangga oleh pendeeritaan yang
berat sekali.
" Laila", kata Daud malam itu, " Saya ingat, ada tamu dating lebih kurang
dua bulan lalu. Khabarnya tamu itu mau ketemu saya " , buntut ucapan Daud
berdusta.
" Siapa ya, " Tanya Laila mesra.
" Ah, saya lupa namanya ", kata Daud berlagak mikir . " Coba kamu ingat –
ingat , pria itu dating kesini, orangnya tinggi, kuning langsat. Dia mencariku ".
' Oh", Laila memukul bahu suaminya tanda teringat, " Bukan mencarimu,
tetapi mencari Laila ".
" Oh, mencarimu ".
" Dia teman Laila sekelas dulu . Orangnya memang ganteng ", kata Laila, "
Jangkung , bertubuh atletis".
Daud terhempas oleh keterangan lengkap ini .
Kini ia menghadapi satu terror baru yang menghantui otaknya. Tetapi ia
tidak mau mengotori perasaan cintanya pada Laila, seperti ia tidak mau
mengotori perasaan cinta Laila kepadanya. Cinta dan sex tentulah berbeda .
Tetapi ini menakutkan ! Bisakah cinta dibilang masih luhur artinya jika sudah
dinodai keserongan dan penyelewengan.
Daud direnggut takut.
Daud amat takut !
Dia mencoba mengalihkan takutnya dengan tidak mau menggubris soal tamu
yang membikin berkarat dan keparat di otaknya itu. Didekapinya Laila. Dia
ingin membuktikan malam ini juga kepada Laila bahwa ia jantan tulen, tidak
impotent maupun setengah impotent.
Diciuminya punggung istrinya. Lalu ruitsluiting blouse di punggung itu
dibukanya dengan perlahan. Dan diciuminya lagi punggung Laila lebih kebawah.
Laila tentulah menggeliat geli.
' Geli………"
Daud menciumi lebih garang lagi, sampai – sampai ia ingin menyelusupi
tubuh Laila dengan hembusan – hembusan nafas lewat lian hidungnya.
" Addduhhhh, geliiiii ", suara Laila antara keluar dan tiada. Kecupan –
kecupan kecil, dengan sentuhan – sentuhan bibirnya, yang sedikit – sedikit
menyentuh, kadang kala dengan gigit – gigit kecil seperti gigitan semut,
membuat Laila terhempas – hempas menggeliat – geliat, menggelinjang –
gelinjang terkayang – kayang.
" Mas sudahlah, sudahlah,ampun, geli…….."
Daud tambah berkobar, karna ia ingin membikin isterinya ini menjadi
histeris oleh jamahan – jamahannya itu.
" Aku tak tahan ",bisik Laila.
Daud bagai tak peduli. Dia benar – benar ingin membuktikan pada Laila
bahwa ia adalah jantan top dimalam ini ! suami top malam ini !
" Mas "
Daud sendiri sudah terseret – seret oleh seruan Laila. Akhirnya
Lailamenyerukan panggilannya dengan suara suara yang makin lama semakin
perlahan, tanpa jelas apa kata – kata yang diucapkannya itu.
Pada puncak nada rendah suara Laila, maka perempuan itu merenggut bahu
Daud bagaikan budak yang mengemis memberikan singgasana kepada Raja
diraja. Dalam sekejap Laila memang tampak dari ronta – rontaannya, gerak –
geriknya, suaranya berubah bagai suara bebek serati, dan keringat membersit
dari wajah dan seluh tubuhnya.
LAILA hamil, pikir Daud Waitulo .
Tiba – tiba saja Daud tidak percaya dengan dugaan Laila sendiri, bahwa
dirinya hamil. Terror perasaan yang selama ini menyerbu dan mengudak – udak
jiwanya karena Laila tidak hamil –hamil , berkelahi lagi dengan sebiah kontra-
terror : Apa masih mungkin Laila hamil olehku ?www.ac-zzz.tk
Daud Waitulo ingat cerita Lestina tentang seorang tamu yang datang
kerumah , tamu pria, ketika Daud tidak dirumah .Kata Lestina , yang menarik
baginya adalah tamu itu ganteng. Namanyapun bagus : Salomon Tamomoan .
Ketika Daud mengeluh kepada temannya bahwa ia gagal punya anak,
temannya bilang : " Itu belum tentu isterimu mandul. Mungkin kau yang mandul
atau setengah impoten ?"
Apa itu setengah impotent ?
Temannya berkata , bahwa pria setengah impoten biasanya tidak mampu
membikin puas isterinya . Dan bibit yang disebarnya kepada sang isteri adalah
bibit yang lemah . Temannya bilang, ini akibat onani diwaktu remaja dulu .
Daud Waitulo ingat itu tiba –tiba . Kini perasaannya diliputi takut , jika
ingat pada ucapan temannya : " isteri yang mempunyai suami setengah
impotent lebih berbahaya dari pada suaminya impotent total. Sebab wanita –
wanita beginilah yang mungkin menyeleweng dengan pria lain. Kalau dia
membutuhkan dan ingin punya anak, biasanya anaknya didapatkan dari pria
lain itu !"
Daud terhempas oleh perasaan takutnya. Perasaannya tak tenang kalau
pergi kekantor. Dia takut kalau – kalau memanglah pria yang bernama Salomon
Tamomoan itulah yang membikin Laila hamil.
Dan malamnya hampir saja Daud mau menanyakan terus terang kepada
Laila soal kedatangan Salomom Tamomoan itu. Soalnya ia sendiri tidak kenal
pada Salomon. Tetapi karna kontra – terror dalam bathin ini terus saja
menggebu – gebu di dalam hatinya, Daud coba – coba memberanikan diri
bertanya pada Laila . Ia menjaga agar perasaan Laila jangan salah tampa.
Karna ia tahu benar, Laila sangat cinta padanya, dan iapun cinta pada sang
isteri. Lagi pula perkawinan mereka telah disangga oleh pendeeritaan yang
berat sekali.
" Laila", kata Daud malam itu, " Saya ingat, ada tamu dating lebih kurang
dua bulan lalu. Khabarnya tamu itu mau ketemu saya " , buntut ucapan Daud
berdusta.
" Siapa ya, " Tanya Laila mesra.
" Ah, saya lupa namanya ", kata Daud berlagak mikir . " Coba kamu ingat –
ingat , pria itu dating kesini, orangnya tinggi, kuning langsat. Dia mencariku ".
' Oh", Laila memukul bahu suaminya tanda teringat, " Bukan mencarimu,
tetapi mencari Laila ".
" Oh, mencarimu ".
" Dia teman Laila sekelas dulu . Orangnya memang ganteng ", kata Laila, "
Jangkung , bertubuh atletis".
Daud terhempas oleh keterangan lengkap ini .
Kini ia menghadapi satu terror baru yang menghantui otaknya. Tetapi ia
tidak mau mengotori perasaan cintanya pada Laila, seperti ia tidak mau
mengotori perasaan cinta Laila kepadanya. Cinta dan sex tentulah berbeda .
Tetapi ini menakutkan ! Bisakah cinta dibilang masih luhur artinya jika sudah
dinodai keserongan dan penyelewengan.
Daud direnggut takut.
Daud amat takut !
Dia mencoba mengalihkan takutnya dengan tidak mau menggubris soal tamu
yang membikin berkarat dan keparat di otaknya itu. Didekapinya Laila. Dia
ingin membuktikan malam ini juga kepada Laila bahwa ia jantan tulen, tidak
impotent maupun setengah impotent.
Diciuminya punggung istrinya. Lalu ruitsluiting blouse di punggung itu
dibukanya dengan perlahan. Dan diciuminya lagi punggung Laila lebih kebawah.
Laila tentulah menggeliat geli.
' Geli………"
Daud menciumi lebih garang lagi, sampai – sampai ia ingin menyelusupi
tubuh Laila dengan hembusan – hembusan nafas lewat lian hidungnya.
" Addduhhhh, geliiiii ", suara Laila antara keluar dan tiada. Kecupan –
kecupan kecil, dengan sentuhan – sentuhan bibirnya, yang sedikit – sedikit
menyentuh, kadang kala dengan gigit – gigit kecil seperti gigitan semut,
membuat Laila terhempas – hempas menggeliat – geliat, menggelinjang –
gelinjang terkayang – kayang.
" Mas sudahlah, sudahlah,ampun, geli…….."
Daud tambah berkobar, karna ia ingin membikin isterinya ini menjadi
histeris oleh jamahan – jamahannya itu.
" Aku tak tahan ",bisik Laila.
Daud bagai tak peduli. Dia benar – benar ingin membuktikan pada Laila
bahwa ia adalah jantan top dimalam ini ! suami top malam ini !
" Mas "
Daud sendiri sudah terseret – seret oleh seruan Laila. Akhirnya
Lailamenyerukan panggilannya dengan suara suara yang makin lama semakin
perlahan, tanpa jelas apa kata – kata yang diucapkannya itu.
Pada puncak nada rendah suara Laila, maka perempuan itu merenggut bahu
Daud bagaikan budak yang mengemis memberikan singgasana kepada Raja
diraja. Dalam sekejap Laila memang tampak dari ronta – rontaannya, gerak –
geriknya, suaranya berubah bagai suara bebek serati, dan keringat membersit
dari wajah dan seluh tubuhnya.
Episode 17
Daud bangga, ia menemukan formnya , seperti Rudy hartono menghadapi
lawannya Bandid Jaiyen yang tersengal – sengal. Daud semakin merasa top
ketika dia melihat begitu mengedudunya Laila. Mengedudu dengan berbisik.
Membisikkannya sesuatu yang tak pernah dimintanya selama ini.
Tetapi dari sudut yang paling ilmiahpun permintaan melalui bisikan Laila itu
bisa diterima. Ada kalanya orang bersuami isteri itu difihak istrinya malu
menyampaikan keinginannya. Sehingga istri selalu jadi pasif bagai pohon pisang
yang dingin terlentang begitu saja. Ini tidak baik. Karna tidak ada yang perlu
dirahasiakan lagi. Kepuasan sexual adalah kebutuhan, bukannya gengsi.
Dan Laila – mungkin tak sadar – tidak ambil pusing untuk bergengsi – gengsi ,
karena ia benar – benar butuh kepuasan. Hal ini mungkin karna Daud Waitulo
telah memberikan waktu cukup lama didalam yang orang Belanda bilang
"voorspellen".
Sex memang tidak bisa dilakukan secara primitif . Sex adalah hubungan
sadar dengan lelaki sebagai nahkodanya. Lelaki yang hanyut sendirian akan
kedodoran, dan dia akan dimaki – maki perempuan yang butuh kepuasan
sebagai "lelaki tokcer ".
Daud telah berbuat sebaik – baiknya dengan keinginan menaklukkan Laila.
Dan memang, kepuasan sex bagi wanita adalah apabila lelaki punya sikap sadar
bahwa ia harus menjadi pemenang.
Dan Daud berhasil 100 prosen dimalam ini.
Dia benar - benar memenangkannya, sampai – sampai Laila bagaikan singa
betina yang mengaum sebelum tewas pada akhir yang dicapainya. Dia memeluk
Daud erat –erat, melepaskan lenguh nafas bagai seekor kerbau habis
membajak, dandi pukulnya Daud dengan pukulan – pukulan kecil dua kali sambil
memaki manja :
" Ah, kau sihhhhh ".
Pukulan kecil dua kali adalah pertanda setiap wanita yang sampai mencapai
kepuasan. Atau cubitan dua kali. Atau gigitan dua kali . Kalau sekali saja itu
hanya kepuasan normal, bukan kepuasan maximal. Lelaki sehat macam Daud
telah memberikan yang maximal. Beginilah seharusnya semua pria, semua
suami !
Daud sendiri terkapar sebagai Hercules yang selesai merontokkan tiang
raksasa. Sebelah tangannya jatuh ditepi tempat tidur . Keringat meluncur dari
bahu melalui lengannya dan jari-jarinya, menetes – netes dilantai. Sebelumnya
Daud ingin berkata, jika dia berhasil : 'Aku kan lebih hebat dari Salomon ? '.
Tetapi tidak jadi. Dia sudah ibarat matador yang pingsan sehabis menaklukan
banteng diarena pertarungan.
Dia lupa, dia letih, dia tidur.
Dia tidak tahu, Laila dengan sikap saying membelai – belai dada sang suami
yang tidur terkapar itu. Laila menghapus keringat disekujur tubuh Daud, dan
menutupi tubuh daud dengan kain sarong.
Masih ada sisa nafas kerbau yang dilemparkan laila sebelum ia akhirnya
ketiduran. Bila Laila terbangun, tampak olehnya Daud masih terkapar. Laila
belum pernah membangunkan Daud dengan begitu mesra, semesra pagi ini.
Ditepuk – tepuknya ujung hidung Daud dengan telunjuknya.
Daud membuka mata. Laila menepuk – nepuk lagi.
Bila Daud membuka mata, rasanya Laila begitu gemas. Tiba – tiba Laila
memegang, dan meremas – remas dengan amat gemes dan berkeluh : "
Hhhhhhhhhhhhh"
"Ada apa Laila "
" Hhhhhhhhh"
" Aduh sakit ! " Daud setengah teriak.
" Hihhhhhh !"
" Aduh "
" Gemes aku", gerutu Laila.
' Aduh sakit, ngapain kau ? kubikin tersengal – sengal seperti tadi malam,
mau kau ? "
Laila diam, matanya melirik, Daud Tanya lagi : " Mau ? "
Laila diam. Hampir tak ada bersuara. Matanya melirik. Bahasa mata dan
lirik mata wanita memang jauh lebih antik dari pada jika ia mengucapkannya
dengan bahasa prosa.
Daud menatap Laila.
Laila melirik Daud, dan dicubitnya Daud, kemudian, kemudian sekali,
mereka berdua bergumul dipagi itu.
Ketika setengah jam duduk di kantor, matanya sudah mengantuk, Daud jadi
malas hari itu. Dan Lailapun di rumah , belum mandi malahan
Laila malas – malasan menyahuti ketukan pintu Lestina.
" Nggak dikunci ", katanya.
Pintu kamar itu didorong oleh Lestina. Gadis itu masuk , dan membisiki
telinga Laila yang masih tengkurap malas.
" Ada tamu ", bisik Lestina.
" Siapa "
" Katanya teman lama kakak ", kata Lestina.
" Siapa ya ? "
" Saya lupa nanyain ", kata Lestina dan keluar dari kamar itu.
Dan Laila , dengan malas dan rambut masih acak – acakkan keluar dari
kamarnya. Rupanya tamunya sudah duduk. Begitu melihat tamunya, Laila
menutup muka dengan malu dan berkata : " Duduk dulu ya ? Aduh, lagi males
baru bangun tidur ".
" Kalau sudah bonafit sih bangun kesiangan juga nggak apa ", kata sang
tamu.
" Sebentar , saya mandi dulu "
Lestina menyediakan minuman bagi tamunya Laila, lalu ia kekamar dan
membaca komik, komik Yan Mintarga. Memang komik Yan Mintarga lagi
digandrungi cowok dan cewek remaja, tidak terkecuali Lestina. Merega meniru
gaya rambut, atau model baju, atau model short atau model nyentrik dari
komik – komik Yan ini.
Yang sebenernya Laila ingin mandi yang segar dan lama.
Soalnya, mandi begini adalah mandi segar, mandi junub yang senantiasa
nikmat rasanya bila habis bersetubuh.
Bila Laila melihat bentuk tubuhnya , memegang perutnya, tetapi pagi ini ia
tak merasa mau muntah. Yang ada terasa hanyalah pegal – pegal, pusing –
pusing, dan dikaca toilet dilihatnya wajahnya begitu pucat.
Sinar lampu kamar mandi pun dirasanya silau. Ya, memang inilah "ruginya "
wanita – wanita atau suami – suami yang telah mencapai kepuasan : Tak ada
sinar yang kelewat terang yang mampu ditatap. Urat – urat syaraf mata rasanya
ikut letih juga.
Dengan rambut basah terjurai, Laila berlari – lari malu menuju kamar. Dan
bila ia selesai bersisir, rambut basah itu tetap terjurai sebagai layaknya
perempuan selesai berkeramas rambut. Dan dengan malu – malu Laila menemui
tamunya : Dia seakan –akan menutupi mengapa ia berkeramas. :
" Ini kepala gatal – gatal , saya keramasan ", kata Laila , " Tumben kok kamu
datang kesini , Joana ".
" Kamu kelihatannya segar Laila " , kata Joana.
" Ah, jangan nyindir ", kata Laila malu – malu, " Saya keramas bukan apa-apa
, Cuma kulit kepala gatal – gatal ".
" Saya kesini kebetulan saja ", kata Joana.
" Ada teman ketemu kamu di dokter kandungan. Ngapa'in kamu kesana sih ?
".
Laila agak heran juga tetapi ia tetap menjelaskan :
" Saya kedokter memeriksakan diri , kamu tau'kan, sudah sebegini lama
kawin , saya belum hamil – hamil juga ".
" Itu bukan dokter yang berurusan dengan pria –pria yang impotent ? " Tanya
Joana .
" Nggak ", bantah Laila, " Kenapa sih ? "
" Tidak ", kata Joana menghindari diri, " Kalau gitu saya salah mendapatkan
keterangan tentang dokter itu ".
Episode 18
" Dokter itu khusus mengenai kandungan, tetapi diapun pernah study
tentang penyakit kelamin. Jadi klop juga ".
Joana menjadi ketarik kini, dia bernafsu bertanya : " Suamimu juga
diperiksakan ? "
" Ya –", kata Laila agak bertambah heran, " Kamu ada persoalan apa sih ? "
Joana menundukkan kepala. Tampak sekali dengan jelas, bahwa ia sedang
menutupi sesuatu dalam dirinya.
" Ada apa sih , Joan ? " , Tanya Laila.
" Mungkin kami dulu pacaran terlalu lama ", mulailah Joana mengeluh , "
Kau barangkali ingat, semasa kami di SMP pun kami sudah pacaran. Aku sampai
sekarang belum dapat anak. Mungkin ketika memasuki perkawinan cinta saya
dan mas Salomon sudah jadi dingin ".
Tiba – tiba jelaslah bagi Laila sekarang setelah Joana menyebutkan nama
Salomon.
" Memang Salomon pernah kesini ", kata Laila.
" Jadi dia tanyakan apa pada suamimu soal itu ? " Tanya Joana.
" Soal itu soal apa ? ", Tanya Laila.
" Soal penderitaannya ", kata Joana, " kau tahu dia menderita sekali.
Mungkin karna aku sering ngomel kalau habis gituan. Kami berdua semakin hari
semakin dingin. Sudah dua bulan ini sama sekali tidak disentuh, mungkin juga
dia minder, tapi mungkin juga karna aku merasa ogah – ogahan. Habis gitu sih ,
baru lima menit, sudah selesai ".
" Lima menit gimana ?", Tanya Laila.
" Itu, Hmmmmmm ", Joana menundukkan kepala.
Dipukulnya dengkul Laila agar ia kelihatan menanyakannya tidak begitu
bersungguh. Dan bertanyalah dia sambil tertawa – tawa : " Suami mu berapa
menit ? ".
Laila yang jadi malu karena Joana menanyakan hal itu. Dia pancing
bertanya : " Koq tanyakan soal – soal intern , kenapa sih ? "
" Berapa menit kalau main ? " Tanya Joana.
Laila mencubit paha teman akrabnya itu. Dan Joana mendesak terus. Laila
akhirnya menyerah juga: " ya, lebih 30 menit, kadang – kadang hampir 1 jam ".
Joana menganga mendengarnya. Terbayang olehnya, jika suaminya –
Salomon Tamomoan mapu sampai sebegitu lama, mungkin dinginnya suasana
sexual dirumahnya tidaklah sebegitu membuat ke dua suami isteri menderita.
Joana da Salomon sama – sama cinta, tetapi cinta yang bertahun – tahun
dipupuk waktu pacaran, sampai kawin juga bertahun – tahun, akhirnya
membuat keduanya sama dingin. Joana sering menyalahkan dirinya,
sukangomel kalau Salomon begitu cepat mengakhiri permainan cinta diatas
ranjang mereka ! Bukan saja ngomel, kadang kala benci sekali dia pada
Salomon.
Pernah Joana melampiaskan kekesalannya berlebih- lebihan : " Buat apa
ganteng seperti bintang film, kalau kamu impotent, Sal ! Itu'kan seperti iklan
disurat kabar tentang pria gagah yang tidak punya urat – urat yang segar ".
Salomon menjadi rendah diri karna mendengar omelan isterinya dan dia
akhirnya menganggap lebih baik cinta tanpa perkawinan, karna sejak
perkawinan, dan legalitas sexual terjadi, maka mulailah ia dirongrong rasa
benci kepada Joana, rasa benci pada diri sendiri.
" Kayak mimpi kudengar suamimu sampai 1 jam ", kata Joana ketawa
sendiri, yang diperhatikan Laila terheran – heran.
" Kukira itu wajar saja ", kata Laila.
" Suamimu hot ", kata Joana, " Kau harusnya berbahagia. Daud Waitulo
nggak begitu gagah disbanding suamiku, tetapi di atas ranjang buat kita
wanita'kan nggak perlu gagah – gagahan ? ".
Laila tersenyum . Seakan – akan ingin menasehati Joana agar tidak terlalu
dinerakai oleh pikiran mengenai hal itu ke itu juga : kepuasan sex, lamanya
waktu bersetubuh, yang dua-duanya ini hanya membebani rongrong
penyasalan.
Tapi Laila tak jadi menasehati. Kini dia mendengar suara Joana ketawa
menyeringai, ketawa cemooh : " Kau mungkin belum pernah mengalami, betapa
gondok bila sang istri menemukan sang suami impotent. Suamiku ibarat seorang
yang kayaknya kuat, padahal baru senggol sedikit didepan pintu sudah jatuh
lagi ".
" Begitu ? ", Laila bertanya.
" Demi apa saja aku mau sumpah . Kita barusan sedang merasa terangsang ",
keluh Joana. " Eeeeeeeee, dia sudah abis : bisa gila nggak gua ? kamu tau
hampir aja aku main gila ama anak tetangga sebelah. Dia sering numpang
mandi di kamar mandiku. Anak itu memang nakal, tetapi karena aku belum
berani, aku Cuma mengherankan, anak umur enam belas tahun punya
keistiewaan size yang luar biasa. Kadang – kadang pintu kamar mandi berlagak
dibukanya sedikit ketika numpang mandi. Hhhhhhhhh, kalau nggak mikirin
moral, saya sudah ngebet mau nerkam dia ".
Daud bangga, ia menemukan formnya , seperti Rudy hartono menghadapi
lawannya Bandid Jaiyen yang tersengal – sengal. Daud semakin merasa top
ketika dia melihat begitu mengedudunya Laila. Mengedudu dengan berbisik.
Membisikkannya sesuatu yang tak pernah dimintanya selama ini.
Tetapi dari sudut yang paling ilmiahpun permintaan melalui bisikan Laila itu
bisa diterima. Ada kalanya orang bersuami isteri itu difihak istrinya malu
menyampaikan keinginannya. Sehingga istri selalu jadi pasif bagai pohon pisang
yang dingin terlentang begitu saja. Ini tidak baik. Karna tidak ada yang perlu
dirahasiakan lagi. Kepuasan sexual adalah kebutuhan, bukannya gengsi.
Dan Laila – mungkin tak sadar – tidak ambil pusing untuk bergengsi – gengsi ,
karena ia benar – benar butuh kepuasan. Hal ini mungkin karna Daud Waitulo
telah memberikan waktu cukup lama didalam yang orang Belanda bilang
"voorspellen".
Sex memang tidak bisa dilakukan secara primitif . Sex adalah hubungan
sadar dengan lelaki sebagai nahkodanya. Lelaki yang hanyut sendirian akan
kedodoran, dan dia akan dimaki – maki perempuan yang butuh kepuasan
sebagai "lelaki tokcer ".
Daud telah berbuat sebaik – baiknya dengan keinginan menaklukkan Laila.
Dan memang, kepuasan sex bagi wanita adalah apabila lelaki punya sikap sadar
bahwa ia harus menjadi pemenang.
Dan Daud berhasil 100 prosen dimalam ini.
Dia benar - benar memenangkannya, sampai – sampai Laila bagaikan singa
betina yang mengaum sebelum tewas pada akhir yang dicapainya. Dia memeluk
Daud erat –erat, melepaskan lenguh nafas bagai seekor kerbau habis
membajak, dandi pukulnya Daud dengan pukulan – pukulan kecil dua kali sambil
memaki manja :
" Ah, kau sihhhhh ".
Pukulan kecil dua kali adalah pertanda setiap wanita yang sampai mencapai
kepuasan. Atau cubitan dua kali. Atau gigitan dua kali . Kalau sekali saja itu
hanya kepuasan normal, bukan kepuasan maximal. Lelaki sehat macam Daud
telah memberikan yang maximal. Beginilah seharusnya semua pria, semua
suami !
Daud sendiri terkapar sebagai Hercules yang selesai merontokkan tiang
raksasa. Sebelah tangannya jatuh ditepi tempat tidur . Keringat meluncur dari
bahu melalui lengannya dan jari-jarinya, menetes – netes dilantai. Sebelumnya
Daud ingin berkata, jika dia berhasil : 'Aku kan lebih hebat dari Salomon ? '.
Tetapi tidak jadi. Dia sudah ibarat matador yang pingsan sehabis menaklukan
banteng diarena pertarungan.
Dia lupa, dia letih, dia tidur.
Dia tidak tahu, Laila dengan sikap saying membelai – belai dada sang suami
yang tidur terkapar itu. Laila menghapus keringat disekujur tubuh Daud, dan
menutupi tubuh daud dengan kain sarong.
Masih ada sisa nafas kerbau yang dilemparkan laila sebelum ia akhirnya
ketiduran. Bila Laila terbangun, tampak olehnya Daud masih terkapar. Laila
belum pernah membangunkan Daud dengan begitu mesra, semesra pagi ini.
Ditepuk – tepuknya ujung hidung Daud dengan telunjuknya.
Daud membuka mata. Laila menepuk – nepuk lagi.
Bila Daud membuka mata, rasanya Laila begitu gemas. Tiba – tiba Laila
memegang, dan meremas – remas dengan amat gemes dan berkeluh : "
Hhhhhhhhhhhhh"
"Ada apa Laila "
" Hhhhhhhhh"
" Aduh sakit ! " Daud setengah teriak.
" Hihhhhhh !"
" Aduh "
" Gemes aku", gerutu Laila.
' Aduh sakit, ngapain kau ? kubikin tersengal – sengal seperti tadi malam,
mau kau ? "
Laila diam, matanya melirik, Daud Tanya lagi : " Mau ? "
Laila diam. Hampir tak ada bersuara. Matanya melirik. Bahasa mata dan
lirik mata wanita memang jauh lebih antik dari pada jika ia mengucapkannya
dengan bahasa prosa.
Daud menatap Laila.
Laila melirik Daud, dan dicubitnya Daud, kemudian, kemudian sekali,
mereka berdua bergumul dipagi itu.
Ketika setengah jam duduk di kantor, matanya sudah mengantuk, Daud jadi
malas hari itu. Dan Lailapun di rumah , belum mandi malahan
Laila malas – malasan menyahuti ketukan pintu Lestina.
" Nggak dikunci ", katanya.
Pintu kamar itu didorong oleh Lestina. Gadis itu masuk , dan membisiki
telinga Laila yang masih tengkurap malas.
" Ada tamu ", bisik Lestina.
" Siapa "
" Katanya teman lama kakak ", kata Lestina.
" Siapa ya ? "
" Saya lupa nanyain ", kata Lestina dan keluar dari kamar itu.
Dan Laila , dengan malas dan rambut masih acak – acakkan keluar dari
kamarnya. Rupanya tamunya sudah duduk. Begitu melihat tamunya, Laila
menutup muka dengan malu dan berkata : " Duduk dulu ya ? Aduh, lagi males
baru bangun tidur ".
" Kalau sudah bonafit sih bangun kesiangan juga nggak apa ", kata sang
tamu.
" Sebentar , saya mandi dulu "
Lestina menyediakan minuman bagi tamunya Laila, lalu ia kekamar dan
membaca komik, komik Yan Mintarga. Memang komik Yan Mintarga lagi
digandrungi cowok dan cewek remaja, tidak terkecuali Lestina. Merega meniru
gaya rambut, atau model baju, atau model short atau model nyentrik dari
komik – komik Yan ini.
Yang sebenernya Laila ingin mandi yang segar dan lama.
Soalnya, mandi begini adalah mandi segar, mandi junub yang senantiasa
nikmat rasanya bila habis bersetubuh.
Bila Laila melihat bentuk tubuhnya , memegang perutnya, tetapi pagi ini ia
tak merasa mau muntah. Yang ada terasa hanyalah pegal – pegal, pusing –
pusing, dan dikaca toilet dilihatnya wajahnya begitu pucat.
Sinar lampu kamar mandi pun dirasanya silau. Ya, memang inilah "ruginya "
wanita – wanita atau suami – suami yang telah mencapai kepuasan : Tak ada
sinar yang kelewat terang yang mampu ditatap. Urat – urat syaraf mata rasanya
ikut letih juga.
Dengan rambut basah terjurai, Laila berlari – lari malu menuju kamar. Dan
bila ia selesai bersisir, rambut basah itu tetap terjurai sebagai layaknya
perempuan selesai berkeramas rambut. Dan dengan malu – malu Laila menemui
tamunya : Dia seakan –akan menutupi mengapa ia berkeramas. :
" Ini kepala gatal – gatal , saya keramasan ", kata Laila , " Tumben kok kamu
datang kesini , Joana ".
" Kamu kelihatannya segar Laila " , kata Joana.
" Ah, jangan nyindir ", kata Laila malu – malu, " Saya keramas bukan apa-apa
, Cuma kulit kepala gatal – gatal ".
" Saya kesini kebetulan saja ", kata Joana.
" Ada teman ketemu kamu di dokter kandungan. Ngapa'in kamu kesana sih ?
".
Laila agak heran juga tetapi ia tetap menjelaskan :
" Saya kedokter memeriksakan diri , kamu tau'kan, sudah sebegini lama
kawin , saya belum hamil – hamil juga ".
" Itu bukan dokter yang berurusan dengan pria –pria yang impotent ? " Tanya
Joana .
" Nggak ", bantah Laila, " Kenapa sih ? "
" Tidak ", kata Joana menghindari diri, " Kalau gitu saya salah mendapatkan
keterangan tentang dokter itu ".
Episode 18
" Dokter itu khusus mengenai kandungan, tetapi diapun pernah study
tentang penyakit kelamin. Jadi klop juga ".
Joana menjadi ketarik kini, dia bernafsu bertanya : " Suamimu juga
diperiksakan ? "
" Ya –", kata Laila agak bertambah heran, " Kamu ada persoalan apa sih ? "
Joana menundukkan kepala. Tampak sekali dengan jelas, bahwa ia sedang
menutupi sesuatu dalam dirinya.
" Ada apa sih , Joan ? " , Tanya Laila.
" Mungkin kami dulu pacaran terlalu lama ", mulailah Joana mengeluh , "
Kau barangkali ingat, semasa kami di SMP pun kami sudah pacaran. Aku sampai
sekarang belum dapat anak. Mungkin ketika memasuki perkawinan cinta saya
dan mas Salomon sudah jadi dingin ".
Tiba – tiba jelaslah bagi Laila sekarang setelah Joana menyebutkan nama
Salomon.
" Memang Salomon pernah kesini ", kata Laila.
" Jadi dia tanyakan apa pada suamimu soal itu ? " Tanya Joana.
" Soal itu soal apa ? ", Tanya Laila.
" Soal penderitaannya ", kata Joana, " kau tahu dia menderita sekali.
Mungkin karna aku sering ngomel kalau habis gituan. Kami berdua semakin hari
semakin dingin. Sudah dua bulan ini sama sekali tidak disentuh, mungkin juga
dia minder, tapi mungkin juga karna aku merasa ogah – ogahan. Habis gitu sih ,
baru lima menit, sudah selesai ".
" Lima menit gimana ?", Tanya Laila.
" Itu, Hmmmmmm ", Joana menundukkan kepala.
Dipukulnya dengkul Laila agar ia kelihatan menanyakannya tidak begitu
bersungguh. Dan bertanyalah dia sambil tertawa – tawa : " Suami mu berapa
menit ? ".
Laila yang jadi malu karena Joana menanyakan hal itu. Dia pancing
bertanya : " Koq tanyakan soal – soal intern , kenapa sih ? "
" Berapa menit kalau main ? " Tanya Joana.
Laila mencubit paha teman akrabnya itu. Dan Joana mendesak terus. Laila
akhirnya menyerah juga: " ya, lebih 30 menit, kadang – kadang hampir 1 jam ".
Joana menganga mendengarnya. Terbayang olehnya, jika suaminya –
Salomon Tamomoan mapu sampai sebegitu lama, mungkin dinginnya suasana
sexual dirumahnya tidaklah sebegitu membuat ke dua suami isteri menderita.
Joana da Salomon sama – sama cinta, tetapi cinta yang bertahun – tahun
dipupuk waktu pacaran, sampai kawin juga bertahun – tahun, akhirnya
membuat keduanya sama dingin. Joana sering menyalahkan dirinya,
sukangomel kalau Salomon begitu cepat mengakhiri permainan cinta diatas
ranjang mereka ! Bukan saja ngomel, kadang kala benci sekali dia pada
Salomon.
Pernah Joana melampiaskan kekesalannya berlebih- lebihan : " Buat apa
ganteng seperti bintang film, kalau kamu impotent, Sal ! Itu'kan seperti iklan
disurat kabar tentang pria gagah yang tidak punya urat – urat yang segar ".
Salomon menjadi rendah diri karna mendengar omelan isterinya dan dia
akhirnya menganggap lebih baik cinta tanpa perkawinan, karna sejak
perkawinan, dan legalitas sexual terjadi, maka mulailah ia dirongrong rasa
benci kepada Joana, rasa benci pada diri sendiri.
" Kayak mimpi kudengar suamimu sampai 1 jam ", kata Joana ketawa
sendiri, yang diperhatikan Laila terheran – heran.
" Kukira itu wajar saja ", kata Laila.
" Suamimu hot ", kata Joana, " Kau harusnya berbahagia. Daud Waitulo
nggak begitu gagah disbanding suamiku, tetapi di atas ranjang buat kita
wanita'kan nggak perlu gagah – gagahan ? ".
Laila tersenyum . Seakan – akan ingin menasehati Joana agar tidak terlalu
dinerakai oleh pikiran mengenai hal itu ke itu juga : kepuasan sex, lamanya
waktu bersetubuh, yang dua-duanya ini hanya membebani rongrong
penyasalan.
Tapi Laila tak jadi menasehati. Kini dia mendengar suara Joana ketawa
menyeringai, ketawa cemooh : " Kau mungkin belum pernah mengalami, betapa
gondok bila sang istri menemukan sang suami impotent. Suamiku ibarat seorang
yang kayaknya kuat, padahal baru senggol sedikit didepan pintu sudah jatuh
lagi ".
" Begitu ? ", Laila bertanya.
" Demi apa saja aku mau sumpah . Kita barusan sedang merasa terangsang ",
keluh Joana. " Eeeeeeeee, dia sudah abis : bisa gila nggak gua ? kamu tau
hampir aja aku main gila ama anak tetangga sebelah. Dia sering numpang
mandi di kamar mandiku. Anak itu memang nakal, tetapi karena aku belum
berani, aku Cuma mengherankan, anak umur enam belas tahun punya
keistiewaan size yang luar biasa. Kadang – kadang pintu kamar mandi berlagak
dibukanya sedikit ketika numpang mandi. Hhhhhhhhh, kalau nggak mikirin
moral, saya sudah ngebet mau nerkam dia ".
Episode 19
Joana sudah mulai ngawur bercerita . Akhirnya dia kembali kesoal semula : "
Apa jadi si Sal menemui suamimu untuk minta advis ? ".
" Lho, dia Cuma kesini . Waktu Laila Tanya dia malah kayak bingung ", Kata
Laila menceritakan misteriusnya kedatangan Salomon dua bulan berselang.
" Saya kira dia merahasiakan sesuatu , misalnya mau minta bantuan apa kek
".
" Oh, soal uang kami cukup ", kata Joana, " Tatapi kepuasan perkawinan,
terutama kepuasan sang isteri tidak di duit. Sex menentukan juga. Kalau begitu
saya akan paksa Salomon ke Dokter kelamin itu. Siapa tau , dulu, waktu masih
pacaran sama aku di SMP dia sudah umbar nafsunya sama pelacur – pelacur
sehingga waktu jadi suamiku , aku nggak kebagian seujung – ujungpun ".
Joana mengeluh. Tampak wajahnya yang murung.
Kemudian Joana berkata : " Dimana kantor suamimu Lail ? Aku mau seret
Salomon untuk minta advis kekantor suamimu kalau perlu ".
Laila memberikan kartu nama suaminya, Daud Waitulo. Joana tampak
gembira dan menunjukkan kartu nama itu kepada Laila : " Kamu bahagia punya
suami dengan kapasitas 1 jam , Laila. Udah ya. Gua jadi ngelantur ngomong ini
itu sampai soal rahasia pribadi jadi diomongin ".
Joana pergi, Laila terheran – heran.
Ketika Daud Waitulo pulang kantor, kebetulan Laila masih tidur. Heran
sekali Daud punya perasaan curiga saja jika dia pulang, semenjak adiknya
Lestina memberi tahu tentang Salomon Tamomoan itu.
Bahwa Salomom Tamomoan gagah, Laila sendiri sudah pernah ngomong
kemarin malam. Dia takut, Salomon akan sering dating jika Daud kekantor.
Maka ditanyanya Lestina dengan berbisik : " Tadi ada tamu dating ? "
" Ada "kata Lestina.
" Siapa "
" Ya masih ada urusannya dengan tamu yang dulu juga ", kata Lestina.
" Yang kau bilang Salomon Tamomoan itu ?"
" Ya "
Tanpa diduga, Laila rupanya mendengar percakapan Daud dan adiknya itu.
Laila berseru dari kamar : " Tadi isterinya Salomon yang dulu dating ".
" Isterinya ?" Tanya Daud heran " Dulu suaminya sekarang isterinya , ada apa
sih "
Laila memang Daud dari kamar pintu secara rahasia. Daud pun menyerahka
tas dan masuk kamar dengan penury minat. Laila berbisik : " Nanti kedengaran
sama Lestina , dia masih bocah ".
Laila meraih Daud, menciumnya dengan saying :
" Kau patut jadi suami kebanggaan. Berbahagialah orang yang jadi isterimu,
dan kau pun memberi kepuasan pada isteri ".
" Ini cerita mana ujung pangkalnya ? " Tanya Daud.
" Kasian si Joan. Dia menderita bathin karena Salomon rupanya gagah
kulitnya, tetapi dibalik pakaiannya ternyata ia impotent ".
" Ha ? "
" Dulu Joana menyuruh suaminya kesini itu, maksudnya mau disuruh ketemu
kau, dan disuruhnya Salomon minta advis kamu ", kata Laila lincah.
" Oh "
" Dia rupanya malu bilang sama aku ", kata Laila, " Makanya , datangnya
maupun perginya jadi tanda Tanya. Ya sih, siapa yang mau cerita tentang aib
sendiri "
Laila bercerita begitu sambil membuka dasi Daud, membuka kaos kaki Daud.
Daud duduk melongo saja ditepi tempat tidur. Ketika celana pantolan Daud
digantungkan dihanger, dan juga kemeja, Daud melongo saja dalam berpakaian
singlet dan celana dalam itu . Laila menyergapnya dengan pelukan dasyat : "
Kau memang suami kebanggaan ".
Memang ada perubahan sikap Laila kepada Daud sejak datangnya Joan itu.
Ia kagum pada Daud . Ia tak mau kehilangan pria seperti Daud. Padahal, sikap –
sikap buas seperti ini hanyalah perkembangan sewajarnya saja dari wanita
hamil muda.
Karena wanita hamil muda senantiasa lebih gampang terangsang.
Itu yang membuat Daud sore – sore menjelang magrib tampak terhuyung –
huyung keluar dari kamar, didorong – dorong oleh Laila dengan penuh bercanda
kekanak-kanakan, dengan jaz-juz-jaz-juz bagai main kereta api menuju kamar
mandi, membuat Lestina iri hati saja !
Joana sudah mulai ngawur bercerita . Akhirnya dia kembali kesoal semula : "
Apa jadi si Sal menemui suamimu untuk minta advis ? ".
" Lho, dia Cuma kesini . Waktu Laila Tanya dia malah kayak bingung ", Kata
Laila menceritakan misteriusnya kedatangan Salomon dua bulan berselang.
" Saya kira dia merahasiakan sesuatu , misalnya mau minta bantuan apa kek
".
" Oh, soal uang kami cukup ", kata Joana, " Tatapi kepuasan perkawinan,
terutama kepuasan sang isteri tidak di duit. Sex menentukan juga. Kalau begitu
saya akan paksa Salomon ke Dokter kelamin itu. Siapa tau , dulu, waktu masih
pacaran sama aku di SMP dia sudah umbar nafsunya sama pelacur – pelacur
sehingga waktu jadi suamiku , aku nggak kebagian seujung – ujungpun ".
Joana mengeluh. Tampak wajahnya yang murung.
Kemudian Joana berkata : " Dimana kantor suamimu Lail ? Aku mau seret
Salomon untuk minta advis kekantor suamimu kalau perlu ".
Laila memberikan kartu nama suaminya, Daud Waitulo. Joana tampak
gembira dan menunjukkan kartu nama itu kepada Laila : " Kamu bahagia punya
suami dengan kapasitas 1 jam , Laila. Udah ya. Gua jadi ngelantur ngomong ini
itu sampai soal rahasia pribadi jadi diomongin ".
Joana pergi, Laila terheran – heran.
Ketika Daud Waitulo pulang kantor, kebetulan Laila masih tidur. Heran
sekali Daud punya perasaan curiga saja jika dia pulang, semenjak adiknya
Lestina memberi tahu tentang Salomon Tamomoan itu.
Bahwa Salomom Tamomoan gagah, Laila sendiri sudah pernah ngomong
kemarin malam. Dia takut, Salomon akan sering dating jika Daud kekantor.
Maka ditanyanya Lestina dengan berbisik : " Tadi ada tamu dating ? "
" Ada "kata Lestina.
" Siapa "
" Ya masih ada urusannya dengan tamu yang dulu juga ", kata Lestina.
" Yang kau bilang Salomon Tamomoan itu ?"
" Ya "
Tanpa diduga, Laila rupanya mendengar percakapan Daud dan adiknya itu.
Laila berseru dari kamar : " Tadi isterinya Salomon yang dulu dating ".
" Isterinya ?" Tanya Daud heran " Dulu suaminya sekarang isterinya , ada apa
sih "
Laila memang Daud dari kamar pintu secara rahasia. Daud pun menyerahka
tas dan masuk kamar dengan penury minat. Laila berbisik : " Nanti kedengaran
sama Lestina , dia masih bocah ".
Laila meraih Daud, menciumnya dengan saying :
" Kau patut jadi suami kebanggaan. Berbahagialah orang yang jadi isterimu,
dan kau pun memberi kepuasan pada isteri ".
" Ini cerita mana ujung pangkalnya ? " Tanya Daud.
" Kasian si Joan. Dia menderita bathin karena Salomon rupanya gagah
kulitnya, tetapi dibalik pakaiannya ternyata ia impotent ".
" Ha ? "
" Dulu Joana menyuruh suaminya kesini itu, maksudnya mau disuruh ketemu
kau, dan disuruhnya Salomon minta advis kamu ", kata Laila lincah.
" Oh "
" Dia rupanya malu bilang sama aku ", kata Laila, " Makanya , datangnya
maupun perginya jadi tanda Tanya. Ya sih, siapa yang mau cerita tentang aib
sendiri "
Laila bercerita begitu sambil membuka dasi Daud, membuka kaos kaki Daud.
Daud duduk melongo saja ditepi tempat tidur. Ketika celana pantolan Daud
digantungkan dihanger, dan juga kemeja, Daud melongo saja dalam berpakaian
singlet dan celana dalam itu . Laila menyergapnya dengan pelukan dasyat : "
Kau memang suami kebanggaan ".
Memang ada perubahan sikap Laila kepada Daud sejak datangnya Joan itu.
Ia kagum pada Daud . Ia tak mau kehilangan pria seperti Daud. Padahal, sikap –
sikap buas seperti ini hanyalah perkembangan sewajarnya saja dari wanita
hamil muda.
Karena wanita hamil muda senantiasa lebih gampang terangsang.
Itu yang membuat Daud sore – sore menjelang magrib tampak terhuyung –
huyung keluar dari kamar, didorong – dorong oleh Laila dengan penuh bercanda
kekanak-kanakan, dengan jaz-juz-jaz-juz bagai main kereta api menuju kamar
mandi, membuat Lestina iri hati saja !
Episode 20
SEORANG isteri itu memang harus seperti Laila, Laila memang isteri idaman,
bukan buat Daud saja, tetapi mungkin bagi setiap lelaki yang bernama " suami
".
Laila telah memberikan kembali bekal semangat kepada Daud, yang hampir
saja terombang ambing oleh terro – terror perasaannya sendiri. Dia menemukan
Laila dalam keadaan yang utuh sepert keadaan pertama kali ia temukan.
Dia tidak usah lagi main bohong – bohongan kalau bicara. Seperti jam
sepuluh dimalam ini. Dia menatap Laila dan berkata :
" Aku mau melihat kau telanjang penuh malam ini ".
" Eh, nakal ", kata Laila.
Tetapi setelah di kitik – kitik oleh Daud, akhirnya permintaan Daud itu
dipenuhi sang isteri. Isteri yang sepenuh nya cinta memang harus memberikan
seluruh dirinya dalam keadaan bulat, tanpa secadar apapun.
Banyak wanita memang cinta tapi mereka malu – malu kucing. Laila tidak.
Laila tidak merasa lelah sekalipun ia lelah gara – gara ia sendiri terangsang sore
tadi ketika Daud pulang dari kantor.
Lelah Laila terlupa ketika ia melonjak menggeliat, menggeliat dan melonjak
– lonjak, untuk kemudian terhempas satu jam kemudian.
Dan kemudian terjadilah ketenangan.
Ketika angin dari ventilasi mengeringkan keringat suami isteri itu, Laila
ingin bicara lagi kepada suaminya bahwa mungkin sekali ia sekarang ini telah
hamil muda. Sebab ada sebuah buku sex yang dibacanya mengatakan , bahwa
lonjakan – lonjakan nafsu wanita hamil muda memiliki kadar rangsang 200
prosen dari saat – saat normal. Tetapi Laila malu. Dari mulutnya meluncur
suara palsu :
" Kasihan si Joana ", kata Laila, " Dia teman akrab yang suka omong terus
terang sejak SMP. Kalau liat keningnya yang nonong itu nafsunya emang gede ".
" Memang kalau wanita keningnya nonong nafsu nya gede ? ", Tanya Daud.
" Kalau cerita nenek moyang memang begitu " , kata Laila.
" Kalau lelaki…….tanda nafsunya gede yang bagaiman ? ", Tanya Daud.
" Nggak tau ", kata Laila ketawa, " Aku bukan expert mengenai nafsu ".
" Ya tarokhlah kau nggak expert ", kata Daud mulai bercanda, " Tapi ada
teman – temanku bilang ada satu goyang yang namanya goyang karawang, aku
sendiri nggak tau artinya. Goyangmu itu goyang karawang ? "
Laila mencubit paha Daud , satu kali.
Daud mencubit paha Laila, dua kali
Daud dicubit Laila tiga kali
Laila dicubit Daud , empat kali
Tampak sekali , malam itu sangat santai dan bahagia kalau dilihat dari
kelakuan suami isteri itu . Banyak suami isteri di dunia ini melalaikan gairah
kecil – kecil begini, yang akhirnya melarikan diri mencari gairah menonton film
biru atau pink. Seharusnya orang – oaring yang dihinggapi penyakit mencari
rangsangan diluar kenormalan gampang saja memberitahu mereka, bahwa yang
merangsang itu bukannya berhubungan sexual saja. Cubit – cubit kecil, ganggu -
ganggu cuping hidung isteri , adu – adu hidung, gigit – gigit kecil , kadang –
kadang adlah lebih baik dari pada nonton film biru atau membaca buku biru.
Film biru dan buku biru hanyalah menyeret penonton dan pembacanya ke
lembah onani yang lebih berbahaya dari pelacuran nyata.
Lihatlah Laila dan Daud . Betapa mesranya mereka.
Rangsangan – rangsangan kecil ibarat starter bagi mobil yang akan berjalan .
Belajarlah dari ilmu permobilan. Mobil tidak akan jalan tanpa starter. Kalau
sudah hidup mesinnya karena starter tadi sudah ada aturannya tidak boleh
jalan dengan langsung ngebut, melainkan porseneling deme porseneling . Dan
bila itu dipaksakan gawatnya adalah pada gigi . Pesawat udara pun demikian.
Kalau akan landing atau mendarat , dia lambat – lambat dulu, berputar – putar
dulu mencari lapangan terbang, dan lewat pada jalur mendarat. Bahkan
setelah sampai didarat pun , seperti halnya mobil yang mau berhenti, mesin
tidak boleh langsung dimatikan begitu saja .
Direm boleh, tetapi kopling harus diinjak juga, agar mesin tetap hidup.
Daud maupun Laila barang kali bisa bercerita panjang mengenai ini, tetapi
malam itu keduanya sama bersyukur bahwa perkawinan mereka tidak di obrak –
abrik oleh kejahatan sex diluar yang wajar.
Joana ternyata tidak. Malam ini ia tidur disamping Salomon suaminya. Tapi
fikirannya tidak disamping suaminya. Fikirannya tiba – tiba nekat
membayangkan Albert yang numpang mandi kalau pagi. Joana iri hati
mendengar cerita Laila tadi siang tentang kemampuan suami Laila yang bisa
mencapai satu jam itu.
Joana berkata pada Salomon : " Besok kita pergi ke Daud , suami Laila itu ".
" Dari tadi kau ceerita soal itu. Kalau ada julukang binatang ekonomi , kamu
ini lebih baik dinamakan binatang sex ", kata Salomon jengkel.
Episode 21
Untuk pertama kali Salomon berontak dengan ucapan pedas. Karena
pedasnya, Joana jadi naik pitam dan dpukulnya punggung suaminya. Salomon
melompat dari ranjang . Dia langsung memakai pakaian , komplit dengan jacket
dan sepatu lars Bally.
" Gagah kamu sal, seperti bintang film ", kata Joana sinis , " Sepatu Bally
Manhattan, jacket Raphael Jeans, baju Pierre Cardin…….".
" Tutup mulutmu binatang sex !"
" Kukira aku normal bila butuh kepuasan ", kata Joana , " Bahkan binatang –
binatang pun membutuhkannya kecuali binatang – binatang kebiri ".
" Kau carilah lawan jenismu yang sebinatang kau ", kutuk Salomon dan
menghempas pintu kamar tidur yang dahulu amat dipuja mereka sebagai
lambang dari awal bahagianya sebuah perkawinan.
Karna ketika membanting pintu beranda pun Salomon bersikap kasar, bunyi
hempasan keras itupun membuat Albert jadi menoleh dan menarok gitar yang
dipetiknya .
" Mau kemana , Om ? ", sapa Albert ramah.
Salomon tak mendengar atau malas menjawab. Ia langsung kegarasi , da
ditendangnya pintu garasi sebelum ia keluar dari pekarangan itu dengan suara
mobil sportnya yang menggemuruh.
Na, itu bukti , iastarter terlalu cepat sebelum mesin panas , mungkin begitu
pula ia diranjang.
Sementara itu Joana turun dari tempat tidur karena mau mengunci pintu
beranda yang tadi dihempaskan Salomon tanpa dikunci . Joana dengar itu. Ia
mau kunci pintu itu sekarang juga. Tapi begitu pintu dikunci ceklek, tampak
bayangan dibalik pintu kaca itu, dan terdengar ketukan pintu.
" Siapa ", Tanya Joana.
" Albert , tante ", sahut Albert. Dan Albert berkata : " Gerah nih, tante mau
numpang mandi ".
Joana tiba – tiba diliputi nekat lebih cepat dari pada rencanannya semula.
Buru – buru dibukanya pintu. Matanya menyorot berbinar menatap Albert.
Albert pun tersenyum dengan sorot mata lebih berkata dari seribu kata.
" Katanya mau mandi ", kata Joana gemetar , lebih gemetar dari kapanpun.,
lebih gemetar ketika dulu di SMP mau dicium pertama kali oleh Salomon.
" Ya " , kata Albert, " Masa Bert nggak boleh numpang mandi ? "
" Boleh sih boleh,tetapi kok nggak bawa handuk " " Handuknya kalau boleh
pinjam handuk tante saja " , kata Albert menceplos .
Albert langsung duduk tanpa dipersilahkan . Joana juga duduk, berhadapan
dengan Albert. Albert menatap mata Joana , tidak ada kata, tapi dua insane ini
telah bergelut dengan ribuan kata dan ratusan perbuatan lewat mata mereka
yang saling beradu pandang.
" Kok, numpang mandi duduk gituan saja ? " Tanya Joana.
Albert melihat Joana menaikkan sedikit kaki kiri. Ketika Albert melihat itu ,
Joana langsung menutupi ujung jurknya .
" Mau apa sih kesini ? " Tanya Joana, " Matanya serem bener ".
" Mau apa ya ? "
" Ya mau apa ? " Tanya Joana tertawa.
" Tauk ", sahut Albert.
" Kalau mau mandi , silahkan kekamar mandi ", kata Joana.
" Lantas mau apa ? "
" Mau tidur ", kata Albert langsung.
Joana berdebar kecut sekalipun berkobar – kobar mendengarnya. Albert lagi
– lagi melangsungkan serangan lewat kata – kata nya. Katanya : " Lho, tadi mau
mandi dipersilahkan kekamar mandi. Sekarang Bert mau tidur koq nggak
dipersilahkan kekamar tidur "
" Anak sekarang beraninya bukan main ", kata Joana.
Anak jaman dulu juga berani, tetapi sembunyi – sembunyi , nakalnya ya
sama" , kata Albert tertawa.
Joana senang dengan tawa Albert itu . Albert tiba – tiba keluar dari kursinya
, dan langsung melangkah kebelakang kursi dimana Joana duduk. Badan Joana
dingin seluruhnya. Diapun menjadi lebih dingin ketika dirasakannya hidung
Albert menyentuh lehernya. Tak ada suara Joana lagi, hanya nafasnya yang
sesak.
Lalu ia melihat pintu, pintu beranda, pintu itu belum terkunci . Tapi ketika
ia mau berdiri mengunci pintu beranda, Albert langsung meraihnya dan
memeluknya.
Albert tergopoh – gopoh ketika ia mencium dan meremas Joana . Ini
memang kesalahan anak muda yang belum begitu banyak pengalaman . Namun
demikian , Joana betu – betul menjadi gairah oleh perbuatan Albert itu. Ia
sempat mengatakan " Nanti dulu ", Ketika Albert menariknya masuk kekamar.
Joana mengunci pintu beranda lebih dahulu. Sedangkan Albert sudah menunggu
, berbaring dikamar.
Joana langsung ditariknya, hingga jatuh ketempat tidur begitu Joana selesai
mengunci pintu kamar.
Kini ia benar – benar dikulum oleh kecupan – kecupan anak muda itu dengan
penuh berapi – api . Dan Joana tidak bisa menahan diri lagi. Kalau dulu ia bisa
melihat dari jarak jauh lewat pintu kamar mandi terbuka, kini Joana sudah
dekat dan memegangnya
SEORANG isteri itu memang harus seperti Laila, Laila memang isteri idaman,
bukan buat Daud saja, tetapi mungkin bagi setiap lelaki yang bernama " suami
".
Laila telah memberikan kembali bekal semangat kepada Daud, yang hampir
saja terombang ambing oleh terro – terror perasaannya sendiri. Dia menemukan
Laila dalam keadaan yang utuh sepert keadaan pertama kali ia temukan.
Dia tidak usah lagi main bohong – bohongan kalau bicara. Seperti jam
sepuluh dimalam ini. Dia menatap Laila dan berkata :
" Aku mau melihat kau telanjang penuh malam ini ".
" Eh, nakal ", kata Laila.
Tetapi setelah di kitik – kitik oleh Daud, akhirnya permintaan Daud itu
dipenuhi sang isteri. Isteri yang sepenuh nya cinta memang harus memberikan
seluruh dirinya dalam keadaan bulat, tanpa secadar apapun.
Banyak wanita memang cinta tapi mereka malu – malu kucing. Laila tidak.
Laila tidak merasa lelah sekalipun ia lelah gara – gara ia sendiri terangsang sore
tadi ketika Daud pulang dari kantor.
Lelah Laila terlupa ketika ia melonjak menggeliat, menggeliat dan melonjak
– lonjak, untuk kemudian terhempas satu jam kemudian.
Dan kemudian terjadilah ketenangan.
Ketika angin dari ventilasi mengeringkan keringat suami isteri itu, Laila
ingin bicara lagi kepada suaminya bahwa mungkin sekali ia sekarang ini telah
hamil muda. Sebab ada sebuah buku sex yang dibacanya mengatakan , bahwa
lonjakan – lonjakan nafsu wanita hamil muda memiliki kadar rangsang 200
prosen dari saat – saat normal. Tetapi Laila malu. Dari mulutnya meluncur
suara palsu :
" Kasihan si Joana ", kata Laila, " Dia teman akrab yang suka omong terus
terang sejak SMP. Kalau liat keningnya yang nonong itu nafsunya emang gede ".
" Memang kalau wanita keningnya nonong nafsu nya gede ? ", Tanya Daud.
" Kalau cerita nenek moyang memang begitu " , kata Laila.
" Kalau lelaki…….tanda nafsunya gede yang bagaiman ? ", Tanya Daud.
" Nggak tau ", kata Laila ketawa, " Aku bukan expert mengenai nafsu ".
" Ya tarokhlah kau nggak expert ", kata Daud mulai bercanda, " Tapi ada
teman – temanku bilang ada satu goyang yang namanya goyang karawang, aku
sendiri nggak tau artinya. Goyangmu itu goyang karawang ? "
Laila mencubit paha Daud , satu kali.
Daud mencubit paha Laila, dua kali
Daud dicubit Laila tiga kali
Laila dicubit Daud , empat kali
Tampak sekali , malam itu sangat santai dan bahagia kalau dilihat dari
kelakuan suami isteri itu . Banyak suami isteri di dunia ini melalaikan gairah
kecil – kecil begini, yang akhirnya melarikan diri mencari gairah menonton film
biru atau pink. Seharusnya orang – oaring yang dihinggapi penyakit mencari
rangsangan diluar kenormalan gampang saja memberitahu mereka, bahwa yang
merangsang itu bukannya berhubungan sexual saja. Cubit – cubit kecil, ganggu -
ganggu cuping hidung isteri , adu – adu hidung, gigit – gigit kecil , kadang –
kadang adlah lebih baik dari pada nonton film biru atau membaca buku biru.
Film biru dan buku biru hanyalah menyeret penonton dan pembacanya ke
lembah onani yang lebih berbahaya dari pelacuran nyata.
Lihatlah Laila dan Daud . Betapa mesranya mereka.
Rangsangan – rangsangan kecil ibarat starter bagi mobil yang akan berjalan .
Belajarlah dari ilmu permobilan. Mobil tidak akan jalan tanpa starter. Kalau
sudah hidup mesinnya karena starter tadi sudah ada aturannya tidak boleh
jalan dengan langsung ngebut, melainkan porseneling deme porseneling . Dan
bila itu dipaksakan gawatnya adalah pada gigi . Pesawat udara pun demikian.
Kalau akan landing atau mendarat , dia lambat – lambat dulu, berputar – putar
dulu mencari lapangan terbang, dan lewat pada jalur mendarat. Bahkan
setelah sampai didarat pun , seperti halnya mobil yang mau berhenti, mesin
tidak boleh langsung dimatikan begitu saja .
Direm boleh, tetapi kopling harus diinjak juga, agar mesin tetap hidup.
Daud maupun Laila barang kali bisa bercerita panjang mengenai ini, tetapi
malam itu keduanya sama bersyukur bahwa perkawinan mereka tidak di obrak –
abrik oleh kejahatan sex diluar yang wajar.
Joana ternyata tidak. Malam ini ia tidur disamping Salomon suaminya. Tapi
fikirannya tidak disamping suaminya. Fikirannya tiba – tiba nekat
membayangkan Albert yang numpang mandi kalau pagi. Joana iri hati
mendengar cerita Laila tadi siang tentang kemampuan suami Laila yang bisa
mencapai satu jam itu.
Joana berkata pada Salomon : " Besok kita pergi ke Daud , suami Laila itu ".
" Dari tadi kau ceerita soal itu. Kalau ada julukang binatang ekonomi , kamu
ini lebih baik dinamakan binatang sex ", kata Salomon jengkel.
Episode 21
Untuk pertama kali Salomon berontak dengan ucapan pedas. Karena
pedasnya, Joana jadi naik pitam dan dpukulnya punggung suaminya. Salomon
melompat dari ranjang . Dia langsung memakai pakaian , komplit dengan jacket
dan sepatu lars Bally.
" Gagah kamu sal, seperti bintang film ", kata Joana sinis , " Sepatu Bally
Manhattan, jacket Raphael Jeans, baju Pierre Cardin…….".
" Tutup mulutmu binatang sex !"
" Kukira aku normal bila butuh kepuasan ", kata Joana , " Bahkan binatang –
binatang pun membutuhkannya kecuali binatang – binatang kebiri ".
" Kau carilah lawan jenismu yang sebinatang kau ", kutuk Salomon dan
menghempas pintu kamar tidur yang dahulu amat dipuja mereka sebagai
lambang dari awal bahagianya sebuah perkawinan.
Karna ketika membanting pintu beranda pun Salomon bersikap kasar, bunyi
hempasan keras itupun membuat Albert jadi menoleh dan menarok gitar yang
dipetiknya .
" Mau kemana , Om ? ", sapa Albert ramah.
Salomon tak mendengar atau malas menjawab. Ia langsung kegarasi , da
ditendangnya pintu garasi sebelum ia keluar dari pekarangan itu dengan suara
mobil sportnya yang menggemuruh.
Na, itu bukti , iastarter terlalu cepat sebelum mesin panas , mungkin begitu
pula ia diranjang.
Sementara itu Joana turun dari tempat tidur karena mau mengunci pintu
beranda yang tadi dihempaskan Salomon tanpa dikunci . Joana dengar itu. Ia
mau kunci pintu itu sekarang juga. Tapi begitu pintu dikunci ceklek, tampak
bayangan dibalik pintu kaca itu, dan terdengar ketukan pintu.
" Siapa ", Tanya Joana.
" Albert , tante ", sahut Albert. Dan Albert berkata : " Gerah nih, tante mau
numpang mandi ".
Joana tiba – tiba diliputi nekat lebih cepat dari pada rencanannya semula.
Buru – buru dibukanya pintu. Matanya menyorot berbinar menatap Albert.
Albert pun tersenyum dengan sorot mata lebih berkata dari seribu kata.
" Katanya mau mandi ", kata Joana gemetar , lebih gemetar dari kapanpun.,
lebih gemetar ketika dulu di SMP mau dicium pertama kali oleh Salomon.
" Ya " , kata Albert, " Masa Bert nggak boleh numpang mandi ? "
" Boleh sih boleh,tetapi kok nggak bawa handuk " " Handuknya kalau boleh
pinjam handuk tante saja " , kata Albert menceplos .
Albert langsung duduk tanpa dipersilahkan . Joana juga duduk, berhadapan
dengan Albert. Albert menatap mata Joana , tidak ada kata, tapi dua insane ini
telah bergelut dengan ribuan kata dan ratusan perbuatan lewat mata mereka
yang saling beradu pandang.
" Kok, numpang mandi duduk gituan saja ? " Tanya Joana.
Albert melihat Joana menaikkan sedikit kaki kiri. Ketika Albert melihat itu ,
Joana langsung menutupi ujung jurknya .
" Mau apa sih kesini ? " Tanya Joana, " Matanya serem bener ".
" Mau apa ya ? "
" Ya mau apa ? " Tanya Joana tertawa.
" Tauk ", sahut Albert.
" Kalau mau mandi , silahkan kekamar mandi ", kata Joana.
" Lantas mau apa ? "
" Mau tidur ", kata Albert langsung.
Joana berdebar kecut sekalipun berkobar – kobar mendengarnya. Albert lagi
– lagi melangsungkan serangan lewat kata – kata nya. Katanya : " Lho, tadi mau
mandi dipersilahkan kekamar mandi. Sekarang Bert mau tidur koq nggak
dipersilahkan kekamar tidur "
" Anak sekarang beraninya bukan main ", kata Joana.
Anak jaman dulu juga berani, tetapi sembunyi – sembunyi , nakalnya ya
sama" , kata Albert tertawa.
Joana senang dengan tawa Albert itu . Albert tiba – tiba keluar dari kursinya
, dan langsung melangkah kebelakang kursi dimana Joana duduk. Badan Joana
dingin seluruhnya. Diapun menjadi lebih dingin ketika dirasakannya hidung
Albert menyentuh lehernya. Tak ada suara Joana lagi, hanya nafasnya yang
sesak.
Lalu ia melihat pintu, pintu beranda, pintu itu belum terkunci . Tapi ketika
ia mau berdiri mengunci pintu beranda, Albert langsung meraihnya dan
memeluknya.
Albert tergopoh – gopoh ketika ia mencium dan meremas Joana . Ini
memang kesalahan anak muda yang belum begitu banyak pengalaman . Namun
demikian , Joana betu – betul menjadi gairah oleh perbuatan Albert itu. Ia
sempat mengatakan " Nanti dulu ", Ketika Albert menariknya masuk kekamar.
Joana mengunci pintu beranda lebih dahulu. Sedangkan Albert sudah menunggu
, berbaring dikamar.
Joana langsung ditariknya, hingga jatuh ketempat tidur begitu Joana selesai
mengunci pintu kamar.
Kini ia benar – benar dikulum oleh kecupan – kecupan anak muda itu dengan
penuh berapi – api . Dan Joana tidak bisa menahan diri lagi. Kalau dulu ia bisa
melihat dari jarak jauh lewat pintu kamar mandi terbuka, kini Joana sudah
dekat dan memegangnya
Episode 22
Joana berfikir kini ia telah mendapat jalan keluar. Kagum sekali ia akan
kebesaran Albert.
Tapi Joana menemukan sesuatu yang tidak disangka – sangkanya. Dia tiba –
tiba heran melihat wajah Albert. Wajah Albert yang dikaguminya tiba – tiba
tersenyum malu diri , karena ia mendengar ucapan Joana : " Tante kira kamu
hebat. Ya lebih baik tante dengan suami tante saja ".
" Saya belom pengalaman " , kata Albert dengan suara kalah.
Dan karena kekalahannya , Albert pun berlalu begitu saja. Setelah Albert
pergi, Joana menyeka jurknya . Sambil memaki : Albert lebih premature dari
Salomon.
Dan kecewalah wanita itu.
Ia bukan kecewa sembarang kecewa , dikira Albert sama hebatnya seperti
Daud Waitulo suami Laila .
Laila memang isteri yang bahagia dalam soal ini, fikir Joana.
Joana jadi merayapi fikirannya sendiri . Ya, Laila wanita yang bahagia.
Tetapi Joana ingat, isteri yang bahagia oleh kemampuan suaminya belumlah
tentu suaminya itu setia diluar rumah. Mungkin ia mencicipi kebahagian lain
diluar rumah dengan wanita lain. Dan memberi jatah – jatah kepuasan karena
kejagoannya itu kepada wanita – wanita lain di luar rumah.
Laila dan Daud . Suami isteri bahagia. Laila bercerita Daud mampu selama
itu , apakah benar ?
Tiba – tiba Joana bagai meloncat dari tempat tidur , dan melempar sandal
yang ketinggalan oleh Albert. Baru kemudian maksud semula mencari kartu
nama Daud Waitulo dipenuhinya, karena selalu berada dalam tasnya.
O, ada nomor telponnya dengan lengkap.
Besok paginya , Joana sudah berdandan rapi, dan akhirnya ia memutuskan
akan memakai short dengan kemeja pria yang berkancing yang sedang menjadi
mode pila bagi tante – tan te tanggung yang tidak begitu tua kayak Joana ini.
Ketika itu ia ber nobra , artinya ia tidak memakai bh. Ketika satu kancing
kemeja dicopotnya, dan ia menunduk sedikit, Joana melihat lewat kaca ,
bahwa buah dadanya memang tampak jika ia menunduk sedikit saja.
Pagi itu juga ia menilpon kekantor Daud Waitulo .
" Maaf anda siapa ?, Sebab bapak belum masuk, cobalah tilpon lagi jam 10 ,
sebab belakangan ia kalau ngantor jam 10 ", kata suara penerima tilpon, yang
barang kali sekretaresse Daud.
" Begini , Dik beri tahu saja , saya Joana teman Nyonya Daud, akan dating
jam 10 pagi ini bersama suami saya yang bernama Salomon ", kata Joana.
" Sebentar ya zus . Biar saya catat ", kata suara penerima telpon itu. Dan dia
mohon diulangi , dan Joana mengulangi pesannya itu.
Joana menghela nefas dalam – dalam . Fikirnya , memang untuk mendapat
kan sesuatu yang luar biasa, memerlukan cobaan. Luar biasa ? Ya, ia
mempunyai rencana luar biasa. Dia begitu histeris menghadapi Albert semalam,
ingin mendapatkan yang satu jam , belum satu menit, belum tiga detik, belum
memasuki pintu gerbang pun Albert telah gagal , ibarat peluru kendali angkasa
luar yang meledak sebelum diluncurkan !
Ya, tak peduli Laila temannya , maka Joana berusaha mendapatkan suami
Laila.
Dia telah berdusta akan mendatangi Daud Waitulo bersama suaminya. Maka
ketika sekretaresse mempersilahkan Joana masuk ke kamar kerja Daud, Daud
pun bertanya : " Lho, koq sendiri ? "
" Ya , sendiri ", kata Joana, sambil matanya melirik apakah kancing
kemejanya sudah benar – benar terlepas apa belum . Ternyata sudah . Joana
tak tunggu waktu, ketika Daud mempersilahkan duduk, Joana menundukkan
kepalanya, dan agak lama membungkuk melihat vaas : " Vaasnya bagus ".
Dia melihat Daud, Daud memang ada melihat kancing baju yang lepas itu ,
dan warna putih buah dada merah jambu. Tapi Daud tampaknya tak jelas bagi
Joana, apakah kerlingan sorot matanya tadi itu mengandung sikap terangsang
ataukah belum.
" Saya sudah dengar dari Laila, anda berdua suami anda akan kesini", kata
Daud.
" Ya ", kata Joana sambil memegang lagi vaas bunga itu.
Memang Daud melihat lagi untuk yang kedua kali .
" Kira – kira ada soal bisnis yang akan disampaikan ? " Tanya Daud.www.ac-zzz.tk
" Tidak , soal yang sebenarnya merupakan penderitaan wanita. Tetapi saya
senang menyampaikannya disini, saya takut nangis, nanti dikira yang bukan –
bukan ".
" Sampaikan saja ", kata Daud. " Ah, kalau bisa ditempat lain ", kata Joana.
" Tidak apa disini ", kata Daud.
Daud sebagai pria sehat untuk ketiga kalinya memang melihat lagi kesela
kancing baju yang terlepas itu. Joana kini ingin menjebak tanpa proses
berbelit, ia bertanya ; " Pak Daud, eh , mas Daud kalau urusan bisnis ada keluar
kota ? "
" Ada, kadang – kadang, dan itu sering…..ke bandung. Kenapa Zuz ? ", Tanya
Daud
" Kapan ? ", Tanya Joana melihat inilah saat terbaik ikut dengan Daud ke
Bandung dengan alas an mengurus textil dalam negri.
" Dua hari lagi saya ke bendung ", kata Daud.
" Bisa saya ikut dengan mobilnya ? lagi pula diBandung saya ingin
pertolongan dari mas Daud soal bisniz ", kata Joana yang kemudian cerita
panjang lebar.
Pada saat itu : Daud terkecoh. Dan ia berkata : " Kalau memang penting,
boleh ikut mobil saya. Nanti di Bandung saya ikut Bantu urusan zuz Joana ".
Joana puas . Tetapi saking puasnya dia mencoba membuat Daud tergiur,
seolah – olah dia sebenarnya masih perawan semenjak dengan Salomon, karena
Salomon impoten.
Cerita itu merangsang, maksudnya berusaha merangsang Daud . Tetapi Daud
sebaliknya ngeri . Bahkan membatalkan rencananya ikut menemani Joana,
kecuali kalau Joana mau dibantu pegawainya. Joana tidak tahu , ia gagal
menjebak Daud gara – gara buntut ceritanya tadi, karena ia mengira, bahwa
semua lelaki itu bisa terangsang dengan peragaan nobra atau kancing dilepas
satu, atau cerita – cerita pancingan bahwa ia wanita haus.
Tidak semua lelaki bisa dipikat gaya begitu. Termasuk Daud !
Daud tak cerita cerita cabul Joana di rumah,.
Dia Cuma cerita Joana dating.
Malam itu Daud malah menyalurkan kejantanannya pada isterinya.
Pagi – pagi Laila muntah – muntah . Laila berkata padanya: " Jelas aku telah
hamil !"
Joana berfikir kini ia telah mendapat jalan keluar. Kagum sekali ia akan
kebesaran Albert.
Tapi Joana menemukan sesuatu yang tidak disangka – sangkanya. Dia tiba –
tiba heran melihat wajah Albert. Wajah Albert yang dikaguminya tiba – tiba
tersenyum malu diri , karena ia mendengar ucapan Joana : " Tante kira kamu
hebat. Ya lebih baik tante dengan suami tante saja ".
" Saya belom pengalaman " , kata Albert dengan suara kalah.
Dan karena kekalahannya , Albert pun berlalu begitu saja. Setelah Albert
pergi, Joana menyeka jurknya . Sambil memaki : Albert lebih premature dari
Salomon.
Dan kecewalah wanita itu.
Ia bukan kecewa sembarang kecewa , dikira Albert sama hebatnya seperti
Daud Waitulo suami Laila .
Laila memang isteri yang bahagia dalam soal ini, fikir Joana.
Joana jadi merayapi fikirannya sendiri . Ya, Laila wanita yang bahagia.
Tetapi Joana ingat, isteri yang bahagia oleh kemampuan suaminya belumlah
tentu suaminya itu setia diluar rumah. Mungkin ia mencicipi kebahagian lain
diluar rumah dengan wanita lain. Dan memberi jatah – jatah kepuasan karena
kejagoannya itu kepada wanita – wanita lain di luar rumah.
Laila dan Daud . Suami isteri bahagia. Laila bercerita Daud mampu selama
itu , apakah benar ?
Tiba – tiba Joana bagai meloncat dari tempat tidur , dan melempar sandal
yang ketinggalan oleh Albert. Baru kemudian maksud semula mencari kartu
nama Daud Waitulo dipenuhinya, karena selalu berada dalam tasnya.
O, ada nomor telponnya dengan lengkap.
Besok paginya , Joana sudah berdandan rapi, dan akhirnya ia memutuskan
akan memakai short dengan kemeja pria yang berkancing yang sedang menjadi
mode pila bagi tante – tan te tanggung yang tidak begitu tua kayak Joana ini.
Ketika itu ia ber nobra , artinya ia tidak memakai bh. Ketika satu kancing
kemeja dicopotnya, dan ia menunduk sedikit, Joana melihat lewat kaca ,
bahwa buah dadanya memang tampak jika ia menunduk sedikit saja.
Pagi itu juga ia menilpon kekantor Daud Waitulo .
" Maaf anda siapa ?, Sebab bapak belum masuk, cobalah tilpon lagi jam 10 ,
sebab belakangan ia kalau ngantor jam 10 ", kata suara penerima tilpon, yang
barang kali sekretaresse Daud.
" Begini , Dik beri tahu saja , saya Joana teman Nyonya Daud, akan dating
jam 10 pagi ini bersama suami saya yang bernama Salomon ", kata Joana.
" Sebentar ya zus . Biar saya catat ", kata suara penerima telpon itu. Dan dia
mohon diulangi , dan Joana mengulangi pesannya itu.
Joana menghela nefas dalam – dalam . Fikirnya , memang untuk mendapat
kan sesuatu yang luar biasa, memerlukan cobaan. Luar biasa ? Ya, ia
mempunyai rencana luar biasa. Dia begitu histeris menghadapi Albert semalam,
ingin mendapatkan yang satu jam , belum satu menit, belum tiga detik, belum
memasuki pintu gerbang pun Albert telah gagal , ibarat peluru kendali angkasa
luar yang meledak sebelum diluncurkan !
Ya, tak peduli Laila temannya , maka Joana berusaha mendapatkan suami
Laila.
Dia telah berdusta akan mendatangi Daud Waitulo bersama suaminya. Maka
ketika sekretaresse mempersilahkan Joana masuk ke kamar kerja Daud, Daud
pun bertanya : " Lho, koq sendiri ? "
" Ya , sendiri ", kata Joana, sambil matanya melirik apakah kancing
kemejanya sudah benar – benar terlepas apa belum . Ternyata sudah . Joana
tak tunggu waktu, ketika Daud mempersilahkan duduk, Joana menundukkan
kepalanya, dan agak lama membungkuk melihat vaas : " Vaasnya bagus ".
Dia melihat Daud, Daud memang ada melihat kancing baju yang lepas itu ,
dan warna putih buah dada merah jambu. Tapi Daud tampaknya tak jelas bagi
Joana, apakah kerlingan sorot matanya tadi itu mengandung sikap terangsang
ataukah belum.
" Saya sudah dengar dari Laila, anda berdua suami anda akan kesini", kata
Daud.
" Ya ", kata Joana sambil memegang lagi vaas bunga itu.
Memang Daud melihat lagi untuk yang kedua kali .
" Kira – kira ada soal bisnis yang akan disampaikan ? " Tanya Daud.www.ac-zzz.tk
" Tidak , soal yang sebenarnya merupakan penderitaan wanita. Tetapi saya
senang menyampaikannya disini, saya takut nangis, nanti dikira yang bukan –
bukan ".
" Sampaikan saja ", kata Daud. " Ah, kalau bisa ditempat lain ", kata Joana.
" Tidak apa disini ", kata Daud.
Daud sebagai pria sehat untuk ketiga kalinya memang melihat lagi kesela
kancing baju yang terlepas itu. Joana kini ingin menjebak tanpa proses
berbelit, ia bertanya ; " Pak Daud, eh , mas Daud kalau urusan bisnis ada keluar
kota ? "
" Ada, kadang – kadang, dan itu sering…..ke bandung. Kenapa Zuz ? ", Tanya
Daud
" Kapan ? ", Tanya Joana melihat inilah saat terbaik ikut dengan Daud ke
Bandung dengan alas an mengurus textil dalam negri.
" Dua hari lagi saya ke bendung ", kata Daud.
" Bisa saya ikut dengan mobilnya ? lagi pula diBandung saya ingin
pertolongan dari mas Daud soal bisniz ", kata Joana yang kemudian cerita
panjang lebar.
Pada saat itu : Daud terkecoh. Dan ia berkata : " Kalau memang penting,
boleh ikut mobil saya. Nanti di Bandung saya ikut Bantu urusan zuz Joana ".
Joana puas . Tetapi saking puasnya dia mencoba membuat Daud tergiur,
seolah – olah dia sebenarnya masih perawan semenjak dengan Salomon, karena
Salomon impoten.
Cerita itu merangsang, maksudnya berusaha merangsang Daud . Tetapi Daud
sebaliknya ngeri . Bahkan membatalkan rencananya ikut menemani Joana,
kecuali kalau Joana mau dibantu pegawainya. Joana tidak tahu , ia gagal
menjebak Daud gara – gara buntut ceritanya tadi, karena ia mengira, bahwa
semua lelaki itu bisa terangsang dengan peragaan nobra atau kancing dilepas
satu, atau cerita – cerita pancingan bahwa ia wanita haus.
Tidak semua lelaki bisa dipikat gaya begitu. Termasuk Daud !
Daud tak cerita cerita cabul Joana di rumah,.
Dia Cuma cerita Joana dating.
Malam itu Daud malah menyalurkan kejantanannya pada isterinya.
Pagi – pagi Laila muntah – muntah . Laila berkata padanya: " Jelas aku telah
hamil !"
Episode 23
MENDENGAR Laila telah hamil, Daud Waitulo sangat terkejut. Ia bukan saja
terkejut, tetapi kegembiraannya tiada tertahan sehingga ia memeluk isterinya
itu berkali – kali .
" Kau sungguh – sungguh telah hamil, Laila ? "
" Ya, mas Daud ", kata Laila.
Daud menyodorkan air segelas untuk kumur – kumur Laila. Kemudian
menghapus keringat Laila yang membasahi kening dan leher. Dan kemudian
dibimbingnya isterinya dari kamar mandi menuju kamar tidur.
Dibukanya lemari buru – buru dan di berikannya pakaian tidur untuk Laila.
Laila merasa betapa besar cinta mas Daud kepada nya. Dia mendekapi
suaminya. Dan sekali lagi didekapinya suaminya setelah salin pakaian . Lalu di www.ac-zzz.tk
pegang nya pergelangan tangan kiri suaminya , dimana melilit jam tangan yang
menunjukkan hampir jam tujuh pagi.
" Jangan sampai kau terlambat masuk kantor ", kata Laila.
" Tapi sebelum pergi, aku ingin Tanya pada mu , pesan kue apa ? "
" Aku belum ngidam ! " , kata Laila seraya tertawa.
" Tapi ini kue maksudku sekedar merayakan hari gembira ini ", kata Daud.
" Aku minta dibelikan kue bugis ", kata Laila.
" Semoga kue ini yang kau sukai sewaktu ngidam ", kata Daud seraya
ketawa, " Kau tahu, ada anak buahku dikantor , istrinya ngidam minta dendeng
kuping gajah ! Dimana bisa cari gajah di Jakarta ini kecuali dikebun binatang
Ragunan ? ".
Mereka sama ketawa berderai . Tapi dengan telunjuknya menekan ke jam
tangan Daud, Daud sadar apa maksudnya, : " Baiklah , aku pergi. Kue bugis tak
akan kulupa ", dan Daud mencium pipi isterinya.
Lila berkata : " Aku tak kuat melangkah , jadi mas tidak sampai kuantar ke
pekarangan ".
" Okey, kata Daud dan sekali lagi mencubit pipi isterinya dengan gemas.
Kegemasan itu dilapisi oleh kebahagiaan yang tiada berperi. Betapa tidak !
Empat tahun telah menjadi suami isteri, namun tidak dikaruniai bayi !.
Dikantor Daud menceritakan kepada sekertarisnta :
" Aku harus pesta kecil siang ini untuk pegawai – pegawai "
" Ada apa Pak ? "
" Isteriku hamil ", kata Daud.
Sekertarisnya memberikan salam selamat . Tapi ia berkata : " Bagusnya
bapak bersedekah pada orang miskin dari pada dipestakan untuk kami pegawai
– pegawai. Tapi ini Cuma usul lho , Pak !"………………………..
Daud Waitulo meyadari
, bahwa selama ini ia dijakarta, ia tidak pernah memberikan sekeping uang
logampun kepada fakir miskin. Kini sekertris nya mengingatkannya untuk
berbuat begitu.
" Kenapa kau punya usul begitu ? " Tanya Daud.
" Mungkin Bapak belum tahu, kami dari keluarga miskin. Kalau ada pesta
anak – anak orang kaya yang berulang tahun, kami hanya ngiler ingin bernyanyi
bersama mereka, ingin makan kue – kue enak bersama mereka. Tetapi seya
ketika itu berfikir : kenapa mereka menghambur – hamburkan uang dan
makanan hanya untuk teman – teman mereka yang sama – sama kaya , yang
saban hari sudah cukup puas dengan makanan begitu ? kenapa kue – kue itu
tidak diberikannya kpd kami ? ".
Untuk pertamakalinya Daud Waitulo mendapatkan kembalai suatu arti dari
kehidupan ini Ia mengeluarkan selembar uang 10.000 rupiah dan diberikannya
kepada sekertarisnya seraya berkata : " Ambil uang ini untuk menebus kue – kue
dimasa kecilmu. Ambil, saya tidak bergurau. Saya terma kasih kau ingatkan soal
arti dari suatu kemelaratan ".
" Ikhlas nih , pak ? " kata sekertarisnya sembari tertawa.
" Anggap saja jumlahnya jutaan rupiah. Itu bukan uang , tapi makna dari
kata – kata berharga ", kata Daud.
Dan dari sepuluh orang pegawai – pegawai yang jadi bawahannya, Daud
pada waktu makan siang membagi – bagikan tiap amplop selembar uang 10.000
dengan catatan : " Untuk anak saudara dirumah ".
Tiap pegawai dikantor itu terheran – heran , dan mereka membicarakannya
setelah jam kerja habis. Mereka semua tidak tau mengapa hari ini Pak Daud
Waitulo demikian dermawannya. Mereka malahan jarang disapa, dan kali ini
Pak Daud memerlukan makan bersama – sama di kantin kantor.
Dan, ketika pulang dari kantor, Daud khusus pergi ketoko makanan untuk
membeli kue bugis. Bila kuweh itu dibawanya pulang, tampak Laila begitu
senang dan ia sendiri menghabiskan sepuluh kuweh.
" Maaf, Laila seperti serakah . Soalnya setelah muntah tadi pagi saya tak
mau makan lagi . Jadi ini karena kelaparan ", kata Laila.
MENDENGAR Laila telah hamil, Daud Waitulo sangat terkejut. Ia bukan saja
terkejut, tetapi kegembiraannya tiada tertahan sehingga ia memeluk isterinya
itu berkali – kali .
" Kau sungguh – sungguh telah hamil, Laila ? "
" Ya, mas Daud ", kata Laila.
Daud menyodorkan air segelas untuk kumur – kumur Laila. Kemudian
menghapus keringat Laila yang membasahi kening dan leher. Dan kemudian
dibimbingnya isterinya dari kamar mandi menuju kamar tidur.
Dibukanya lemari buru – buru dan di berikannya pakaian tidur untuk Laila.
Laila merasa betapa besar cinta mas Daud kepada nya. Dia mendekapi
suaminya. Dan sekali lagi didekapinya suaminya setelah salin pakaian . Lalu di www.ac-zzz.tk
pegang nya pergelangan tangan kiri suaminya , dimana melilit jam tangan yang
menunjukkan hampir jam tujuh pagi.
" Jangan sampai kau terlambat masuk kantor ", kata Laila.
" Tapi sebelum pergi, aku ingin Tanya pada mu , pesan kue apa ? "
" Aku belum ngidam ! " , kata Laila seraya tertawa.
" Tapi ini kue maksudku sekedar merayakan hari gembira ini ", kata Daud.
" Aku minta dibelikan kue bugis ", kata Laila.
" Semoga kue ini yang kau sukai sewaktu ngidam ", kata Daud seraya
ketawa, " Kau tahu, ada anak buahku dikantor , istrinya ngidam minta dendeng
kuping gajah ! Dimana bisa cari gajah di Jakarta ini kecuali dikebun binatang
Ragunan ? ".
Mereka sama ketawa berderai . Tapi dengan telunjuknya menekan ke jam
tangan Daud, Daud sadar apa maksudnya, : " Baiklah , aku pergi. Kue bugis tak
akan kulupa ", dan Daud mencium pipi isterinya.
Lila berkata : " Aku tak kuat melangkah , jadi mas tidak sampai kuantar ke
pekarangan ".
" Okey, kata Daud dan sekali lagi mencubit pipi isterinya dengan gemas.
Kegemasan itu dilapisi oleh kebahagiaan yang tiada berperi. Betapa tidak !
Empat tahun telah menjadi suami isteri, namun tidak dikaruniai bayi !.
Dikantor Daud menceritakan kepada sekertarisnta :
" Aku harus pesta kecil siang ini untuk pegawai – pegawai "
" Ada apa Pak ? "
" Isteriku hamil ", kata Daud.
Sekertarisnya memberikan salam selamat . Tapi ia berkata : " Bagusnya
bapak bersedekah pada orang miskin dari pada dipestakan untuk kami pegawai
– pegawai. Tapi ini Cuma usul lho , Pak !"………………………..
Daud Waitulo meyadari
, bahwa selama ini ia dijakarta, ia tidak pernah memberikan sekeping uang
logampun kepada fakir miskin. Kini sekertris nya mengingatkannya untuk
berbuat begitu.
" Kenapa kau punya usul begitu ? " Tanya Daud.
" Mungkin Bapak belum tahu, kami dari keluarga miskin. Kalau ada pesta
anak – anak orang kaya yang berulang tahun, kami hanya ngiler ingin bernyanyi
bersama mereka, ingin makan kue – kue enak bersama mereka. Tetapi seya
ketika itu berfikir : kenapa mereka menghambur – hamburkan uang dan
makanan hanya untuk teman – teman mereka yang sama – sama kaya , yang
saban hari sudah cukup puas dengan makanan begitu ? kenapa kue – kue itu
tidak diberikannya kpd kami ? ".
Untuk pertamakalinya Daud Waitulo mendapatkan kembalai suatu arti dari
kehidupan ini Ia mengeluarkan selembar uang 10.000 rupiah dan diberikannya
kepada sekertarisnya seraya berkata : " Ambil uang ini untuk menebus kue – kue
dimasa kecilmu. Ambil, saya tidak bergurau. Saya terma kasih kau ingatkan soal
arti dari suatu kemelaratan ".
" Ikhlas nih , pak ? " kata sekertarisnya sembari tertawa.
" Anggap saja jumlahnya jutaan rupiah. Itu bukan uang , tapi makna dari
kata – kata berharga ", kata Daud.
Dan dari sepuluh orang pegawai – pegawai yang jadi bawahannya, Daud
pada waktu makan siang membagi – bagikan tiap amplop selembar uang 10.000
dengan catatan : " Untuk anak saudara dirumah ".
Tiap pegawai dikantor itu terheran – heran , dan mereka membicarakannya
setelah jam kerja habis. Mereka semua tidak tau mengapa hari ini Pak Daud
Waitulo demikian dermawannya. Mereka malahan jarang disapa, dan kali ini
Pak Daud memerlukan makan bersama – sama di kantin kantor.
Dan, ketika pulang dari kantor, Daud khusus pergi ketoko makanan untuk
membeli kue bugis. Bila kuweh itu dibawanya pulang, tampak Laila begitu
senang dan ia sendiri menghabiskan sepuluh kuweh.
" Maaf, Laila seperti serakah . Soalnya setelah muntah tadi pagi saya tak
mau makan lagi . Jadi ini karena kelaparan ", kata Laila.
Episode 24
Mendengar kata 'kelaparan " , Daud ingat bahwa ia lupa pada niatnya untuk
bersedekah kepada fakir miskin yang lapar. Daud langsung menggenggam
tangan Laila. Dan berkata sungguh – sungguh : " Maukah kau menemaniku ? "
" Kemana ? mas Daud belum tidur siang ! "
" Bawa diriku ketempat – tempat dimana orang – orang miskin tidak ada
rumah dan pakaian ", kata Daud, " Aku ingin merayakan kembiraan kita berdua
bersama orang miskin itu ".
Laila menganggap Daud seperti barusan bermimpi.
Daud tidak pernah punya niat ebaik ini . Maka Laila menyambut keinginan
Daud itu dengan hati yang ikhlas pula.
Baru menjelang malam mereka pulang bersamadengan wajah cerah dan
puas.
" Bila anak ini lahir ", kata Daud, " Kita harus hati – hati menjaganya ".
" Tentu saja ", kata Laila.
" Ia tidak boleh sakit ", kata Daud
" Bahkan tak boleh masuk angin ", kata Laila.
" Ia tak boleh terlambat menyusu, tak boleh terlambat makan ", kata Daud.
" Dan yang terpenting, ia tidak boleh ditinggalkan Papanya", kata Laila, yang
membuat Daud heran bertanya : " Apa maksudmu Papanya tak boleh
meninggalkannya ? "
" Laila menyembunyikan perasaan , dan ia tertawa mengikik : " Aku hanya
bergurau ".
" Kau maksudkan aku kawin lagi ya ? ya ? " Tanya Daud seraya dengan lucu
mengepalkan tinju dan akan meninju muka isterinya . Laila membalas lelucon
itu dengan sikap " angkat tangan " tanda ia menyerah kalah.
Oh, tak pernah ada suami isteri didunia ini yang sebahagia Laila dan Daud
pada detik – detik itu . Terlebih – lebih lagi , ketika diperiksa ke dokter ,
memang Laila telah hamil.
Kehamilannya makin lama makin ditandai dengan perut Laila yang semakin
membesar. Pada saat – saat ini , mereka tampak tambah rukun . Mereka selalu
tampak berdua berjalan – jalan dikala pagi. Dan tak lupa bila bertemu orang –
orang miskin peminta – minta, mereka memberikan sedikitnya seratus rupiah.www.ac-zzz.tk
Orang - orang disekitar tempat mereka seakan – akan saling berbisik :
Alangkah bahagianya suami isteri itu . Bukan orang – orang saja barang kali .
Mungkin juga batu - batu yang mereka pijak , mungkin juga rumputan liar
ditepijalan, mungkin juga pohon – pohon dan bunga – bunga, merasa iri hati
pada pasangan manusia yang berbahagia itu.
Kadang kala mereka terlalu gembira, sehingga mereka lupa bercanda terlau
asik ketika mandi berdu, Laila tiba – tiba terpeleset. Ia pingsan seketika itu
juga. Daud jadi panik . Lestina ikut membantu iparnya. Lestina ikut
mengangkat bersama kakaknta Daud , sampai Laila sadar kembali diatas
tempat tidur. Daud agak prihatin , karena dari selangkangan Laila mengalir
darah segar.
Keguguran ! itulah yang dikuatirkan Dau seketika itu juga. Buru – buru ia
membawa Laila kerumah sakit . Dokter biasanya selalu bilang " tidak apa – apa "
. Tetapi mereka menahan agar Laila diopname dirumah sakit.
" Berapa lama ? "
" Kira – kira 2 minggu " , kata dokter.
" Apa penyakit isteri saya yang sebebetulnya , dokter ? "
" Tidak apa – apa . Cuma terlalu lelah saja ", kata dokter.
Dua minggu lamanya Daud setiap pagi dan sore menjenguk Laila dirumah
sakit. Dua minggu kalau pagi ia mengambil pakaian kotor Laila dan mengantar
pakaian bersihnya. Laila terharu sekali ketika mendengar ucapan Daud : " Aku
sendiri yang mencuci pakaian – pakaian mu . Lestina memang minta
membantu , tapi aku sendiri merasa senang mencucinya, karna aku merasa
dekat denganmu kala itu ".
Laila meneguk nafas berbahagia , juru rawat, dokter – dokter, kadang kala
suka meninggalkan mereka berdua apabila mereka mulai melihat Laila dan
Daud remas – remasan tangan.
Dan Daud tidak melewatkan saat – sat mesra itu untuk mengecup isterinya.
" Kenapa matmu merah, mas ? " Tanya Laila, ketika Daud dantang pada hari
terkhir Laila dirumah sakit.
" Kurang tidur " kata Daud.
" Tak percaya ", kata Laila.
" Ya, terpaksa aku ngaku. Aku menangis semalaman . Tetapi tangisan itu
berupa perasaan syukur dan prihatin atas bayi yang dalam kandunganmu, yang
telah selamat dari bencana keguguran".
Laila meremas jari – jari tangan Daud, dan menciumnya sepuas-puasnya.
Bila Laila telah dirumah kembali, dengan kandungannya yang sudah enam
bulan itu , suasana rumah tampak cerah. Memang kecerahaan sebuah rumah
terletak pada tangan halus wanita bila merika ringan tangan untuk
menyusunnya.
Tetapi tanpa diduga, muncullah ayah dan ibu Daud. Mereka tidak dating
berdua , tetapi bersama seorang gadis yang kira – kira berusia 18 tahun . Laila
menyambut kedatangan mertuanya tanpa mengingat kata – kata yang melukai
dulu, apalagi dengan sikap berddendam.
" Oh ya, ", Kata Oom Waitulo , ayah Daud . " ini saya hampir lupa
memperkenalkan nya pada Liala . Ini Meiske, tetangga kami ingin melihat
Jakarta".
Laila untuk beberapa detik meneliti Meiske.
Episode 25
Gadis itu memang cantik . Dan bentuk wajahnya serta rambutntnya yang
terurai panjang hingga kebetisnya, menambah cantik dan aseli, masih belum
tersentuh oleh gunting rambut wanita kota.
Meiske segera saja ngobrol dengan Lestina. Sementara itu ayah dan ibu
Daud tempak gelisah, sebab Daud belum pulang dari kantor. Baik ayah maupun
ibu Daud, sama – sama senantiasa memakai isyarat khusus untuk mengucapkan
sesuatu atau mengambil tindakan . Kini ibu Daud menerima isyarat dari ayah
Daud . Ibu Daud berkata lemah lembut kepada Laila : " Itu si Meiske bukan
hanya mau lihat – lihat Jakarta saja, tetapi memang akan menetap di kota ini.
Ia melanjutkan study ke akademi ".
" Oh, itu baik sekali", kata Laila, " Kota Jakarta memang pusat dari segala
ilmu , Cuma yang selalu sulit untuk anak – anak yang melanjutkan sekalah di
Jakarta adalah tempat tinggal ".
Ayah Daud memberi isyarat. Ibu Daud segera berkata : " Nah, bagaimana
pendapat Laila, sebab ibu dan ayah meiske menitipkan dia sepenuhnya kepada
kami "
" Koq, sulit – sulit mama ", kata Laila yang selau senantiasa menyebut
"mama " kepada ibu Daud , " Tinggal saja meiske disini " .
"Kami kuatir kau akan repot . Ada Lestina , sekarang ada meiske lagi ". Kata
sang mama.
" Ah, malahan baik buat teman saya dikala senggang, buktinya Lestina'kan
betah dirumah ini ", kata Laila dengan senyum tulus. " Apalagi untuk anak muda
sekarang , perlu ada disiplin keluarga. Dalam hal ini mas Daud memang selalu
rapi dalam mengontrol Lestina. Kadang kala saya rasa amat disiplin. Tetapi itu
baik , bukannya kejam ".
Kini ayah Daud yang bicara setelah menerima isyarat : " Tapi tentu kami
akan rundingkan dulu pada Daud ".
" Saya rasa mas Daud tidak keberatan apalagi bila saya mendorongnya ",
kata Laila, pada waktu jam makan siang , Laila mengajak mertuanya untuk
makan bersama. Kedua mertuanya menolak, " Ah, kita tunggu saja Daud pulang
".
" Mas Daud pulang pada jam lima ", kata Laila.
" Ou,…", sang mama hampir terpekik, untunglah menutup mulutnya yang
menganga ou tadi !.
Dan mereka makan siang bersama . Pada saat itu Laila kebetulan
berhadapan duduk dengan meiske . Oh, untuk kedua kalinya ia mengagumi
kecantikan meiske. Tetapi bukan kecantikan gadis itu saja yang
memperlihatkan pancaran kebersihan raut wajahnya itu . Tetapi Laila melihat
tingkah laku meiske teramat amat manis. Gadis itu memiliki pribadi yang
agung.
Tetapi----.hm --- dibalik Laila mengagumi lahir dan bathin, maka ada
gangguan perasaan kala itu juga . Bahkan gangguan perasaannya itu mulai
menyentak – nyentak kalbunya ketika pertama kali melihat meiske turun dari
taxi bersama kedua orang tua mas Daud . Laila teringat surat papadan mama
Daud. Rasanya gangguan perasaan itu menyebalkan hatinya. Tapi laila seorang
wanita. Ia lebih mempercayai perasaannya dari pada akal fikirannya. Perasaan
Laila berkata : " Gadis ini sangat memikat, tapi bisa juga memikat suamiku
pula. Namun, bila ia mengatakan bahwa ia gembira un tuk menerima meiske
indekost dirumah ini. Itu hanyalah ucapan kebesaran jiwanya belaka. Hati
kecilnya berontak untuk tidak menyetujui tinggalnya meiske dirumahnya.
Laila tidak bisa tidur siang , karena harus ramah menemani mertuanya
ngobrol – ngobrol diteras samping. Sang mama berkata : " Laila rajin sekali,.
Bunga – bunga ini ditata amat manis ".
" Tapi bukan Laila sendiri, kami berdua mas Daud memilih kembangnya, dan
dimana ditaroknya. Kadang kala Lestina menemani membantu ".
" Sudah berapa bulan kandunganmu, Laila ? " Tanya sang mama.
" Tujuh bulan, mama ", kata laila.
" Tidak disangka Daud akan punya anak juga ", kata sang papa.
" Lihatlah, pa ", kata sang mama kepada suaminya , " Laila pandai sekali
memilih komposisi baju , warna dan bentuknya amat sederhana, kamu
membelinya dimana , Laila ? " .
" Saya tidak membelinya , mama ", kata Laila.
" Semua saya jahit sendiri , juga pakaian bayi sudah saya angsur ".
" Mana " Tanya ibu Daud.
Laila dengan langkah mengenkang – engkang karena beratnya kandungannya
, menuju kekamar tidurnya. Dan diambilnya dari lemari khusus bayi yang dibeli
mas Daud : mulai dari popok , sampai pada pakaian – pakaian dingin , serta
selimut flanelnya. Iamenunjukkan hasil pekerjaan nya itu pada mertuanya
dengan rendah hati : " Ini Cuma belajar – belajar menjahit ".
" Bagus sekali seperti di took ", kata sang ibu Daud dengan polos . " Malahan
kompossisinya mat modern , ya Pa ? ".
" Memang bagus ", kata ayah Daud.
Laila hanya tersenyum .
Lailai dulu pernah sekolah menjahit ? , Tanya sang mama pula.
" Tidak pernah , Cuma sewaktu SMA , saya belajar melalui buku, praktek
sendiri. Dan sambil menunggu tahun tahun perkawinan dengan Mas Daud , saya
lebih intensif lagi belajar sendiri , karena bahan-bahannya dimodali oleh mas
Daud ". Dan Laila sambil ketawa berkata pula : " Waktu itu 'kan posisi mas Daud
dikantornya belum seberapa. Maka kami menjualnya juga ditoko. Hanya
mengisi waktu disaat itu saja".
Mendengar kata 'kelaparan " , Daud ingat bahwa ia lupa pada niatnya untuk
bersedekah kepada fakir miskin yang lapar. Daud langsung menggenggam
tangan Laila. Dan berkata sungguh – sungguh : " Maukah kau menemaniku ? "
" Kemana ? mas Daud belum tidur siang ! "
" Bawa diriku ketempat – tempat dimana orang – orang miskin tidak ada
rumah dan pakaian ", kata Daud, " Aku ingin merayakan kembiraan kita berdua
bersama orang miskin itu ".
Laila menganggap Daud seperti barusan bermimpi.
Daud tidak pernah punya niat ebaik ini . Maka Laila menyambut keinginan
Daud itu dengan hati yang ikhlas pula.
Baru menjelang malam mereka pulang bersamadengan wajah cerah dan
puas.
" Bila anak ini lahir ", kata Daud, " Kita harus hati – hati menjaganya ".
" Tentu saja ", kata Laila.
" Ia tidak boleh sakit ", kata Daud
" Bahkan tak boleh masuk angin ", kata Laila.
" Ia tak boleh terlambat menyusu, tak boleh terlambat makan ", kata Daud.
" Dan yang terpenting, ia tidak boleh ditinggalkan Papanya", kata Laila, yang
membuat Daud heran bertanya : " Apa maksudmu Papanya tak boleh
meninggalkannya ? "
" Laila menyembunyikan perasaan , dan ia tertawa mengikik : " Aku hanya
bergurau ".
" Kau maksudkan aku kawin lagi ya ? ya ? " Tanya Daud seraya dengan lucu
mengepalkan tinju dan akan meninju muka isterinya . Laila membalas lelucon
itu dengan sikap " angkat tangan " tanda ia menyerah kalah.
Oh, tak pernah ada suami isteri didunia ini yang sebahagia Laila dan Daud
pada detik – detik itu . Terlebih – lebih lagi , ketika diperiksa ke dokter ,
memang Laila telah hamil.
Kehamilannya makin lama makin ditandai dengan perut Laila yang semakin
membesar. Pada saat – saat ini , mereka tampak tambah rukun . Mereka selalu
tampak berdua berjalan – jalan dikala pagi. Dan tak lupa bila bertemu orang –
orang miskin peminta – minta, mereka memberikan sedikitnya seratus rupiah.www.ac-zzz.tk
Orang - orang disekitar tempat mereka seakan – akan saling berbisik :
Alangkah bahagianya suami isteri itu . Bukan orang – orang saja barang kali .
Mungkin juga batu - batu yang mereka pijak , mungkin juga rumputan liar
ditepijalan, mungkin juga pohon – pohon dan bunga – bunga, merasa iri hati
pada pasangan manusia yang berbahagia itu.
Kadang kala mereka terlalu gembira, sehingga mereka lupa bercanda terlau
asik ketika mandi berdu, Laila tiba – tiba terpeleset. Ia pingsan seketika itu
juga. Daud jadi panik . Lestina ikut membantu iparnya. Lestina ikut
mengangkat bersama kakaknta Daud , sampai Laila sadar kembali diatas
tempat tidur. Daud agak prihatin , karena dari selangkangan Laila mengalir
darah segar.
Keguguran ! itulah yang dikuatirkan Dau seketika itu juga. Buru – buru ia
membawa Laila kerumah sakit . Dokter biasanya selalu bilang " tidak apa – apa "
. Tetapi mereka menahan agar Laila diopname dirumah sakit.
" Berapa lama ? "
" Kira – kira 2 minggu " , kata dokter.
" Apa penyakit isteri saya yang sebebetulnya , dokter ? "
" Tidak apa – apa . Cuma terlalu lelah saja ", kata dokter.
Dua minggu lamanya Daud setiap pagi dan sore menjenguk Laila dirumah
sakit. Dua minggu kalau pagi ia mengambil pakaian kotor Laila dan mengantar
pakaian bersihnya. Laila terharu sekali ketika mendengar ucapan Daud : " Aku
sendiri yang mencuci pakaian – pakaian mu . Lestina memang minta
membantu , tapi aku sendiri merasa senang mencucinya, karna aku merasa
dekat denganmu kala itu ".
Laila meneguk nafas berbahagia , juru rawat, dokter – dokter, kadang kala
suka meninggalkan mereka berdua apabila mereka mulai melihat Laila dan
Daud remas – remasan tangan.
Dan Daud tidak melewatkan saat – sat mesra itu untuk mengecup isterinya.
" Kenapa matmu merah, mas ? " Tanya Laila, ketika Daud dantang pada hari
terkhir Laila dirumah sakit.
" Kurang tidur " kata Daud.
" Tak percaya ", kata Laila.
" Ya, terpaksa aku ngaku. Aku menangis semalaman . Tetapi tangisan itu
berupa perasaan syukur dan prihatin atas bayi yang dalam kandunganmu, yang
telah selamat dari bencana keguguran".
Laila meremas jari – jari tangan Daud, dan menciumnya sepuas-puasnya.
Bila Laila telah dirumah kembali, dengan kandungannya yang sudah enam
bulan itu , suasana rumah tampak cerah. Memang kecerahaan sebuah rumah
terletak pada tangan halus wanita bila merika ringan tangan untuk
menyusunnya.
Tetapi tanpa diduga, muncullah ayah dan ibu Daud. Mereka tidak dating
berdua , tetapi bersama seorang gadis yang kira – kira berusia 18 tahun . Laila
menyambut kedatangan mertuanya tanpa mengingat kata – kata yang melukai
dulu, apalagi dengan sikap berddendam.
" Oh ya, ", Kata Oom Waitulo , ayah Daud . " ini saya hampir lupa
memperkenalkan nya pada Liala . Ini Meiske, tetangga kami ingin melihat
Jakarta".
Laila untuk beberapa detik meneliti Meiske.
Episode 25
Gadis itu memang cantik . Dan bentuk wajahnya serta rambutntnya yang
terurai panjang hingga kebetisnya, menambah cantik dan aseli, masih belum
tersentuh oleh gunting rambut wanita kota.
Meiske segera saja ngobrol dengan Lestina. Sementara itu ayah dan ibu
Daud tempak gelisah, sebab Daud belum pulang dari kantor. Baik ayah maupun
ibu Daud, sama – sama senantiasa memakai isyarat khusus untuk mengucapkan
sesuatu atau mengambil tindakan . Kini ibu Daud menerima isyarat dari ayah
Daud . Ibu Daud berkata lemah lembut kepada Laila : " Itu si Meiske bukan
hanya mau lihat – lihat Jakarta saja, tetapi memang akan menetap di kota ini.
Ia melanjutkan study ke akademi ".
" Oh, itu baik sekali", kata Laila, " Kota Jakarta memang pusat dari segala
ilmu , Cuma yang selalu sulit untuk anak – anak yang melanjutkan sekalah di
Jakarta adalah tempat tinggal ".
Ayah Daud memberi isyarat. Ibu Daud segera berkata : " Nah, bagaimana
pendapat Laila, sebab ibu dan ayah meiske menitipkan dia sepenuhnya kepada
kami "
" Koq, sulit – sulit mama ", kata Laila yang selau senantiasa menyebut
"mama " kepada ibu Daud , " Tinggal saja meiske disini " .
"Kami kuatir kau akan repot . Ada Lestina , sekarang ada meiske lagi ". Kata
sang mama.
" Ah, malahan baik buat teman saya dikala senggang, buktinya Lestina'kan
betah dirumah ini ", kata Laila dengan senyum tulus. " Apalagi untuk anak muda
sekarang , perlu ada disiplin keluarga. Dalam hal ini mas Daud memang selalu
rapi dalam mengontrol Lestina. Kadang kala saya rasa amat disiplin. Tetapi itu
baik , bukannya kejam ".
Kini ayah Daud yang bicara setelah menerima isyarat : " Tapi tentu kami
akan rundingkan dulu pada Daud ".
" Saya rasa mas Daud tidak keberatan apalagi bila saya mendorongnya ",
kata Laila, pada waktu jam makan siang , Laila mengajak mertuanya untuk
makan bersama. Kedua mertuanya menolak, " Ah, kita tunggu saja Daud pulang
".
" Mas Daud pulang pada jam lima ", kata Laila.
" Ou,…", sang mama hampir terpekik, untunglah menutup mulutnya yang
menganga ou tadi !.
Dan mereka makan siang bersama . Pada saat itu Laila kebetulan
berhadapan duduk dengan meiske . Oh, untuk kedua kalinya ia mengagumi
kecantikan meiske. Tetapi bukan kecantikan gadis itu saja yang
memperlihatkan pancaran kebersihan raut wajahnya itu . Tetapi Laila melihat
tingkah laku meiske teramat amat manis. Gadis itu memiliki pribadi yang
agung.
Tetapi----.hm --- dibalik Laila mengagumi lahir dan bathin, maka ada
gangguan perasaan kala itu juga . Bahkan gangguan perasaannya itu mulai
menyentak – nyentak kalbunya ketika pertama kali melihat meiske turun dari
taxi bersama kedua orang tua mas Daud . Laila teringat surat papadan mama
Daud. Rasanya gangguan perasaan itu menyebalkan hatinya. Tapi laila seorang
wanita. Ia lebih mempercayai perasaannya dari pada akal fikirannya. Perasaan
Laila berkata : " Gadis ini sangat memikat, tapi bisa juga memikat suamiku
pula. Namun, bila ia mengatakan bahwa ia gembira un tuk menerima meiske
indekost dirumah ini. Itu hanyalah ucapan kebesaran jiwanya belaka. Hati
kecilnya berontak untuk tidak menyetujui tinggalnya meiske dirumahnya.
Laila tidak bisa tidur siang , karena harus ramah menemani mertuanya
ngobrol – ngobrol diteras samping. Sang mama berkata : " Laila rajin sekali,.
Bunga – bunga ini ditata amat manis ".
" Tapi bukan Laila sendiri, kami berdua mas Daud memilih kembangnya, dan
dimana ditaroknya. Kadang kala Lestina menemani membantu ".
" Sudah berapa bulan kandunganmu, Laila ? " Tanya sang mama.
" Tujuh bulan, mama ", kata laila.
" Tidak disangka Daud akan punya anak juga ", kata sang papa.
" Lihatlah, pa ", kata sang mama kepada suaminya , " Laila pandai sekali
memilih komposisi baju , warna dan bentuknya amat sederhana, kamu
membelinya dimana , Laila ? " .
" Saya tidak membelinya , mama ", kata Laila.
" Semua saya jahit sendiri , juga pakaian bayi sudah saya angsur ".
" Mana " Tanya ibu Daud.
Laila dengan langkah mengenkang – engkang karena beratnya kandungannya
, menuju kekamar tidurnya. Dan diambilnya dari lemari khusus bayi yang dibeli
mas Daud : mulai dari popok , sampai pada pakaian – pakaian dingin , serta
selimut flanelnya. Iamenunjukkan hasil pekerjaan nya itu pada mertuanya
dengan rendah hati : " Ini Cuma belajar – belajar menjahit ".
" Bagus sekali seperti di took ", kata sang ibu Daud dengan polos . " Malahan
kompossisinya mat modern , ya Pa ? ".
" Memang bagus ", kata ayah Daud.
Laila hanya tersenyum .
Lailai dulu pernah sekolah menjahit ? , Tanya sang mama pula.
" Tidak pernah , Cuma sewaktu SMA , saya belajar melalui buku, praktek
sendiri. Dan sambil menunggu tahun tahun perkawinan dengan Mas Daud , saya
lebih intensif lagi belajar sendiri , karena bahan-bahannya dimodali oleh mas
Daud ". Dan Laila sambil ketawa berkata pula : " Waktu itu 'kan posisi mas Daud
dikantornya belum seberapa. Maka kami menjualnya juga ditoko. Hanya
mengisi waktu disaat itu saja".
Episode 26
Om Waitulo menatap isterinya, yang dengan wajah sungguh – sungguh
menatap pada Laila. Ya, mama menatap denga kagum yang polos . Dan sepuas
ia mengagumi Laia , sepanjang itu pula ia menghela nafas.
' Saya dulu pemalas ", kata Laila sambil ketawa rendah hati. " Tapi mas Daud
telah mendidik saya menjadi jadi sedikit rajin dan disiplin " .
" Oh si Daud……memang anak kami paling disiplin . tapi ia baik bukan ? "
Tanya sang mama.
" Mas Daud sangat baik orangnya ", kata Laila , " Mungkin ia seorang
Indonesia yang modern, karna ia benar – benar pria yang siap sebelum
memasuki perkawinan ".
Sang mama senang anaknya dipuji oleh menantunya ini. Tapi Laila sam
sekali tidak munafik mengatakan hal itu, dan itu keluar dari lubuk hatinya.
Laila mengemasi contoh pakaian – pakaian bayi itu kedalam , lantas minta ijin
kepada kedua mertuanya untuk menyiapkan makanan kecil dan kopi, " karena
sebentar lagi mas Daud pulang. "
" Sang mama melihat jam tangannya. Begitupun suaminya, Oom Waitulo.
Tiba –tiba suami isteri ini seperti mendapatkan titik – titik persamaan
perasaan . Hal itu dimulai oleh ibu Daud . Kata wanita itu : " Kita bersalah .
Kita berdosa . Laila bener – benar tampak baik hati seperti yang diutamakan
Daud dahulu menjelang ia mengawini Liala ".
" Kita bicarakan di kamar ", kata sang ayah.
Suami isteri itu bersama melangkah menuju kamar pavilium , yang khusus
memang telah dirapikan Laila bagi mertuanya itu . Laila kepergok mertua, "
Apa Oom dan mama akan istirahat sebentar dikamar, silahkan Oom,
mama…..mas Daud juga masih seperempat jam lagi pulangnya !"
Dengan sikap hormat, mertuanya mengangguk dan segera menuju kamar.
Susampai dikamar, yang mulai duluan bicara adalah mama : " Mungkin Daud
amat tersinggung untuk memberikan berita apa –apa bahwa Laila sudah
mengandung ".
" Tapi ini sudah salah kita ", kata sang suami , " kita terlalu obtimis . Ini
yang bikin gara – gara surat – surat Lestina ! Saya tak mengerti mengapa ia
kelihatannya tak begitu suka pada Laila . Padahal Laila benar – benar ipar yang
baik bagi nya. Ataukah ini adalah proses kejiwaan Lestina ? Lestina anak bungsu
kita, dan dulu dimanja oleh Daud semenjak bayi hingga Daud pindah ke Jakarta
, Les mungkin merasa Laila telah merebut kasih saying abangnya yang dulu
kepadanya ".
" Jadi bagaimana dengan meiske ? " Tanya sang mama .
Suami wanita itu seperti tanpa berpikir lama – lama menemukan jalan
keluar : " Meiske kita bawa saja kembali pulang".
" Ah, gila kau pa. Anak itu sudah pamit kepada semua orang dan tetangga –
tetangganya serta teman – teman sekolahnya. Ia pulang dengan perasaan malu
", kata sang ibu Daud.
" Ya , tapi meiske tokh tidak pernah mengetahui, bahwa ia dibawa kejakarta
dengan persiapan untuk jadi isteri Daud. Sedangkan ayah meiske saja tak tahu ,
koq. Inikan sitim detektid-detektipan antara kau dan ibu mieske ".
" Tapi kau menyokong , Pa ", bela sang mama .
" Nantilah kita tanyakan kepada Daud ", kata Oom Waitulo kemudian.
Barusan saja mereka mendiskusikan masih selingkat itu, Daud muncul
disambut Laila.
" Papa dan mamamu dating, juga ada si mieske ", kata Laila
" Mieske ? " Daud terheran – heran.
" Ya, anak tetanggan orang tuamu ", kata Laila, " meiske sekarang lagi tidur
siang bersama Lestina di kamar Lestina ".
Dan ketika itu juga papa dan mama Daud muncul dari pavilium. Terutama
ibu Daud, telah memeluk anaknya yang sulung itu seperti begitu teramat
kangen. Dan pada waktu minum sore bersama diruang makan, ibu maupun ayah
Daud sama – sama tidak berani untuk mulai menyebutkan soal mieske.
" Itu si mieske di bawa kesini untuk melanjutkan sekolah ? ", Tanya Daud.
Ibu maupun ayah Daud gembira karna Daud sendiri yang mulai bertanya.
" Ya, Orang tuanya menitipkannya kepada kami ", kata sang ayah.
" Sudah ada tempat untuk tinggal disini ? ", tanya Daud.
" Belum ", jawab sang mama segera, " Bagaimana pendapatmu ? "
" Nantilah saya tanyakan pada pegawai – pegawai saya apakah ada diantara
mereka yang mau menerima anak indekost ", kata Daud.
Laila yang sejak semula hanya duduk makan kuweh dan minum seteguk –
teguk, tiba – tiba berkata mendahului: " Ah, buat apa cari tempat indekost
susah – susah . Indekost saja dirumah ini kan ada pavilium ? "
" Itu untuk tamu – tamu khusus ", kata Daud
" Berdua sekamar dengan Lestina ", kata Laila lagi.
" Kau kan tahu sendiri, dari segi pendidikan pertumbuhan usia berkembang,
gadis – gadis, maupun anak – anak bujang tidak baik disekamarkan ". Kata Daud.
Berbeda ketika rundingan pertama dengan Laila tadi siang, kini papa
maupun mama bersikap netral – netralsaja, tanpa memperlihatkan semangat
agar meiske tinggal dirumah ini. Karena merka sendiri telah merubah pendirian
semula.
Laila mengeluh. Tampak oleh Daud, isterinya kecewa atau bagaimana. Maka
Daud kemudian menatap Laila, dan bertanya padanya : " Bagaimana
pendapatmu, Laila ? "
" Tadi siang juga sudah saya bilang tinggal disini saja. Soalnya anak ini
dititipkan pada Oom dan mama ".
Daud menghela nafas dalam – dalam . Ia seorang manager. Ia seorang yang
zakelijk. Ia orang yang memikirkan sesuatu dengan inteleknya. Begitu sewaktu
ia akan mengambil keputusan terhadap berbagai persoalan, Daud akhirnya
lebih mempercayai "feeling"nya, lebih cenderung mendengar hati nuraninya.
Seperti bagaimana tadi feelingnya mendengar bahwa ayah ibunya kesini
membawa mieske. Seketika itu juga feeling Daud teringat pada surat ayahnya
dulu. Rasanya kurang serasi dengan feelingnya apabila mieske tinggal dirumah
ini.
Om Waitulo menatap isterinya, yang dengan wajah sungguh – sungguh
menatap pada Laila. Ya, mama menatap denga kagum yang polos . Dan sepuas
ia mengagumi Laia , sepanjang itu pula ia menghela nafas.
' Saya dulu pemalas ", kata Laila sambil ketawa rendah hati. " Tapi mas Daud
telah mendidik saya menjadi jadi sedikit rajin dan disiplin " .
" Oh si Daud……memang anak kami paling disiplin . tapi ia baik bukan ? "
Tanya sang mama.
" Mas Daud sangat baik orangnya ", kata Laila , " Mungkin ia seorang
Indonesia yang modern, karna ia benar – benar pria yang siap sebelum
memasuki perkawinan ".
Sang mama senang anaknya dipuji oleh menantunya ini. Tapi Laila sam
sekali tidak munafik mengatakan hal itu, dan itu keluar dari lubuk hatinya.
Laila mengemasi contoh pakaian – pakaian bayi itu kedalam , lantas minta ijin
kepada kedua mertuanya untuk menyiapkan makanan kecil dan kopi, " karena
sebentar lagi mas Daud pulang. "
" Sang mama melihat jam tangannya. Begitupun suaminya, Oom Waitulo.
Tiba –tiba suami isteri ini seperti mendapatkan titik – titik persamaan
perasaan . Hal itu dimulai oleh ibu Daud . Kata wanita itu : " Kita bersalah .
Kita berdosa . Laila bener – benar tampak baik hati seperti yang diutamakan
Daud dahulu menjelang ia mengawini Liala ".
" Kita bicarakan di kamar ", kata sang ayah.
Suami isteri itu bersama melangkah menuju kamar pavilium , yang khusus
memang telah dirapikan Laila bagi mertuanya itu . Laila kepergok mertua, "
Apa Oom dan mama akan istirahat sebentar dikamar, silahkan Oom,
mama…..mas Daud juga masih seperempat jam lagi pulangnya !"
Dengan sikap hormat, mertuanya mengangguk dan segera menuju kamar.
Susampai dikamar, yang mulai duluan bicara adalah mama : " Mungkin Daud
amat tersinggung untuk memberikan berita apa –apa bahwa Laila sudah
mengandung ".
" Tapi ini sudah salah kita ", kata sang suami , " kita terlalu obtimis . Ini
yang bikin gara – gara surat – surat Lestina ! Saya tak mengerti mengapa ia
kelihatannya tak begitu suka pada Laila . Padahal Laila benar – benar ipar yang
baik bagi nya. Ataukah ini adalah proses kejiwaan Lestina ? Lestina anak bungsu
kita, dan dulu dimanja oleh Daud semenjak bayi hingga Daud pindah ke Jakarta
, Les mungkin merasa Laila telah merebut kasih saying abangnya yang dulu
kepadanya ".
" Jadi bagaimana dengan meiske ? " Tanya sang mama .
Suami wanita itu seperti tanpa berpikir lama – lama menemukan jalan
keluar : " Meiske kita bawa saja kembali pulang".
" Ah, gila kau pa. Anak itu sudah pamit kepada semua orang dan tetangga –
tetangganya serta teman – teman sekolahnya. Ia pulang dengan perasaan malu
", kata sang ibu Daud.
" Ya , tapi meiske tokh tidak pernah mengetahui, bahwa ia dibawa kejakarta
dengan persiapan untuk jadi isteri Daud. Sedangkan ayah meiske saja tak tahu ,
koq. Inikan sitim detektid-detektipan antara kau dan ibu mieske ".
" Tapi kau menyokong , Pa ", bela sang mama .
" Nantilah kita tanyakan kepada Daud ", kata Oom Waitulo kemudian.
Barusan saja mereka mendiskusikan masih selingkat itu, Daud muncul
disambut Laila.
" Papa dan mamamu dating, juga ada si mieske ", kata Laila
" Mieske ? " Daud terheran – heran.
" Ya, anak tetanggan orang tuamu ", kata Laila, " meiske sekarang lagi tidur
siang bersama Lestina di kamar Lestina ".
Dan ketika itu juga papa dan mama Daud muncul dari pavilium. Terutama
ibu Daud, telah memeluk anaknya yang sulung itu seperti begitu teramat
kangen. Dan pada waktu minum sore bersama diruang makan, ibu maupun ayah
Daud sama – sama tidak berani untuk mulai menyebutkan soal mieske.
" Itu si mieske di bawa kesini untuk melanjutkan sekolah ? ", Tanya Daud.
Ibu maupun ayah Daud gembira karna Daud sendiri yang mulai bertanya.
" Ya, Orang tuanya menitipkannya kepada kami ", kata sang ayah.
" Sudah ada tempat untuk tinggal disini ? ", tanya Daud.
" Belum ", jawab sang mama segera, " Bagaimana pendapatmu ? "
" Nantilah saya tanyakan pada pegawai – pegawai saya apakah ada diantara
mereka yang mau menerima anak indekost ", kata Daud.
Laila yang sejak semula hanya duduk makan kuweh dan minum seteguk –
teguk, tiba – tiba berkata mendahului: " Ah, buat apa cari tempat indekost
susah – susah . Indekost saja dirumah ini kan ada pavilium ? "
" Itu untuk tamu – tamu khusus ", kata Daud
" Berdua sekamar dengan Lestina ", kata Laila lagi.
" Kau kan tahu sendiri, dari segi pendidikan pertumbuhan usia berkembang,
gadis – gadis, maupun anak – anak bujang tidak baik disekamarkan ". Kata Daud.
Berbeda ketika rundingan pertama dengan Laila tadi siang, kini papa
maupun mama bersikap netral – netralsaja, tanpa memperlihatkan semangat
agar meiske tinggal dirumah ini. Karena merka sendiri telah merubah pendirian
semula.
Laila mengeluh. Tampak oleh Daud, isterinya kecewa atau bagaimana. Maka
Daud kemudian menatap Laila, dan bertanya padanya : " Bagaimana
pendapatmu, Laila ? "
" Tadi siang juga sudah saya bilang tinggal disini saja. Soalnya anak ini
dititipkan pada Oom dan mama ".
Daud menghela nafas dalam – dalam . Ia seorang manager. Ia seorang yang
zakelijk. Ia orang yang memikirkan sesuatu dengan inteleknya. Begitu sewaktu
ia akan mengambil keputusan terhadap berbagai persoalan, Daud akhirnya
lebih mempercayai "feeling"nya, lebih cenderung mendengar hati nuraninya.
Seperti bagaimana tadi feelingnya mendengar bahwa ayah ibunya kesini
membawa mieske. Seketika itu juga feeling Daud teringat pada surat ayahnya
dulu. Rasanya kurang serasi dengan feelingnya apabila mieske tinggal dirumah
ini.
Episode 27
RASANYA Daud Waitulo sedang diuji, tetapi perkawinannyapun sedang diuji.
Apakah ini bukan berarti, jika si mieske disetujui tinggal dirumah ini adalah
mengundang satu kehancuran perkawinannya dengan Laila ?
Daud dalam detik – detik teruji itu berusaha untuk menyembunyikan
kecanggungannya. Dia tidak iangin Laila menyaksikan kegugupannya
menghadapi cobaan bathin ini. Padahal ketika itu hatinya berontak hebat
kepada ayah dan ibunya ! Ia benci sekali dengan ujian ini ! Ia benci ibu dan www.ac-zzz.tk
ayahnya tidak memikirkan perasannya, perasaan Laila, jika gadis secantik
meiske tinggal dirumah ini.
Daud menatap ibunya. Ibunya melirik kepada ayahnya. Ayahnya berkata
pada Ibunya : " Saya tidak menyangka, perkembangan Daud akan sehebat ini
dalamusaha. Rumah ini begitu bagus………".
Daud segera memotong : " Kebagusan sebuah rumah tergantung dari isteri ".
Laila tersipu – sipu malu, seakan – akan melupakan sejenak, bahwa
dirumahnya akan tinggal seorang gadis berwajah agung, gadis sekampung ,
masih famili Daud, gadis semanis mieske ini. Tetapi dalam tersipu – sipu dipuji
suaminya, Laila ingin menyenangkan tamunya dan juga calon penghuni rumah
ini. Kata Laila : " Mudah – mudahan rumah kami tambah berseri setelah meiske
tinggal disini ".
Daud tambah terperangkap oleh ucapan Laila, yang seolah – olah memberi
sokongan halus agar diterima tinggal disini. Mengapa ? Apa Laila tak tahu ,
bahwa dengan ucapan basa – basi nya itu berarti dia ikut mengundang neraka
baru yang akan meruntuhkan rumahtangganya sendiri ?
" Meiske juga pandai memasak ", kata ibu Daud.
" Wah, kami bisa saling membantu dalam soal masak – memasak ini ", kata
Laila pula, yang benar – benar menyebalkan perasaan Daud.
Secara prinsipil, Daud tidak setuju meiske tinggal disini. Malahan ia curiga
pada kedua orang tuanya. Ia menduga hal ini dengan bersengaja dibuat
mereka., agar Laila dan Daud jadi retak dengan hadirnya orang ketiga yang
cantik jelita. Setelah retak maka pecah dan bubarlah perkawinannya dengan
Laila. Kemudia, kemudian sekali setelah bubar ruamh tangganya, maka meiske
pun dijodohkan dengan Daud.
Tetapi sulit bagi Daud untuk menerka, apakah sebenarnya yang dirasakan
Laila pada detik – detik- singkat tetapi tegang ini. Apakah Laila sungguh –
sungguuh ataukah diam-diam menyembunyikan tidak setujunya dan berkaok
kaok manis sekedar menguji hati nurani Daud ?
" Yang terang ", kata ibu Daud lagi. ' Jika kita semua sependapat mieske
tinggal disini , adikmu Lestina ada teman ".
" Memang seharusnya begitu " , kata Laila. Dan ucapan Laila ini menambah
kejengkelan hati Daud lagi , tetapi sulitkan bagi Daud untuk memberi isyarat
kepada Laila agar ia tutup mulut saja, jangan berbicara lagi.
" Yang pentingkan bukan kita ", kata mieske, " Yang penting adalah mieske
diperkenankan numpang dirumah ini ".
Hampir saja Laila yang mendahului bicara, andaikata tidak dipotong oleh
ayah Daud terlebih dahulu : " Saya kira tidak akan merugikan betul jika mieske
numpang dirumahmu, Daud ".
Daud menundukkan kepala, sementara ibunya berkata : " Ah, Daud tentu
setuju, dia tentu menunggu persetujuan ' Nyonya Rumahtangga',dalam hal ini
Laila ".
Daud mengangkat kepala, pandangannya bertemu Laila yang memberi
anggukan. Namun Daud tampaknya masih belum memberikan putusan.
Ditatapnya Laila, Laila mengerdipnya. Daud masih juga secara bathin tak
menyetujui.
Namun dua kali isyarat mata Laila membuat Daud mengambil keputusan
yang berbeda dengan feelingnya . Sambil menghela nafas dalam – dalam, Daud
Waitulo akhirnya berkata: " Yah,meiske boleh tinggal dirumah ini asal ia mau
mengikuti disiplin dirumah ini ".
Tapi sesungguhnya tak ada yang gembira mengenai keputusan ini .
Terutama yang paling risau adalah ibu Daud sendiri. Perasaannya sudah
berubah sama sekali setelah ia berjumpa dengan Laila. Hati kecilnya menaruh
hormat kepada isteri anaknya ini !
Bukan saja hati kecilnya ! sikap – sikapnya pun telah berbeda setelah ia
mengenal Laila dari dekat dan akrab. Ayah Daud sendiri demikian pula. Tetapi
orang tua ini tidak terlalu risau . Dan Laila, ia telah berdusta dengan suara
bathinnya.
Menjelang tidur, Daud memegang bahu Laila. Laila tahu Daud akan
menyampaikan sesuatu . Ia pura – pura telah tertidur. Namun Daud
mengguncang – guncangkan bahunya, dan dengan bersikap seolah – olah kaget
dibangunkan, Lial bertanya : " Ada apa, mas ? ".
" Kali ini aku merasa heran ", kata Daud.
" Ada apa sih sudah malam – malam begini ? kayaknya mau ngomongin yang
penting , hm ? "
" Aku heran mengapa sekali ini sikap kita berbeda ", kata Daud.
" Soal ? "
" Hati kecilku berkata : meiske sebaiknya jangan tinggal disini ".
RASANYA Daud Waitulo sedang diuji, tetapi perkawinannyapun sedang diuji.
Apakah ini bukan berarti, jika si mieske disetujui tinggal dirumah ini adalah
mengundang satu kehancuran perkawinannya dengan Laila ?
Daud dalam detik – detik teruji itu berusaha untuk menyembunyikan
kecanggungannya. Dia tidak iangin Laila menyaksikan kegugupannya
menghadapi cobaan bathin ini. Padahal ketika itu hatinya berontak hebat
kepada ayah dan ibunya ! Ia benci sekali dengan ujian ini ! Ia benci ibu dan www.ac-zzz.tk
ayahnya tidak memikirkan perasannya, perasaan Laila, jika gadis secantik
meiske tinggal dirumah ini.
Daud menatap ibunya. Ibunya melirik kepada ayahnya. Ayahnya berkata
pada Ibunya : " Saya tidak menyangka, perkembangan Daud akan sehebat ini
dalamusaha. Rumah ini begitu bagus………".
Daud segera memotong : " Kebagusan sebuah rumah tergantung dari isteri ".
Laila tersipu – sipu malu, seakan – akan melupakan sejenak, bahwa
dirumahnya akan tinggal seorang gadis berwajah agung, gadis sekampung ,
masih famili Daud, gadis semanis mieske ini. Tetapi dalam tersipu – sipu dipuji
suaminya, Laila ingin menyenangkan tamunya dan juga calon penghuni rumah
ini. Kata Laila : " Mudah – mudahan rumah kami tambah berseri setelah meiske
tinggal disini ".
Daud tambah terperangkap oleh ucapan Laila, yang seolah – olah memberi
sokongan halus agar diterima tinggal disini. Mengapa ? Apa Laila tak tahu ,
bahwa dengan ucapan basa – basi nya itu berarti dia ikut mengundang neraka
baru yang akan meruntuhkan rumahtangganya sendiri ?
" Meiske juga pandai memasak ", kata ibu Daud.
" Wah, kami bisa saling membantu dalam soal masak – memasak ini ", kata
Laila pula, yang benar – benar menyebalkan perasaan Daud.
Secara prinsipil, Daud tidak setuju meiske tinggal disini. Malahan ia curiga
pada kedua orang tuanya. Ia menduga hal ini dengan bersengaja dibuat
mereka., agar Laila dan Daud jadi retak dengan hadirnya orang ketiga yang
cantik jelita. Setelah retak maka pecah dan bubarlah perkawinannya dengan
Laila. Kemudia, kemudian sekali setelah bubar ruamh tangganya, maka meiske
pun dijodohkan dengan Daud.
Tetapi sulit bagi Daud untuk menerka, apakah sebenarnya yang dirasakan
Laila pada detik – detik- singkat tetapi tegang ini. Apakah Laila sungguh –
sungguuh ataukah diam-diam menyembunyikan tidak setujunya dan berkaok
kaok manis sekedar menguji hati nurani Daud ?
" Yang terang ", kata ibu Daud lagi. ' Jika kita semua sependapat mieske
tinggal disini , adikmu Lestina ada teman ".
" Memang seharusnya begitu " , kata Laila. Dan ucapan Laila ini menambah
kejengkelan hati Daud lagi , tetapi sulitkan bagi Daud untuk memberi isyarat
kepada Laila agar ia tutup mulut saja, jangan berbicara lagi.
" Yang pentingkan bukan kita ", kata mieske, " Yang penting adalah mieske
diperkenankan numpang dirumah ini ".
Hampir saja Laila yang mendahului bicara, andaikata tidak dipotong oleh
ayah Daud terlebih dahulu : " Saya kira tidak akan merugikan betul jika mieske
numpang dirumahmu, Daud ".
Daud menundukkan kepala, sementara ibunya berkata : " Ah, Daud tentu
setuju, dia tentu menunggu persetujuan ' Nyonya Rumahtangga',dalam hal ini
Laila ".
Daud mengangkat kepala, pandangannya bertemu Laila yang memberi
anggukan. Namun Daud tampaknya masih belum memberikan putusan.
Ditatapnya Laila, Laila mengerdipnya. Daud masih juga secara bathin tak
menyetujui.
Namun dua kali isyarat mata Laila membuat Daud mengambil keputusan
yang berbeda dengan feelingnya . Sambil menghela nafas dalam – dalam, Daud
Waitulo akhirnya berkata: " Yah,meiske boleh tinggal dirumah ini asal ia mau
mengikuti disiplin dirumah ini ".
Tapi sesungguhnya tak ada yang gembira mengenai keputusan ini .
Terutama yang paling risau adalah ibu Daud sendiri. Perasaannya sudah
berubah sama sekali setelah ia berjumpa dengan Laila. Hati kecilnya menaruh
hormat kepada isteri anaknya ini !
Bukan saja hati kecilnya ! sikap – sikapnya pun telah berbeda setelah ia
mengenal Laila dari dekat dan akrab. Ayah Daud sendiri demikian pula. Tetapi
orang tua ini tidak terlalu risau . Dan Laila, ia telah berdusta dengan suara
bathinnya.
Menjelang tidur, Daud memegang bahu Laila. Laila tahu Daud akan
menyampaikan sesuatu . Ia pura – pura telah tertidur. Namun Daud
mengguncang – guncangkan bahunya, dan dengan bersikap seolah – olah kaget
dibangunkan, Lial bertanya : " Ada apa, mas ? ".
" Kali ini aku merasa heran ", kata Daud.
" Ada apa sih sudah malam – malam begini ? kayaknya mau ngomongin yang
penting , hm ? "
" Aku heran mengapa sekali ini sikap kita berbeda ", kata Daud.
" Soal ? "
" Hati kecilku berkata : meiske sebaiknya jangan tinggal disini ".
Episode 28
Daud mencoba menatap mata Laila, tapi Laila hanya senyum – senyum saja
dipandangi begitu. Daud melanjutkan; " Kau memberi isyarat agar aku
menyetujui. Tapi hati kecilku menolak ".
Laila tersenyum lagi, senyum yang benar – benar lega.
Wajahnya tambah cantik ditatapi suaminya. Dan memang sebenarnya
demikianlah . Wanita adalah mahluk yang paling berani menghadapi cobaan
dan bahaya, kadanga kala sangat berani menyongsongnya secara sadar. Bahaya
itu adalah berdiamnya mieske dirumah ini. Laila tahu itu / Ta seakan akan ingin
menguji samoai mana cinta Daud, sampai batas mana iman hati sang suami,
dalam lingkungan yang berbahaya ini. Tetapi dia pula yang memetik kepuasan
pertama, saat iini juga ! Laila mereguk rasa puas itu dari ucapan – ucapan Daud
tadi, yang amat jujur, yang amat setia.
Kini Laila yakin melebihi dari sebelumnya, bahwa Daud sepenu – penuhnya
mencintai dirinya. Oh, maka terlepaslah senyum sempurna tadi, yang membuat
wajahnya lebih cantik, karena kecantikan yang sempurna adalah kecantikan
yang memancar dari bathin seorang wanita.
Dan memanglah, semenjak meiske benar – benar pavilium rumah ini , Daud
memperlihatkan sikap bertambah – tambah saying pada Laila . Pada suatu hari
Daud pulang membawa kerata bayi, Laila terkejut, tetapi Lestina dan meiske
juga sama – sama tertawa lucu.
" Masih lama lagi bayi lahir, kereta bayi sudah dibeli ", kata Laila.
" Aku betul – betul sudah kepingin cepat – cepat jadi ayah " , kata Daud.www.ac-zzz.tk
Ketika itu meiske memperhatikan dengan berdebar – debar betapa Daud
mencium dua kali pipi Laila. Dalam debaran – debaran jantungnya itu, gadis itu
membayangkan , betapa bahagianya orang yang menjadi isteri manusia seperti
Daud ini. Ia amat polos untuk mengagumi , dan dengan polos berkata : " Meiske
ngiri, deh , melihat kak Laila begitu bahagianya punya suami sebaik bang Daud
".
"Nanti kalau sampai waktunya, kau mesti mencari suami sebaik mas Daud ",
kata Laila.
" Bagaimana caranya sih ? "
" Kita wanita menerima kebahagian dari suami kita adalah ibarat gema yang
kita dengar di sebuah guha.. Gema itu adalah suara kita sendiri ", kata Laila.
Dan ia menjelaskan : " Andaikata meiske nanti menjadi seorang isteri,
terlebih dahulu bukannya kau meminta kebahagiaan dari padanya, tetapi
kaulah yang memberikan kebahagiaan kepadanya, sampai pada kebahagiaan2
kecil untuknya, misalnya makanan – makanan khusu yang ia sukai semasa kanak
– kanak , pakaian – pakaian tertentu yang sangat disayanginya. Diam – diam kau
telah me,mberikan satu penjara cinta kepada suamimu tanpa
membelenggunya, tanpa mengekangnya dibalik terali besi ".
Daud tersenyum mendengarnya. Dia menambahi : " Bila sang suami telah
terperangkap oleh bahagia dari sang isteri , kau ibarat menaburkan abu
sepanjang jalan yang dilalui suamimu. Suamimu akan kuatir dari abu yang kau
taburkan itu, karna engkau seolah olah melihat jejak kemanapun ia melangkah
".
" Kebetulan kami berdua menyukai hal – hal yang indah ", kata Laila.
Daud menambah seraya meraba perut Laila yang telah hamil tujuh bulan itu
dengan berkata : " Ini adalah salah satu buah dari cinta kami ".
Dan bila pagi hari Laila dan Daud membuka pintu rumah, dari celah – celah
lubang angin pavilium meiske mengintip mereka. Sengaja meiske meninggalkan
buku – buku kuliahnya untuk melihat dipagi yang masih belum terlalu terang
sinar matahari itu. Dilihatnya Laila bergandengan tangan . Tangan Laila
menyelusup kesiku Daud. Tangan Daud menyelusup ke pinggang Laila. Mereka
melangkah jalan pagi meninggalka pekarangan . Mungkin ada lelucon – lelucon
kecil yang dikatakan Daud sampai Laila tertawa cekikikan. Dan meiske iri hati
diam – diam oleh kebahagiaan yang kini dilihatnya makin nyata.
Meiske melanjutkan mempelajari kuliah kuliahnya, karna nanti jam delapan
akan ada latihan percakapan bahasa inggris. Gadis itu membaca percakapa –
percakapan bahasa inggris itu dengan keras karna begitulah dianjurkan dosen.
Tetapi satu jam kemudian ucapan – ucapan meiske tiba – tiba jadi lambat,
karna ia mendengar suara Laila cekikikan lagi . Meiske mengintip lagi melalui
lubang angin. Laila kelihatan sedang memegang serumpun bunga matahari yang
rupanya baru merelka beli. Daud berkata, terdengar oleh meiske : " Sekarang
akan kuterangkan bagaimana bunga kawin ".
" Ah ", kata Laila menepik pantat Daud , " Mas Daud in ceritanya ada – ada
saja . Tadi cerita kucing kawin, sekarang mau cerita bunga kawin. Tapi
gimanasih caranya bunga kawin ? "
" Tanpa angin bunga tak akan kawin ", kata Daud .
" Kalau kau mau menyaksikan bagaimana bunga kawin , kau harus mendekati
dua rumpun bunga. Kau ciptakan angin. Kau tahu bagaimana menciptakan
angin ? "
" Ya, dengan pompa sepeda ", kata Laila.
" Kalau bengkel sepeda tidak ada, toko – toko sepeda tutup. Apa akalmu ? "
" Kutiup dengan mulut supaya ada angin ", kata Laila.
" Nah, mas Daud kalah ", kata Laila menuding kehidung Daud.
Meiske melihat begitu mesra sekali.
" Belum kalah, mulutmu tak bisa meniup kaera kau sakit gigi ", kata Daud.
" Wah gawat, bagaimana sih menciptakan angin , mas ? ".
"Gampang, tekan nafasmu kuat – kuat alm perut , dan keluarlah angn ", kata
Daud
Laila tertawa terbahak bahak . Tapi karna pagi itu masih sepi , ia malu dan
menutup mulut. Tetapi sambil ketawa Laila berkata ; " Aku masih bisa
membantahnya. Angin itu tak kan keluar kalau kau punya penyakit wasir ".
Daud mencoba menatap mata Laila, tapi Laila hanya senyum – senyum saja
dipandangi begitu. Daud melanjutkan; " Kau memberi isyarat agar aku
menyetujui. Tapi hati kecilku menolak ".
Laila tersenyum lagi, senyum yang benar – benar lega.
Wajahnya tambah cantik ditatapi suaminya. Dan memang sebenarnya
demikianlah . Wanita adalah mahluk yang paling berani menghadapi cobaan
dan bahaya, kadanga kala sangat berani menyongsongnya secara sadar. Bahaya
itu adalah berdiamnya mieske dirumah ini. Laila tahu itu / Ta seakan akan ingin
menguji samoai mana cinta Daud, sampai batas mana iman hati sang suami,
dalam lingkungan yang berbahaya ini. Tetapi dia pula yang memetik kepuasan
pertama, saat iini juga ! Laila mereguk rasa puas itu dari ucapan – ucapan Daud
tadi, yang amat jujur, yang amat setia.
Kini Laila yakin melebihi dari sebelumnya, bahwa Daud sepenu – penuhnya
mencintai dirinya. Oh, maka terlepaslah senyum sempurna tadi, yang membuat
wajahnya lebih cantik, karena kecantikan yang sempurna adalah kecantikan
yang memancar dari bathin seorang wanita.
Dan memanglah, semenjak meiske benar – benar pavilium rumah ini , Daud
memperlihatkan sikap bertambah – tambah saying pada Laila . Pada suatu hari
Daud pulang membawa kerata bayi, Laila terkejut, tetapi Lestina dan meiske
juga sama – sama tertawa lucu.
" Masih lama lagi bayi lahir, kereta bayi sudah dibeli ", kata Laila.
" Aku betul – betul sudah kepingin cepat – cepat jadi ayah " , kata Daud.www.ac-zzz.tk
Ketika itu meiske memperhatikan dengan berdebar – debar betapa Daud
mencium dua kali pipi Laila. Dalam debaran – debaran jantungnya itu, gadis itu
membayangkan , betapa bahagianya orang yang menjadi isteri manusia seperti
Daud ini. Ia amat polos untuk mengagumi , dan dengan polos berkata : " Meiske
ngiri, deh , melihat kak Laila begitu bahagianya punya suami sebaik bang Daud
".
"Nanti kalau sampai waktunya, kau mesti mencari suami sebaik mas Daud ",
kata Laila.
" Bagaimana caranya sih ? "
" Kita wanita menerima kebahagian dari suami kita adalah ibarat gema yang
kita dengar di sebuah guha.. Gema itu adalah suara kita sendiri ", kata Laila.
Dan ia menjelaskan : " Andaikata meiske nanti menjadi seorang isteri,
terlebih dahulu bukannya kau meminta kebahagiaan dari padanya, tetapi
kaulah yang memberikan kebahagiaan kepadanya, sampai pada kebahagiaan2
kecil untuknya, misalnya makanan – makanan khusu yang ia sukai semasa kanak
– kanak , pakaian – pakaian tertentu yang sangat disayanginya. Diam – diam kau
telah me,mberikan satu penjara cinta kepada suamimu tanpa
membelenggunya, tanpa mengekangnya dibalik terali besi ".
Daud tersenyum mendengarnya. Dia menambahi : " Bila sang suami telah
terperangkap oleh bahagia dari sang isteri , kau ibarat menaburkan abu
sepanjang jalan yang dilalui suamimu. Suamimu akan kuatir dari abu yang kau
taburkan itu, karna engkau seolah olah melihat jejak kemanapun ia melangkah
".
" Kebetulan kami berdua menyukai hal – hal yang indah ", kata Laila.
Daud menambah seraya meraba perut Laila yang telah hamil tujuh bulan itu
dengan berkata : " Ini adalah salah satu buah dari cinta kami ".
Dan bila pagi hari Laila dan Daud membuka pintu rumah, dari celah – celah
lubang angin pavilium meiske mengintip mereka. Sengaja meiske meninggalkan
buku – buku kuliahnya untuk melihat dipagi yang masih belum terlalu terang
sinar matahari itu. Dilihatnya Laila bergandengan tangan . Tangan Laila
menyelusup kesiku Daud. Tangan Daud menyelusup ke pinggang Laila. Mereka
melangkah jalan pagi meninggalka pekarangan . Mungkin ada lelucon – lelucon
kecil yang dikatakan Daud sampai Laila tertawa cekikikan. Dan meiske iri hati
diam – diam oleh kebahagiaan yang kini dilihatnya makin nyata.
Meiske melanjutkan mempelajari kuliah kuliahnya, karna nanti jam delapan
akan ada latihan percakapan bahasa inggris. Gadis itu membaca percakapa –
percakapan bahasa inggris itu dengan keras karna begitulah dianjurkan dosen.
Tetapi satu jam kemudian ucapan – ucapan meiske tiba – tiba jadi lambat,
karna ia mendengar suara Laila cekikikan lagi . Meiske mengintip lagi melalui
lubang angin. Laila kelihatan sedang memegang serumpun bunga matahari yang
rupanya baru merelka beli. Daud berkata, terdengar oleh meiske : " Sekarang
akan kuterangkan bagaimana bunga kawin ".
" Ah ", kata Laila menepik pantat Daud , " Mas Daud in ceritanya ada – ada
saja . Tadi cerita kucing kawin, sekarang mau cerita bunga kawin. Tapi
gimanasih caranya bunga kawin ? "
" Tanpa angin bunga tak akan kawin ", kata Daud .
" Kalau kau mau menyaksikan bagaimana bunga kawin , kau harus mendekati
dua rumpun bunga. Kau ciptakan angin. Kau tahu bagaimana menciptakan
angin ? "
" Ya, dengan pompa sepeda ", kata Laila.
" Kalau bengkel sepeda tidak ada, toko – toko sepeda tutup. Apa akalmu ? "
" Kutiup dengan mulut supaya ada angin ", kata Laila.
" Nah, mas Daud kalah ", kata Laila menuding kehidung Daud.
Meiske melihat begitu mesra sekali.
" Belum kalah, mulutmu tak bisa meniup kaera kau sakit gigi ", kata Daud.
" Wah gawat, bagaimana sih menciptakan angin , mas ? ".
"Gampang, tekan nafasmu kuat – kuat alm perut , dan keluarlah angn ", kata
Daud
Laila tertawa terbahak bahak . Tapi karna pagi itu masih sepi , ia malu dan
menutup mulut. Tetapi sambil ketawa Laila berkata ; " Aku masih bisa
membantahnya. Angin itu tak kan keluar kalau kau punya penyakit wasir ".
Episode 29
Laila ketawa. Daud menggerutu : " Sialan , aku kalah akhirnya. Ini
bayarannya dua puluh lima perak ", kata Daud seraya menyerahkan coin 25
rupiah . Dan Laila mengalihkan persoalan : " Ambil cangkul sana ! Mau tanam
bunga koq cerita bunga kawin ".
" Okey, Lady ", kata Daud dengan langkah lincah masuk kedalam rumah
mengambil cangkul. Dan semua itu disaksikan meiske dengan begitu asyiknya.
Ia menyelesaikan intipannya. Tetapi konsentrasi agak terganggu dalam belajar,
karena telinganya mendegar suara bunyi cangkulan – cangkulan , dan bunyi
suara ketewa cekikikan, suara Daud bercerita. Kemudian yang didengar meiske
adalah : " Nah, sekarang mari kita mandi. Kau yang mandikan aku, ataukah aku
yang mandikan kau ".
Dan setelah itu meiske tidak mendengar apa – apa lagi.
Sebagai gadis yang bertumbuh untuk jadi dewasa , meiske membayangkan
betapa indahnya suatu perkawinan yang tumbuh dengan cinta . Dan karena
tidak mau membayangkan bagaimana pula perkawinan tanpa dicintai dan
mencintai, meiske berjanji untuk tidak dengan gampang untuk jatuh cinta.
Pada malam harinya, meiske melihat betapa suami isteri ini pergi bersama.
Laila berpesan kepada meiske : " Kami mau nonton, belajar yang rajin ".
Lestina bercanda : " Nonton sih nonton , tapi itu tambur dibawa terus ya ? ".
Laila menjawab : " Nanti kalau kau dewasa kau pun akan membawa
tamburmu ", dan ipar Lestina ini tertawa menjelang meninggalkan pintu rumah.
Kebetulan Lestina belajar dimeja makan bersama – sama meiske malam ini.
Mereka berdua tidak bercakap – cakap sepatah katapun. Ada sesuatu yang ingin
dikatakan meiske. Tetapi saying itu tidak dapat diucapkannya kepada Lestina.
Lestina sendiri sudah sebulan dua bulan ini berubah menjadi anak yang
pendiam. Gadis remaja itu tambah tekun belajar. Dan tak pernah keluar rumah
lagi dengan alasan mau belajar dirumah teman .
Hanya Lestina yang mengetahui, apa yang telah terjadi atas dirinya maka ia
berubah jadi pendiam . Tetapi meiske pun berubah berangsur angsur menjadi
gadis yang pendiam . Tapi ia berangsur angsur bersikap rajin. Selama ini ia
memang gadis yang pembersih . Tapi ia hanya membersihkan pavilium dan
halaman sekitarnya.
Kini ia rajin mengepel rumah dan bukan mengepel kamarnya saja atau
beranda paviliumnya. Perubahan ini dilihat oleh Daud. Daud bertanya : " Sejak
kapan kami menyuruh kau jadi tukang pel , meiske ? "
Laila yang kebetulan sedang menjemur pakaian menjawab : " Dia yang
minta sendiri, mas Daud ".
" Meiskemelihat kak Laila makin besar hamilnya ", kata meiske.
" Sudah berapa hari ini si meis yang menolong cuci pakaian ".
" Mudah – mudahan jadi ibu rumah tangga yang baik kelak ", kata Lestina
bercanda dari pojok.
" Eh, tumben kali ini mulut si Les ngomong ", kata Laila , " Selama ini
pendiaaamm sekali ".
" Kau juga ikut kerja tokh ?", Tanya Daud pada adiknya.
" Jam lima masak. Pokoknya kita yang duluan , deh ", kata Lestina.
Pendeknya hari – hari menjelang Laila melahirkan , rumah itu tampak serasi
sekali.
Tetapi beberapa hari menjelang waktunya untuk melahirkan , ada berita
mengejutka dari Laila sendiri. Pagi itu Laila disuruh Dokter pribadinya untuk
memeriksakan pinggul ke rumah sakit. Ini hanya bisa dilihat di RSUP. Dari sana
ada sepucuk surat yang harus diberikan kepada dokternya semula. Dokter itu
agak lama terdiam.
" Apa yang terjadi Dokter ? "
" Anak nyonya terlalu besar disbanding dengan pinggul nyonya ", kata dokter
itu, " harap suami nyonya pagi ini dipertemukan kepada kami, karna nyonya
harus melahirkan dengan operasi Caesar ".
" Apa itu dokter ? "
" Anak dikeluarkan dari rahim melalui operasi pada perut , tapi itu bukan
operasi yang berbahaya ".
Laila begitu pandai melawan rasa takut, sehingga ia seperti bersahaja saja
mengatakan pada Daud sepulang dari bekerja.
Kalau Laila tampak tidak tegang , sebaliknya justru Daud lah yang amat
gugup kelihatan. Wjahnya langsung jadi murung . Sekembali dari bertemu
dengan dokter, Daud bertambah murung lagi. Ia kebetulan mempunyai
ensiklopedi . Makin tahu ia apa itu operasi Caesar, makin tambah ngeri ia
menghadapi hari – hari mendatang ini.
Ia khawatir bahwa hanya ada empat kemungkinan setelah operasi ini . Jika
ibunya tak tahan, ibu akan mati, dan bayi hidup . Kemungkinan kedua bayi
yang mati, dan ibu hidup. Kemungkinan ke tiga adalah bayi dan ibu sama –
sama mati . Dan kemungkinan ke empat adalah bayi dan ibu selamat dua –
duanya..
Meiske mendengar kata – kata Daud itu dengan gemetar , Lestina juga , dan
yang tidak gemetar ketika mengucapkan itu justru Laila. Ya, Laila pula yang
berbicara mengenai empat kemungkinan itu .
Laila berbicara seenaknya saja. Ia malahan bercanda saja ketika berkata: "
Kalau aku mati , kalian bertiga harus seringkali berziarah kekuburan Laila ".
Daud mendongak memdengar kata – kata itu. Tapi ia tak berani marah. Ia
sendiri dicengkram oleh kemungkinan itu .
Meiske berdiam diri, begitupun Lestina. Daud memegang bahu Laila sambil
berkata: "Daripada ngomong ngawur, baiknya kita tidur saja".
Tinggal kini meiske dan Lestina di ruang makan.
Dua gadis itu berdiam diri, tapi kemudian saling tatap menatap lebih dari
dua kali.
" ngeri….", kata meiske.
" Daripada musti begitu, aku lebih baik tidak kawin – kawin saja ", kata
Lestina
Dan kedua gadis itu bungkam sampai keduaq duanya ngantuk, meiske
kembali kepavilium. Kalu tadi diruang makan ia mengantuk, kini dikamarnya
meiske tak bisa tidur. Entah mengapa tiba –tiba iaingat kembali percakapan
rahasia antara ibunya dengan ibunya bang Daud. Bahkan ayahnya tidak diajak
serta dalam pembicaraan rahasia itu . Pembicaraan rahasia itu adalah
mengenai perkawinan. Kalau tidak salah , bang Daud akan dikawinkan setelah
bercerai dari Laila. Ya, kalau tak salah soal itulah. Tapi ada sedikit – sedikit
disebut nama meiske. Sebelum bang Daud pindah ke Jakarta , meiske telah
kenal siapa bang Daud.Didaerahnya Daud terkenal sekali. Meiske yang masih
muda remaja waktu itu pun menilai bahwa Daud adalah pemuda ganteng
disana. Biarpun meiske ketika itu tidak begitu jelas , tetapi persaan halusnya
meraba mengapa ia harus sekolah di Jakarta dan akan tinggal dirumah bang
Daud.
Laila ketawa. Daud menggerutu : " Sialan , aku kalah akhirnya. Ini
bayarannya dua puluh lima perak ", kata Daud seraya menyerahkan coin 25
rupiah . Dan Laila mengalihkan persoalan : " Ambil cangkul sana ! Mau tanam
bunga koq cerita bunga kawin ".
" Okey, Lady ", kata Daud dengan langkah lincah masuk kedalam rumah
mengambil cangkul. Dan semua itu disaksikan meiske dengan begitu asyiknya.
Ia menyelesaikan intipannya. Tetapi konsentrasi agak terganggu dalam belajar,
karena telinganya mendegar suara bunyi cangkulan – cangkulan , dan bunyi
suara ketewa cekikikan, suara Daud bercerita. Kemudian yang didengar meiske
adalah : " Nah, sekarang mari kita mandi. Kau yang mandikan aku, ataukah aku
yang mandikan kau ".
Dan setelah itu meiske tidak mendengar apa – apa lagi.
Sebagai gadis yang bertumbuh untuk jadi dewasa , meiske membayangkan
betapa indahnya suatu perkawinan yang tumbuh dengan cinta . Dan karena
tidak mau membayangkan bagaimana pula perkawinan tanpa dicintai dan
mencintai, meiske berjanji untuk tidak dengan gampang untuk jatuh cinta.
Pada malam harinya, meiske melihat betapa suami isteri ini pergi bersama.
Laila berpesan kepada meiske : " Kami mau nonton, belajar yang rajin ".
Lestina bercanda : " Nonton sih nonton , tapi itu tambur dibawa terus ya ? ".
Laila menjawab : " Nanti kalau kau dewasa kau pun akan membawa
tamburmu ", dan ipar Lestina ini tertawa menjelang meninggalkan pintu rumah.
Kebetulan Lestina belajar dimeja makan bersama – sama meiske malam ini.
Mereka berdua tidak bercakap – cakap sepatah katapun. Ada sesuatu yang ingin
dikatakan meiske. Tetapi saying itu tidak dapat diucapkannya kepada Lestina.
Lestina sendiri sudah sebulan dua bulan ini berubah menjadi anak yang
pendiam. Gadis remaja itu tambah tekun belajar. Dan tak pernah keluar rumah
lagi dengan alasan mau belajar dirumah teman .
Hanya Lestina yang mengetahui, apa yang telah terjadi atas dirinya maka ia
berubah jadi pendiam . Tetapi meiske pun berubah berangsur angsur menjadi
gadis yang pendiam . Tapi ia berangsur angsur bersikap rajin. Selama ini ia
memang gadis yang pembersih . Tapi ia hanya membersihkan pavilium dan
halaman sekitarnya.
Kini ia rajin mengepel rumah dan bukan mengepel kamarnya saja atau
beranda paviliumnya. Perubahan ini dilihat oleh Daud. Daud bertanya : " Sejak
kapan kami menyuruh kau jadi tukang pel , meiske ? "
Laila yang kebetulan sedang menjemur pakaian menjawab : " Dia yang
minta sendiri, mas Daud ".
" Meiskemelihat kak Laila makin besar hamilnya ", kata meiske.
" Sudah berapa hari ini si meis yang menolong cuci pakaian ".
" Mudah – mudahan jadi ibu rumah tangga yang baik kelak ", kata Lestina
bercanda dari pojok.
" Eh, tumben kali ini mulut si Les ngomong ", kata Laila , " Selama ini
pendiaaamm sekali ".
" Kau juga ikut kerja tokh ?", Tanya Daud pada adiknya.
" Jam lima masak. Pokoknya kita yang duluan , deh ", kata Lestina.
Pendeknya hari – hari menjelang Laila melahirkan , rumah itu tampak serasi
sekali.
Tetapi beberapa hari menjelang waktunya untuk melahirkan , ada berita
mengejutka dari Laila sendiri. Pagi itu Laila disuruh Dokter pribadinya untuk
memeriksakan pinggul ke rumah sakit. Ini hanya bisa dilihat di RSUP. Dari sana
ada sepucuk surat yang harus diberikan kepada dokternya semula. Dokter itu
agak lama terdiam.
" Apa yang terjadi Dokter ? "
" Anak nyonya terlalu besar disbanding dengan pinggul nyonya ", kata dokter
itu, " harap suami nyonya pagi ini dipertemukan kepada kami, karna nyonya
harus melahirkan dengan operasi Caesar ".
" Apa itu dokter ? "
" Anak dikeluarkan dari rahim melalui operasi pada perut , tapi itu bukan
operasi yang berbahaya ".
Laila begitu pandai melawan rasa takut, sehingga ia seperti bersahaja saja
mengatakan pada Daud sepulang dari bekerja.
Kalau Laila tampak tidak tegang , sebaliknya justru Daud lah yang amat
gugup kelihatan. Wjahnya langsung jadi murung . Sekembali dari bertemu
dengan dokter, Daud bertambah murung lagi. Ia kebetulan mempunyai
ensiklopedi . Makin tahu ia apa itu operasi Caesar, makin tambah ngeri ia
menghadapi hari – hari mendatang ini.
Ia khawatir bahwa hanya ada empat kemungkinan setelah operasi ini . Jika
ibunya tak tahan, ibu akan mati, dan bayi hidup . Kemungkinan kedua bayi
yang mati, dan ibu hidup. Kemungkinan ke tiga adalah bayi dan ibu sama –
sama mati . Dan kemungkinan ke empat adalah bayi dan ibu selamat dua –
duanya..
Meiske mendengar kata – kata Daud itu dengan gemetar , Lestina juga , dan
yang tidak gemetar ketika mengucapkan itu justru Laila. Ya, Laila pula yang
berbicara mengenai empat kemungkinan itu .
Laila berbicara seenaknya saja. Ia malahan bercanda saja ketika berkata: "
Kalau aku mati , kalian bertiga harus seringkali berziarah kekuburan Laila ".
Daud mendongak memdengar kata – kata itu. Tapi ia tak berani marah. Ia
sendiri dicengkram oleh kemungkinan itu .
Meiske berdiam diri, begitupun Lestina. Daud memegang bahu Laila sambil
berkata: "Daripada ngomong ngawur, baiknya kita tidur saja".
Tinggal kini meiske dan Lestina di ruang makan.
Dua gadis itu berdiam diri, tapi kemudian saling tatap menatap lebih dari
dua kali.
" ngeri….", kata meiske.
" Daripada musti begitu, aku lebih baik tidak kawin – kawin saja ", kata
Lestina
Dan kedua gadis itu bungkam sampai keduaq duanya ngantuk, meiske
kembali kepavilium. Kalu tadi diruang makan ia mengantuk, kini dikamarnya
meiske tak bisa tidur. Entah mengapa tiba –tiba iaingat kembali percakapan
rahasia antara ibunya dengan ibunya bang Daud. Bahkan ayahnya tidak diajak
serta dalam pembicaraan rahasia itu . Pembicaraan rahasia itu adalah
mengenai perkawinan. Kalau tidak salah , bang Daud akan dikawinkan setelah
bercerai dari Laila. Ya, kalau tak salah soal itulah. Tapi ada sedikit – sedikit
disebut nama meiske. Sebelum bang Daud pindah ke Jakarta , meiske telah
kenal siapa bang Daud.Didaerahnya Daud terkenal sekali. Meiske yang masih
muda remaja waktu itu pun menilai bahwa Daud adalah pemuda ganteng
disana. Biarpun meiske ketika itu tidak begitu jelas , tetapi persaan halusnya
meraba mengapa ia harus sekolah di Jakarta dan akan tinggal dirumah bang
Daud.
Episode 30
Meiske tidak merasa heran dalam urusan kawin cerai ini, karena
didaerahnya hal itu sudah sering terjadi dengan biasa. Bahkan ayah meiske
sebenarnya adalah ayah tiri .
Entahlah. Entah apa yang menyebabkan meiske saat ini teringat kembali
pada pembicaraan rahsia itu . Dulu pertama ia dating dan melihat betapa
berbahagianya bang daud dan kak Laila, meiske menganggap bahwa percakapan
rahasia ibu daud dan ibunya sendiri dulu hanyalah salah dengar saja. Tetapi
kini nalurinya bertanya – Tanya sendiri.
Malam itu meiske tidak bisa tidur. Tapi yang paling tidak bisa tidur adalah
Daud. Tapi juga Laila.. Ia sebagai orang yang bersangkutan dalam oerasi Caesar
ini seakan - akan tidak mempercayai kata – kata dokter kandungan tadi sore : "
Dizaman modern ini 99 prosen dari operasi Caesar berhasi. Hanya satu prosen
saja yang gagal. Karena hal – hal abnormal saja. Nyonya tidak usah cemas."
Tidak usah cemas ? Tidak usah cemas , Oh, Laila sedang memikirkan itu. Ia
berkata sendiri dalam hati : " Jika aku termasuk kelompok yang 99 prosen ya
tak usah cemas. Tapi jika aku termasuk kelompok yang satu prosen gagal
itu……….
Dan saat – saat menjelang operasi ini makin hari makin tera makin dekat,
bahkan diperkirakan dalam dua tiga hari ini mungkin bayi itu harus lahir.
Dokter mendekati Daud , ketika ia dan isterinya memeriksakan.
" Tuan tentu ingin punya anak lebih dari satu ", kata dokter itu.
" Entah . Sya saat ini hanya memikirkan keselamatan ibu dan bayinya '
" Tapi maksud pertanyaan saya penting, . Karena dari segala sudut
kelemahan2 khusus pada diri isteri tuan kami perlu meminta ijin ", kata dokter
itu.
" Apa itu dokter ? "
" Isteri anda hanya satu kali ini saja diperbolehkan mengandung. Bila terjadi
kehamilan lagi , ya itu tak apa, tapi menyulitkan dia dan kami. Mamang wanita
yang berbadan kuat dan sehat boleh saja dua atau tiga kali menjalani operasi
Caesar seperti ini, tetapi khusus untuk isteri tuan kami minta kesediaan tuan ".
" Maksud dokter ? ".
" Peranakan isteri tuan akan kami tutup ", kata dokter kandungan itu , ' Ini
kerja ringan saja. Biasa dilakukan ahli – ahli bedah kandungan ".
Daud semakin cemas saja akan permintaan yang satu ini.
Tapi ia berusaha menggunakan akalnya dari pada haya dihanyutkan
perasaan . Pantaslah bila dokter – dokter meminta ijin menutup peranakan
isterinya. Karna mungkin saja ada seorang calon ayah yang ingin punya banyak
anak tak bersedia mengabulkan ijin itu .
" Kami tak meminta jawabannya sekarang. Tapi kami mengharapkan
jawaban itu sebelum bayi dilahirkan "., kata sang dokter
Daud terpana untuk beberapa lama. Ketika ia berkata " Baiklah ", terbayang
olehnya bahwa baginya cukup satu anak apabila anak itu selamat saja lahir
kedunia dan selamat pula ibunya.
Karena Laila tidak diperkenankan ikut dalam perundingan itu, Daud memilih
saat yang baik sekali untuk mengutarakannya kepada Laila. Sore itu juga
kelihatan Laila lincah berlebih-lebihan . Dan kelincahan yang over itu
menakutkan Daud. Dia teringat cerita – cerita lama orang yang mati senantiasa
meninggalkan "perangai". Apakah lincah dan canda Laila ini sebagai orang yang
akan meninggalkan perangai pila ? Malam menjelang tidur Daud berkata : m"
Aku hanya memohon pada Tuhan , kau dan bayi kita selamat. Misalnya ada yang
Tanya: apa kau ingin anak lima atau dua ? aku akan menjawab : satu cukup
buatku. Akan kugendong satu – satunya anakku itu sampai keujung dunia kalau
perlu ".
Laila diam saja. Bayi dikandungannya menolak keras. Daud bertanya ; "
Bagaimana dengan kau ? "
Laila tak menjawab Tanya Daud.
" Satu cukup " Tanya Daud lagi.
" Biarlah satu asal dia hidup. Laila bahkan bersedian mati asalkan bayiku
hidup".
Laila membacanya dibuku catatanmu, mas Daud.
Akhirnya Laila tahu , hampir lima tahun lamanya mas Daud merindukan anak
.
Kau tulis : Hidup bersama isteri, bahagia. Tapi hiduppun ingin bersama
anak. Dan kebahagiaan ini sempurna. Bukankah begitu ? "
Daud membujuk isterinya. Ia tak mengira catatan hariannya terbaca oleh
Laila. Ia seakan – akan ditodong oleh laila akan maksud kata – katanya itu pada
saat – saat yang gawat ini.www.ac-zzz.tk
Laila tiba – tiba berkata : Aku tak ingin mendengar jawaban . Aku tahu kau
amat mencintaiku ".
Laila meremas tangan Daud. Kemudian ia berkata lirih : " Mas, remaslah jari
– jari ku ". Kemudian dengan menahan sesak nafasnya, Laila berkata lagi: " Mas,
aku tidak keberatan jika aku haru mati demi hidupnya bayimu ini kedunia "
" Laila …"
" Demi Tuhan .mas ", kata Laila, " Kini aku amat pasrah ".
" Tuhan akan menolong kau, menolong kita berdua. Begitupun bayi kita ",
kata Daud dengan suara sendu.
Dan dengan sendu pula Laila melanjutkan Kata – katanya : " Tetapi jika aku
harus mati, aku ingin mati dengan perasaan pasrah dan tenang ".
" Laila ", Kata Daud, dengan sepenuh takut mengingatkan isterinya, karena
ia tahu benar , bahwa hanya orang – orang yang akan mati saja yang bikin
pesan –pesan khusus begini.
" Mas , " kata Laila lagi, kali ini meremas Daud erat – erat , " Demi Allah ,
aku mengijinkan kau untuk kawin lagi jika aku meninggal dunia. Tetapi
kawinilah wanita yang semacam aku. Yang baik budi, yang mencintaimu setulus
hati ". Dan Laila mulai terisak isak. Dan sambil terisak isak itu pula ia
melanjutkan pesan- pesannya: " Tapi dalam hal diriku bila aku mati nanti, ada
satu pesanku yang paling penting : Isterimu itu nanti harus kau didik untuk
mencintai bayi kita seperti engkau mencintainya . Ia harus jadi ibu pengganti
diriku !".
Daud terperangah . Iapun tak bisa menahan dirinya untuk menangis. Ia
melelehkan air mata juga seterharu Laila. Laila meremas jari – jari tangannya,
dan Daud pun meremas – remas jari tangan isterinya.
" Kau berjanji ? " tanya Laila.
Daud terdiam . Ia tak berani menyahut. Berani menyahut berarti ia siap
untuk kematian Laila. Sia tak menginginkan kematian isteri yang sangat
dicimntainya.
" Katakanlah ,mas Daud ! Ini permintaanku yang sungguh – sungguh.
Katakanlah , kau akan berjanji !"
Kini Daud takut pada ancaman Laila. Tidak berani mengatakan mungkin
akan ditafsirkan salah. Yang berati ia tidak akan menepati janji - janjinya kelak
. Dalam keadaan seperti begini, wanita – wanita biasanya lebih gampang
tersinggung. Cepat Daud berkata, namun suaranya bagai tersendat
dikerongkongan.
" Aku berjanji " kata Daud.
" Kau berjanji akan mencintai anak ini ? ", kata Laila.
" Aku berjanji akan mencintai anak ini ".
" Bila Laila mati…." Kata Laila .
" Bila Laila mati ", ucap Daud.
" Dan sekiranyapun aku harus kawin lagi ", kata Laila.
" Dan sekiranya pun aku……" hati nurani Daud memberontak . Ia seakan –
akan tak sadar harus berkata keras; " Tidak ! Aku berjanji tidak akan kawin
lagi! "
" Janganlah kau segampang itu bersumpah , mas Daud ", kata Laila.www.ac-zzz.tk
Tetapi tiba – tiba Laila berbisik : " Mas 1" dan sekali lagi " Mas! ". Ada
sesuatu yang dirasanya keras memelintir diperutnya. Ia tiba – tiba merasa akan
melahirkan
" Oh, mas. Saatnya mungkin sudah datangn " , kata Laila.
Laila kuat-kuat meremas tangan Daud. Ia berkata terputus – putus : Mas,
bawa aku sekarang ……."
Begitu gugup Daud. Begitu gugup sehingga ia tak berani mennyetir mobil. Ia
memanggil taxi. Dan dalam taxi Laila menyandarkan kepala dibahu Daud.
Bibirnya gemetat berkata : " " Mas, aku sungguh – sungguh pasrah . Ada satu hal
yang harus kupesankan lagi . Yaitu meiske, aku senang padanya, ia benar –
benar anak yang baik. Hati kecilku menyukainya. Andaikata anakku harus punya
ibu tiri, mas ……..lebih baik kukatakan dari sekarang……".
" Laila ! jangan mengigau ! Berdo'alah. Mintalah pada Tuhan seperti yang
kulakukan sekarang ". Kata Daud memperingatkan Laila dengan tegas karena
pada saat – saat itu ia benar – benar sedang mohon kepada Tuhan agar isterinya
dan bayinya sama – sama selamat.
" Mas, " Laila meremas tangan Daud lagi, dan makin terisak - isak
Meiske tidak merasa heran dalam urusan kawin cerai ini, karena
didaerahnya hal itu sudah sering terjadi dengan biasa. Bahkan ayah meiske
sebenarnya adalah ayah tiri .
Entahlah. Entah apa yang menyebabkan meiske saat ini teringat kembali
pada pembicaraan rahsia itu . Dulu pertama ia dating dan melihat betapa
berbahagianya bang daud dan kak Laila, meiske menganggap bahwa percakapan
rahasia ibu daud dan ibunya sendiri dulu hanyalah salah dengar saja. Tetapi
kini nalurinya bertanya – Tanya sendiri.
Malam itu meiske tidak bisa tidur. Tapi yang paling tidak bisa tidur adalah
Daud. Tapi juga Laila.. Ia sebagai orang yang bersangkutan dalam oerasi Caesar
ini seakan - akan tidak mempercayai kata – kata dokter kandungan tadi sore : "
Dizaman modern ini 99 prosen dari operasi Caesar berhasi. Hanya satu prosen
saja yang gagal. Karena hal – hal abnormal saja. Nyonya tidak usah cemas."
Tidak usah cemas ? Tidak usah cemas , Oh, Laila sedang memikirkan itu. Ia
berkata sendiri dalam hati : " Jika aku termasuk kelompok yang 99 prosen ya
tak usah cemas. Tapi jika aku termasuk kelompok yang satu prosen gagal
itu……….
Dan saat – saat menjelang operasi ini makin hari makin tera makin dekat,
bahkan diperkirakan dalam dua tiga hari ini mungkin bayi itu harus lahir.
Dokter mendekati Daud , ketika ia dan isterinya memeriksakan.
" Tuan tentu ingin punya anak lebih dari satu ", kata dokter itu.
" Entah . Sya saat ini hanya memikirkan keselamatan ibu dan bayinya '
" Tapi maksud pertanyaan saya penting, . Karena dari segala sudut
kelemahan2 khusus pada diri isteri tuan kami perlu meminta ijin ", kata dokter
itu.
" Apa itu dokter ? "
" Isteri anda hanya satu kali ini saja diperbolehkan mengandung. Bila terjadi
kehamilan lagi , ya itu tak apa, tapi menyulitkan dia dan kami. Mamang wanita
yang berbadan kuat dan sehat boleh saja dua atau tiga kali menjalani operasi
Caesar seperti ini, tetapi khusus untuk isteri tuan kami minta kesediaan tuan ".
" Maksud dokter ? ".
" Peranakan isteri tuan akan kami tutup ", kata dokter kandungan itu , ' Ini
kerja ringan saja. Biasa dilakukan ahli – ahli bedah kandungan ".
Daud semakin cemas saja akan permintaan yang satu ini.
Tapi ia berusaha menggunakan akalnya dari pada haya dihanyutkan
perasaan . Pantaslah bila dokter – dokter meminta ijin menutup peranakan
isterinya. Karna mungkin saja ada seorang calon ayah yang ingin punya banyak
anak tak bersedia mengabulkan ijin itu .
" Kami tak meminta jawabannya sekarang. Tapi kami mengharapkan
jawaban itu sebelum bayi dilahirkan "., kata sang dokter
Daud terpana untuk beberapa lama. Ketika ia berkata " Baiklah ", terbayang
olehnya bahwa baginya cukup satu anak apabila anak itu selamat saja lahir
kedunia dan selamat pula ibunya.
Karena Laila tidak diperkenankan ikut dalam perundingan itu, Daud memilih
saat yang baik sekali untuk mengutarakannya kepada Laila. Sore itu juga
kelihatan Laila lincah berlebih-lebihan . Dan kelincahan yang over itu
menakutkan Daud. Dia teringat cerita – cerita lama orang yang mati senantiasa
meninggalkan "perangai". Apakah lincah dan canda Laila ini sebagai orang yang
akan meninggalkan perangai pila ? Malam menjelang tidur Daud berkata : m"
Aku hanya memohon pada Tuhan , kau dan bayi kita selamat. Misalnya ada yang
Tanya: apa kau ingin anak lima atau dua ? aku akan menjawab : satu cukup
buatku. Akan kugendong satu – satunya anakku itu sampai keujung dunia kalau
perlu ".
Laila diam saja. Bayi dikandungannya menolak keras. Daud bertanya ; "
Bagaimana dengan kau ? "
Laila tak menjawab Tanya Daud.
" Satu cukup " Tanya Daud lagi.
" Biarlah satu asal dia hidup. Laila bahkan bersedian mati asalkan bayiku
hidup".
Laila membacanya dibuku catatanmu, mas Daud.
Akhirnya Laila tahu , hampir lima tahun lamanya mas Daud merindukan anak
.
Kau tulis : Hidup bersama isteri, bahagia. Tapi hiduppun ingin bersama
anak. Dan kebahagiaan ini sempurna. Bukankah begitu ? "
Daud membujuk isterinya. Ia tak mengira catatan hariannya terbaca oleh
Laila. Ia seakan – akan ditodong oleh laila akan maksud kata – katanya itu pada
saat – saat yang gawat ini.www.ac-zzz.tk
Laila tiba – tiba berkata : Aku tak ingin mendengar jawaban . Aku tahu kau
amat mencintaiku ".
Laila meremas tangan Daud. Kemudian ia berkata lirih : " Mas, remaslah jari
– jari ku ". Kemudian dengan menahan sesak nafasnya, Laila berkata lagi: " Mas,
aku tidak keberatan jika aku haru mati demi hidupnya bayimu ini kedunia "
" Laila …"
" Demi Tuhan .mas ", kata Laila, " Kini aku amat pasrah ".
" Tuhan akan menolong kau, menolong kita berdua. Begitupun bayi kita ",
kata Daud dengan suara sendu.
Dan dengan sendu pula Laila melanjutkan Kata – katanya : " Tetapi jika aku
harus mati, aku ingin mati dengan perasaan pasrah dan tenang ".
" Laila ", Kata Daud, dengan sepenuh takut mengingatkan isterinya, karena
ia tahu benar , bahwa hanya orang – orang yang akan mati saja yang bikin
pesan –pesan khusus begini.
" Mas , " kata Laila lagi, kali ini meremas Daud erat – erat , " Demi Allah ,
aku mengijinkan kau untuk kawin lagi jika aku meninggal dunia. Tetapi
kawinilah wanita yang semacam aku. Yang baik budi, yang mencintaimu setulus
hati ". Dan Laila mulai terisak isak. Dan sambil terisak isak itu pula ia
melanjutkan pesan- pesannya: " Tapi dalam hal diriku bila aku mati nanti, ada
satu pesanku yang paling penting : Isterimu itu nanti harus kau didik untuk
mencintai bayi kita seperti engkau mencintainya . Ia harus jadi ibu pengganti
diriku !".
Daud terperangah . Iapun tak bisa menahan dirinya untuk menangis. Ia
melelehkan air mata juga seterharu Laila. Laila meremas jari – jari tangannya,
dan Daud pun meremas – remas jari tangan isterinya.
" Kau berjanji ? " tanya Laila.
Daud terdiam . Ia tak berani menyahut. Berani menyahut berarti ia siap
untuk kematian Laila. Sia tak menginginkan kematian isteri yang sangat
dicimntainya.
" Katakanlah ,mas Daud ! Ini permintaanku yang sungguh – sungguh.
Katakanlah , kau akan berjanji !"
Kini Daud takut pada ancaman Laila. Tidak berani mengatakan mungkin
akan ditafsirkan salah. Yang berati ia tidak akan menepati janji - janjinya kelak
. Dalam keadaan seperti begini, wanita – wanita biasanya lebih gampang
tersinggung. Cepat Daud berkata, namun suaranya bagai tersendat
dikerongkongan.
" Aku berjanji " kata Daud.
" Kau berjanji akan mencintai anak ini ? ", kata Laila.
" Aku berjanji akan mencintai anak ini ".
" Bila Laila mati…." Kata Laila .
" Bila Laila mati ", ucap Daud.
" Dan sekiranyapun aku harus kawin lagi ", kata Laila.
" Dan sekiranya pun aku……" hati nurani Daud memberontak . Ia seakan –
akan tak sadar harus berkata keras; " Tidak ! Aku berjanji tidak akan kawin
lagi! "
" Janganlah kau segampang itu bersumpah , mas Daud ", kata Laila.www.ac-zzz.tk
Tetapi tiba – tiba Laila berbisik : " Mas 1" dan sekali lagi " Mas! ". Ada
sesuatu yang dirasanya keras memelintir diperutnya. Ia tiba – tiba merasa akan
melahirkan
" Oh, mas. Saatnya mungkin sudah datangn " , kata Laila.
Laila kuat-kuat meremas tangan Daud. Ia berkata terputus – putus : Mas,
bawa aku sekarang ……."
Begitu gugup Daud. Begitu gugup sehingga ia tak berani mennyetir mobil. Ia
memanggil taxi. Dan dalam taxi Laila menyandarkan kepala dibahu Daud.
Bibirnya gemetat berkata : " " Mas, aku sungguh – sungguh pasrah . Ada satu hal
yang harus kupesankan lagi . Yaitu meiske, aku senang padanya, ia benar –
benar anak yang baik. Hati kecilku menyukainya. Andaikata anakku harus punya
ibu tiri, mas ……..lebih baik kukatakan dari sekarang……".
" Laila ! jangan mengigau ! Berdo'alah. Mintalah pada Tuhan seperti yang
kulakukan sekarang ". Kata Daud memperingatkan Laila dengan tegas karena
pada saat – saat itu ia benar – benar sedang mohon kepada Tuhan agar isterinya
dan bayinya sama – sama selamat.
" Mas, " Laila meremas tangan Daud lagi, dan makin terisak - isak
Episode 31
DAUD merasa terlepas kesabarannya ketika terpaksa membentak laila : "
Diamlah ".
Laila berhenti merintih, tetapi itu telah membuat Daud trenyuh sehingga
dibelainya rambut isterinya yang kusut : " Berdo'a lah sayangku. Ini saat saat
yang paling penting dalam hidup kita. Kuminta dengan sangat , kau jangan
menyebut orang ke tiga ".
" Maafkan Laila , mas Daud ", kata Laila menangis.
" Aku mencintaimu, Cuma kamu yang kucintai didunia ini. Jika kamu mau
menyebutkan nama orang ketiga dalm hidup kita, coba kau sebut siapa nama
anak kita nanti ".
" Aku tetap ingin punya anak permpua ", kata Laila.
" Baiklah. Kau sebut siapa namanya ", kata Daud.
" Berilah nama Delila ".
" Nama itu bagus sekali , paduan antara " D", namaku, dan " Lila ", namamu.
Nama yang bagus " kata Daud.
" Nama yang terkesan ", kata Laila.
" Ya, berkesan".
" Nama yang tidak bisa memisahkan cinta kita, sekiranyapun aku harus mati
", kata Laila lagi.
Laila menangis seraya menahan nyeri. Tetapi kali ini Daud tidak bisa
mencegah lagi. Dia kali ini bebar – benar ikut terseret kalau – kalu Laila benar –
benar mati. Bukankan begitu banyak ibu yang tidak kuat menahan sang maut,
yang terpaksa menyerah mati ketika melahirkan bayi ?
" Mas,…." , rintih Laila lagi.
Kini Daud meremas jari – jari isterinya itu, " Apalagi , saying ? "
"Kalau aku mati, mas", kata Laila, " Maukah kau mendatangi kuburanku ?
setidak-tidaknya sekali sebulan ?dan membersihkan nisanku dari debu dan
bekas hujan ? "www.ac-zzz.tk
Daud lagi – lagi meneteskan air mata , dan dia tak mampu menjawabnya
kecuali meremas jari - jari Laila serta menciumi wajahnya dengan sepenuh
rasa.
" Kau menangis, mas? "
" Ya, Laila ".
" "Kau menangis ?"
" Ya---"
Laila meremas jari2 tangan Daud , seperti Daud meremasinya . Kedua suami
isteri itu kini terseret oleh rasa putus asa . Tetapi Daud mencoba berdo'a
menyebut nama Tuhan , dan ia ingin mendapatkan kekuatannya kembali. Dan
Tuhan benar – benar pengasih lagi penyayang : Daud bangkit dari keruntuhan
bathin , dan ia merasa dirinya kuat ketika tampak olehnya pintu gerbang rumah
sakit..
" Kita sampai Laila ", ucapnya
Daud meminta bantuan sopir taxi untuk mengangkat Laila. Dua laki – laki itu
kini bersama – sama mengangkat wanita yang mau melahirkan itu . Daud
melihat kereta dorong. Dia menyuruh sopir itu untu berhenti melangkah, dan
dengan isyarat dia tunjung kereta dorong itu.
Lala kemudian didudukkan diatas kerete dorong itu. Ketika sopir itu akan
pergi, Daud mencegahnya :
" Jangan pergi dulu , Pak , tolong Bantu pegang isteri saya, biarlah saya
yang mendorong ".
Kereta dorong itu didorong Daud melewati lorong – lorong, tetapi tak ada
seorang suster rumah sakitpun yang tampak.
Kemudian tampak muncul satu suster, yang sedang mendorong kereta
dorong lainnya, dari arah yang bertentangan.
Namun Daud menegur suster yang sedang bertugas itu: " Suster , apakah
benar bahwa lorong ini menuju tempat bersalin ? "
" Ya, Tuan", sahut suster itu.
Daud mendorong terus sampai ia melihat suatu tanda dimana tempat
bersalin berada.
Disitu seorang suster menyongsongnya. Suster itu membantu mendorong
sampai ke pintu, sementara Daud kesal karena pintu itu belum terbuka.
" Ketok pintu itu , suster ", ucap Daud
" Tidak bisa , Pak . Nanti kalau ada yang keluar bisa dimasukkan ", kata
suster itu.
" Tetapi keadaan isteri saya ini mendesak ", kata Daud pula, dan
menambahkan : " Coba suster tengok dulu apa ada tempat ".
Dan Daud menciun kening Laila, menghapus kening yang berkeringat itu,
menanyanya dengan mesra : " Kau masih sakit ? "
" Masih , mas ", jawab Laila.
" Suster, tolong ketok pintunya ", kata Daud tak sabaran
Suster itu menahan kesabarannya, tapi Daud tak bisa menahan
kesabarannya sendiri.
Dia langsung menuju pintu, suster mencegahnya :
" Jangan, pak . Mengganggu kesibukan didalam ".
DAUD merasa terlepas kesabarannya ketika terpaksa membentak laila : "
Diamlah ".
Laila berhenti merintih, tetapi itu telah membuat Daud trenyuh sehingga
dibelainya rambut isterinya yang kusut : " Berdo'a lah sayangku. Ini saat saat
yang paling penting dalam hidup kita. Kuminta dengan sangat , kau jangan
menyebut orang ke tiga ".
" Maafkan Laila , mas Daud ", kata Laila menangis.
" Aku mencintaimu, Cuma kamu yang kucintai didunia ini. Jika kamu mau
menyebutkan nama orang ketiga dalm hidup kita, coba kau sebut siapa nama
anak kita nanti ".
" Aku tetap ingin punya anak permpua ", kata Laila.
" Baiklah. Kau sebut siapa namanya ", kata Daud.
" Berilah nama Delila ".
" Nama itu bagus sekali , paduan antara " D", namaku, dan " Lila ", namamu.
Nama yang bagus " kata Daud.
" Nama yang terkesan ", kata Laila.
" Ya, berkesan".
" Nama yang tidak bisa memisahkan cinta kita, sekiranyapun aku harus mati
", kata Laila lagi.
Laila menangis seraya menahan nyeri. Tetapi kali ini Daud tidak bisa
mencegah lagi. Dia kali ini bebar – benar ikut terseret kalau – kalu Laila benar –
benar mati. Bukankan begitu banyak ibu yang tidak kuat menahan sang maut,
yang terpaksa menyerah mati ketika melahirkan bayi ?
" Mas,…." , rintih Laila lagi.
Kini Daud meremas jari – jari isterinya itu, " Apalagi , saying ? "
"Kalau aku mati, mas", kata Laila, " Maukah kau mendatangi kuburanku ?
setidak-tidaknya sekali sebulan ?dan membersihkan nisanku dari debu dan
bekas hujan ? "www.ac-zzz.tk
Daud lagi – lagi meneteskan air mata , dan dia tak mampu menjawabnya
kecuali meremas jari - jari Laila serta menciumi wajahnya dengan sepenuh
rasa.
" Kau menangis, mas? "
" Ya, Laila ".
" "Kau menangis ?"
" Ya---"
Laila meremas jari2 tangan Daud , seperti Daud meremasinya . Kedua suami
isteri itu kini terseret oleh rasa putus asa . Tetapi Daud mencoba berdo'a
menyebut nama Tuhan , dan ia ingin mendapatkan kekuatannya kembali. Dan
Tuhan benar – benar pengasih lagi penyayang : Daud bangkit dari keruntuhan
bathin , dan ia merasa dirinya kuat ketika tampak olehnya pintu gerbang rumah
sakit..
" Kita sampai Laila ", ucapnya
Daud meminta bantuan sopir taxi untuk mengangkat Laila. Dua laki – laki itu
kini bersama – sama mengangkat wanita yang mau melahirkan itu . Daud
melihat kereta dorong. Dia menyuruh sopir itu untu berhenti melangkah, dan
dengan isyarat dia tunjung kereta dorong itu.
Lala kemudian didudukkan diatas kerete dorong itu. Ketika sopir itu akan
pergi, Daud mencegahnya :
" Jangan pergi dulu , Pak , tolong Bantu pegang isteri saya, biarlah saya
yang mendorong ".
Kereta dorong itu didorong Daud melewati lorong – lorong, tetapi tak ada
seorang suster rumah sakitpun yang tampak.
Kemudian tampak muncul satu suster, yang sedang mendorong kereta
dorong lainnya, dari arah yang bertentangan.
Namun Daud menegur suster yang sedang bertugas itu: " Suster , apakah
benar bahwa lorong ini menuju tempat bersalin ? "
" Ya, Tuan", sahut suster itu.
Daud mendorong terus sampai ia melihat suatu tanda dimana tempat
bersalin berada.
Disitu seorang suster menyongsongnya. Suster itu membantu mendorong
sampai ke pintu, sementara Daud kesal karena pintu itu belum terbuka.
" Ketok pintu itu , suster ", ucap Daud
" Tidak bisa , Pak . Nanti kalau ada yang keluar bisa dimasukkan ", kata
suster itu.
" Tetapi keadaan isteri saya ini mendesak ", kata Daud pula, dan
menambahkan : " Coba suster tengok dulu apa ada tempat ".
Dan Daud menciun kening Laila, menghapus kening yang berkeringat itu,
menanyanya dengan mesra : " Kau masih sakit ? "
" Masih , mas ", jawab Laila.
" Suster, tolong ketok pintunya ", kata Daud tak sabaran
Suster itu menahan kesabarannya, tapi Daud tak bisa menahan
kesabarannya sendiri.
Dia langsung menuju pintu, suster mencegahnya :
" Jangan, pak . Mengganggu kesibukan didalam ".
Episode 32
Namun Daud tidak menghiraukan larangan itu, dan diketoknya pintu. Pintu
itu terbuka. Seorang suster tua melotot : " Jangan ketok – ketok , pak, ini ada
pasien yang gawat ".
" Tapi isteriku lebih gawat lagi suster ", kata Daud, dan pintu itu ditutup
suster tua itu sebagai jawaban tanpa kata. Daud muak dan jengkel , dan
diremas – remasnya tinjunya. Laila memanggilnya : " Mas…..."
" YA , SAYANG ? " DAN Daud mendekati Laila, " kau masih kuat ? "
" Masih, mas. Jangan kasar sama suster – suster itu, mas. Karena merekalah
yang akan menyelamatkan saya ", kata Laila
" Ya ", kata Daud sadar , " Aku tadi tidak bisa mengendalikan diri ", dan
seraya mengelus bahu Laila , ia berkata lirih : " Itu karena sayangku ppadamu,
Laila ".
Suster yang masih memegang handle kereta dorong mau tersenyum
mendengarnya, tapi dia tak beda dengan beberapa suster lainnya di Dunia ini :
Mereka sudah biasa menghadapi kaum lelaki yang lebih panik dan sinting
ketimbang isteri mereka sendiri yang mau menyongsong maut.
Pintu terbuka, satu kereta dorong muncul , dan ketika Daud mau mendorong
kereta Laila, suster menahannya : " Biar itu lewat dulu, pak ".
" Oh ya…….", ucap Daud dengan suara maaf.
Begitu lewat , Daud mendorong membantu suster.
Tetapi didepan pintu suster berkata : " Bapak Cuma boleh sampai disini.
Bapak tidak boleh masuk ".
" Says harus menunggui Laila ", bantah Daud.
" Ya, tapi nanti kita kehabisan hawa didalam , pak. Bantulah kami , pak.
Bapak menunggu diluar saja, sampai nanti bapak kami panggil ", kata susteritu.
" Kalau bayi lahir, bapak kami panggil , dan kami ijinkan masuk kedalam ".
" Jadi saya tidak boleh menyaksikan isteriku melahirkan ? ", Tanya Daud
yang tidak lagi dijawab oleh suster itu, yang kemudian mendorong kereta itu
masuk.
Daud sempat meremas – remas jari tanga Laila dan berkata : " Aku berdo'a
diluar , Laila "
Cuma itu. Laila tak sampai menyahut karena menangis terharu. Daud pun
merasa gelisah meremas – remas tangannya sendiri kini, tak sempat duduk
diruang tunggu.
Seluruh emosi dan fikirannya seolah – olah berada dikamar bersalin dimana
kini Laila berada, sekalipun dia berada di ruang tunggu.
Baru Daud merasa berada di ruang tunggu , ketika didengar nya suara: "
Nak, nak. Apakah anak menanti isteri anak melahirkan ? "
Daud menoleh. Seorang perempuan tua. Setuaibunya. Ia mengangguk pada
iabu yang tua itu : " Ya, bu. Saya menunggu isteri melahirkan ".
" Anak bernasib baik ", kata ibu tua itu, " Isteri anak pun bernasib baik. Beda
dengan anak permpuanku. Setiap ia melahirkan bayi , suaminya sedang
berlayar ".
" Oh…..Jadi mantu ibu seorang pelaut / "
" Ya, seorang Nahkoda ", kata ibu itu, " Dan ini adalah anak yang kesebelas
yang akan dilahirkan ank perempuanku, yang tidak juga dilihat oleh bapaknya
ketika ia lahir kedunia ".
Daud mengangguk – angguk tanpa bermaksud apa – apa. Ia kaget ketika ibu
tua itu bertanya lagi kepadanya : " Ini anak yang keberapa , nak ? "
" Saya menantikan kelahiran bayi pertama ", kata Daud.
" O, pantesan anak gelisah sekali sejak tadi ", kata ibu tua itu menahan
ketawa.
Tetapi Daud tidak merasa terhina oleh senyum geli perempuan tua itu. Dia
tanpa sadar sudah duduk disamping ibu tua itu pula.
Daud heran, ibu tua itu bisa tidur juga, Daud tidak ngantuk secemilpun.
Ketika tiap suster muncul , malahan Daud nenyongsong tiap suster itu dan
bertanya : " Anak saya sudah lahir ? "
" Belum, pak "
" Itu yang tadi mengeak ?"
" Oh, itu bayi orang lain, Pak ", kata suster itu.
Seharusnya tiap – tiap suster itu sudah muak melihat tampang Daud yang
selalu menyongsong mereka jika mereka muncul dipintu bersalin itu. Tetapi
setiap suster suster didunia adalah pewaris tugas kemanusiaan.
Ia bukan saj a mengurus bayi, tapi juga mengurus ibunya. Dan kini mengurus
ayah sang bayi. Ayah – ayah menjadi bayi kembali, nyinyir bertanya seperti
daud kini.
Karena itu suster – suster itu Cuma bisa tersenyum geli dihati jika melihat
ayah segelisah Daud ini . Kali ini seorang suster muncul, tetapi sebelum
bertanya , suster itu yang berkata : " Bayi bapak belum lahir, jadi sebaiknya
bapak pulang saja dulu ".
" Biar saya tunggu disini ", kata Daud.
" Kalau mau tunggu jangan menunggu didepan pintu . Disana ada ruang
tunggu ".
" Baik suster, saya akan tunggu di ruang tunggu "., kata Daud tersinggung.
Wajah tersinggung itu tetap murung ketika Lestina muncul menepuk
bahunya, dibelakang Lestina muncul juga meiske. Ia membawa termos dan
gelas, dan kuwe - kuwe
Namun Daud tidak menghiraukan larangan itu, dan diketoknya pintu. Pintu
itu terbuka. Seorang suster tua melotot : " Jangan ketok – ketok , pak, ini ada
pasien yang gawat ".
" Tapi isteriku lebih gawat lagi suster ", kata Daud, dan pintu itu ditutup
suster tua itu sebagai jawaban tanpa kata. Daud muak dan jengkel , dan
diremas – remasnya tinjunya. Laila memanggilnya : " Mas…..."
" YA , SAYANG ? " DAN Daud mendekati Laila, " kau masih kuat ? "
" Masih, mas. Jangan kasar sama suster – suster itu, mas. Karena merekalah
yang akan menyelamatkan saya ", kata Laila
" Ya ", kata Daud sadar , " Aku tadi tidak bisa mengendalikan diri ", dan
seraya mengelus bahu Laila , ia berkata lirih : " Itu karena sayangku ppadamu,
Laila ".
Suster yang masih memegang handle kereta dorong mau tersenyum
mendengarnya, tapi dia tak beda dengan beberapa suster lainnya di Dunia ini :
Mereka sudah biasa menghadapi kaum lelaki yang lebih panik dan sinting
ketimbang isteri mereka sendiri yang mau menyongsong maut.
Pintu terbuka, satu kereta dorong muncul , dan ketika Daud mau mendorong
kereta Laila, suster menahannya : " Biar itu lewat dulu, pak ".
" Oh ya…….", ucap Daud dengan suara maaf.
Begitu lewat , Daud mendorong membantu suster.
Tetapi didepan pintu suster berkata : " Bapak Cuma boleh sampai disini.
Bapak tidak boleh masuk ".
" Says harus menunggui Laila ", bantah Daud.
" Ya, tapi nanti kita kehabisan hawa didalam , pak. Bantulah kami , pak.
Bapak menunggu diluar saja, sampai nanti bapak kami panggil ", kata susteritu.
" Kalau bayi lahir, bapak kami panggil , dan kami ijinkan masuk kedalam ".
" Jadi saya tidak boleh menyaksikan isteriku melahirkan ? ", Tanya Daud
yang tidak lagi dijawab oleh suster itu, yang kemudian mendorong kereta itu
masuk.
Daud sempat meremas – remas jari tanga Laila dan berkata : " Aku berdo'a
diluar , Laila "
Cuma itu. Laila tak sampai menyahut karena menangis terharu. Daud pun
merasa gelisah meremas – remas tangannya sendiri kini, tak sempat duduk
diruang tunggu.
Seluruh emosi dan fikirannya seolah – olah berada dikamar bersalin dimana
kini Laila berada, sekalipun dia berada di ruang tunggu.
Baru Daud merasa berada di ruang tunggu , ketika didengar nya suara: "
Nak, nak. Apakah anak menanti isteri anak melahirkan ? "
Daud menoleh. Seorang perempuan tua. Setuaibunya. Ia mengangguk pada
iabu yang tua itu : " Ya, bu. Saya menunggu isteri melahirkan ".
" Anak bernasib baik ", kata ibu tua itu, " Isteri anak pun bernasib baik. Beda
dengan anak permpuanku. Setiap ia melahirkan bayi , suaminya sedang
berlayar ".
" Oh…..Jadi mantu ibu seorang pelaut / "
" Ya, seorang Nahkoda ", kata ibu itu, " Dan ini adalah anak yang kesebelas
yang akan dilahirkan ank perempuanku, yang tidak juga dilihat oleh bapaknya
ketika ia lahir kedunia ".
Daud mengangguk – angguk tanpa bermaksud apa – apa. Ia kaget ketika ibu
tua itu bertanya lagi kepadanya : " Ini anak yang keberapa , nak ? "
" Saya menantikan kelahiran bayi pertama ", kata Daud.
" O, pantesan anak gelisah sekali sejak tadi ", kata ibu tua itu menahan
ketawa.
Tetapi Daud tidak merasa terhina oleh senyum geli perempuan tua itu. Dia
tanpa sadar sudah duduk disamping ibu tua itu pula.
Daud heran, ibu tua itu bisa tidur juga, Daud tidak ngantuk secemilpun.
Ketika tiap suster muncul , malahan Daud nenyongsong tiap suster itu dan
bertanya : " Anak saya sudah lahir ? "
" Belum, pak "
" Itu yang tadi mengeak ?"
" Oh, itu bayi orang lain, Pak ", kata suster itu.
Seharusnya tiap – tiap suster itu sudah muak melihat tampang Daud yang
selalu menyongsong mereka jika mereka muncul dipintu bersalin itu. Tetapi
setiap suster suster didunia adalah pewaris tugas kemanusiaan.
Ia bukan saj a mengurus bayi, tapi juga mengurus ibunya. Dan kini mengurus
ayah sang bayi. Ayah – ayah menjadi bayi kembali, nyinyir bertanya seperti
daud kini.
Karena itu suster – suster itu Cuma bisa tersenyum geli dihati jika melihat
ayah segelisah Daud ini . Kali ini seorang suster muncul, tetapi sebelum
bertanya , suster itu yang berkata : " Bayi bapak belum lahir, jadi sebaiknya
bapak pulang saja dulu ".
" Biar saya tunggu disini ", kata Daud.
" Kalau mau tunggu jangan menunggu didepan pintu . Disana ada ruang
tunggu ".
" Baik suster, saya akan tunggu di ruang tunggu "., kata Daud tersinggung.
Wajah tersinggung itu tetap murung ketika Lestina muncul menepuk
bahunya, dibelakang Lestina muncul juga meiske. Ia membawa termos dan
gelas, dan kuwe - kuwe
Episode 33
BUAT DAUD , tidaklah ia begitu peduli yang muncul itu adalah Lestina
ataukah meiske. Ia juga tidak perduli apakah meiske membawa termos dan
gelas serta kuwe – kuwe. Bahkan ia tak menyambut mereka, atau
mempersilahkan mereka untuk duduk. Fikiran Daud terpusat pada lamanya laila
melahirkan .
" Belum lahir juga ? ", Tanya Lestina.
" Belum ", Daud menyahut.
" Biasa ", kata meiske sembari menuangkan kopi dari thermos kedalam
gelas, " Perempuan satu cepat melahirkan , perempuan lain lambat ".
Meiske meyodorkan gelas yang baru dituang kopi itu kepada Daud : " Minum
kopi , bang, supaya tidak mengantuk. Dan menghangatkan badan ".www.ac-zzz.tk
Daud enggang menerima gelas itu , namun ia terima juga tetapi tidak
diminumnya melainkan ditaroknya saja diatas tembok " Minumlah kopinya, ban
Daud ", ujar meiske lagi.
" Nanti saja ", jawab Daud.
" Baiknya diminum ketika masih hangat ", kata meiske lagi.
Daud dengan sebal akhirnya mengam bil gelas itu , dan mencicipinya
sedikit, lalu ditaroknya lagi.
" Abang pilih kuwe yang mana ? " Tanya meiske sembari membuka
bungkusan kuwe.
" Nggak usah ", sahut Daud.
Tetapi akhirnya meiske memilih sendiri kuweh donat , dan disodorkannya
kepada Daud.
" Ayolah makan satu ", kata meiske.
" Nggak uasah ", kata Daud menolak.
" Ayolah satu saja ", desak meiske lagi, " Lebih – lebih diruang terbuka begini
, udara dingin, sebaiknya perut diisi supaya tidak masuk angin ".
Daud mengambil kuweh donat itu juga dengan tarikan nafas kesal. Ketika ia
mengunyah – ngunyah , meiske mengambil gelas kopi tadi , dan
menyodorkannya padda Daud.
Daud mengambilnya. Dan diteguknya kopi seteguk, lantas ditarok nya gelas
diatas tembok. " Kamu nggak ngopi , Lestina ? ", Tanya meiske.
" Tulung tuangin segelas ", kata Lestina.
Meiske menuangkan segelas bagi Lestina, dan setelah Lestina minum,
diapun akhirnya menuangkan lagi satu gelas untuk dirinya sendiri.
" Eh, meis sampai lupa, Lestina. Kita koq bawa gelas 4 biji, Yang sebiji ini
untuk kak Lila maksudnya. Hmmmmmmm", dan gadis manis itu ketawa
sendirian.
Kemudian sunyi. Yang kedengaran adalah capak – capak lidah Lestiana yang
kerjanya mengunyah – ngunyah kuweh..
Daud diam membekukan lidah, dan matanya yang mengantuk itu tetap
ditegangkannya melihat kepintu.
Tiba – tiba, dari pintu, muncul suster. Dia bagai berlari menuju kamar
bersalin itu. Daud tergopoh bertanya : " Anak saya sudah lahir ? "
" Belum . Mungkin sampai besok malampun belum.
Tetapi isteri bapak perlu tinggal disini, untuk istirahatnya. Bapak boleh
pulang saja. Besok sorelah dating lagi ".
" Biarlah saya nunggu disini ", bantah Daud.
" Percuma saja , Pak ", kata suster itu, " Isteri bapak perlu istirahat total ".
" Total tidak total bagi saya menunggu disinipun suatu totalitas ", kata Daud
dengan nada tegas, " Nona mungkin tidak memahami isi hati saya ".
Suster itu pergi . Lestina mendekati abangnya. Ia membujuk Daud : " Bang
Daud, sebaiknya abang pulang ", Daud tidak mempedulikan Lestina.
Meiske rupanya sedang bercakap – cakap dengan seorang suster yang lain.
Meiske kemudian pergi kearah kamar bersalin. Daud melihatnya. Dia bertanya
dalam hati : Mau apa meiske ke situ dibawa suster ? jangan – jangan Laila sudah
melahirkan! Lalu Daud melihat suster muncul dipintu, dan memberikan sehelai
surat ataukah amplop kepada meiske. Meiske buru – buru dengan setengah
berlari menuju Daud, membuat Daud berdiri cepat - cepat.
" Ini ada surat dokter untuk bagian aadministrasi ",kata meiske memberikan
surat itu kepada Daud. Daud menerimanya dengan menggerutu: " Bukan urusan
administrasi yang penting kini buatku. Tetapi keselamatan isteri dan calon
bayiku ".
" Kita disuruh pulang ", kata meiske. " Mari kita pulang ".
" Pulanglah kalian . Saya tunggu disini ", kata Daud bersikeras
" Percuma abang tunggu disini ", bujuk meiske, " kata suster, kak Laila perlu
istirahat total ".
" Ya, biarlah Laila istirahat total. Tetapi sudah jadi prinsip bagi saya, bahwa
saya menunggu disini sebagai suatu keharusan , sebagai suatu totalitas pula.
Tahukah Kau ? cinta tak kenal lelah, cinta tak kenal istirahat , karena cinta
yang sejati adalah totalitas " , ujuar Daud menatap meiske tajam2.
Meiske berpikir, alangkah besar cinta bang Daud pada Kak Laila. Alangkah
bahagianya seorang isteri mendapatkan cinta suami setulus sebesar dan
setotalitas cinta kak Daud ini !
" Kalau begitu , kamipun menunggu ", kata meiske .
" Kalian boleh pulang ", kata Daud, " Biarlah saya nunggu sendirian disini ".
Meiske melihat , sebenarnya Daud sudah mengantuk. Lestina memberi
isyarat kepada meiske agar mereka pulang, membiarkan Daud sendiri. Tetapi
meiske tidak mau. Dia menawarkan kopi pada Daud. Daud menolak.
BUAT DAUD , tidaklah ia begitu peduli yang muncul itu adalah Lestina
ataukah meiske. Ia juga tidak perduli apakah meiske membawa termos dan
gelas serta kuwe – kuwe. Bahkan ia tak menyambut mereka, atau
mempersilahkan mereka untuk duduk. Fikiran Daud terpusat pada lamanya laila
melahirkan .
" Belum lahir juga ? ", Tanya Lestina.
" Belum ", Daud menyahut.
" Biasa ", kata meiske sembari menuangkan kopi dari thermos kedalam
gelas, " Perempuan satu cepat melahirkan , perempuan lain lambat ".
Meiske meyodorkan gelas yang baru dituang kopi itu kepada Daud : " Minum
kopi , bang, supaya tidak mengantuk. Dan menghangatkan badan ".www.ac-zzz.tk
Daud enggang menerima gelas itu , namun ia terima juga tetapi tidak
diminumnya melainkan ditaroknya saja diatas tembok " Minumlah kopinya, ban
Daud ", ujar meiske lagi.
" Nanti saja ", jawab Daud.
" Baiknya diminum ketika masih hangat ", kata meiske lagi.
Daud dengan sebal akhirnya mengam bil gelas itu , dan mencicipinya
sedikit, lalu ditaroknya lagi.
" Abang pilih kuwe yang mana ? " Tanya meiske sembari membuka
bungkusan kuwe.
" Nggak usah ", sahut Daud.
Tetapi akhirnya meiske memilih sendiri kuweh donat , dan disodorkannya
kepada Daud.
" Ayolah makan satu ", kata meiske.
" Nggak uasah ", kata Daud menolak.
" Ayolah satu saja ", desak meiske lagi, " Lebih – lebih diruang terbuka begini
, udara dingin, sebaiknya perut diisi supaya tidak masuk angin ".
Daud mengambil kuweh donat itu juga dengan tarikan nafas kesal. Ketika ia
mengunyah – ngunyah , meiske mengambil gelas kopi tadi , dan
menyodorkannya padda Daud.
Daud mengambilnya. Dan diteguknya kopi seteguk, lantas ditarok nya gelas
diatas tembok. " Kamu nggak ngopi , Lestina ? ", Tanya meiske.
" Tulung tuangin segelas ", kata Lestina.
Meiske menuangkan segelas bagi Lestina, dan setelah Lestina minum,
diapun akhirnya menuangkan lagi satu gelas untuk dirinya sendiri.
" Eh, meis sampai lupa, Lestina. Kita koq bawa gelas 4 biji, Yang sebiji ini
untuk kak Lila maksudnya. Hmmmmmmm", dan gadis manis itu ketawa
sendirian.
Kemudian sunyi. Yang kedengaran adalah capak – capak lidah Lestiana yang
kerjanya mengunyah – ngunyah kuweh..
Daud diam membekukan lidah, dan matanya yang mengantuk itu tetap
ditegangkannya melihat kepintu.
Tiba – tiba, dari pintu, muncul suster. Dia bagai berlari menuju kamar
bersalin itu. Daud tergopoh bertanya : " Anak saya sudah lahir ? "
" Belum . Mungkin sampai besok malampun belum.
Tetapi isteri bapak perlu tinggal disini, untuk istirahatnya. Bapak boleh
pulang saja. Besok sorelah dating lagi ".
" Biarlah saya nunggu disini ", bantah Daud.
" Percuma saja , Pak ", kata suster itu, " Isteri bapak perlu istirahat total ".
" Total tidak total bagi saya menunggu disinipun suatu totalitas ", kata Daud
dengan nada tegas, " Nona mungkin tidak memahami isi hati saya ".
Suster itu pergi . Lestina mendekati abangnya. Ia membujuk Daud : " Bang
Daud, sebaiknya abang pulang ", Daud tidak mempedulikan Lestina.
Meiske rupanya sedang bercakap – cakap dengan seorang suster yang lain.
Meiske kemudian pergi kearah kamar bersalin. Daud melihatnya. Dia bertanya
dalam hati : Mau apa meiske ke situ dibawa suster ? jangan – jangan Laila sudah
melahirkan! Lalu Daud melihat suster muncul dipintu, dan memberikan sehelai
surat ataukah amplop kepada meiske. Meiske buru – buru dengan setengah
berlari menuju Daud, membuat Daud berdiri cepat - cepat.
" Ini ada surat dokter untuk bagian aadministrasi ",kata meiske memberikan
surat itu kepada Daud. Daud menerimanya dengan menggerutu: " Bukan urusan
administrasi yang penting kini buatku. Tetapi keselamatan isteri dan calon
bayiku ".
" Kita disuruh pulang ", kata meiske. " Mari kita pulang ".
" Pulanglah kalian . Saya tunggu disini ", kata Daud bersikeras
" Percuma abang tunggu disini ", bujuk meiske, " kata suster, kak Laila perlu
istirahat total ".
" Ya, biarlah Laila istirahat total. Tetapi sudah jadi prinsip bagi saya, bahwa
saya menunggu disini sebagai suatu keharusan , sebagai suatu totalitas pula.
Tahukah Kau ? cinta tak kenal lelah, cinta tak kenal istirahat , karena cinta
yang sejati adalah totalitas " , ujuar Daud menatap meiske tajam2.
Meiske berpikir, alangkah besar cinta bang Daud pada Kak Laila. Alangkah
bahagianya seorang isteri mendapatkan cinta suami setulus sebesar dan
setotalitas cinta kak Daud ini !
" Kalau begitu , kamipun menunggu ", kata meiske .
" Kalian boleh pulang ", kata Daud, " Biarlah saya nunggu sendirian disini ".
Meiske melihat , sebenarnya Daud sudah mengantuk. Lestina memberi
isyarat kepada meiske agar mereka pulang, membiarkan Daud sendiri. Tetapi
meiske tidak mau. Dia menawarkan kopi pada Daud. Daud menolak.
Episode 34
Meiske memberi juga segelas kopi: " Mata bang Daud sudah kuyu karena
ngantuk. Minumlah ".
Daud meminum juga kopi itu, biarpun Cuma secicip. Ia meletakkan gelas
diatas tembok, tetapi meiske mengambilnya dan meletakkan ditempat yang
lebih aman . Dia melihat Daud sebetulnya sudah mengantuk sekali. Dugaanya
benar. Daud mulai menyandarkan kepala disisi tembok. Tidurnya tampak
nyenyak.
" Siapa diantara bapak – bapak disini yang bernama Daud ? ", tiba – tiba
muncul seorang suster dibalik tembok. Suster itu berpakaian putih dan baunya
bau mayat.
" Tidak ada yang bernama Daud Waitulo disini ? " Tanya suster berbau mayat
itu.
" Saya !" , teriak Daud kuat-kuat, membuat semua diruang tunggu heran.
" Berita buruk terjadi , pak Daud ', kata suster itu .
" Apa yang terjadi dengan isteri saya , suster ? " Tanya Daud.
" Lihatlah itu ", kata suster berbau mayat tadi .
Begitu daud melihat kearah kamar bersalin, muncullah seorang suster
membawa krans bunga dengan pita hitam . Suster itu menangis terisa isak . Lau
munculah sebuah kereta yang didorong oleh suster – suster lain yang jiga
menangis tersedu – sedu. Daud berdiri, dan mengejar kereta yang didorong itu .
Diatas kereta itu terbaring Laila. Laila sudah tak bernyawa lagi. Daud menangis
terisak –isak melihat Laila telah meninggal dunia.
Disebuah pekuburan , begitu banyak suster dan dokter pada upacara
penguburan Laila. Seorang dokter berkata pada upacara itu : " Atas nama
rumah sakit , kami mengucapkan penyesalan tidak dapat menolong perempuan
yang baik ini. Ia meninggal bersama bayinya ".
Daud menangis terisak – isak dibawah pohon kamboja . Ketika ia diminta
berbicara, dia tak bersedia : " Percuma ", dia menangis terisak terus, " Percuma
kalian berpidato, percuma kalian bersekolah dokter kalau kalian tidak mampu
menghidupkan Laila ".
" Kami bukan Jesus Kristus yang mampu menghidupkan orang yang sudah
mati ", kata dokter yang memimpin upacara itu.
Kini krans bunga bagaikan berganti dengan bunga – bunga yang indah, suatu
pertanda telah terjadi suatu upacara yang berbeda dengan upacara kesedihan.
Bunga – bunga itu kiriman dari berbagai perusahaan koneksi perusahaan
Daud. Mereka memberikan bunga 2 itu dengan ucapan selamat berbahagia atas
perkawinan Daud Waitulo dengan meiske.
Tetapi, duduk dipuadai pengantin itu tampak sekali wajah Daud yang
murung, bahkan ia menangis.
" Mengapa abang menangis ", bisik meiske yang berpakaian pengantin putih
sutera .
" Saya tidak bisa melupakan Laila ", kata Daud.
" Semoga aku bisa menggantikan kak Laila, bang ", kata meiske.
" Ku kira tak ada satu wanita pun yang bisa menggantikannya ', kata Daud, "
Aku kawin lagi karna dipaksa . Sebenarnya aku tak ingin kawin lagi. Jiwa dan
raga ku sebenarnya suda mati, meiske ".
Benarlah. Dikamar pengantin Daud tidak memperlihatkan kebahagiaan .
Meiske telah mencopot kaos kaki yang dipakai Daud . Meske sendiri ketika itu
Cuma mengenakan bh dan celana mandi saja, menciumi daud mulai dari ujung
kaki hingga uung kepala . Meiske telah menciumi bibirnya segala sesuatu yang
sepantasnya tidak tidak diciumi oleh bibirnya. Tetapi dimalam pengantin itu
meiske telah berusaha , karena dia sendiripun sudah bernafsu sekali. Daud
benci sekali karna telah mempermalukan dirinya seperti perempuan –
perempuan nakal didalam adega film biru.
Melihat itu Daud jijik sekali. Ia berteriak " Aku tidak mau. Aku benci kau "
Teriakan Daud telah membuat meiske menoleh.
Ia melangkah mendekati Daud. Ditepuk – tepuknya bahu Daud ; " Bang ,
abang mimpi ? "
Daud membukakan mata. Dilihatnya meiske. Masih terbayang meiske
melakukan hal yang menjijikan . Meiske bertanya : " Abang mimpi ? "
" Oh…….", kata Daud, " Ya. Ya ".
Meiskee membujuknya untuk pulang , dan kali ini berhasil . Lestina duduk
didepan . Daud duduk disebelah meiske. Daud diam membeku dalam taxi ketika
pulang itu. Meiske mengagumi Daud. Benar – benar mengagumi Daud. Dia
mengagumi, cinta Daud pada kak Laila benar -= benar cinta tak mengenal
lelah , cinta tak kenal istirahat , cinta yang penuh totalitas.www.ac-zzz.tk
Besoknya Daud kebagian administrsi . Disitu Daud di beri tahu bahwa Laila
akan dikarantina dan diberi istirahat total agar punya tenaga untuk
melahirkan..
Meiske memberi juga segelas kopi: " Mata bang Daud sudah kuyu karena
ngantuk. Minumlah ".
Daud meminum juga kopi itu, biarpun Cuma secicip. Ia meletakkan gelas
diatas tembok, tetapi meiske mengambilnya dan meletakkan ditempat yang
lebih aman . Dia melihat Daud sebetulnya sudah mengantuk sekali. Dugaanya
benar. Daud mulai menyandarkan kepala disisi tembok. Tidurnya tampak
nyenyak.
" Siapa diantara bapak – bapak disini yang bernama Daud ? ", tiba – tiba
muncul seorang suster dibalik tembok. Suster itu berpakaian putih dan baunya
bau mayat.
" Tidak ada yang bernama Daud Waitulo disini ? " Tanya suster berbau mayat
itu.
" Saya !" , teriak Daud kuat-kuat, membuat semua diruang tunggu heran.
" Berita buruk terjadi , pak Daud ', kata suster itu .
" Apa yang terjadi dengan isteri saya , suster ? " Tanya Daud.
" Lihatlah itu ", kata suster berbau mayat tadi .
Begitu daud melihat kearah kamar bersalin, muncullah seorang suster
membawa krans bunga dengan pita hitam . Suster itu menangis terisa isak . Lau
munculah sebuah kereta yang didorong oleh suster – suster lain yang jiga
menangis tersedu – sedu. Daud berdiri, dan mengejar kereta yang didorong itu .
Diatas kereta itu terbaring Laila. Laila sudah tak bernyawa lagi. Daud menangis
terisak –isak melihat Laila telah meninggal dunia.
Disebuah pekuburan , begitu banyak suster dan dokter pada upacara
penguburan Laila. Seorang dokter berkata pada upacara itu : " Atas nama
rumah sakit , kami mengucapkan penyesalan tidak dapat menolong perempuan
yang baik ini. Ia meninggal bersama bayinya ".
Daud menangis terisak – isak dibawah pohon kamboja . Ketika ia diminta
berbicara, dia tak bersedia : " Percuma ", dia menangis terisak terus, " Percuma
kalian berpidato, percuma kalian bersekolah dokter kalau kalian tidak mampu
menghidupkan Laila ".
" Kami bukan Jesus Kristus yang mampu menghidupkan orang yang sudah
mati ", kata dokter yang memimpin upacara itu.
Kini krans bunga bagaikan berganti dengan bunga – bunga yang indah, suatu
pertanda telah terjadi suatu upacara yang berbeda dengan upacara kesedihan.
Bunga – bunga itu kiriman dari berbagai perusahaan koneksi perusahaan
Daud. Mereka memberikan bunga 2 itu dengan ucapan selamat berbahagia atas
perkawinan Daud Waitulo dengan meiske.
Tetapi, duduk dipuadai pengantin itu tampak sekali wajah Daud yang
murung, bahkan ia menangis.
" Mengapa abang menangis ", bisik meiske yang berpakaian pengantin putih
sutera .
" Saya tidak bisa melupakan Laila ", kata Daud.
" Semoga aku bisa menggantikan kak Laila, bang ", kata meiske.
" Ku kira tak ada satu wanita pun yang bisa menggantikannya ', kata Daud, "
Aku kawin lagi karna dipaksa . Sebenarnya aku tak ingin kawin lagi. Jiwa dan
raga ku sebenarnya suda mati, meiske ".
Benarlah. Dikamar pengantin Daud tidak memperlihatkan kebahagiaan .
Meiske telah mencopot kaos kaki yang dipakai Daud . Meske sendiri ketika itu
Cuma mengenakan bh dan celana mandi saja, menciumi daud mulai dari ujung
kaki hingga uung kepala . Meiske telah menciumi bibirnya segala sesuatu yang
sepantasnya tidak tidak diciumi oleh bibirnya. Tetapi dimalam pengantin itu
meiske telah berusaha , karena dia sendiripun sudah bernafsu sekali. Daud
benci sekali karna telah mempermalukan dirinya seperti perempuan –
perempuan nakal didalam adega film biru.
Melihat itu Daud jijik sekali. Ia berteriak " Aku tidak mau. Aku benci kau "
Teriakan Daud telah membuat meiske menoleh.
Ia melangkah mendekati Daud. Ditepuk – tepuknya bahu Daud ; " Bang ,
abang mimpi ? "
Daud membukakan mata. Dilihatnya meiske. Masih terbayang meiske
melakukan hal yang menjijikan . Meiske bertanya : " Abang mimpi ? "
" Oh…….", kata Daud, " Ya. Ya ".
Meiskee membujuknya untuk pulang , dan kali ini berhasil . Lestina duduk
didepan . Daud duduk disebelah meiske. Daud diam membeku dalam taxi ketika
pulang itu. Meiske mengagumi Daud. Benar – benar mengagumi Daud. Dia
mengagumi, cinta Daud pada kak Laila benar -= benar cinta tak mengenal
lelah , cinta tak kenal istirahat , cinta yang penuh totalitas.www.ac-zzz.tk
Besoknya Daud kebagian administrsi . Disitu Daud di beri tahu bahwa Laila
akan dikarantina dan diberi istirahat total agar punya tenaga untuk
melahirkan..
Episode 35
DIA TELAH dengan setia datang lagi di rumah sakit itu, menunggu I lagi
disitu , tanpa lelah! Daud Waitulo mondar mandir dilorong rumah sakit itu,
pada hari ketiga isterinya dikarantina dirumah sakit itu . Semula ia mengira
pada malam itu membawa Laila itu adalah saat – saatnya Laila harus
melahirkan . Padahal dokter sudah memberikan jadwal bila seharusnya masuk
karantina bagi wanita 2 hamil yang akan dibedah Caesar . Konsentrasinya
ketika itu sama saja dengan Laila : Sama 2 takut pada kematian.
Tak lama setelah Daud mondar mandir , yang tampak muncul adalah
Lestina. Kemudian meiske menyusul satu jam kemudian
" Keadaan kakakmu Laila dalam keadaan kritis ", kata Daud pada Lestina.
" Kenapa sampai lama betul Kak Laila baru melahirkan ? " , Tanya Lestina.
" Ad hal2 khusus pada dirinya ", kata Daud .
" Tapi dokter2 bilang barusan pada ku, bahwa kekhususan selalu ada pada
wanita hamil. Itu bukan berarti kehamilannya tak normal . Apa kau
mempercayai ucapan2 dokter itu ? " Tanya Daud kemudian. Ketika Lestinan
tidak menjawab , tahulah Daud ia sudah salah alamaat menanyakan hal itu.
Memang Daud lebih gugup dari biasanya pada sore ini. Dikantor,
pekerjaannya banyak yang terbengkalai . Tetapi asistennya telah membantunya
dengan amat baik. Tapi ia masih memilikiharapan pada saat2 begini . Yakni
takdiratuhan dan memohon padaNya dengan hati yang bersih dan jujur.
Sementara itu diruang operasi mulai terjadi kesibukan2 luar biasa. Dokter2
berdiskusi. Memang sekaranglah saatnya untuk memulai. Tubuh Laila sudah
basah kuyup dengan keringat. Pisau – pisau bedah telah tersusun . Jarum2
untuk menjahit serta benang2 jahitan telah disediakan .
Dan kemudian, pisau bedah yang pertama mulai menyayat perut Laila.
Pekerjaan itu sedemikian cepatnya. Tapi diluar, waktu seakan – akan berlalu
degan lambat . Saputangan sudah kuyup oleh keringat dihapuskan Daud pada
leher dan mukanya. Ia tidak tahu lagi berepa orang ada diruang tunggu itu.
Juga ada Lestina. Ketika Lestina pamit , kepada Daud, bahkan Daud tidak
mendengar. Tinggal kini meiske. Meiske mendekatinya. Dan dengan suara
keibuan :
" Bang Daud dari tadi mondar mandir. Itu meletihkan , duduklah bang Daud "
" Oh, kau meis , biarr, tak apa ", kata Daud .
" Duduklah ", kata meiske. Tak lama kemudian Daud duduk patuh . Tapi ia
berdiri lagi. Meiske meninggalkannya. Ia kembali dua menit kemudian
membawa dua botol coca cola .
" Bang , Daud ", kata meiske ketika ia sodorkan botol minuman kehadapan
Daud tapi Daud seperti mengawang .
" Oh,, minuman ".
" Duduklah, minum tenang – tenang ", kata meiske .
" Ya, terima kasih ".
" Bukan bang Daud saja yang gelisah . Saya tahu kak Laila manusia yang
sangat baik , yang pantas kita cintai bersama2 ".
" Ya…."
" Berdo'a lah ", kata meiske.
" Ya. Bang Daud berdo'a. Kau juga ikut mendo'akan ? " Tanya Daud.
" Lho ! Kak Laila itu sudah saya anggap kakak kandung, koq bang Daud !"
" Terima kasih atas doa mu ", kata Daud.
Memang Meiske bebar – benar berdo'a , sejak pada malam dulu kak Laila
dibawa ke rumah sakit ini.
Dan didalam, pisau2 bedah sama sibuknya dengan alat pengorek. Begitu
banyak darah . Sebegitu banyaknya pengorbanan seorang ibu terhadap
kelahiran anak nya. Dan tidak kurang tegang dokter2 itu , maka Daud pun
kembali menghapus keringat.
Meiske melihat saputangan itu sudah basah kuyup.
" Sini saputangan itu, bang ", kata meiske, " Lihatlah, sudah basah kuyup
begini . Pakai punya Meiske ini ".
Daud tanpa kesadaran mengambil saputangan Meiske . Ia kontan menghapus
keringatnya . Mata Daud tiba – tiba berkaca – kaca . Entah mengapa ia sedih
mendadak begini . Dan fikirannya sudah amat buruk pada detik matanya mulai
berkaca – kaca. Meiske melihat airmata Daud yang berlinang . Meiske melihat
bagaimana air mata itu jebol dari tanggul kelopak mata. Ya, Meiske terpaksa
membuang muka menghindari perasaan simpatinya melihat kesedihan Daud .
Kemudian ia melihat Daud lagi , dan iapun ikut menangis.
" Dengan suara terisak Meiske berkata : " Kita sama2 berdo'a bang Daud ".
Lestina tiba2 muncul , karena hatinya tidak enak menunggu dirumah. Ketika
dilihatnya Daud dan Meiske sama2 menangis , Lestina menduga telah terjadi
sesuatu yang sedih atau fatal pada diri kak Laila.
" Meis !", seru Lestina dan ia pun ikut menangis, " Bagaimana kak Laila ? "
Lestina berjongkok, memeluk dengkul Daud . Daud hanya membelai kepala adik
kandungnya itu . Ia bahagia mendapat simpati Lestina.
Dan ia jadi kuat kembali . Dan ia pun dengan menahan dukanya berkata :
" Kita berdo'a lah ".
" Kak Laila masih di kamar operasi ", kata meiske ikut membelai bahu
Lestina .Apakah itu firasat , apakah itu perasaan halus , tetapi baik meiske,
maupun lestina , dan juga Daud seperti sama digerakkan oleh suatu panggilan
bathin agar menoleh kearah pintu kamar bedah. Pintu itu terbuka. Seorang
dokter muncul.
DIA TELAH dengan setia datang lagi di rumah sakit itu, menunggu I lagi
disitu , tanpa lelah! Daud Waitulo mondar mandir dilorong rumah sakit itu,
pada hari ketiga isterinya dikarantina dirumah sakit itu . Semula ia mengira
pada malam itu membawa Laila itu adalah saat – saatnya Laila harus
melahirkan . Padahal dokter sudah memberikan jadwal bila seharusnya masuk
karantina bagi wanita 2 hamil yang akan dibedah Caesar . Konsentrasinya
ketika itu sama saja dengan Laila : Sama 2 takut pada kematian.
Tak lama setelah Daud mondar mandir , yang tampak muncul adalah
Lestina. Kemudian meiske menyusul satu jam kemudian
" Keadaan kakakmu Laila dalam keadaan kritis ", kata Daud pada Lestina.
" Kenapa sampai lama betul Kak Laila baru melahirkan ? " , Tanya Lestina.
" Ad hal2 khusus pada dirinya ", kata Daud .
" Tapi dokter2 bilang barusan pada ku, bahwa kekhususan selalu ada pada
wanita hamil. Itu bukan berarti kehamilannya tak normal . Apa kau
mempercayai ucapan2 dokter itu ? " Tanya Daud kemudian. Ketika Lestinan
tidak menjawab , tahulah Daud ia sudah salah alamaat menanyakan hal itu.
Memang Daud lebih gugup dari biasanya pada sore ini. Dikantor,
pekerjaannya banyak yang terbengkalai . Tetapi asistennya telah membantunya
dengan amat baik. Tapi ia masih memilikiharapan pada saat2 begini . Yakni
takdiratuhan dan memohon padaNya dengan hati yang bersih dan jujur.
Sementara itu diruang operasi mulai terjadi kesibukan2 luar biasa. Dokter2
berdiskusi. Memang sekaranglah saatnya untuk memulai. Tubuh Laila sudah
basah kuyup dengan keringat. Pisau – pisau bedah telah tersusun . Jarum2
untuk menjahit serta benang2 jahitan telah disediakan .
Dan kemudian, pisau bedah yang pertama mulai menyayat perut Laila.
Pekerjaan itu sedemikian cepatnya. Tapi diluar, waktu seakan – akan berlalu
degan lambat . Saputangan sudah kuyup oleh keringat dihapuskan Daud pada
leher dan mukanya. Ia tidak tahu lagi berepa orang ada diruang tunggu itu.
Juga ada Lestina. Ketika Lestina pamit , kepada Daud, bahkan Daud tidak
mendengar. Tinggal kini meiske. Meiske mendekatinya. Dan dengan suara
keibuan :
" Bang Daud dari tadi mondar mandir. Itu meletihkan , duduklah bang Daud "
" Oh, kau meis , biarr, tak apa ", kata Daud .
" Duduklah ", kata meiske. Tak lama kemudian Daud duduk patuh . Tapi ia
berdiri lagi. Meiske meninggalkannya. Ia kembali dua menit kemudian
membawa dua botol coca cola .
" Bang , Daud ", kata meiske ketika ia sodorkan botol minuman kehadapan
Daud tapi Daud seperti mengawang .
" Oh,, minuman ".
" Duduklah, minum tenang – tenang ", kata meiske .
" Ya, terima kasih ".
" Bukan bang Daud saja yang gelisah . Saya tahu kak Laila manusia yang
sangat baik , yang pantas kita cintai bersama2 ".
" Ya…."
" Berdo'a lah ", kata meiske.
" Ya. Bang Daud berdo'a. Kau juga ikut mendo'akan ? " Tanya Daud.
" Lho ! Kak Laila itu sudah saya anggap kakak kandung, koq bang Daud !"
" Terima kasih atas doa mu ", kata Daud.
Memang Meiske bebar – benar berdo'a , sejak pada malam dulu kak Laila
dibawa ke rumah sakit ini.
Dan didalam, pisau2 bedah sama sibuknya dengan alat pengorek. Begitu
banyak darah . Sebegitu banyaknya pengorbanan seorang ibu terhadap
kelahiran anak nya. Dan tidak kurang tegang dokter2 itu , maka Daud pun
kembali menghapus keringat.
Meiske melihat saputangan itu sudah basah kuyup.
" Sini saputangan itu, bang ", kata meiske, " Lihatlah, sudah basah kuyup
begini . Pakai punya Meiske ini ".
Daud tanpa kesadaran mengambil saputangan Meiske . Ia kontan menghapus
keringatnya . Mata Daud tiba – tiba berkaca – kaca . Entah mengapa ia sedih
mendadak begini . Dan fikirannya sudah amat buruk pada detik matanya mulai
berkaca – kaca. Meiske melihat airmata Daud yang berlinang . Meiske melihat
bagaimana air mata itu jebol dari tanggul kelopak mata. Ya, Meiske terpaksa
membuang muka menghindari perasaan simpatinya melihat kesedihan Daud .
Kemudian ia melihat Daud lagi , dan iapun ikut menangis.
" Dengan suara terisak Meiske berkata : " Kita sama2 berdo'a bang Daud ".
Lestina tiba2 muncul , karena hatinya tidak enak menunggu dirumah. Ketika
dilihatnya Daud dan Meiske sama2 menangis , Lestina menduga telah terjadi
sesuatu yang sedih atau fatal pada diri kak Laila.
" Meis !", seru Lestina dan ia pun ikut menangis, " Bagaimana kak Laila ? "
Lestina berjongkok, memeluk dengkul Daud . Daud hanya membelai kepala adik
kandungnya itu . Ia bahagia mendapat simpati Lestina.
Dan ia jadi kuat kembali . Dan ia pun dengan menahan dukanya berkata :
" Kita berdo'a lah ".
" Kak Laila masih di kamar operasi ", kata meiske ikut membelai bahu
Lestina .Apakah itu firasat , apakah itu perasaan halus , tetapi baik meiske,
maupun lestina , dan juga Daud seperti sama digerakkan oleh suatu panggilan
bathin agar menoleh kearah pintu kamar bedah. Pintu itu terbuka. Seorang
dokter muncul.
Episode 36
Daud berdiri . Rasanya tubuhnya seringan kapas yang terbang ketika ia
terhuyung melangkah sana diiringi oleh meiske dan lestina yang juga nanar.
Daud seakan – akan berkata keras : " Bagaimana Dokter ? "
" Bayi selamat lahir ", kata dokter itu.
" Dan bagaimana isteri saya, dokter ? "
" Tidak apa2 " .
" Dokter ! " Daud hampir teriak , " Apa itu tidak apa2 ! katakana "www.ac-zzz.tk
Dokter itu tenang memegang bahu Daud, " Tunggulah sebentar. Sebentar
lagi isteri anda akan sadar kembali ".
Dokter itu mengulurkan tangan memberi selamat pada Daud. Tapi Daud ragu
– ragu menerimanya, sehingga Meiske mendorong punggung Daud sembari
berkata : " Terima ucapan selamat itu bang "
Daun menjabat tangan Dokter itu, kemudian ia duduk terhempas dikursi
tunggu . Dan sepuluh menit kemudian , muncul lagi seorang dokter .
" Tuan Daud ", serunya.
Daud seakan mau melompat namanya dipanggil . Dokter itu tersenyum
melihat air mata Daud . Dokter itu Cuma berkata singkat : " Operasi sukses ,
istri anda belum bisa ditemui pada hari ini , karna ia musti banyak istirahat ".
Daud curiga . Hanya Meiske yang sanggup mengatasi kekacauan2 perasaan
Daud pada saat itu.
Sebenarnya Daud sudah tidak mau pulang . Tapi meiske berhasil mengurangi
ketegangan bathin lelaki itu. Dan mereka akhir nya pulang bertiga. Meiske
langsung membersihkan muka dan tangannya. Kemudian menyiapkan makan
malam.
" Makan , bang ", kata Meiske, " Makanan sudah Meis sediakan ".
" Saya tidak mau makan ", kata Daud .
" Ah, apalagi yang dirisaukan . Semestinya malam ini abang gembira. Kalau
nanti abang sakit , nanti malah tambah repot lagi ", kata Meiske.
Benar juga. Dan Daud pun makan , sekalipun amat sedikit . Ketika Meiske
ingin kepavilium, ia melihat diteras depan Daud duduk termenung. Meiske
menghampirinya : " Abang belum tidur ? "
" Panas didalam ", kata Daud .
" Tidurlah nanti masuk angin " kata Meiske.
Ucapan meiske memang bernada keibuan. Daud adalah orang yang takluk
bila ia dibujuk dengan sikap – sikap keibuan , seperti juga lima tahun ini Laila
melakukannya. Daud jadi patuh . Meiske berhasil membuat Daud tunduk pergi
tidur.
Memang Meiske seperti yang pernah dikatakan Laila pada Daud secara jujur
dulu : Dia anak yang jujur, berhati baik dan berperasaan halus. Selama dua
minggu Laila di rumah sakit , Meiske benar2 mengerjakan pekerjaan ibu rumah
tangga secara sempurna. Tiap meiske ikut menjenguk Laila , Laila selalu
menanyakan ini dan itu dirumah. Meiske telah memuaskan hati Laila.
" Ada si meiske dirumah, rumah tetap rapi ", tambah Lestina ikut melapor.
Memang meiske telah menciplak Laila dalam mengurus keperluan2 khusus
Daud. Ia bahkan ikut menyemir sepatu Daud. Dan meletakkan kaos2 kaki sesuai
dengan komposisi celana yang akan dipakai Daud.
Dari semua yang ia ambil alih dari Laila, ada beberapa pantangan yang
tetap ia jaga : Meiske tak pernah menggoda Daud, meiske tak pernah duduk2
berdua dengan Daud kecuali bertiga dengan Lestina. Itupun kalau kebetulan.
Meiske tak pernah makan bersama satu meja dengan Daud. Ia selalu makan
duluan atau belakangan . Dia punya alas an untuk menolak ajakan Lestina
untuk makan bersama dengan menjawab " Sudah makan tadi : atau " belum
lapar karna sudah makan bakso ".
Dan pantangan yang paling dipegangnya taguh : Meiske tak pernah
nyelonong masuk kekamar Daud. Baik ketika Daud ada. Maupun ketika tak ada
Daud . Ia berkata pada Lestina : " Kamar Bang Daud bagian Lu ! "
Rupanya diam2 Lestina memperhatikan seluruh kegiatan Meiske dirumah ini,
selama kak Laila tidak dirumah . Lestina memang senag bercanda. Dan
kadangkala mulutnya centil sekali. Sekali ketika, Meiske melamun , Lestina
dengan bercanda berkata : " Aku tau…… Meis diam2 sedang emncintai seseorang
".
Biarpun Lestina tidak menyebut nama orang itu , tapi meiske gugup seketika
dan wajahnya merah padam. Sebab entah bagaimana ia yakin yang dimaksud "
seseorang " oleh Meiske adalah Daud.
Meiske memukul bahu Lestina ketika Lestina meloiriknya dengan jeli. Dan ia
menghindari diri dengan berjalan pergi ke kamar nya di pavilium.
Dan untunglah hari itu, hari terakhir laila dirumah sakit. Sebab Meiske
menolak kerumah sakit dengan alas an pusing. Padahal ia merasa malu diri
sejak duga Lestina menuduh dirinya diam – diam mencintai Daud.
Pasti sebenarnya, memanglah demikian . Meiske tidak tahu kapan ia mulai
jatuh cinta pada Daud. Untuk mengingatnya dan menganalisanya adalah sama
sulitnya seperti memisahkan kapan garam mulai merembes ke air laut.
Daud berdiri . Rasanya tubuhnya seringan kapas yang terbang ketika ia
terhuyung melangkah sana diiringi oleh meiske dan lestina yang juga nanar.
Daud seakan – akan berkata keras : " Bagaimana Dokter ? "
" Bayi selamat lahir ", kata dokter itu.
" Dan bagaimana isteri saya, dokter ? "
" Tidak apa2 " .
" Dokter ! " Daud hampir teriak , " Apa itu tidak apa2 ! katakana "www.ac-zzz.tk
Dokter itu tenang memegang bahu Daud, " Tunggulah sebentar. Sebentar
lagi isteri anda akan sadar kembali ".
Dokter itu mengulurkan tangan memberi selamat pada Daud. Tapi Daud ragu
– ragu menerimanya, sehingga Meiske mendorong punggung Daud sembari
berkata : " Terima ucapan selamat itu bang "
Daun menjabat tangan Dokter itu, kemudian ia duduk terhempas dikursi
tunggu . Dan sepuluh menit kemudian , muncul lagi seorang dokter .
" Tuan Daud ", serunya.
Daud seakan mau melompat namanya dipanggil . Dokter itu tersenyum
melihat air mata Daud . Dokter itu Cuma berkata singkat : " Operasi sukses ,
istri anda belum bisa ditemui pada hari ini , karna ia musti banyak istirahat ".
Daud curiga . Hanya Meiske yang sanggup mengatasi kekacauan2 perasaan
Daud pada saat itu.
Sebenarnya Daud sudah tidak mau pulang . Tapi meiske berhasil mengurangi
ketegangan bathin lelaki itu. Dan mereka akhir nya pulang bertiga. Meiske
langsung membersihkan muka dan tangannya. Kemudian menyiapkan makan
malam.
" Makan , bang ", kata Meiske, " Makanan sudah Meis sediakan ".
" Saya tidak mau makan ", kata Daud .
" Ah, apalagi yang dirisaukan . Semestinya malam ini abang gembira. Kalau
nanti abang sakit , nanti malah tambah repot lagi ", kata Meiske.
Benar juga. Dan Daud pun makan , sekalipun amat sedikit . Ketika Meiske
ingin kepavilium, ia melihat diteras depan Daud duduk termenung. Meiske
menghampirinya : " Abang belum tidur ? "
" Panas didalam ", kata Daud .
" Tidurlah nanti masuk angin " kata Meiske.
Ucapan meiske memang bernada keibuan. Daud adalah orang yang takluk
bila ia dibujuk dengan sikap – sikap keibuan , seperti juga lima tahun ini Laila
melakukannya. Daud jadi patuh . Meiske berhasil membuat Daud tunduk pergi
tidur.
Memang Meiske seperti yang pernah dikatakan Laila pada Daud secara jujur
dulu : Dia anak yang jujur, berhati baik dan berperasaan halus. Selama dua
minggu Laila di rumah sakit , Meiske benar2 mengerjakan pekerjaan ibu rumah
tangga secara sempurna. Tiap meiske ikut menjenguk Laila , Laila selalu
menanyakan ini dan itu dirumah. Meiske telah memuaskan hati Laila.
" Ada si meiske dirumah, rumah tetap rapi ", tambah Lestina ikut melapor.
Memang meiske telah menciplak Laila dalam mengurus keperluan2 khusus
Daud. Ia bahkan ikut menyemir sepatu Daud. Dan meletakkan kaos2 kaki sesuai
dengan komposisi celana yang akan dipakai Daud.
Dari semua yang ia ambil alih dari Laila, ada beberapa pantangan yang
tetap ia jaga : Meiske tak pernah menggoda Daud, meiske tak pernah duduk2
berdua dengan Daud kecuali bertiga dengan Lestina. Itupun kalau kebetulan.
Meiske tak pernah makan bersama satu meja dengan Daud. Ia selalu makan
duluan atau belakangan . Dia punya alas an untuk menolak ajakan Lestina
untuk makan bersama dengan menjawab " Sudah makan tadi : atau " belum
lapar karna sudah makan bakso ".
Dan pantangan yang paling dipegangnya taguh : Meiske tak pernah
nyelonong masuk kekamar Daud. Baik ketika Daud ada. Maupun ketika tak ada
Daud . Ia berkata pada Lestina : " Kamar Bang Daud bagian Lu ! "
Rupanya diam2 Lestina memperhatikan seluruh kegiatan Meiske dirumah ini,
selama kak Laila tidak dirumah . Lestina memang senag bercanda. Dan
kadangkala mulutnya centil sekali. Sekali ketika, Meiske melamun , Lestina
dengan bercanda berkata : " Aku tau…… Meis diam2 sedang emncintai seseorang
".
Biarpun Lestina tidak menyebut nama orang itu , tapi meiske gugup seketika
dan wajahnya merah padam. Sebab entah bagaimana ia yakin yang dimaksud "
seseorang " oleh Meiske adalah Daud.
Meiske memukul bahu Lestina ketika Lestina meloiriknya dengan jeli. Dan ia
menghindari diri dengan berjalan pergi ke kamar nya di pavilium.
Dan untunglah hari itu, hari terakhir laila dirumah sakit. Sebab Meiske
menolak kerumah sakit dengan alas an pusing. Padahal ia merasa malu diri
sejak duga Lestina menuduh dirinya diam – diam mencintai Daud.
Pasti sebenarnya, memanglah demikian . Meiske tidak tahu kapan ia mulai
jatuh cinta pada Daud. Untuk mengingatnya dan menganalisanya adalah sama
sulitnya seperti memisahkan kapan garam mulai merembes ke air laut.
Episode 37
Tapi sejal Lestina menuduh begitu, perasaan meiske taka tentram saja. Ia
takut hal ini akan merusak suasana yang intiem dirumah ini . Tapi terutama ia
takut hal ini akan diketahui pula oleh Laila. Meiske sangat hormat kepada Laila
seperti Laila hormat pula kepadanya. Karna itu jalan yang terbaik baginya
adalah melepaskan angan – angan kosong yang pernah singgah dihatinya.
Ia berubah sikap, ia tak pernah mau makan bersama. Ia hanya dikamar dan
menuangkan pikiran sepenuh nya kepada mata kuliah. Tapi semakin
bersembunyi dia dibalik kerimbunan perasaan bagai manusia sembunyi di
tengah rimba belantara , semakin lesu otak dan perasaannya.
Pada saat2 semua orang dirumah tertawa bercanda – canda dengan Delila si
penghuni baru di rumah itu , pada saat2 ibu dan ayah Delila sibuk sama
bernyanyi menidurkan sang bayi, pada saat itu pula meiske menitikkan air mata
dikamar seorang diri, menyalahi nasipnya yang malang , yang bodoh dan koyol
sampai sebegitu dalam diam – diam mencintai suami orang lain.
Meiske tiba2 jatuh sakit, Lestina yang biasanya keluar masuk kamar Meiske
untuk meminjam ini dan itu . Hari itu mendapatkan Meiske tidak pergi
kekampus.
Meiske berselimut.
Lestina membangunkan meiske. Dirabanya kepala meiske, panas sekali. Dan
kaki meiske amat dingin seperti es. Lestina memberitahukan hal ini pada kak
Laila : " Si Meis sakit, kak !" kepalanya panas , kakinya dingin semua ".
Untuk pertama kali Laila melihat wajah Meiske secara mutlak . Karena
perhatiannya selama ini secara mutlak pada si Delila. Laila benar – benar
terkejut.
Ketika Lestina disuruhnya ke Dokter, Lestina menjawab: " Dokter baru buka
sore , ini baru jam tanggung, kak. Nanti sore saja".www.ac-zzz.tk
" Ya, nanti sore kau antar meis. Kasihan dia, rupanya dia menahan sakitnya
diam2 selama ini", kata Laial.
"Sore ini kami rombongan belajar dirumah guru ", kata Lestina, " Siapa yang
absen , namanya dicoret dari rombongan ".
" Ah, kau tak boleh dicoret . Oh ya, sebentar sore kalau mas Daud pulang ,
suruh mas daud saja mengantar Meiske ", kata Laila.
Lestina tidak menjawab usul itu, ia Cuma melangkah pergi . Dan memang
jam setengan empat sore itu , ia sudah dijemput oleh temen2 sekelasnya. Tak
lama kemudian Daud pulang. Begitu sampai dirumah ia berkata : " Apa dinas
saya sore ini, ma ?"
" Jangan cium si Del delu ", kata Laila," Cuci muka, mandikan si Del dan kita
rame – rame main organ ".
Daud memang baru saja membeli organ itu. Lahirnya anaknya telah
membuat dia bahagia berlebih – lebihan. Entah apa pula sebabnya ia sempat
memeli organ itu. Tapi laila ikut hanyut pada kegembiraan ini. Ia pun belajar
organ seperti Daud. Kadangkala ia menidurkan delila sambil menekan tuts
organ serta bernyanyi.
" Mas ", tiba2 Laila melihat jam." Aku tadi lupa. Dinasmu dinas luar sore ini "
Mendengar isterinya bercanda begitu , Daud bertanya lucu: " Emangnya
dinas luar disuruh ke night club "
" Ini serius . Lihat deh si Meiske sakit. Ayo kesana ", kata Laila.
" Jadi….?"
" Liat dulu dia disana !", perintah Laila.
Biarpun ingin menolak, tapi ia mematuhi juga perintah2 isterinya yang
berkali–kali .
Ia pergi kepavilium. Ia membuka pintu. Dilihatnya meiske berbaring.
Meiske melihat Daud berdiri dipintu. Gadis itu gugup dan takut.
" Kamu sakit, meis ? "
" Ya….."
Tak ada lagi kata2 Daid. Mendekat pula ia tak berani. Ia kembali kerumah ,
dan melapor pada Laila : " Memang dia sakit ".
" Yang kumaksud dinas luar adalah mengantarkan Meiske sekarang juga ke
dokter . Kulihat matanya kuning, jangan2 sakit kuning ", kata Laila.
Daud ingin menolak. Sungguh2 hati nuraninya tidak bersedia melakukan
tugas ini. Tetapi ia melakukannya juga demi menyenangkan hati Laila.
Ia menyetir mobil. Ketika mau membawa meiske, Daud memberi sugesti
agar ia tidak memapah meiske. Katanya: " Kau bisa jalan sendiri toh ? "
Meiske berusaha sekuat tenaga untuk melangkah sendiri, namun sebenarnya
ia tidak kuat , bahkan untuk menutup pintu mobil .
Dokter yang memeriksanya berkata pada Daud : " Nona ini sebaiknya tinggal
dirumah sakit saja, ia menderita sakit kuning ".
" Bisa menular, dokter ? karna kami punya bayi dirumah ", kata Daud.
" Oh, bisa menular memang . Baiknya nona ini tinggal dirumah sakit sampai
sembuh ", kata dokter itu memberi surat untuk disampaikan kerumah sakit.
Tapi sejal Lestina menuduh begitu, perasaan meiske taka tentram saja. Ia
takut hal ini akan merusak suasana yang intiem dirumah ini . Tapi terutama ia
takut hal ini akan diketahui pula oleh Laila. Meiske sangat hormat kepada Laila
seperti Laila hormat pula kepadanya. Karna itu jalan yang terbaik baginya
adalah melepaskan angan – angan kosong yang pernah singgah dihatinya.
Ia berubah sikap, ia tak pernah mau makan bersama. Ia hanya dikamar dan
menuangkan pikiran sepenuh nya kepada mata kuliah. Tapi semakin
bersembunyi dia dibalik kerimbunan perasaan bagai manusia sembunyi di
tengah rimba belantara , semakin lesu otak dan perasaannya.
Pada saat2 semua orang dirumah tertawa bercanda – canda dengan Delila si
penghuni baru di rumah itu , pada saat2 ibu dan ayah Delila sibuk sama
bernyanyi menidurkan sang bayi, pada saat itu pula meiske menitikkan air mata
dikamar seorang diri, menyalahi nasipnya yang malang , yang bodoh dan koyol
sampai sebegitu dalam diam – diam mencintai suami orang lain.
Meiske tiba2 jatuh sakit, Lestina yang biasanya keluar masuk kamar Meiske
untuk meminjam ini dan itu . Hari itu mendapatkan Meiske tidak pergi
kekampus.
Meiske berselimut.
Lestina membangunkan meiske. Dirabanya kepala meiske, panas sekali. Dan
kaki meiske amat dingin seperti es. Lestina memberitahukan hal ini pada kak
Laila : " Si Meis sakit, kak !" kepalanya panas , kakinya dingin semua ".
Untuk pertama kali Laila melihat wajah Meiske secara mutlak . Karena
perhatiannya selama ini secara mutlak pada si Delila. Laila benar – benar
terkejut.
Ketika Lestina disuruhnya ke Dokter, Lestina menjawab: " Dokter baru buka
sore , ini baru jam tanggung, kak. Nanti sore saja".www.ac-zzz.tk
" Ya, nanti sore kau antar meis. Kasihan dia, rupanya dia menahan sakitnya
diam2 selama ini", kata Laial.
"Sore ini kami rombongan belajar dirumah guru ", kata Lestina, " Siapa yang
absen , namanya dicoret dari rombongan ".
" Ah, kau tak boleh dicoret . Oh ya, sebentar sore kalau mas Daud pulang ,
suruh mas daud saja mengantar Meiske ", kata Laila.
Lestina tidak menjawab usul itu, ia Cuma melangkah pergi . Dan memang
jam setengan empat sore itu , ia sudah dijemput oleh temen2 sekelasnya. Tak
lama kemudian Daud pulang. Begitu sampai dirumah ia berkata : " Apa dinas
saya sore ini, ma ?"
" Jangan cium si Del delu ", kata Laila," Cuci muka, mandikan si Del dan kita
rame – rame main organ ".
Daud memang baru saja membeli organ itu. Lahirnya anaknya telah
membuat dia bahagia berlebih – lebihan. Entah apa pula sebabnya ia sempat
memeli organ itu. Tapi laila ikut hanyut pada kegembiraan ini. Ia pun belajar
organ seperti Daud. Kadangkala ia menidurkan delila sambil menekan tuts
organ serta bernyanyi.
" Mas ", tiba2 Laila melihat jam." Aku tadi lupa. Dinasmu dinas luar sore ini "
Mendengar isterinya bercanda begitu , Daud bertanya lucu: " Emangnya
dinas luar disuruh ke night club "
" Ini serius . Lihat deh si Meiske sakit. Ayo kesana ", kata Laila.
" Jadi….?"
" Liat dulu dia disana !", perintah Laila.
Biarpun ingin menolak, tapi ia mematuhi juga perintah2 isterinya yang
berkali–kali .
Ia pergi kepavilium. Ia membuka pintu. Dilihatnya meiske berbaring.
Meiske melihat Daud berdiri dipintu. Gadis itu gugup dan takut.
" Kamu sakit, meis ? "
" Ya….."
Tak ada lagi kata2 Daid. Mendekat pula ia tak berani. Ia kembali kerumah ,
dan melapor pada Laila : " Memang dia sakit ".
" Yang kumaksud dinas luar adalah mengantarkan Meiske sekarang juga ke
dokter . Kulihat matanya kuning, jangan2 sakit kuning ", kata Laila.
Daud ingin menolak. Sungguh2 hati nuraninya tidak bersedia melakukan
tugas ini. Tetapi ia melakukannya juga demi menyenangkan hati Laila.
Ia menyetir mobil. Ketika mau membawa meiske, Daud memberi sugesti
agar ia tidak memapah meiske. Katanya: " Kau bisa jalan sendiri toh ? "
Meiske berusaha sekuat tenaga untuk melangkah sendiri, namun sebenarnya
ia tidak kuat , bahkan untuk menutup pintu mobil .
Dokter yang memeriksanya berkata pada Daud : " Nona ini sebaiknya tinggal
dirumah sakit saja, ia menderita sakit kuning ".
" Bisa menular, dokter ? karna kami punya bayi dirumah ", kata Daud.
" Oh, bisa menular memang . Baiknya nona ini tinggal dirumah sakit sampai
sembuh ", kata dokter itu memberi surat untuk disampaikan kerumah sakit.
Episode 38
Daud lega oleh hal – hal yang tak sengaja ini . Melihat gelagat meiske
belakangan ini , yang hanya bisa diduga oleh perasaan bathin yang halus dan
jujur, Daud punya fikiran agar meiske mencari tempat indekost lain . Tapi
saran dokter tadi sudah cukup memuaskan hatinya.
Maka dalam perjalanan mengantar meiske ke rumah sakit, Daud coba2
berkata sesuatu pada Meiske. Sebenarnya ia gugup untuk mengatakannya.
" Meis , barangkali kau terlalu capek, karena rumah kita dengan tempat kau
kuliah terlalu jauh ".
Meiske dengan perasaan halusnya pula segera mengerti arti ucapan itu. Dan
aneh Mieske tiba2 menangis sembari berkata : " Memang maksud Meis juga akan
mencari tempat indekost yang dekat dengan kampus ".
Daud mengerti mengapa meis menangis . Pengertian ini pun hanya ada pada
manusia berperasaan seperti Daud.
" Tapi apakah boleh Meis tinggal sementara dirumah abang sampai Meis
benar – benar sembuh betul ? "
" Oh, boleh saja ", kata Daud, " Tapi kamu jangan mengira tadi itu saya
menyuruh Meis pindah ".
" Soal pindah," kata Meis terisak terputus2 , " Memang Meis tadi sudah bilang
juga mau pindah ". Dan keduanya membisu sampai rumah sakit.
Begitu dirumah sakit dapat tempat, Daud tidak menyia – nyiakan waktu. Ia
membujuk suter rumah sakit agar bisa menerima Meiske saat itu juga.
Sedangkan ia akan pulang mengambil pakaian2 Meiske. Usul itu diterima
suster kepala. Dan untuk beberapa hari lamanya Meiske berusaha memulihkan
kesehatannya. Ia selalu menindas hatinya sendiri agar melupakan hal-hal yang
bernama angan2 konyol itu: Ia musti melenyapkan segala perasaan2 cintanya
kepada Daud, karena Daud adalah suami orang lain.. Mengapa harus mencintai
suami orang lain . bukan kah itu suatu kejahatan ? Dan bukankah itu lebih jahat
lagi karna isteri dari pria yang dicintainya justru manusia yang paling baik ? Y,
hanya dengan serangan pertanyaan2 itu Meiske berusaha semampu mungkin
untuk melupakan cintanya pada Daud. Kadang kala hatinya sebal bila timbul
lagi satu fikiran aneh: Tetap
i cintaku suci, bukan nafsu untuk memiliki, tapi mencintainya diam2, tanpa
noda, tanpa diketahui lelaki itu sendiri, juga tanpa diketahui siapapun.
Bukankah jika Lestina tahu, mungkin itu tebakan2 belaka atau bercanda ?.
Fikiran bantahan itu pula ditindasnya pula. Tetapi sewaktu ia tidak bisa
tidur untuk mengalahkanya, ia melapor pada suster : " Saya tidak bisa tidur ,
suster ",
Memang obat penenang adalah satu-satunya yang bisa melawan semua
fikiran2 yang berkeliaran dikepala Mieske.
Yang paling mengharukan baginya adalah tiap hari ia di jenguk oleh kak
Laila. Dan untuk menyenangkan hati Laila, maka meiske sering menanyakan
Delila. Menjelang saat2 ia sembuh dan keluar dari rimah sakit, Meiske sempat
menanyakan sesuatu yang mengejutkan Laila : " Kak Laila, Meis selalu mau
mengucapkan terima kasih sama kakak , juga mau pindah rumah kalau sudah
sembuh.
Betapapun suci dan bersihnya hati Laila, tiba2 ia dihinggapi fikiran buruk
jua. Jadi mengapa sebenarnya Meiske sakit ? mengapa tiba2 mau pindah ? apa
disuru oleh mas Daud ? Apa tak mungkin satu penyakit lain ada dalam diri
Meiske ? Sedang mengandung ? ngidam ? Pindah ! Ah , tentu ada sebabnya !
Oh, inilah untuk pertama kali rasa curiga menyerang kalbu Laila.
Ia lantas berkata berbaik – baik pada Meiske : " Sementara ini fikirkan
kesembuhanmu . Apa sakit Meiske sebetulnya ? "
" Sakit Lever ", kata Meiske.
Untuk pertama kalinya Laila mendeteksi suaminya. Ia langsung bertanya
kepada Daud langsung pada persoalannya. Tak pernah Laila selangsung begini.
Tapi entah bagaimana , cemburunya luar biasa. Namun cara ia menanyakannya
tetap Laila yang aaseli.
" Mas Daud yg nyuruh meiske pindah ? ", Tanya Laila
Daud gugup.
" Ya…….", sahut daut.
" Kok, Meiske disuruh pindah. Apa dia berkelahi dengan…….si Lestina ? "
" Tidak ", kata Daud, " Tapi terserah kau deh gimana baiknya".
Daud merasa agak menyesali diri sendiri mengapa ia secara halus mengusir
Meiske. Ia heran mengapa maksud2 yang sebaik ini masih berakibat yang
berbahaya . Ia benar –benar bermaksud baik. Ia tiba2 dihinggapi persaan tidak
enak sewaktu Laila berada dirumah sakit, dimana Meiske benar benar mengabdi
dan melayaninya, seolah – olah mengidentifisir dirinya sebagai seorang isteri
bayangan. Secara langsungnya Daud punya bayangan Meiske jatuh hati
padanya, sekalipun tarokhlah, jatuh cinta dengan murni, diluar keinginan
membubarkan rumah tangganya.Namun, diam – diam meiske mencintainya
adalah sama saja dengan mencintai terang2. Akhirnya tokh Laila akan tahu
juga. Akibatnya sama buruknya. Maka ia secara halusmenyuruh meiske pindah.
Dan kini…..ia dibikin gugup oleh Laila.
Tapi melihat gugupnya Daud Laila bertambah yakin ada sesuatu. Dia ingin
melihat buktinya selanjutnya. Kalau meiske hamil, ia pingin lihat dengan mata
kepalanya sendiri. Karena itu sekeluar meiske dari rumah sakit, Laila berkata: "
Meiske tak boleh pindah. Kau dititipkan orangtuamu tinggal disini. Kami
memang sangat disiplin. Tapi lebih dari itu nanti timbul omongan disana seakan
– akan kau tak betah tinggal dirumah kami. Tinggal saja disini terus. Ada yang
kurang, bilang terus terang kepada kami, tapi janganlah pindah !"
Daud lega oleh hal – hal yang tak sengaja ini . Melihat gelagat meiske
belakangan ini , yang hanya bisa diduga oleh perasaan bathin yang halus dan
jujur, Daud punya fikiran agar meiske mencari tempat indekost lain . Tapi
saran dokter tadi sudah cukup memuaskan hatinya.
Maka dalam perjalanan mengantar meiske ke rumah sakit, Daud coba2
berkata sesuatu pada Meiske. Sebenarnya ia gugup untuk mengatakannya.
" Meis , barangkali kau terlalu capek, karena rumah kita dengan tempat kau
kuliah terlalu jauh ".
Meiske dengan perasaan halusnya pula segera mengerti arti ucapan itu. Dan
aneh Mieske tiba2 menangis sembari berkata : " Memang maksud Meis juga akan
mencari tempat indekost yang dekat dengan kampus ".
Daud mengerti mengapa meis menangis . Pengertian ini pun hanya ada pada
manusia berperasaan seperti Daud.
" Tapi apakah boleh Meis tinggal sementara dirumah abang sampai Meis
benar – benar sembuh betul ? "
" Oh, boleh saja ", kata Daud, " Tapi kamu jangan mengira tadi itu saya
menyuruh Meis pindah ".
" Soal pindah," kata Meis terisak terputus2 , " Memang Meis tadi sudah bilang
juga mau pindah ". Dan keduanya membisu sampai rumah sakit.
Begitu dirumah sakit dapat tempat, Daud tidak menyia – nyiakan waktu. Ia
membujuk suter rumah sakit agar bisa menerima Meiske saat itu juga.
Sedangkan ia akan pulang mengambil pakaian2 Meiske. Usul itu diterima
suster kepala. Dan untuk beberapa hari lamanya Meiske berusaha memulihkan
kesehatannya. Ia selalu menindas hatinya sendiri agar melupakan hal-hal yang
bernama angan2 konyol itu: Ia musti melenyapkan segala perasaan2 cintanya
kepada Daud, karena Daud adalah suami orang lain.. Mengapa harus mencintai
suami orang lain . bukan kah itu suatu kejahatan ? Dan bukankah itu lebih jahat
lagi karna isteri dari pria yang dicintainya justru manusia yang paling baik ? Y,
hanya dengan serangan pertanyaan2 itu Meiske berusaha semampu mungkin
untuk melupakan cintanya pada Daud. Kadang kala hatinya sebal bila timbul
lagi satu fikiran aneh: Tetap
i cintaku suci, bukan nafsu untuk memiliki, tapi mencintainya diam2, tanpa
noda, tanpa diketahui lelaki itu sendiri, juga tanpa diketahui siapapun.
Bukankah jika Lestina tahu, mungkin itu tebakan2 belaka atau bercanda ?.
Fikiran bantahan itu pula ditindasnya pula. Tetapi sewaktu ia tidak bisa
tidur untuk mengalahkanya, ia melapor pada suster : " Saya tidak bisa tidur ,
suster ",
Memang obat penenang adalah satu-satunya yang bisa melawan semua
fikiran2 yang berkeliaran dikepala Mieske.
Yang paling mengharukan baginya adalah tiap hari ia di jenguk oleh kak
Laila. Dan untuk menyenangkan hati Laila, maka meiske sering menanyakan
Delila. Menjelang saat2 ia sembuh dan keluar dari rimah sakit, Meiske sempat
menanyakan sesuatu yang mengejutkan Laila : " Kak Laila, Meis selalu mau
mengucapkan terima kasih sama kakak , juga mau pindah rumah kalau sudah
sembuh.
Betapapun suci dan bersihnya hati Laila, tiba2 ia dihinggapi fikiran buruk
jua. Jadi mengapa sebenarnya Meiske sakit ? mengapa tiba2 mau pindah ? apa
disuru oleh mas Daud ? Apa tak mungkin satu penyakit lain ada dalam diri
Meiske ? Sedang mengandung ? ngidam ? Pindah ! Ah , tentu ada sebabnya !
Oh, inilah untuk pertama kali rasa curiga menyerang kalbu Laila.
Ia lantas berkata berbaik – baik pada Meiske : " Sementara ini fikirkan
kesembuhanmu . Apa sakit Meiske sebetulnya ? "
" Sakit Lever ", kata Meiske.
Untuk pertama kalinya Laila mendeteksi suaminya. Ia langsung bertanya
kepada Daud langsung pada persoalannya. Tak pernah Laila selangsung begini.
Tapi entah bagaimana , cemburunya luar biasa. Namun cara ia menanyakannya
tetap Laila yang aaseli.
" Mas Daud yg nyuruh meiske pindah ? ", Tanya Laila
Daud gugup.
" Ya…….", sahut daut.
" Kok, Meiske disuruh pindah. Apa dia berkelahi dengan…….si Lestina ? "
" Tidak ", kata Daud, " Tapi terserah kau deh gimana baiknya".
Daud merasa agak menyesali diri sendiri mengapa ia secara halus mengusir
Meiske. Ia heran mengapa maksud2 yang sebaik ini masih berakibat yang
berbahaya . Ia benar –benar bermaksud baik. Ia tiba2 dihinggapi persaan tidak
enak sewaktu Laila berada dirumah sakit, dimana Meiske benar benar mengabdi
dan melayaninya, seolah – olah mengidentifisir dirinya sebagai seorang isteri
bayangan. Secara langsungnya Daud punya bayangan Meiske jatuh hati
padanya, sekalipun tarokhlah, jatuh cinta dengan murni, diluar keinginan
membubarkan rumah tangganya.Namun, diam – diam meiske mencintainya
adalah sama saja dengan mencintai terang2. Akhirnya tokh Laila akan tahu
juga. Akibatnya sama buruknya. Maka ia secara halusmenyuruh meiske pindah.
Dan kini…..ia dibikin gugup oleh Laila.
Tapi melihat gugupnya Daud Laila bertambah yakin ada sesuatu. Dia ingin
melihat buktinya selanjutnya. Kalau meiske hamil, ia pingin lihat dengan mata
kepalanya sendiri. Karena itu sekeluar meiske dari rumah sakit, Laila berkata: "
Meiske tak boleh pindah. Kau dititipkan orangtuamu tinggal disini. Kami
memang sangat disiplin. Tapi lebih dari itu nanti timbul omongan disana seakan
– akan kau tak betah tinggal dirumah kami. Tinggal saja disini terus. Ada yang
kurang, bilang terus terang kepada kami, tapi janganlah pindah !"
Episode 39
DAUD WAITULO merasa , bahwa putusan Laila gegabah sekali. Sehalus –
halus Laila menyembunyikan isi hatinya, Daud dapat menangkap gerak gerik
isterinya itu. Daud seakan –akan bisa membaca kecurigaan mata laila terhadap
meiske dan terhadap dirinya sendiri…………………………………………………...
Sementara meiske pergi kekamar, Daud bertanya pada Laila: " Apakah
penyakitnya tidak berbahaya lagi ? "
" Penyakit siapa ? " , Tanya Laila.
" Penyakit Meiske ", kata Daud.
" Tergantung kita ", kata Laila, " Kalau kita kuat penyakit apapun tidak bisa
menulari kita "www.ac-zzz.tk
" Kau memang benar , Laila ", kata Daud dengan suara rendah , dengan
maksud agar pergolakan bathinnya tidak terbaca oleh laila, " Tetapi sudah lama
aku menginginkan agar dirumah ini hanya kita yang tinggal ".
" Juga dengan Lestina ? " Tanya Laila menguji .
Daud merasa lolos dari ujian ketika ia berhasil menemukan jawaban : " Ya.
Dengan Lestina ".
Laila menarik nafas dalam – dalam . Karna dia memang menginginkan yang
demikian. Makin bahagia manusia . makin egois ia terhadap setiap tumpak
kebahagiaan itu !
" Sebenarnya ", kata Daud lagi, " Semenjak Lestina tinggal disini , kita diam
–diam saling merasa tertekan. Untung lah modal kita cinta yang suci "
Daud menatap Laila. Laila terharu oleh kata2 itu , tetapi benarkah itu ?
Siapapun wanitanya didunia ini , jika ia mau berjujur hati, pasti tidak mau
menginginkan suaminya menumpahkan cinta yang terlalu banyak lagi kepada
saudara2 kandungnya. Seseorang istri haruslah mempunyai sikap ingin dicintai
suaminya.Seperti halnya Laila. Dan Laila memiliki kelebihan daripada
kebanyakan isteri : Biarpun bathin hancur tapi ia harus memperlihatkan sikap
simpatik kepada Lestina. Keagungan seorang isteri bukan saja karena ia
mencintai suaminya secara penuh, tetapi juga mampu mencintai saudara2
suaminya, sekalipun – ya, sekalipun -- dengan terpaksa berpura –pura . Sebab
siapakah istri yang bisa tulus menyayangi seorang gadis pengadu domba seperti
Lestina ? Namun cintapun punya adat dan etiket. Apa boleh buat, karena adat
dan etiket cinta ini pula, Laila harus memperlihatkan -- entah tulus apa tidak –
sikap sayang juga pada Lestina.
Daud memahami penderitaan cinta Laila yang begini. Justru inilah yang
membuat Daud menaruh hormat kepada Laila. Ia tak ambil pusing Laila benar2
sayang pada Lestina, yang penting adalah Laila memperlihatkan sikap
sayangnya itu.
" Usulmu bagus, mas Daud " , kata Laila, " Tetapi mungkin mas Daud bisa
berdalih pada orang tuamu. Namun aku adalah ipar Lestina. Tak mungkin
bagiku menghirup bahagia di Jakarta, hidup bahagia bersamamu aku dijadikan
bahan omongan dan gunjingan ! Tidak , mas. Bahkan jika Meiske keluar dari
rumah ini aku tidak merelakannya ".
Kini Daud tak gentar lagi untuk bertanya : " Apa dasarnya engkau selalu
mempertahankan meiske tinggal disini terus ? Sejak pertama meiske dating,
ketika aku sudah mau memutuskan menolaknya indekost disini, kau yang
memberi isyarat agar aku menerimanya tinggal disini. Dan dia akhirnya tinggal
disini. Sebenarnya tepat apabila Meiske pindah dari rumah ini, dengan alasan
penyakitnya penyakit menular ".
Laila tidak menjawab kata2 Daud, dia menghindarinya dengan berdalih:
"Aku mengantuk , mas Daud . Aku ingin tidur duluuan ".
Itu suatu siasat. Tentu.
Seorang isteri musti mempuyai siasat2 . Tentu !
Dan Laila bersiasat, ingin tidur duluan untuk memberikan kesempatan
kepada Daud ----- suaminya sendiri ------ untuk berbicara empat mata dengan
Meiske.www.ac-zzz.tk
Apa yang dibicarakan terserahlah.
Dan memang beginilah penyakit perempuan dimanapun didunia ini : Bila
satu kali sang perempuan menaruh sykwasangka kepada suaminya, kecurigaan
itu tidak akan dengan gampang dibasmi oleh obat apapun.
Syakwasangka hanya bisa dibasmi dengan tindakan nyata seorang suami
yang memberikan bukti bahwa dirinya tidak berbuat noda cinta kepada orang
lain.
Daud masih duduk menghadapi meja makan . Tanpa diharapkan Daud
sedikitpun karena ini adalah berbahaya, maka muncullah Meiske dari pavilium.
" Kak Laila mana , bang Daud ? "
Laila mendengar suara meiske. Ia turun dari tempat tidur pelan – pelan .
" Sudah tidur ", kata Daud.
" Meiske sebetulnya mau bicara dengan kak Laila ", kata Meiske.
Laila kini sudah mendekatkan telinga kedinding.
" Apa yang akan kamu bicarakan dengan Laila, heh ? " suara Daud dingin.
" Soal tinggalnya saya disini ", jawab Meiske .
Daud mulai menyelidik apakah isterinya benar2 sudah tidur.. Ia sendiri akan
menyampaikan sesuatu kepada meiske.
DAUD WAITULO merasa , bahwa putusan Laila gegabah sekali. Sehalus –
halus Laila menyembunyikan isi hatinya, Daud dapat menangkap gerak gerik
isterinya itu. Daud seakan –akan bisa membaca kecurigaan mata laila terhadap
meiske dan terhadap dirinya sendiri…………………………………………………...
Sementara meiske pergi kekamar, Daud bertanya pada Laila: " Apakah
penyakitnya tidak berbahaya lagi ? "
" Penyakit siapa ? " , Tanya Laila.
" Penyakit Meiske ", kata Daud.
" Tergantung kita ", kata Laila, " Kalau kita kuat penyakit apapun tidak bisa
menulari kita "www.ac-zzz.tk
" Kau memang benar , Laila ", kata Daud dengan suara rendah , dengan
maksud agar pergolakan bathinnya tidak terbaca oleh laila, " Tetapi sudah lama
aku menginginkan agar dirumah ini hanya kita yang tinggal ".
" Juga dengan Lestina ? " Tanya Laila menguji .
Daud merasa lolos dari ujian ketika ia berhasil menemukan jawaban : " Ya.
Dengan Lestina ".
Laila menarik nafas dalam – dalam . Karna dia memang menginginkan yang
demikian. Makin bahagia manusia . makin egois ia terhadap setiap tumpak
kebahagiaan itu !
" Sebenarnya ", kata Daud lagi, " Semenjak Lestina tinggal disini , kita diam
–diam saling merasa tertekan. Untung lah modal kita cinta yang suci "
Daud menatap Laila. Laila terharu oleh kata2 itu , tetapi benarkah itu ?
Siapapun wanitanya didunia ini , jika ia mau berjujur hati, pasti tidak mau
menginginkan suaminya menumpahkan cinta yang terlalu banyak lagi kepada
saudara2 kandungnya. Seseorang istri haruslah mempunyai sikap ingin dicintai
suaminya.Seperti halnya Laila. Dan Laila memiliki kelebihan daripada
kebanyakan isteri : Biarpun bathin hancur tapi ia harus memperlihatkan sikap
simpatik kepada Lestina. Keagungan seorang isteri bukan saja karena ia
mencintai suaminya secara penuh, tetapi juga mampu mencintai saudara2
suaminya, sekalipun – ya, sekalipun -- dengan terpaksa berpura –pura . Sebab
siapakah istri yang bisa tulus menyayangi seorang gadis pengadu domba seperti
Lestina ? Namun cintapun punya adat dan etiket. Apa boleh buat, karena adat
dan etiket cinta ini pula, Laila harus memperlihatkan -- entah tulus apa tidak –
sikap sayang juga pada Lestina.
Daud memahami penderitaan cinta Laila yang begini. Justru inilah yang
membuat Daud menaruh hormat kepada Laila. Ia tak ambil pusing Laila benar2
sayang pada Lestina, yang penting adalah Laila memperlihatkan sikap
sayangnya itu.
" Usulmu bagus, mas Daud " , kata Laila, " Tetapi mungkin mas Daud bisa
berdalih pada orang tuamu. Namun aku adalah ipar Lestina. Tak mungkin
bagiku menghirup bahagia di Jakarta, hidup bahagia bersamamu aku dijadikan
bahan omongan dan gunjingan ! Tidak , mas. Bahkan jika Meiske keluar dari
rumah ini aku tidak merelakannya ".
Kini Daud tak gentar lagi untuk bertanya : " Apa dasarnya engkau selalu
mempertahankan meiske tinggal disini terus ? Sejak pertama meiske dating,
ketika aku sudah mau memutuskan menolaknya indekost disini, kau yang
memberi isyarat agar aku menerimanya tinggal disini. Dan dia akhirnya tinggal
disini. Sebenarnya tepat apabila Meiske pindah dari rumah ini, dengan alasan
penyakitnya penyakit menular ".
Laila tidak menjawab kata2 Daud, dia menghindarinya dengan berdalih:
"Aku mengantuk , mas Daud . Aku ingin tidur duluuan ".
Itu suatu siasat. Tentu.
Seorang isteri musti mempuyai siasat2 . Tentu !
Dan Laila bersiasat, ingin tidur duluan untuk memberikan kesempatan
kepada Daud ----- suaminya sendiri ------ untuk berbicara empat mata dengan
Meiske.www.ac-zzz.tk
Apa yang dibicarakan terserahlah.
Dan memang beginilah penyakit perempuan dimanapun didunia ini : Bila
satu kali sang perempuan menaruh sykwasangka kepada suaminya, kecurigaan
itu tidak akan dengan gampang dibasmi oleh obat apapun.
Syakwasangka hanya bisa dibasmi dengan tindakan nyata seorang suami
yang memberikan bukti bahwa dirinya tidak berbuat noda cinta kepada orang
lain.
Daud masih duduk menghadapi meja makan . Tanpa diharapkan Daud
sedikitpun karena ini adalah berbahaya, maka muncullah Meiske dari pavilium.
" Kak Laila mana , bang Daud ? "
Laila mendengar suara meiske. Ia turun dari tempat tidur pelan – pelan .
" Sudah tidur ", kata Daud.
" Meiske sebetulnya mau bicara dengan kak Laila ", kata Meiske.
Laila kini sudah mendekatkan telinga kedinding.
" Apa yang akan kamu bicarakan dengan Laila, heh ? " suara Daud dingin.
" Soal tinggalnya saya disini ", jawab Meiske .
Daud mulai menyelidik apakah isterinya benar2 sudah tidur.. Ia sendiri akan
menyampaikan sesuatu kepada meiske.
Episode 40
Dia melangkah lambat2 menuju kamar, tetapi memang seorang wanita
adalah pemain yang ulung didalam kehidupanini: Laila melihat Daud sudah
berada dalam selimut.
" Kau sudah tidur , Laila ? " Tanya Daud.
Tiada sahutan . Karna posisi Laila tidur membelakangi arah Daud bertanya,
maka ia tak terbukti tidur atau tida. Hanya air mata Laila jatuh diatas seprei.
" He, Laila . Sudah tidur ? ".
Laila tak menyahut . Tetapi air matanya menetes lagi.
Didengarnya suara suaminya :
" Itu Meiske datang mau membicarakan sesuatu dengan kau ".
Juaga tiada Laila menyahut. Daud mengira, Laila betul2 sudah tidur.
Untuk pengisi tingkah , Daud membawa rokokke meja makan.
Meiske duduk termenung disitu , menoleh kearah Daud yang baru keluar dari
kamar. Ia bertanga pada Daud : " Sudah tidurkah kak Laila ? "
" Suda. Besok saja dibicarakan , kalu bersifat rahasia, tokh kamu bisa omong
bebas ketika saya kekantor "
" Tidak rahasia , bang Daud . Meiske hanya mau bilang, bahwa Meiske
sebaiknya cari tempat indekost yang lain ", kata Meiske.
" Ya, kamu sendiri langsung ngomong dengan dia,. Karna bagaimanapun
juga, saya punya prinsip bahwa isteri adalah ratu rumah tangga. Yang
berurusan dengan rumah tangga adlah hak prerogatif seorang istri ".
" Baiklah, bang Daud ", kata Meiske.Gadis itu melangkah menuju kamarnya
di paviliun. Dia benar2 tak bisa tidur malam itu . Tidurnya bergelimpang kekiri,
kekanan dan kadangkala dia duduk berpangku lutut dengan dagu ditaroknya
didengkulnya
Sementara itu malam terus merangkak.
Tidurlah Laila?
Tidak
Tidurlah Daud ?
Tidak pula.
Bagai sebuah segitiga , mereka bertiga – tiga insane dirumah itu -- tidak ada
seorangpun yang tidur.
Ketika Laila merasa tapak tangan Daud memegang bahunya, Laila buru2
memejam mata dan menghela nafas bagai orang tidur nyenyak .
" Laila,……", tiba – tiba Daud mengguncang bahu Laila. Kini Laila membuka
mata dan membalikkan badan berhadapan dengan suaminya. Laila menggosok –
gosok mata , ia bersikap seolah – olah terjaga dari tidurnya karna dibangunkan
oleh Daud barusan.
" Belum tidur, mas ? "
" Ada yang perlu kusampaikan , Laila".
" Karna itu mas Daud nggak bisa tidur ? "
" Ya ---", sahut Daud" Tetapi kuharap kau menerima analisku ini secara
dewasa. Karna aku sama sekali tidak bermaksud menyakiti perasaanmu, Laila ".
Daud memeluk Laila, tapi Laila menerimanya dengan separuh mesra. Itu
terasa oleh Daud. Kemesraan yang separuh senantiasa di rasakan oleh sang
suami manapun yang punya perasaan. Daud berkata : "Laila, Tahukah kau ,
bahwa cintaku pada mu tetap penuh seperti dahulu ? ".
" Oh , ya ? koq tiba2 menyatakan itu, mas ? "Tanya Laila bersuara biasa.
" Aku takut nya ada suatu keretakan diam2 , yang akan membuat
ruamhtangga kita longsor perlahan – lahan . Janganlah kita berahasia lagi.
Bahwa diantara kau dan saya seperti terjadi sesuatu keretakan yang dingin.
Maukah kau berterus terang ? "
Laila bereaksi. Reaksi itu sebuah pelukan erat, karena Laila memang
bermaksud menyembunyikan wajahnya. Laila berkata ketika kepalanya
disurukkannya didada Daud : " Itu hanya perasaanmu, mas Daud. Buatku kurasa
rumah tangga kita utuh senantiasa".
" Benarkah itu , Laila ? Kau tidak berpura-pura utuh, dan tidak
menyembunyikan perasaan2 tertekan dalam bathinmu ? " Tanya Daud..
Laila memeluk Daud erat2 , dan suaranya menahan tangis: " Sama sekali
tidak, mas Daud. Laila bangga mas Daud masih mencintai Laila seperti dahulu "
" Sungguh ? "
" Sungguh, mas ", sahut Laila mendekap lebih erat.
" Coba , perlihatkan matamu, wajahmu. Coba…….", kata Daud memisah
pelukan itu. Laila berusaha menahan agar ia tidak menangis. Ketika Daud
menatap wajah Laila, memang Laila tidak menangis, namun air matanya
merlinang menggelantung dikelopak. Lalu sebutir airmata tak terkendali lagi,
menggelinding ke pipi Laila. Laila mencoba tersenyum menutupi hal itu, tapi
dia tak tahan, lalu memeluk Daud dengan terisak – isak……
Top of Form 1 Bottom of Form 1
Dia melangkah lambat2 menuju kamar, tetapi memang seorang wanita
adalah pemain yang ulung didalam kehidupanini: Laila melihat Daud sudah
berada dalam selimut.
" Kau sudah tidur , Laila ? " Tanya Daud.
Tiada sahutan . Karna posisi Laila tidur membelakangi arah Daud bertanya,
maka ia tak terbukti tidur atau tida. Hanya air mata Laila jatuh diatas seprei.
" He, Laila . Sudah tidur ? ".
Laila tak menyahut . Tetapi air matanya menetes lagi.
Didengarnya suara suaminya :
" Itu Meiske datang mau membicarakan sesuatu dengan kau ".
Juaga tiada Laila menyahut. Daud mengira, Laila betul2 sudah tidur.
Untuk pengisi tingkah , Daud membawa rokokke meja makan.
Meiske duduk termenung disitu , menoleh kearah Daud yang baru keluar dari
kamar. Ia bertanga pada Daud : " Sudah tidurkah kak Laila ? "
" Suda. Besok saja dibicarakan , kalu bersifat rahasia, tokh kamu bisa omong
bebas ketika saya kekantor "
" Tidak rahasia , bang Daud . Meiske hanya mau bilang, bahwa Meiske
sebaiknya cari tempat indekost yang lain ", kata Meiske.
" Ya, kamu sendiri langsung ngomong dengan dia,. Karna bagaimanapun
juga, saya punya prinsip bahwa isteri adalah ratu rumah tangga. Yang
berurusan dengan rumah tangga adlah hak prerogatif seorang istri ".
" Baiklah, bang Daud ", kata Meiske.Gadis itu melangkah menuju kamarnya
di paviliun. Dia benar2 tak bisa tidur malam itu . Tidurnya bergelimpang kekiri,
kekanan dan kadangkala dia duduk berpangku lutut dengan dagu ditaroknya
didengkulnya
Sementara itu malam terus merangkak.
Tidurlah Laila?
Tidak
Tidurlah Daud ?
Tidak pula.
Bagai sebuah segitiga , mereka bertiga – tiga insane dirumah itu -- tidak ada
seorangpun yang tidur.
Ketika Laila merasa tapak tangan Daud memegang bahunya, Laila buru2
memejam mata dan menghela nafas bagai orang tidur nyenyak .
" Laila,……", tiba – tiba Daud mengguncang bahu Laila. Kini Laila membuka
mata dan membalikkan badan berhadapan dengan suaminya. Laila menggosok –
gosok mata , ia bersikap seolah – olah terjaga dari tidurnya karna dibangunkan
oleh Daud barusan.
" Belum tidur, mas ? "
" Ada yang perlu kusampaikan , Laila".
" Karna itu mas Daud nggak bisa tidur ? "
" Ya ---", sahut Daud" Tetapi kuharap kau menerima analisku ini secara
dewasa. Karna aku sama sekali tidak bermaksud menyakiti perasaanmu, Laila ".
Daud memeluk Laila, tapi Laila menerimanya dengan separuh mesra. Itu
terasa oleh Daud. Kemesraan yang separuh senantiasa di rasakan oleh sang
suami manapun yang punya perasaan. Daud berkata : "Laila, Tahukah kau ,
bahwa cintaku pada mu tetap penuh seperti dahulu ? ".
" Oh , ya ? koq tiba2 menyatakan itu, mas ? "Tanya Laila bersuara biasa.
" Aku takut nya ada suatu keretakan diam2 , yang akan membuat
ruamhtangga kita longsor perlahan – lahan . Janganlah kita berahasia lagi.
Bahwa diantara kau dan saya seperti terjadi sesuatu keretakan yang dingin.
Maukah kau berterus terang ? "
Laila bereaksi. Reaksi itu sebuah pelukan erat, karena Laila memang
bermaksud menyembunyikan wajahnya. Laila berkata ketika kepalanya
disurukkannya didada Daud : " Itu hanya perasaanmu, mas Daud. Buatku kurasa
rumah tangga kita utuh senantiasa".
" Benarkah itu , Laila ? Kau tidak berpura-pura utuh, dan tidak
menyembunyikan perasaan2 tertekan dalam bathinmu ? " Tanya Daud..
Laila memeluk Daud erat2 , dan suaranya menahan tangis: " Sama sekali
tidak, mas Daud. Laila bangga mas Daud masih mencintai Laila seperti dahulu "
" Sungguh ? "
" Sungguh, mas ", sahut Laila mendekap lebih erat.
" Coba , perlihatkan matamu, wajahmu. Coba…….", kata Daud memisah
pelukan itu. Laila berusaha menahan agar ia tidak menangis. Ketika Daud
menatap wajah Laila, memang Laila tidak menangis, namun air matanya
merlinang menggelantung dikelopak. Lalu sebutir airmata tak terkendali lagi,
menggelinding ke pipi Laila. Laila mencoba tersenyum menutupi hal itu, tapi
dia tak tahan, lalu memeluk Daud dengan terisak – isak……
Top of Form 1 Bottom of Form 1
Episode 41
SEORANG SUAMI yang baik, tentulah tidak sampai hati merogoh sukma
istrinya. Begitupun Daud tidak mendesak agar Laila mengakui hal yang
sebenarnya.www.ac-zzz.tk
Daud malahan memeluk Laila erat – erat. Ia mengakhiri peperangan bathin
ini dengan tindakan lahiriah. Daud mencium tubuh Laila sebagai satu – satunya
cara menyisihkan hal yang akan memberati perasaan Laila.
Bulu Roma Laila merinding apabila dirasa olehnya bibir Daud menjalari
betisnya. Dan ujung lidah Daud bermain disela – sela dimana bagi seorang
wanita amat peka merasakannya sebagai yang geli dan membangkitkan berahi.
Laila merintih. Begitu birahinya dia , sehingga dipagutnya Daut. Gerakannya
yang hebat membuat Daud terlentang. Kini Laila yang aktif membuat hal yang
tadi dilakukan oleh Daud. Kini mata Daudlah yang terbeliak terkatup terbuka
menahankan betapa bibir dan lidah Laila begitu mesranya.
Laila
Oh Laila………..
Keringat Laila menetes – netes berjatuhan diwajah Daud, dan rambut Laila
yang tergerai gerai menyapu – nyapu wajah suamu itu. Barangkali inilah
permainan cinta isteri terhadap suami yang luar biasa, melebihi teori2
pergaulan didalam buku2 sex yang pernah dijual laris diseluruh dunia.
Tak, heran , Laila benar – benar menggelimpang terkapar bagai perempuan
mati ketika Daud telah siap memakai dasi sehabis mandi dipagi itu.
Dua kali Daud berpapasan dengan Meiske pagi itu . Yang pertama Meiske
bertanya: " Kak Laila sudah bangun , bang Daud ? ". Yang dijawab Daud
singkat : " Belum ". Yang kedua sewaktu Daud disediakan makan pagi oleh
Meiske sehabis ia berpakaian. Meiske duduk dikursi yang agak jauh dari meja
makan itu, membaca surat kabar Kompas.
" Tajuk rencananya enak pagi ini ", ujar Meiske.
Daud tidak menyahut. Lestina merebut surat kabar ditangan Meiske itu, dan
dia berkata : " Baca saja terus, saya mengambil halaman karikatur ".
Lestina melihat karikatur, dan ia ketawa melirik Meiske dua kali, dan dua-
duanya bepergokan dengan lirikan Daud kepadanya pula .
" Bangunin dong kak Laila ", kata Meiske mencoba bersuara santai.
" Masih tidur ", sahut Daud dingin.
Lalu Daud masuk kamar. Ia membangunkan Laila.
Laila memembuka matanya dengan malas, dan bertanya malaas pula: "
Suadah pukul berapa , mas ? "
" Delapan ", sahut Daud. Dan Daud menempelkan ciuman dua kali dipipi
Laila, yang membuat Laila memejamkan meta dengan senyum bahagia. Laila
berbisik : " Semalam happy ? ".
" Puas ", sahut Daud.
Percakapan2 begini penting bagi suami isteri di pagi hari apabila pada
malam harinya mereka bersebadan. Sebab yang penting adalah menumbuh
kan , bahwa apapun yang diperbuat dan dikatakan, biarpun sudah lewat adalah
hal2 yang mengesankan.
Ini perlu diterangkan disini, karna bayak para suami isteri mengira, bahwa
kepuasan sex adalah kepuasan sesaat, dan selesailah urusan itu ketika mereka
selesai berjimak dan pergi kekamar mandi membersihkan diri.
Tidak. Sama sekali tidak ! Sex itu harus dimuliakan . Begitu mulianya
sehingga sex itulah yang telah meneruskan generasi demi generasi. Mereka
yang menganggap sex itu adalah tabu adalah mereka yang tidak menyadari
mengapa mereka hadir dimuka bumi ini, dan karena hadir maka nereka berfikir
bahwa sex adalah memalukan. Tapi untunglah Laila dan Daud bukanlah
pembenci, tapi mereka membuat sex sesuatu luhur. Sampai sewaktu bangun
tidurpun masih dibicarakan.
Ini :
" Wajahmu pucat , Laila ", kata Daud.
" Karena mas Daud , sih ", kata Laila meraba-raba manja.
" Tetapi wajahku pucat juga karena siapa ? ", Tanya Daud.
" Karena Laila ", dan Laila meraba – raba lagi membuat Daud menghindari
diri seraya berkata : " Eh, aku mau pergi kerja nih "
" Sampai nanti malam ", kata Laila
" Lho ! ", Daud ketawa.
" Sampai nanti malam aku tidur kau tidurrrrrrrr", kata Laila melawak.
Alangkah senangya hati seorang suami yang mau berangkat dari rumah
dibekali oleh humor2 nakal tetapi indah, indah tetapi nakal, nakal tetapi nakal,
indah tetapi indah.
Daud berangkat dari rumah dengan perasaan segar . Dan kesegaran itu
membuat dia bisamembikin rencana kerja hari ini. Tetapi dalam rencana kerja
itu dia mencantumkan jadwal, bahwa diwaktu makan siang dikantornya, dia
akan pergi menemui Meiske.
SEORANG SUAMI yang baik, tentulah tidak sampai hati merogoh sukma
istrinya. Begitupun Daud tidak mendesak agar Laila mengakui hal yang
sebenarnya.www.ac-zzz.tk
Daud malahan memeluk Laila erat – erat. Ia mengakhiri peperangan bathin
ini dengan tindakan lahiriah. Daud mencium tubuh Laila sebagai satu – satunya
cara menyisihkan hal yang akan memberati perasaan Laila.
Bulu Roma Laila merinding apabila dirasa olehnya bibir Daud menjalari
betisnya. Dan ujung lidah Daud bermain disela – sela dimana bagi seorang
wanita amat peka merasakannya sebagai yang geli dan membangkitkan berahi.
Laila merintih. Begitu birahinya dia , sehingga dipagutnya Daut. Gerakannya
yang hebat membuat Daud terlentang. Kini Laila yang aktif membuat hal yang
tadi dilakukan oleh Daud. Kini mata Daudlah yang terbeliak terkatup terbuka
menahankan betapa bibir dan lidah Laila begitu mesranya.
Laila
Oh Laila………..
Keringat Laila menetes – netes berjatuhan diwajah Daud, dan rambut Laila
yang tergerai gerai menyapu – nyapu wajah suamu itu. Barangkali inilah
permainan cinta isteri terhadap suami yang luar biasa, melebihi teori2
pergaulan didalam buku2 sex yang pernah dijual laris diseluruh dunia.
Tak, heran , Laila benar – benar menggelimpang terkapar bagai perempuan
mati ketika Daud telah siap memakai dasi sehabis mandi dipagi itu.
Dua kali Daud berpapasan dengan Meiske pagi itu . Yang pertama Meiske
bertanya: " Kak Laila sudah bangun , bang Daud ? ". Yang dijawab Daud
singkat : " Belum ". Yang kedua sewaktu Daud disediakan makan pagi oleh
Meiske sehabis ia berpakaian. Meiske duduk dikursi yang agak jauh dari meja
makan itu, membaca surat kabar Kompas.
" Tajuk rencananya enak pagi ini ", ujar Meiske.
Daud tidak menyahut. Lestina merebut surat kabar ditangan Meiske itu, dan
dia berkata : " Baca saja terus, saya mengambil halaman karikatur ".
Lestina melihat karikatur, dan ia ketawa melirik Meiske dua kali, dan dua-
duanya bepergokan dengan lirikan Daud kepadanya pula .
" Bangunin dong kak Laila ", kata Meiske mencoba bersuara santai.
" Masih tidur ", sahut Daud dingin.
Lalu Daud masuk kamar. Ia membangunkan Laila.
Laila memembuka matanya dengan malas, dan bertanya malaas pula: "
Suadah pukul berapa , mas ? "
" Delapan ", sahut Daud. Dan Daud menempelkan ciuman dua kali dipipi
Laila, yang membuat Laila memejamkan meta dengan senyum bahagia. Laila
berbisik : " Semalam happy ? ".
" Puas ", sahut Daud.
Percakapan2 begini penting bagi suami isteri di pagi hari apabila pada
malam harinya mereka bersebadan. Sebab yang penting adalah menumbuh
kan , bahwa apapun yang diperbuat dan dikatakan, biarpun sudah lewat adalah
hal2 yang mengesankan.
Ini perlu diterangkan disini, karna bayak para suami isteri mengira, bahwa
kepuasan sex adalah kepuasan sesaat, dan selesailah urusan itu ketika mereka
selesai berjimak dan pergi kekamar mandi membersihkan diri.
Tidak. Sama sekali tidak ! Sex itu harus dimuliakan . Begitu mulianya
sehingga sex itulah yang telah meneruskan generasi demi generasi. Mereka
yang menganggap sex itu adalah tabu adalah mereka yang tidak menyadari
mengapa mereka hadir dimuka bumi ini, dan karena hadir maka nereka berfikir
bahwa sex adalah memalukan. Tapi untunglah Laila dan Daud bukanlah
pembenci, tapi mereka membuat sex sesuatu luhur. Sampai sewaktu bangun
tidurpun masih dibicarakan.
Ini :
" Wajahmu pucat , Laila ", kata Daud.
" Karena mas Daud , sih ", kata Laila meraba-raba manja.
" Tetapi wajahku pucat juga karena siapa ? ", Tanya Daud.
" Karena Laila ", dan Laila meraba – raba lagi membuat Daud menghindari
diri seraya berkata : " Eh, aku mau pergi kerja nih "
" Sampai nanti malam ", kata Laila
" Lho ! ", Daud ketawa.
" Sampai nanti malam aku tidur kau tidurrrrrrrr", kata Laila melawak.
Alangkah senangya hati seorang suami yang mau berangkat dari rumah
dibekali oleh humor2 nakal tetapi indah, indah tetapi nakal, nakal tetapi nakal,
indah tetapi indah.
Daud berangkat dari rumah dengan perasaan segar . Dan kesegaran itu
membuat dia bisamembikin rencana kerja hari ini. Tetapi dalam rencana kerja
itu dia mencantumkan jadwal, bahwa diwaktu makan siang dikantornya, dia
akan pergi menemui Meiske.
Episode 42
Tetapi dirumah . Meiske sendiri masi mundar mandir didepan pintu kamar
Laila yang rupanya meneruskan tidurnya setelah suaminya pergi tadi itu..
Mieske tak sabaran lagi. Dia mencoba mengetuk pintu kamar kak Laila setelah
Lestina pergi.
Laila bangun dengan malas –malasan, dan melangkah terhuyung – huyung
menuju pintu.
" He, kamu Meis ? "
" Maafkan " , kata Meiske, " Rupanya kak Laila terganggu tidurnya gara2
Meiske ".
" Oh, tidak. Mau ada yang penting diomongin ya ? " Tanya Laila.
" Ya ", sahut Meiske.
" tunggu sampai kak Laila selesai mandi. Oh, ya, si Lestina sudah pergi ? "
" Barusan pergi ", kata Meiske," Memang tunggu sampai dia pergi, baru tadi
mengetuk pintu ".
" Tampaknya ada yang rahasia , nih ? ", Laila berusaha berucap kata dengan
santai.
Meiske hanya tersenyum sambil mengangguk.
Biarpun bersikap santai, dalam hati Laila tegang juga. Yang ditakutkannya
adalah sesuatu yang mungkin akan diutarakan Meiske dengan terus terang.
Yang tadi malam dan tadi pagi sudah begitu indah , mulai kusut lagi
dikepala Laila. Laila tiba2 ingin agar Meiske jangan sampai terlalu omong terus
terang nanti. Laila tiba2 diliputi takut. Dia takut kalau2 Meiske berkata, bahwa
antara dia dengan mas Daud pernah atau sedang berlangsung suatu affair diluar
penglihatannya.www.ac-zzz.tk
Apakah ini yang akan dikataka Meiske ? Beranikah dia jika ya? Berani? Soal
berani, kadang2 perempuan lebih berani dari lelaki dalam soal2 yang penting.
Bahkan untuk minta naik pangkat suaminya, kadang kala ada saja isteri2 yang
berani omong langsung kepada atasan sang suami, lebih berani dari suaminya
sendiri..
Soal berani, kadang kala seorang gadis yang telah dibuntingi tetennya lebih
berani ngomong blak2kan kepada ibunya dari pada anak lelaki yang telah
menyebabkan kebuntingan itu ! Dalam hal2 tertentu , lelaki kadang2 lebih
pengecut dari Wanita!
Itu yang mengerikan Laila kalau2 Meiske berani berterus terang.
Karena itu, Laila agak lama berada dikamar mandi memikirkan hal ini. Ia
mulai lagi terombang ambing gara2 orang ketiga dirumah ini. Dikamar sambil
dandan , Laila kuatir jika nanti mendendar, samar –samar atau terang –
terangan , bahwa ada sesuatu antara Meiske sendiri dengan suaminya. Laila
ingat , ia dulu terlalu lama di rumah sakit…………
Keluar dari kamar, Laila mencoba bersikap santai dan ramah..
Mula2 percakapan hilir mudik, ngalo ngidul tentang yang ringan ringan.
Tetapi alis mata Laila naik sebelah ketika Meiske berterusterang .
Memang Meiske berterusterng . Tapi dia bukan berterus terang tentang
soal2 yang dicurigai atau diduga atau di takutkan Laila ! Meiske berterus terang
dalam soal lain.
Dan ------
Sementara dua perempuan ini asyik bicara dirumah. Dikantor Daud
kelihatan tak sabaran menanti waktu makan siang karena ia sudah keburu
menyelesaikan pekerjaannya menjelang waktu makan siang itu. Begitu bell
makan siang berdering diseluruh ruangan, Daud segera meninggalkan Kaantor.
Kemana Daud pergi ?
Mobil itu menuju kampus. Ia tahu, hari ini Meiske pergi ke tempat kuliah.
Daud duduk dikantin kampus, tapi Meiske yang ditunggu2, tidak juga datang.
Waktu pun tinggal sedikit lagi.
Akhirnya Daud betul2 jengkel, karna kedatangannya kekampus ini adalah
untuk memberitahu secara terus terang kepada Meiske bahwa meiske harus
pindah. Kepindahan Meiske dari rumahnya adalah sangat penting , karena
adanya Meiske akan menimbulkan keretakan perlahan2 antara daud dan Laila
sebagai suami isteri.
Tapi sialan ! Meiske rupanya tidak pergi kekampus . Meiske ketika itu masih
dirumah, ngobrol begitu santai dan disertai dengan wajah riah ceria bersama
Laila.
" Kalau kak Laila betul2 meminta Meis tetap disini ya Meis terima kasih,
deh. Tadi Meis berterus terang mengungkapkan soal2 pribadi karna hal itu
sudah Meiske rundingkan dengan pacar Meiske itu. Terimakasih atas nasehat
kak Laila, agar selama berpacaran justru kurang baik jika tinggal dirumah
pacar. Mungkin saran kak Laila itu bisa menjadi bekal Meiske dikemudian hari.
Hari itu tetap hari yang indah bagi Laila. Karena Meiske sudah berterus
terang punya pacar , dan bermaksud pindah kerumah pacarnya itu.www.ac-zzz.tk
Laila yang " plong " dengan lega mendengar pengakuan Meiske kini benar2
menahan gadis itu supaya tetap tinggal dirumahnya. Yang memplongkan hati
Laila adalah , dalam percakapan itu tidak satupun disebut nama Daud. Seperti
dijanjikan secara bercanda tadi pagi kepada Daud, malam ini Laila betul2 ingin
dipeluk oleh Daud dan ingin melakukan yang tadi malam, senikmat, sehebat,
sepuas yg tadi malam…...
Tetapi dirumah . Meiske sendiri masi mundar mandir didepan pintu kamar
Laila yang rupanya meneruskan tidurnya setelah suaminya pergi tadi itu..
Mieske tak sabaran lagi. Dia mencoba mengetuk pintu kamar kak Laila setelah
Lestina pergi.
Laila bangun dengan malas –malasan, dan melangkah terhuyung – huyung
menuju pintu.
" He, kamu Meis ? "
" Maafkan " , kata Meiske, " Rupanya kak Laila terganggu tidurnya gara2
Meiske ".
" Oh, tidak. Mau ada yang penting diomongin ya ? " Tanya Laila.
" Ya ", sahut Meiske.
" tunggu sampai kak Laila selesai mandi. Oh, ya, si Lestina sudah pergi ? "
" Barusan pergi ", kata Meiske," Memang tunggu sampai dia pergi, baru tadi
mengetuk pintu ".
" Tampaknya ada yang rahasia , nih ? ", Laila berusaha berucap kata dengan
santai.
Meiske hanya tersenyum sambil mengangguk.
Biarpun bersikap santai, dalam hati Laila tegang juga. Yang ditakutkannya
adalah sesuatu yang mungkin akan diutarakan Meiske dengan terus terang.
Yang tadi malam dan tadi pagi sudah begitu indah , mulai kusut lagi
dikepala Laila. Laila tiba2 ingin agar Meiske jangan sampai terlalu omong terus
terang nanti. Laila tiba2 diliputi takut. Dia takut kalau2 Meiske berkata, bahwa
antara dia dengan mas Daud pernah atau sedang berlangsung suatu affair diluar
penglihatannya.www.ac-zzz.tk
Apakah ini yang akan dikataka Meiske ? Beranikah dia jika ya? Berani? Soal
berani, kadang2 perempuan lebih berani dari lelaki dalam soal2 yang penting.
Bahkan untuk minta naik pangkat suaminya, kadang kala ada saja isteri2 yang
berani omong langsung kepada atasan sang suami, lebih berani dari suaminya
sendiri..
Soal berani, kadang kala seorang gadis yang telah dibuntingi tetennya lebih
berani ngomong blak2kan kepada ibunya dari pada anak lelaki yang telah
menyebabkan kebuntingan itu ! Dalam hal2 tertentu , lelaki kadang2 lebih
pengecut dari Wanita!
Itu yang mengerikan Laila kalau2 Meiske berani berterus terang.
Karena itu, Laila agak lama berada dikamar mandi memikirkan hal ini. Ia
mulai lagi terombang ambing gara2 orang ketiga dirumah ini. Dikamar sambil
dandan , Laila kuatir jika nanti mendendar, samar –samar atau terang –
terangan , bahwa ada sesuatu antara Meiske sendiri dengan suaminya. Laila
ingat , ia dulu terlalu lama di rumah sakit…………
Keluar dari kamar, Laila mencoba bersikap santai dan ramah..
Mula2 percakapan hilir mudik, ngalo ngidul tentang yang ringan ringan.
Tetapi alis mata Laila naik sebelah ketika Meiske berterusterang .
Memang Meiske berterusterng . Tapi dia bukan berterus terang tentang
soal2 yang dicurigai atau diduga atau di takutkan Laila ! Meiske berterus terang
dalam soal lain.
Dan ------
Sementara dua perempuan ini asyik bicara dirumah. Dikantor Daud
kelihatan tak sabaran menanti waktu makan siang karena ia sudah keburu
menyelesaikan pekerjaannya menjelang waktu makan siang itu. Begitu bell
makan siang berdering diseluruh ruangan, Daud segera meninggalkan Kaantor.
Kemana Daud pergi ?
Mobil itu menuju kampus. Ia tahu, hari ini Meiske pergi ke tempat kuliah.
Daud duduk dikantin kampus, tapi Meiske yang ditunggu2, tidak juga datang.
Waktu pun tinggal sedikit lagi.
Akhirnya Daud betul2 jengkel, karna kedatangannya kekampus ini adalah
untuk memberitahu secara terus terang kepada Meiske bahwa meiske harus
pindah. Kepindahan Meiske dari rumahnya adalah sangat penting , karena
adanya Meiske akan menimbulkan keretakan perlahan2 antara daud dan Laila
sebagai suami isteri.
Tapi sialan ! Meiske rupanya tidak pergi kekampus . Meiske ketika itu masih
dirumah, ngobrol begitu santai dan disertai dengan wajah riah ceria bersama
Laila.
" Kalau kak Laila betul2 meminta Meis tetap disini ya Meis terima kasih,
deh. Tadi Meis berterus terang mengungkapkan soal2 pribadi karna hal itu
sudah Meiske rundingkan dengan pacar Meiske itu. Terimakasih atas nasehat
kak Laila, agar selama berpacaran justru kurang baik jika tinggal dirumah
pacar. Mungkin saran kak Laila itu bisa menjadi bekal Meiske dikemudian hari.
Hari itu tetap hari yang indah bagi Laila. Karena Meiske sudah berterus
terang punya pacar , dan bermaksud pindah kerumah pacarnya itu.www.ac-zzz.tk
Laila yang " plong " dengan lega mendengar pengakuan Meiske kini benar2
menahan gadis itu supaya tetap tinggal dirumahnya. Yang memplongkan hati
Laila adalah , dalam percakapan itu tidak satupun disebut nama Daud. Seperti
dijanjikan secara bercanda tadi pagi kepada Daud, malam ini Laila betul2 ingin
dipeluk oleh Daud dan ingin melakukan yang tadi malam, senikmat, sehebat,
sepuas yg tadi malam…...
Episode 43
MEISKE tidak bisa menolak lagi ajakan Laila untuk tetap tinggak
dirumahnya. Tapi gadis ini sebenarnya masih bertanya-tanya. Apakah Laila
mengetahui bahwa dia sebenarnya mencintai suaminya. Fikir Meiske : Jika kak
Laila tau , Oh, betapa memalukan. Betapa keji diriku dalam anggapan kak
Laila.
Dan tetaplah ia tinggal dirumah itu. Dan anehnya rumah itu tidak pernah
berubah kegembiraannya. Malahan Meiske melihat betapa bertambah kasihnya
Daud kepada kak Laila setelah adanya anak mereka.
Mereka kadang – kadang pergi bertiga kekebun binatang. Dan anak itu lucu
sekali. Sering kali Meiske menggendongnya kalau kak Laila meminta tolong ,
sebab kak Laila sedang berada dalam kesibukan.
Tapi sikap2 Meiske tambah hari tambah berubah. Kalau dulu ia bertindak
menjiplak kegiatan2 kak Laila, kini kesibukan 2 kuliahnya adalah tempat dia
melampiaskan perasaan sepi. Tetapi yang bernama sepi hati, tetap saja
mencengkeram dirinya. Namun begitu banyak teman2 sekuliah mencoba
mendekatinya, Meiske memperlihatkan sikap dingin2 saja. Banyak diantara
bahasiswa2 yang naksir mendekat diam dan mencoba merayu diam2, tetapi
pergi berlalu dengan diam2 pula. Hanya ada satu orang diantara yang jatuh
cinta diam2 itu yang kelihatan begitu getol.
Namanya Hengky.
Tetapi memang Hengky orang yang ulet. Dia sudah tahu Meiske gadis yang
bersikap dingin, tetapi ia tidak kapok2 nya berusaha menaklukkan hati Meiske.
Akhirnya Meiske kasihan sama Hengky. Tapi sikap kasihannya itu hanya
kelembutan yang mengecewakan. Ia berkata halus : " Percuma kau Henk ! saya
lebih suka jadi perawan tua ".
Ia ganteng, keturunan Jerman , dan seorang pemain film reklame untuk
minyak rambut , disamping tetap kuliah. Gadis2 teman sekuliah tingkat tiga
sesama Meiske sering mengolok – olok Hengky ( dengan kata lain sebenarnya
jatuhhati ) :
" Aduuuuuuh, rambut Hengky berbau reklame ! "
Tetapi Hengky yang juga pernah dicintai dua aktris top film Indonesia, lebih
cenderung menyenangi mahasiswi pendiam seperti Meiske. Sempat meliriknya
dengan sinis , tapi Hengky memang berbakat jadi badak atau playboy bermuka
tembok. Ia malahan pernah mencoba mau merampas ciuman yang hampir2
mengenai bibir Meiske ditempat gelap ketika uapacara inaugurasi.
Hengky ditampar Meiske seketika. Dan setelah itu Meiske menangis dan
tidak mengikuti upacara inaugurasi tu. Ia segera pulang dengan kemurungan
wajahnya yang khas. Laila yang menggendong Delila yang telah berusia 3 tahun
itu seinginnya mau menyerahkan anaknya kepada Meiske. Tetapi ketika
di;lihatnya wajah Meiske murung , Laila bertanya: " Ada sesuatu yang terjadi
dimalam inaugurasi ini , Meis ? "
" Tidak ada, kak. Saya Cuma tidak enak badan ", kata Meiske,
" Memang , lgi musim flu sekarang . ini tadi si Del dibawa ke Dokter oleh
papanya.
Si Del juga kurang sehat ", kata Laila.
Meiske hanya tersenyum hambar. Tetapi sesampainya dikamarnya, ketika ia
menggeletak telentangmetatap loteng, Meiske menyadari dirinya. Dan ia
menyesal mengapa ia ikut bersikap dingin terhadap kak Laila.
Dan Laila sambil mencoba mendiamkan Delilayang tak berhenti2nya
menangis, begitu terkesan pada senyum hambar Meiske tadi. Daud masuk
kamar membawa obat.
Ia baru pulang dari apotik.
" Sini , saya yang gendong ", kata Daud. Ia menggoyang – goyangkan
badannya sembari menggendong anak nya yang belum juga mau berhenti
menangis .
Daud menciumi pipi dan lehr anaknyaitu seraya membujuk lembut: " Ada
apa saying ? Kepala Del panas ya ? Oh, biarin nanti panasnya pindahin sama
papa saja ya! . Lalu ia bertanya pada Laila : " Si Del sudah dikasih makan?"
" Sudah, tadi mas. Tapi ia nggak ada napsu ", kata Laila.
" Tapi sedikit sudah masuk, to ? "
" Ya, paling sesuap dua suap "
" Kalau begitu obatnya sudah bisa diminumkan. Tolong obatnya, ma " Laila
buru2 mengeluarkan obat . Tetapi , setelah diminumkan obat itu , malahan
Delila muntah2 seperempat jam kemudian. Daud marah2 : " Ah, ini dokter
jangan-jangan salah kasaih obat ! "
" Bukan si Del saja yang sakit, mas . Itu si Meiske juga pucat kayak kena flue
".
" Jangan-jangan nular dari dia ", gerutu Daud.
Daud lalu bertanya: " Apa dia sudah kedokter ? Bahaya lho kalau flu nular-
nular. Anak tidak sekuat orang dewasa ".
Dan diciuminya kening dan leher anaknya lagi, bagai dhisap panas anaknya
secara elektro untuk memasuki jaringan2 tubuhnya sendiri. Dan ketika malam2
Delila menangis lagi, gugup Daud bertambah – tambah . Dibangunkannya Laila :
" Laila, panas badan si Del nanjak ".
MEISKE tidak bisa menolak lagi ajakan Laila untuk tetap tinggak
dirumahnya. Tapi gadis ini sebenarnya masih bertanya-tanya. Apakah Laila
mengetahui bahwa dia sebenarnya mencintai suaminya. Fikir Meiske : Jika kak
Laila tau , Oh, betapa memalukan. Betapa keji diriku dalam anggapan kak
Laila.
Dan tetaplah ia tinggal dirumah itu. Dan anehnya rumah itu tidak pernah
berubah kegembiraannya. Malahan Meiske melihat betapa bertambah kasihnya
Daud kepada kak Laila setelah adanya anak mereka.
Mereka kadang – kadang pergi bertiga kekebun binatang. Dan anak itu lucu
sekali. Sering kali Meiske menggendongnya kalau kak Laila meminta tolong ,
sebab kak Laila sedang berada dalam kesibukan.
Tapi sikap2 Meiske tambah hari tambah berubah. Kalau dulu ia bertindak
menjiplak kegiatan2 kak Laila, kini kesibukan 2 kuliahnya adalah tempat dia
melampiaskan perasaan sepi. Tetapi yang bernama sepi hati, tetap saja
mencengkeram dirinya. Namun begitu banyak teman2 sekuliah mencoba
mendekatinya, Meiske memperlihatkan sikap dingin2 saja. Banyak diantara
bahasiswa2 yang naksir mendekat diam dan mencoba merayu diam2, tetapi
pergi berlalu dengan diam2 pula. Hanya ada satu orang diantara yang jatuh
cinta diam2 itu yang kelihatan begitu getol.
Namanya Hengky.
Tetapi memang Hengky orang yang ulet. Dia sudah tahu Meiske gadis yang
bersikap dingin, tetapi ia tidak kapok2 nya berusaha menaklukkan hati Meiske.
Akhirnya Meiske kasihan sama Hengky. Tapi sikap kasihannya itu hanya
kelembutan yang mengecewakan. Ia berkata halus : " Percuma kau Henk ! saya
lebih suka jadi perawan tua ".
Ia ganteng, keturunan Jerman , dan seorang pemain film reklame untuk
minyak rambut , disamping tetap kuliah. Gadis2 teman sekuliah tingkat tiga
sesama Meiske sering mengolok – olok Hengky ( dengan kata lain sebenarnya
jatuhhati ) :
" Aduuuuuuh, rambut Hengky berbau reklame ! "
Tetapi Hengky yang juga pernah dicintai dua aktris top film Indonesia, lebih
cenderung menyenangi mahasiswi pendiam seperti Meiske. Sempat meliriknya
dengan sinis , tapi Hengky memang berbakat jadi badak atau playboy bermuka
tembok. Ia malahan pernah mencoba mau merampas ciuman yang hampir2
mengenai bibir Meiske ditempat gelap ketika uapacara inaugurasi.
Hengky ditampar Meiske seketika. Dan setelah itu Meiske menangis dan
tidak mengikuti upacara inaugurasi tu. Ia segera pulang dengan kemurungan
wajahnya yang khas. Laila yang menggendong Delila yang telah berusia 3 tahun
itu seinginnya mau menyerahkan anaknya kepada Meiske. Tetapi ketika
di;lihatnya wajah Meiske murung , Laila bertanya: " Ada sesuatu yang terjadi
dimalam inaugurasi ini , Meis ? "
" Tidak ada, kak. Saya Cuma tidak enak badan ", kata Meiske,
" Memang , lgi musim flu sekarang . ini tadi si Del dibawa ke Dokter oleh
papanya.
Si Del juga kurang sehat ", kata Laila.
Meiske hanya tersenyum hambar. Tetapi sesampainya dikamarnya, ketika ia
menggeletak telentangmetatap loteng, Meiske menyadari dirinya. Dan ia
menyesal mengapa ia ikut bersikap dingin terhadap kak Laila.
Dan Laila sambil mencoba mendiamkan Delilayang tak berhenti2nya
menangis, begitu terkesan pada senyum hambar Meiske tadi. Daud masuk
kamar membawa obat.
Ia baru pulang dari apotik.
" Sini , saya yang gendong ", kata Daud. Ia menggoyang – goyangkan
badannya sembari menggendong anak nya yang belum juga mau berhenti
menangis .
Daud menciumi pipi dan lehr anaknyaitu seraya membujuk lembut: " Ada
apa saying ? Kepala Del panas ya ? Oh, biarin nanti panasnya pindahin sama
papa saja ya! . Lalu ia bertanya pada Laila : " Si Del sudah dikasih makan?"
" Sudah, tadi mas. Tapi ia nggak ada napsu ", kata Laila.
" Tapi sedikit sudah masuk, to ? "
" Ya, paling sesuap dua suap "
" Kalau begitu obatnya sudah bisa diminumkan. Tolong obatnya, ma " Laila
buru2 mengeluarkan obat . Tetapi , setelah diminumkan obat itu , malahan
Delila muntah2 seperempat jam kemudian. Daud marah2 : " Ah, ini dokter
jangan-jangan salah kasaih obat ! "
" Bukan si Del saja yang sakit, mas . Itu si Meiske juga pucat kayak kena flue
".
" Jangan-jangan nular dari dia ", gerutu Daud.
Daud lalu bertanya: " Apa dia sudah kedokter ? Bahaya lho kalau flu nular-
nular. Anak tidak sekuat orang dewasa ".
Dan diciuminya kening dan leher anaknya lagi, bagai dhisap panas anaknya
secara elektro untuk memasuki jaringan2 tubuhnya sendiri. Dan ketika malam2
Delila menangis lagi, gugup Daud bertambah – tambah . Dibangunkannya Laila :
" Laila, panas badan si Del nanjak ".
Episode 44
Laila juga ikut gugup, lebih – lebih setelah diperiksanya panas badan
anaknya, kegugupannya dialihkannya dengan mendekapi anak tiga tahun itu
erat – erat. Dan melihat mata Del yang sekonyong2 membeliak2 begitu, Laila
menjerit sambil menangis: " Mas ! Gimana si Del Ini , mas ! "
Daud gemetar . Ia buru2 merebut anak itu dari pangkuan Laila. IA pun ikut
menangis: " Oh, sayang papa….kenapa, Del, kenapa, nak, kenapa saying……"
Daud menatap Laila. Fikirannya sudah buntu . Ia takut anaknya meninggal
dan ia takkan punya anak lagi setelah ini. Karna Laila hanya bisa satu kali
mengandung, kandungannya sudah ditutup.
" Kita ke dokter , ma ", kata Daud pada Isterinya.
Suami isteri itu sama2 terisak . Dan Daud seperti tidak sadar ketika ia
menjalankan mobil begitu kencangnya !
Langsung ia memprotes Dokter: " Dokter harus bertanggung jawab bila anak
saya ini mati ! Dokter salah memberikan obat ! ".
" Saya tak pernah salah tuan. Anda jangan terlalu nervous . Saya malahan
tak pernah berani menyuntik anak2 dibawah lima belas tahun ", kata sang
dokter, .
" Mari kita bawa ke RSUP. Memang gejala penyakit anak anda ini sedikit ada
kelainan ". Dokter itu membantu menyetirkan mobil Daud ke RSUP . Alat – alat
yang komplit disini , dokter2 muda berbakat yang sedang jaga malam , telah
melakukan pemeriksaan dengan telititetap mereka yakin bukan salah obat.
" Anak ini pernah jatuh ? tiba2 seorang dokter muda yang khusus bekerja
sebagai seorang internist.
" Tidak " bantah Daud, " Kami bukan orang gila. Kami tidak pernah
membiarkan anak kami untuk jatuh . Apalagi salah minum obat ".
" Ini bukan sama sekali gejala salah minum obat. Anak anda memang flu.
Obat yang diberikan dokter Tamim tadi betul2 obat influenza yang patent. Saya
kira ada penyakit lain yang tidak tampak ditubuh anak anda ".
Usul itu diterima. Tetapi anggota badan Delila tidak memperlihatkan ada
gejala bengkak didalam. Malaha dokter itu memuji: " Tulang kaki dan tangan
anak tuan adalah tulang2 calon atlit ".
Pujian itu tak ada artinya bagi Daud, Karna Delila masih saja menangis. Ia
menatap setiap wajah dokter itu dengan geram. Seorang diantaranya yang
senior, sedang menuliskan resep. Resep itu diberikannya kepada Daud seraya
berkata : " Ambil di Apotik disini saja . Buka 24 jam ".
Ia ragu – ragu menerima resep itu. Ia seakan akan tak percaya pada ilmu
kedokteran lagi. Tapi Laila mendorong punggungnya, sehingga Daud menjadi
lunak hatinya dan memungut resep itu. Namun wajahnya tetap sinis. Dan ini
bukanlah sifat Daud yang sebenarnya. Ia seorang manager yang baik dikantor,
dan seorang yang baik di rumah, tetapi ia tidak punya pengetahuan kedokteran
sebaik dokter2 itu.
Ketika obat itu akan ddiminumkan pada Delila yang masih menangis, ia
menatap pada Laila dengan sikap ragu2. Laila mendorong suaminya : "
Minumkan saja . Tak apa – apa "
" Aku hanya percaya pada Tuhan ", kata Daud,
" Jika obat ini salah juga, kuserahkan pada kemurahan hati Tuhan ".
Paginya ketika Daud melihat Meiske sarapan pagi , dengan sedikit kasar ia
berkata :
" Kalau kamu sakit flu, ke dokter dong. Nanti nula pada anak kami ".
Meiske melihat mata Daud yang berkilat – kilat, dan ia terhempas sedih dan
tersinggung seketika. Tapi ia memaksakan diri untuk makan sarapan terus, lalu
buru – buru kekamar dengan sedih. Mengapa bang Daud sekasar itu ? Sedihnya
benar2 berhiba hati. Ia merasa dirinya begitu malang.
Namun Laila tahu perasaan Meiske yang tersinggung. Ia memang melihat
bagaimana Daud denga kasar berkata pada Meiske. Tapi ketika itu ia tak mau www.ac-zzz.tk
ikut campur, sebab dalam keadaan begini buat Daud yang paling penting Cuma
Delila anak tunggalnya saja !
Laila mendatangi paviliun . Meiske didapatinya sedang terisak di temat
tidur. Ia berkata membujuk : " Meis, jangan diambil hati kata2 mas Daud tadi.
Kak Laila minta maff atas nama mas Daud . Sudahlah, berhentilah bersedih.
Bukankah tadi Meis buru2 sarapan karena mau ujian ? Hayo, sudah hampir jam
7 , sedangkan kamu ujian jam 8 ".
Meiske bukan gadis yang sok manja. Ia berkata tulus : " Terima kasih kak
Laila. Saya minta maaf , tapi saya yakin bukan saya yang menulari flu si Del ".
" Hayo, lupakan saja. Kak Laila memdo'a kan ujianmu berhasil ".
Meiske mendapatkan spirit. Ketika ia bersalin pakaian , Meiske berkata
dalam hati lagi : Bukankah aku ini orang keji ? Kak Laila yang begitu suci
hatinya……sedangkan aku mencintai suaminya ? Bukankah aku tadi menangis
hanya karena shock sebab di bentak orang yang kucintai ? Bukankah yang
kuingini selama ini kata2nya yang lembut, yang itupun belum pernah kurasakan
? Ampuni daku , Tuhanku !
Tetapi uacapan Laila adalah benar2 segunung semangat bagi Meiske yang
ketika itu menghadapi ujian hari itu, dan ujian2 hari berikutnya.
Laila juga ikut gugup, lebih – lebih setelah diperiksanya panas badan
anaknya, kegugupannya dialihkannya dengan mendekapi anak tiga tahun itu
erat – erat. Dan melihat mata Del yang sekonyong2 membeliak2 begitu, Laila
menjerit sambil menangis: " Mas ! Gimana si Del Ini , mas ! "
Daud gemetar . Ia buru2 merebut anak itu dari pangkuan Laila. IA pun ikut
menangis: " Oh, sayang papa….kenapa, Del, kenapa, nak, kenapa saying……"
Daud menatap Laila. Fikirannya sudah buntu . Ia takut anaknya meninggal
dan ia takkan punya anak lagi setelah ini. Karna Laila hanya bisa satu kali
mengandung, kandungannya sudah ditutup.
" Kita ke dokter , ma ", kata Daud pada Isterinya.
Suami isteri itu sama2 terisak . Dan Daud seperti tidak sadar ketika ia
menjalankan mobil begitu kencangnya !
Langsung ia memprotes Dokter: " Dokter harus bertanggung jawab bila anak
saya ini mati ! Dokter salah memberikan obat ! ".
" Saya tak pernah salah tuan. Anda jangan terlalu nervous . Saya malahan
tak pernah berani menyuntik anak2 dibawah lima belas tahun ", kata sang
dokter, .
" Mari kita bawa ke RSUP. Memang gejala penyakit anak anda ini sedikit ada
kelainan ". Dokter itu membantu menyetirkan mobil Daud ke RSUP . Alat – alat
yang komplit disini , dokter2 muda berbakat yang sedang jaga malam , telah
melakukan pemeriksaan dengan telititetap mereka yakin bukan salah obat.
" Anak ini pernah jatuh ? tiba2 seorang dokter muda yang khusus bekerja
sebagai seorang internist.
" Tidak " bantah Daud, " Kami bukan orang gila. Kami tidak pernah
membiarkan anak kami untuk jatuh . Apalagi salah minum obat ".
" Ini bukan sama sekali gejala salah minum obat. Anak anda memang flu.
Obat yang diberikan dokter Tamim tadi betul2 obat influenza yang patent. Saya
kira ada penyakit lain yang tidak tampak ditubuh anak anda ".
Usul itu diterima. Tetapi anggota badan Delila tidak memperlihatkan ada
gejala bengkak didalam. Malaha dokter itu memuji: " Tulang kaki dan tangan
anak tuan adalah tulang2 calon atlit ".
Pujian itu tak ada artinya bagi Daud, Karna Delila masih saja menangis. Ia
menatap setiap wajah dokter itu dengan geram. Seorang diantaranya yang
senior, sedang menuliskan resep. Resep itu diberikannya kepada Daud seraya
berkata : " Ambil di Apotik disini saja . Buka 24 jam ".
Ia ragu – ragu menerima resep itu. Ia seakan akan tak percaya pada ilmu
kedokteran lagi. Tapi Laila mendorong punggungnya, sehingga Daud menjadi
lunak hatinya dan memungut resep itu. Namun wajahnya tetap sinis. Dan ini
bukanlah sifat Daud yang sebenarnya. Ia seorang manager yang baik dikantor,
dan seorang yang baik di rumah, tetapi ia tidak punya pengetahuan kedokteran
sebaik dokter2 itu.
Ketika obat itu akan ddiminumkan pada Delila yang masih menangis, ia
menatap pada Laila dengan sikap ragu2. Laila mendorong suaminya : "
Minumkan saja . Tak apa – apa "
" Aku hanya percaya pada Tuhan ", kata Daud,
" Jika obat ini salah juga, kuserahkan pada kemurahan hati Tuhan ".
Paginya ketika Daud melihat Meiske sarapan pagi , dengan sedikit kasar ia
berkata :
" Kalau kamu sakit flu, ke dokter dong. Nanti nula pada anak kami ".
Meiske melihat mata Daud yang berkilat – kilat, dan ia terhempas sedih dan
tersinggung seketika. Tapi ia memaksakan diri untuk makan sarapan terus, lalu
buru – buru kekamar dengan sedih. Mengapa bang Daud sekasar itu ? Sedihnya
benar2 berhiba hati. Ia merasa dirinya begitu malang.
Namun Laila tahu perasaan Meiske yang tersinggung. Ia memang melihat
bagaimana Daud denga kasar berkata pada Meiske. Tapi ketika itu ia tak mau www.ac-zzz.tk
ikut campur, sebab dalam keadaan begini buat Daud yang paling penting Cuma
Delila anak tunggalnya saja !
Laila mendatangi paviliun . Meiske didapatinya sedang terisak di temat
tidur. Ia berkata membujuk : " Meis, jangan diambil hati kata2 mas Daud tadi.
Kak Laila minta maff atas nama mas Daud . Sudahlah, berhentilah bersedih.
Bukankah tadi Meis buru2 sarapan karena mau ujian ? Hayo, sudah hampir jam
7 , sedangkan kamu ujian jam 8 ".
Meiske bukan gadis yang sok manja. Ia berkata tulus : " Terima kasih kak
Laila. Saya minta maaf , tapi saya yakin bukan saya yang menulari flu si Del ".
" Hayo, lupakan saja. Kak Laila memdo'a kan ujianmu berhasil ".
Meiske mendapatkan spirit. Ketika ia bersalin pakaian , Meiske berkata
dalam hati lagi : Bukankah aku ini orang keji ? Kak Laila yang begitu suci
hatinya……sedangkan aku mencintai suaminya ? Bukankah aku tadi menangis
hanya karena shock sebab di bentak orang yang kucintai ? Bukankah yang
kuingini selama ini kata2nya yang lembut, yang itupun belum pernah kurasakan
? Ampuni daku , Tuhanku !
Tetapi uacapan Laila adalah benar2 segunung semangat bagi Meiske yang
ketika itu menghadapi ujian hari itu, dan ujian2 hari berikutnya.
Episode 45
Pada hari terakhir ujiannya, dan Meiske yakin ia pasti lulus. Ia sengaja
mampir ketokon makanan . Dan karena ia ingat ucapan bang Daud Waitulo
dulu, bahwa kak Laila menyenangi kuweh bugis, iapun sengaja membelikannya.
Hampir membayar, Meiske tahu benar kesenangan si Delila: roti wafel. Ketika
memasuki rumah, bagian untuk Delila adalah yang pertama diberikannya. Laila
sedang menggendong anaknya itu. Ia bertanya: " Wah, kau ulang tahun Meis ? "
" Bukan , kak, hanya karna hati senang ujian2 selesai dengan lancar ", kata
Meiske dan mencubit pipi Delila dengan saying karena anak itu sekarang sudah
sehat kembali. Daud kebetulan melihat kejadian itu, tapi ia tak begitu perduli.
Tapi ia sangat kaget sewaktu didengarnya kata2 Laila : " Wah, ini kuweh bugis
rupanya ?"
" Kuweh kesenangan kak Laila ", kata Meiske.
Daud menjadi risau akan hal ini. Karena ia mengira Meiske sengaja
membelikan Laila kuweh bugis untuk mengambil hati isterinya. Daud tahu
benar, Laila punya hati yang baik dan tulus, apalagi masih juga menahan2
Meiske tinggal dirumah ini.
Karena yng dibelikan Meiske itu disodorkan juga oleh Laila untuk Daud .
Daud mengambilnya sebuah. Tapi ia mengambilnya karena di sodorkan Laila
dalam keadaan sudah dibuka bungkusnya dan hampir2 kedepan mulut Daud .
Namun yang senang melihat kuweh itu justru Meiske. Entah bagaimana Meiske
malu untuk berada disana. Ia pergi kekamarnya. Sampai jauh malam ia tak bisa
tidur oleh perasaan bahagia.
Tapi aneh! Sungguh aneh! Meiske pagi2 dibula april merasa seperti diiris
sembilu mendengar dari kak Laila bahwa Daud telah berangkat ke Filipina
untuk dua minggu lamanya. Ia merasa sebal karena tidak bangun pagi , dan
tidak tahu sejak hari sebelumnya bahwa Daud akan pergi jauh dan lama. Maka
pada har – hari kepergian Daud itu telah membuat dirinya melampiaskan rasa
syang kepada Delila yang kini telah hampir memasuki usia 4 tahun . Dia
bercanda – canda main ubar2an , menggendong2 Delila dibahu, merangka2
seperti binatang yang kesemuanya itu membuat Delila sangat manja
kepadanya. Kalau dapat kiriman uang dari ayahnya, Meiske sengaja
membelikan roti wafel dan coklat, abhkan tadi ia membelikan mainan . Laila
juga senang melihat anaknya Delila begitu lincah pada hari kepergian ayahnya,
sehingga Delila seolah-olah sudah lupa papanya tidak ada. Lestina mendengar
lelucin2 dan kakak kikik Delila dari kamarnya' karna ia sedang memaksakan diri
belaja terus.
Laila berkata: " Tadi siang surat mas Daud dating dari manila ".
Meiske ingin sangat untuk ikut membacanya , tetapi ia hanya menyahut : "
Oh, sudah ya ? ".
" Mas Daud kadang terlalu royal . Supaya saya juga bisa melihat fotonya
dengan segera berlatar belakang kota manila, ia buang2 duit berpotret dengan
film Polaroid yang sekali potret terus jadi itu ".
" Mau lihat fotonya , Meis ? Tanya Laila.
Meiske berlagak tak mendengar dengan terus bercanda sambil ketawa2
kepada Delila. Laila pergi mengambil foto dan surat Daud kekamarnya. Dan
rasanya tak sabar bagi meiske untuk melihatnya ! Ya ! Iamungkin jauh lebih
kangen dari pada Laila, isteri Daud sendiri ! Laila biasa saja ketika memberikan
beberapa foto Polaroid itu. Namun Meiske tak bisa menyembunyikan gemetar
nya. Tapi dia berbuat seakan – akan tak begitu acuh pada foto2 itu, dan
dikembalikannya dengan senyum hambar, tapi jantungnya kencang berdebar .
" Mau membaca suratnya ? ", Tanya Laila.
" Tidak, terima kasih, kak " kata Meiske menolaknya dengan sikap hambar,
biarpun ia merindukan berita2 mengenai Daud.
Dan begitulah Meiske : Nyala cintanya kepada suami Laila ibarat api dalam
sekam . yang amat mentakjubkan Meiske adalah sikap Laila yang begitu bai k
selalu kepadanya. Laila tidak tahu , bahwa bila Meiske menyayangi Delila
adalah sebenarnya pelampiasan kasihannya yang tak sampai pada ayah Delila
ini !
Memang Daud memenuhi syarat sebagai ayah maupun suami yang baik. Ia
telah kembali sesuai dengan rencana. Ia pulang memakai kemeja Filipino.
Untuk Delila ia telah membawa boneka2 yang indah , pakaian2 , bahkan
sepasang gelang emas yang sebetulnya bikinan Thailand. Tidak kerang pula
oleh2nya untuk Laila . Ada dua buah gaun yang bentuknya mirip yang sering
dipakai Imelda marcos : Putih Agung !
Ada gaun2 lainnya, tetapi dihari kedatangannya itu -- sementara Delila main
boneka2 yang bisa jalan dan ngomong sendiri --- Daud telah berkata pada
Laila : " Aku ingin kau memakai gaun imelda itu dimalam ini juga "
" Ini warna putih warna mayat " , kata Laila.
" Pakailah , aku sengaja membelikannya untukmu ", kata Daud.
Dan Laila menuruti kemauan suaminya. Ia dikomentari oleh Meiske yang
menonton saja : " Wah, pas betul kak Laila memakai gaun putih begitu ".
" Ini gaun orang mati ", kata Laila.www.ac-zzz.tk
Daud hanya tertawa. Tetapi ketika Laila berkata : " Ini satu lagi untukmu,
Meiske! "
Satu lagi gaun putih itu yang diberikan Laila untuk Meiske, membuat Daud
tidak tertawa. Satu lagi rok dan blus untuk si Lestina membuat Daud bangga
pada isterinya. Meiske yang semula menolak, karena dipaksa2 juga oleh Laila,
akhirnya menerimanya. Daud cemberut sedikit seetelah Meiske pergi membawa
gaun itu.
" Mustinya memberi itu dengan hati ikhlas, ma ", kata Laila.
" Aku membelikannya untukmu ", kata Daud.
" Ya, kau membelinya dua gaun putih . Buat apa sekali dua? Buat aku satu
pun cukup, mas Daud",
" Kau terlalu baik hati ", kata Daud.
Delila tiba2 menangis. Daud mendekati Delila dengan cepatnya; " Ada apa ,
anak papa saying ? ".
" Daud mengerti . " Oh, ini musti diputar pernya dulu, supaya bisa jalan ".
Delila tertawa terkikih kikih. Laila mengomentari : " Begitulah Delila
tertawa sewaktu kau di Manila ".
" Dia tak menanyakan papanya, hmmm ? " Tanya Daud pada isterinya.
" Hanya hari pertama . Setelah itu ada yang jadi teman akrabnya ".
" Siapa ? ", Tanya Daud.
" Si Meiske. Rasanya tidak salah Meiske tinggal disini. Ia benar – benar
pandai menjaga hati anak kecil. Meiske yang jadi teman Delila selama ini. Ia
benar2 punnya watak penuh keibuan ".
Kata – kata Laila itu terbukti. Pagi2 ketika suami itu bangun ereka Delila
tidak ada dikamar. Ternyata ia telah turun sendiri dari ranjang.
" He, kemana si Del, ma ? "Tanya Daud pada isterinya.
Laila menjawab tertawa : " Kemana lagi kalau bukan dikamar Meiske ? coba
mas kesana, dia pasti lagi bercanda- canda bersama si Meis ! ".
" Nanti menggau pelajarannya ", gerutu Daud.
" Ah, itu sudah jadi kebiasaan sehari – hari Delila ", kata Laila, " Anak kecil
tidak bisa saying pada seseorang dengan sikap berpura-pura. Dan Meiske tidak
berpura – pura saying pada Delila. Dia benar anak yang amat mengasihi.
Jiwanya suci ".
Hari – hari memang begitu kalau Daud terbangun agak pagi. Ia tak pernah
bertemu dengan Delila, karena Delila sudah mengetuk pintu kamar Meiske.
Gejala ini diketahui Daud. Daud segera berkata pada Laila : " Ma, tidak baik
anak kita saying pada orang lain. Aku jadi iri ! Aku seharusnya dapat soenjes
dari si Del kalau pagi ".
Pada hari terakhir ujiannya, dan Meiske yakin ia pasti lulus. Ia sengaja
mampir ketokon makanan . Dan karena ia ingat ucapan bang Daud Waitulo
dulu, bahwa kak Laila menyenangi kuweh bugis, iapun sengaja membelikannya.
Hampir membayar, Meiske tahu benar kesenangan si Delila: roti wafel. Ketika
memasuki rumah, bagian untuk Delila adalah yang pertama diberikannya. Laila
sedang menggendong anaknya itu. Ia bertanya: " Wah, kau ulang tahun Meis ? "
" Bukan , kak, hanya karna hati senang ujian2 selesai dengan lancar ", kata
Meiske dan mencubit pipi Delila dengan saying karena anak itu sekarang sudah
sehat kembali. Daud kebetulan melihat kejadian itu, tapi ia tak begitu perduli.
Tapi ia sangat kaget sewaktu didengarnya kata2 Laila : " Wah, ini kuweh bugis
rupanya ?"
" Kuweh kesenangan kak Laila ", kata Meiske.
Daud menjadi risau akan hal ini. Karena ia mengira Meiske sengaja
membelikan Laila kuweh bugis untuk mengambil hati isterinya. Daud tahu
benar, Laila punya hati yang baik dan tulus, apalagi masih juga menahan2
Meiske tinggal dirumah ini.
Karena yng dibelikan Meiske itu disodorkan juga oleh Laila untuk Daud .
Daud mengambilnya sebuah. Tapi ia mengambilnya karena di sodorkan Laila
dalam keadaan sudah dibuka bungkusnya dan hampir2 kedepan mulut Daud .
Namun yang senang melihat kuweh itu justru Meiske. Entah bagaimana Meiske
malu untuk berada disana. Ia pergi kekamarnya. Sampai jauh malam ia tak bisa
tidur oleh perasaan bahagia.
Tapi aneh! Sungguh aneh! Meiske pagi2 dibula april merasa seperti diiris
sembilu mendengar dari kak Laila bahwa Daud telah berangkat ke Filipina
untuk dua minggu lamanya. Ia merasa sebal karena tidak bangun pagi , dan
tidak tahu sejak hari sebelumnya bahwa Daud akan pergi jauh dan lama. Maka
pada har – hari kepergian Daud itu telah membuat dirinya melampiaskan rasa
syang kepada Delila yang kini telah hampir memasuki usia 4 tahun . Dia
bercanda – canda main ubar2an , menggendong2 Delila dibahu, merangka2
seperti binatang yang kesemuanya itu membuat Delila sangat manja
kepadanya. Kalau dapat kiriman uang dari ayahnya, Meiske sengaja
membelikan roti wafel dan coklat, abhkan tadi ia membelikan mainan . Laila
juga senang melihat anaknya Delila begitu lincah pada hari kepergian ayahnya,
sehingga Delila seolah-olah sudah lupa papanya tidak ada. Lestina mendengar
lelucin2 dan kakak kikik Delila dari kamarnya' karna ia sedang memaksakan diri
belaja terus.
Laila berkata: " Tadi siang surat mas Daud dating dari manila ".
Meiske ingin sangat untuk ikut membacanya , tetapi ia hanya menyahut : "
Oh, sudah ya ? ".
" Mas Daud kadang terlalu royal . Supaya saya juga bisa melihat fotonya
dengan segera berlatar belakang kota manila, ia buang2 duit berpotret dengan
film Polaroid yang sekali potret terus jadi itu ".
" Mau lihat fotonya , Meis ? Tanya Laila.
Meiske berlagak tak mendengar dengan terus bercanda sambil ketawa2
kepada Delila. Laila pergi mengambil foto dan surat Daud kekamarnya. Dan
rasanya tak sabar bagi meiske untuk melihatnya ! Ya ! Iamungkin jauh lebih
kangen dari pada Laila, isteri Daud sendiri ! Laila biasa saja ketika memberikan
beberapa foto Polaroid itu. Namun Meiske tak bisa menyembunyikan gemetar
nya. Tapi dia berbuat seakan – akan tak begitu acuh pada foto2 itu, dan
dikembalikannya dengan senyum hambar, tapi jantungnya kencang berdebar .
" Mau membaca suratnya ? ", Tanya Laila.
" Tidak, terima kasih, kak " kata Meiske menolaknya dengan sikap hambar,
biarpun ia merindukan berita2 mengenai Daud.
Dan begitulah Meiske : Nyala cintanya kepada suami Laila ibarat api dalam
sekam . yang amat mentakjubkan Meiske adalah sikap Laila yang begitu bai k
selalu kepadanya. Laila tidak tahu , bahwa bila Meiske menyayangi Delila
adalah sebenarnya pelampiasan kasihannya yang tak sampai pada ayah Delila
ini !
Memang Daud memenuhi syarat sebagai ayah maupun suami yang baik. Ia
telah kembali sesuai dengan rencana. Ia pulang memakai kemeja Filipino.
Untuk Delila ia telah membawa boneka2 yang indah , pakaian2 , bahkan
sepasang gelang emas yang sebetulnya bikinan Thailand. Tidak kerang pula
oleh2nya untuk Laila . Ada dua buah gaun yang bentuknya mirip yang sering
dipakai Imelda marcos : Putih Agung !
Ada gaun2 lainnya, tetapi dihari kedatangannya itu -- sementara Delila main
boneka2 yang bisa jalan dan ngomong sendiri --- Daud telah berkata pada
Laila : " Aku ingin kau memakai gaun imelda itu dimalam ini juga "
" Ini warna putih warna mayat " , kata Laila.
" Pakailah , aku sengaja membelikannya untukmu ", kata Daud.
Dan Laila menuruti kemauan suaminya. Ia dikomentari oleh Meiske yang
menonton saja : " Wah, pas betul kak Laila memakai gaun putih begitu ".
" Ini gaun orang mati ", kata Laila.www.ac-zzz.tk
Daud hanya tertawa. Tetapi ketika Laila berkata : " Ini satu lagi untukmu,
Meiske! "
Satu lagi gaun putih itu yang diberikan Laila untuk Meiske, membuat Daud
tidak tertawa. Satu lagi rok dan blus untuk si Lestina membuat Daud bangga
pada isterinya. Meiske yang semula menolak, karena dipaksa2 juga oleh Laila,
akhirnya menerimanya. Daud cemberut sedikit seetelah Meiske pergi membawa
gaun itu.
" Mustinya memberi itu dengan hati ikhlas, ma ", kata Laila.
" Aku membelikannya untukmu ", kata Daud.
" Ya, kau membelinya dua gaun putih . Buat apa sekali dua? Buat aku satu
pun cukup, mas Daud",
" Kau terlalu baik hati ", kata Daud.
Delila tiba2 menangis. Daud mendekati Delila dengan cepatnya; " Ada apa ,
anak papa saying ? ".
" Daud mengerti . " Oh, ini musti diputar pernya dulu, supaya bisa jalan ".
Delila tertawa terkikih kikih. Laila mengomentari : " Begitulah Delila
tertawa sewaktu kau di Manila ".
" Dia tak menanyakan papanya, hmmm ? " Tanya Daud pada isterinya.
" Hanya hari pertama . Setelah itu ada yang jadi teman akrabnya ".
" Siapa ? ", Tanya Daud.
" Si Meiske. Rasanya tidak salah Meiske tinggal disini. Ia benar – benar
pandai menjaga hati anak kecil. Meiske yang jadi teman Delila selama ini. Ia
benar2 punnya watak penuh keibuan ".
Kata – kata Laila itu terbukti. Pagi2 ketika suami itu bangun ereka Delila
tidak ada dikamar. Ternyata ia telah turun sendiri dari ranjang.
" He, kemana si Del, ma ? "Tanya Daud pada isterinya.
Laila menjawab tertawa : " Kemana lagi kalau bukan dikamar Meiske ? coba
mas kesana, dia pasti lagi bercanda- canda bersama si Meis ! ".
" Nanti menggau pelajarannya ", gerutu Daud.
" Ah, itu sudah jadi kebiasaan sehari – hari Delila ", kata Laila, " Anak kecil
tidak bisa saying pada seseorang dengan sikap berpura-pura. Dan Meiske tidak
berpura – pura saying pada Delila. Dia benar anak yang amat mengasihi.
Jiwanya suci ".
Hari – hari memang begitu kalau Daud terbangun agak pagi. Ia tak pernah
bertemu dengan Delila, karena Delila sudah mengetuk pintu kamar Meiske.
Gejala ini diketahui Daud. Daud segera berkata pada Laila : " Ma, tidak baik
anak kita saying pada orang lain. Aku jadi iri ! Aku seharusnya dapat soenjes
dari si Del kalau pagi ".
Episode 46
Daud menemukan akal untuk menyapih rasa saying Delila pada Meiske . Ia
bangun lebih pagi. Dan ditirunya cara2 Meiske menggoda dan bercanda dengan
Delila, Dan Daudlah yang selalu membangunkan anak tunggalnya itu. Perlahan –
lahan Daud merasakan bahwa kesayangan Delila kini telah berpindah kepadanya
sepenuhnya. Dan kalau sore2 Daud hanya berdua dengan Delila pergi keair
mancur yang bisa menari-nari didekat monas . Delila merasa lucu air bisa
mengikuti irama goyang lagu2 dangdut. Ia tertawa – tawa geli. Seperti banyak
anak kecil, besok sorenya Delila minta lagi melihat air mancur dangdut itu.
Tak ada satu kesempatan buat Meiske untuk merebut perasaan Delila lagi.
Sebab , sampai mecebok Delila sehabis berak juga Daud sendirilah yang
melakukannya. Ia menidurkan anaknya bila sudah mengantuk. Dan tiap pagi
dialah yang membangunkan Delila.
Hal2 begini diperhatikan benar oleh Laila, entah bagaimana Laila berkata
pagi2 itu ketika ia mendapatkan daud sedang mencium – cium Delila dan
menggendong2 .
" Mas jangan keliwat saying sama ank". Kata Laila.
" Kenapa ? "
" Nanti salah satu ada yang kehilangan ", kata Laila.
Daud marah sekali dengan kata2 itu : " Kau jangan omong ngawur !
kehilangan adalah kehenda Tuhan ".
Dan ia tak pernah berhenti untuk " teramat saying " kepada puteri
tunggalnya selama satu tahun ini. Lagi pula, ketika delila telah berusia lima
tahun ia tampak begitu pintar . Makin pintar Delila, makin bertambah
sayangnya Daud. Laila tidak bisa mencegah saying yang keterlaluan yang
diberikan Daud kepada anaknya. Malahan sering ia mengomel ; ' Lihat, itu si Del
tambah kolokan ", " Lihatlah , nanti dia sulit untuk ditinggal kemana-mana ".
Dan memang benar . Daud sendiri gelisah suatu sore sepulang dari kantor,
Laila heran : " Apa yang terjadi dikantor ? ".
" Aku harus berangkat ke America begitu visa kudapatkan. Kira – kira dalam
tiga hari yang akan dating. Berat rasanya meninggalkan Delila ", kata Daud.
Delila ketika itu mendengar. Murid kelas nol kecil Taman kanak2 yang pintar
itu memdengarkan omongan Ayahnya, dan ia berkata : "Papa, Del ikut ke
America ya ? "
Daud mendekapi Delila. Delila menangis melonjak-lonjak. Daud berkata
membuju : " Papa cari duit kesana. Nanti pulangnya papa bawa oleh2 "
" Nggak ! Del ikut ! Del ikut ! ".
Pada malam keberangkatannya , Daud mendengar Delila mengigau : " Del
ikut , papa! Papa jangan pigi sendiri, papa ! Del ikut! ". Daud maupun laila
terbangun. Daud menundukkan kepala ketika ia melihat Delila tertidur kembali.
" Kenapa nangis, mas ? ", Tanya Laila yang tiba2 gusar, seakan –akan mau
terjadi satu perpisahaan abadi antara Daud dan anaknuya kali ini.
Laila sampai memegang bahu suaminya erat2 dan menggoncang2kannya:
"Mas , Kenapa kau .? Kenapa kau ? "
" Entahlah ", kata Daud. " hatiku tidak enak saja berangkat sekarang ini .
kalau ticket belum dibeli dan visa belum ditangan, mau saja aku membatalkan
keberangkatan saya kali ini ".
Daud menatap lagi pada Delila. Mata Daud tampak layu seakan - akan mata
mayat . Laila jadi gusar ! ia menggoacang Daud serta memeluknya .
Menjelang dua menit keberangkatannya, Delila berkata : " Kenapa pakai
baju putih – putih , papa ? " Oleh pertanyaan itu Daud memeluk anaknya itu.
Laila cepat2 pergi ke kamar mandi, dan menangis seketika. Ia baru keluar
setelah Daud memanggilnya. Didapatinya Daud sedang menciumi Delila sepuas –
puasnya.
" Kalau mau tidur jangan lupa sama Papa, ya "
" Nggak , papa ", kata Delila, " Tapi Del ikut sama papa ka ? "
" Tidak………." , kata Daud terisak-isak. Dipeluknya Delila sekuat-kuat ,
seakan2 pelukan orang mau berpisah untuk selama2nya. Laila ikut menangis,
dan terlebih2 lagi ketika Delila meratap keras – keras sewaktu Daud mau naik
ke taxi. Daud melambaikan tangannya dan membuang muka cepat2, sementara
Delila menagis berteriak2. Bahkan Meiske yang pernah jadi teman akrab Delila
sewaktu Daud ke Filipina , tak bisa membujuknya.
Perasaan tak tentram melanda diri Laila , lebih2 jika malam. Ia bermimpi
pesawat terbang Daud jatuh. Dan jatuh diatas rumah ini, menimpa Delila.
Delila tewas tapi Daud selamat namun terbakar oleh api pesawat. Pada malam
lainnya Delila yang Delila yang mengigau menangis2 keras . Pagi harinya anak
itu ngelamun .
" Del'kan mau diantar tante Meis pergi sekolah , kenapa ngelamun ? "
" Papa kok lama betul perginya , mama ? "
Setiap pagi begitu. Delila selalu ngelamun menanyakan ayahnya. Berita
surat kabar pagi ini merupa headline :
PESAWAT TERBANG UNITED DENGAN SELURUH
PENUMPANGNYA TEWAS DIATAS BOSTON !
" Meiske ! " Seru Laila hampir menangis sebelum membaca berita itu dengan
mendetail. Teriak Laila memanggil Meiske itu didengar oleh Delila, Meiske lari
tergopoh dari kebun.
" Ada apa , ka ? ", Tanya Meiske.
" Bacalah berita ini ", kata Laila lantas melihat Delila yang ngelamun. Ia
meraih Delila dengan tangisan terisak isak. Dan ketika Meiske baru sebaris
membaca surat kabar itu.
Laila berkomentar: " Aku telah bilang, bermimpi pesawat yang ditumpangi
mas Daud jatuh. Aku kuatir….Meiske ! "
" Mama….kenapa papa , mama ? " Tanya Delila dengan mata berkaca-kaca.
Iap un pernah bermimpi naik pesawat terbang suatu malam, pesawat itupun
jatuh tapi jatuh diatas satu padang salju luas dan memutih.
" Mama….jangan nangis , mama ! kenapa, mama !
Daud menemukan akal untuk menyapih rasa saying Delila pada Meiske . Ia
bangun lebih pagi. Dan ditirunya cara2 Meiske menggoda dan bercanda dengan
Delila, Dan Daudlah yang selalu membangunkan anak tunggalnya itu. Perlahan –
lahan Daud merasakan bahwa kesayangan Delila kini telah berpindah kepadanya
sepenuhnya. Dan kalau sore2 Daud hanya berdua dengan Delila pergi keair
mancur yang bisa menari-nari didekat monas . Delila merasa lucu air bisa
mengikuti irama goyang lagu2 dangdut. Ia tertawa – tawa geli. Seperti banyak
anak kecil, besok sorenya Delila minta lagi melihat air mancur dangdut itu.
Tak ada satu kesempatan buat Meiske untuk merebut perasaan Delila lagi.
Sebab , sampai mecebok Delila sehabis berak juga Daud sendirilah yang
melakukannya. Ia menidurkan anaknya bila sudah mengantuk. Dan tiap pagi
dialah yang membangunkan Delila.
Hal2 begini diperhatikan benar oleh Laila, entah bagaimana Laila berkata
pagi2 itu ketika ia mendapatkan daud sedang mencium – cium Delila dan
menggendong2 .
" Mas jangan keliwat saying sama ank". Kata Laila.
" Kenapa ? "
" Nanti salah satu ada yang kehilangan ", kata Laila.
Daud marah sekali dengan kata2 itu : " Kau jangan omong ngawur !
kehilangan adalah kehenda Tuhan ".
Dan ia tak pernah berhenti untuk " teramat saying " kepada puteri
tunggalnya selama satu tahun ini. Lagi pula, ketika delila telah berusia lima
tahun ia tampak begitu pintar . Makin pintar Delila, makin bertambah
sayangnya Daud. Laila tidak bisa mencegah saying yang keterlaluan yang
diberikan Daud kepada anaknya. Malahan sering ia mengomel ; ' Lihat, itu si Del
tambah kolokan ", " Lihatlah , nanti dia sulit untuk ditinggal kemana-mana ".
Dan memang benar . Daud sendiri gelisah suatu sore sepulang dari kantor,
Laila heran : " Apa yang terjadi dikantor ? ".
" Aku harus berangkat ke America begitu visa kudapatkan. Kira – kira dalam
tiga hari yang akan dating. Berat rasanya meninggalkan Delila ", kata Daud.
Delila ketika itu mendengar. Murid kelas nol kecil Taman kanak2 yang pintar
itu memdengarkan omongan Ayahnya, dan ia berkata : "Papa, Del ikut ke
America ya ? "
Daud mendekapi Delila. Delila menangis melonjak-lonjak. Daud berkata
membuju : " Papa cari duit kesana. Nanti pulangnya papa bawa oleh2 "
" Nggak ! Del ikut ! Del ikut ! ".
Pada malam keberangkatannya , Daud mendengar Delila mengigau : " Del
ikut , papa! Papa jangan pigi sendiri, papa ! Del ikut! ". Daud maupun laila
terbangun. Daud menundukkan kepala ketika ia melihat Delila tertidur kembali.
" Kenapa nangis, mas ? ", Tanya Laila yang tiba2 gusar, seakan –akan mau
terjadi satu perpisahaan abadi antara Daud dan anaknuya kali ini.
Laila sampai memegang bahu suaminya erat2 dan menggoncang2kannya:
"Mas , Kenapa kau .? Kenapa kau ? "
" Entahlah ", kata Daud. " hatiku tidak enak saja berangkat sekarang ini .
kalau ticket belum dibeli dan visa belum ditangan, mau saja aku membatalkan
keberangkatan saya kali ini ".
Daud menatap lagi pada Delila. Mata Daud tampak layu seakan - akan mata
mayat . Laila jadi gusar ! ia menggoacang Daud serta memeluknya .
Menjelang dua menit keberangkatannya, Delila berkata : " Kenapa pakai
baju putih – putih , papa ? " Oleh pertanyaan itu Daud memeluk anaknya itu.
Laila cepat2 pergi ke kamar mandi, dan menangis seketika. Ia baru keluar
setelah Daud memanggilnya. Didapatinya Daud sedang menciumi Delila sepuas –
puasnya.
" Kalau mau tidur jangan lupa sama Papa, ya "
" Nggak , papa ", kata Delila, " Tapi Del ikut sama papa ka ? "
" Tidak………." , kata Daud terisak-isak. Dipeluknya Delila sekuat-kuat ,
seakan2 pelukan orang mau berpisah untuk selama2nya. Laila ikut menangis,
dan terlebih2 lagi ketika Delila meratap keras – keras sewaktu Daud mau naik
ke taxi. Daud melambaikan tangannya dan membuang muka cepat2, sementara
Delila menagis berteriak2. Bahkan Meiske yang pernah jadi teman akrab Delila
sewaktu Daud ke Filipina , tak bisa membujuknya.
Perasaan tak tentram melanda diri Laila , lebih2 jika malam. Ia bermimpi
pesawat terbang Daud jatuh. Dan jatuh diatas rumah ini, menimpa Delila.
Delila tewas tapi Daud selamat namun terbakar oleh api pesawat. Pada malam
lainnya Delila yang Delila yang mengigau menangis2 keras . Pagi harinya anak
itu ngelamun .
" Del'kan mau diantar tante Meis pergi sekolah , kenapa ngelamun ? "
" Papa kok lama betul perginya , mama ? "
Setiap pagi begitu. Delila selalu ngelamun menanyakan ayahnya. Berita
surat kabar pagi ini merupa headline :
PESAWAT TERBANG UNITED DENGAN SELURUH
PENUMPANGNYA TEWAS DIATAS BOSTON !
" Meiske ! " Seru Laila hampir menangis sebelum membaca berita itu dengan
mendetail. Teriak Laila memanggil Meiske itu didengar oleh Delila, Meiske lari
tergopoh dari kebun.
" Ada apa , ka ? ", Tanya Meiske.
" Bacalah berita ini ", kata Laila lantas melihat Delila yang ngelamun. Ia
meraih Delila dengan tangisan terisak isak. Dan ketika Meiske baru sebaris
membaca surat kabar itu.
Laila berkomentar: " Aku telah bilang, bermimpi pesawat yang ditumpangi
mas Daud jatuh. Aku kuatir….Meiske ! "
" Mama….kenapa papa , mama ? " Tanya Delila dengan mata berkaca-kaca.
Iap un pernah bermimpi naik pesawat terbang suatu malam, pesawat itupun
jatuh tapi jatuh diatas satu padang salju luas dan memutih.
" Mama….jangan nangis , mama ! kenapa, mama !
Episode 47
SEBAGAI anak kecil berusia lima tahun tapi berotak pintar, ucapan ibunya
bahwa ayahnya tewas dalam kecelakaan pesaawat terbang, betul2 menggores
perasan Delila.
Delila berfikir : Kenapa bukan aku saja yang mati ? kenapa bukan pesawat
terbang didalam mimpiku yang jatuh ?
" Ah ", kata Laila tak sabaran memperhatikan Meiske membaca, " Jangan
baca yang lain, lihat saja daftar nama 2 penumpang yang tewas ! "
" Ini dalam berita ada disebut, warga negara dari India 14 org, dari Inggris ,
dari perancis , dari Itali dan Amerika…..tidak ada warga negara Indonesia disini
"
" Jadi tak jatuh '
" Tapi mengapa mas Daud tak pernah tulis surat ya ? ", Tanya Laila.
" Mungkin acaranya padat ", kata Meiske.
Laila teringat soal gaun putih bergaya Imelda yang di beli Daud, Laila bilang
" Ini gaun orang mati ". Apa yang membuat Laila berkata begitu ? Entah.
Keterlanjuran saja barang kali ! Lantas Laila ingat, ketika Daud sayang2nya
pada Delila, Laila pernah memperingatkan suaminya itu : " Mas , jangan keliwat
sayang sama anak . Nanti salah satu ada yang kehilangan ! ",Mendengar itu ---
kini Laila ingat benar --- Daud marah sekali.
Kini Laila baru sadar, bahwa ia membuat Delila terisak-isak kecil. Ia
membujuk anaknya dengan kesadaran : " Tidak ada apa2 Del . Marilah mama
antar Del ke sekolah ya ? ".
Delia menggelengkan kepalanya.
" Lho , nanti katanya mau naik kelas nol besar. Sekolah ya ? "
" Del nggak mau sekolah kalau papa mati ", kata Delila.
" Del…"
" Abis papa mati sih ", kata delila
Laila ingat , Delila justru yang menanyakan kenapa papanya pakai baju
putih2 dipagi keberangkatan Daud itu . Bukankah itu suatu lambang mistis ?
Agak sulit juga buat Laila untuk berhasil membujuk Delila agar mau pergi
sekolah . Dia bangun paling duluan. Dan bila laila keluar kamar mencarinya,
maka dilihatnya Delila duduk ngelamun. Laila membujuknya dengan jalan
menggendongnya. Tetapi tampak Delila tidak bisa dibujuk lagi . Ia tetap tak
mau pergi sekolah. Meiske pun gagal membujuknya.
" Mama ", kata Delila.
" Ya…"
" Apakah papa sudah mati, mama ? "
" Belum , sayang! "
" Papa janji tulis surat , nggak ada suratnya ! " kata anak kecil itu.
Memang agak misterius janji mas Daud kali ini. Biasanya janjinya selalu
tepat. Laila bertanya pada Meiske yang rupanya juga risau melihat suasana
rumah jadi suram .
" Bagaimana kalau kita tanyakan pada Departemen Perhubungan . Atau
kekantor tempat pesawat mas Daud yang pertama. Mungkin Pan American tahu
".
" Saya menduga bang Daud ini sempit waktu. Atau sakit ? ", kata Meiske.
Dugaan Meiske tepat. Sebuah surat dengan cap rumah sakit diterima pada
sore itu juga.
Tetapi Meiske yang berteriak –teriak menerima surat itu kegirangan,
berbeda dengan sikap Laila yang merenung sedih membaca cap rumah sakit itu.
Kemurungannya berhari-hari ini telah dicengkram oleh soal2 kematian, sampai2
ia menduga surat ini datangnya dari rumah sakit memberitahu kematian Daud.
"Kau membacanya", kata laila berlinang air mata seraya meraih Delila.
Delila yang kecil itu seakan2 ingin tahu saja apa isi surat itu. Ia sampai naik
keatas meja dan amat gugup ketika mgikuti Meiske membaca surat itu :
Washington, cap pos.
Laila tersayang dan Delila tercinta.
Maafkan papa terlambat berhari- hari tidak mengirimkan surat. Sebab
begitu sampai di America suda jatuh sakit. Di Hawaii sudah tersa akan flu, tapi
salju dingin yang tak tertahankan sewaktu menginjak benua colombus ini !
Papa langsung masuk rumah sakit. Untunglah papa sudah sembuh sekarang.
Sekalipun semua urusan jadinya tertunda. Mulai hari ini , papa akan terus
menulis surat setiap hari kepada kalian berdua….
Bagai melayang seperti kapas rasanya tubuh Laila. Ia tak sempat mengikuti
suara Meiske yang membaca karena tiba2 ia tak ingat apa2. Laila jatuh ke
lantai .
Delila kecil berseru lantang : " Mama! Mama mati !" Anak kecil itu menjerit ,
Lestinapun ikut2 keluar kamar. Barsama Lestina . Meiske menggotong Laila ke
kamar. Meiske yang pernah ikut jadi pramuka, menggerak – gerakkan anggota
badan Laila agar segera siuman dari pingsannya,
" Mama mati , tante ? " Tanya delila seraya menangis.
" Tidak…"
" Mama….!"
" Jangan takut , sayang ", kata Meiske merangku Delila serta
mengendongnya, serta membelai2 kepala anak kecil itu seraya menghibur: "
Mama sebentar lagi sadar, mama pingsan saja ".
" Kalo mama hidup lagi, Delila mau sekolah " , kata Delila.
" Itu mama sudah gerak ", kata Lestina.
SEBAGAI anak kecil berusia lima tahun tapi berotak pintar, ucapan ibunya
bahwa ayahnya tewas dalam kecelakaan pesaawat terbang, betul2 menggores
perasan Delila.
Delila berfikir : Kenapa bukan aku saja yang mati ? kenapa bukan pesawat
terbang didalam mimpiku yang jatuh ?
" Ah ", kata Laila tak sabaran memperhatikan Meiske membaca, " Jangan
baca yang lain, lihat saja daftar nama 2 penumpang yang tewas ! "
" Ini dalam berita ada disebut, warga negara dari India 14 org, dari Inggris ,
dari perancis , dari Itali dan Amerika…..tidak ada warga negara Indonesia disini
"
" Jadi tak jatuh '
" Tapi mengapa mas Daud tak pernah tulis surat ya ? ", Tanya Laila.
" Mungkin acaranya padat ", kata Meiske.
Laila teringat soal gaun putih bergaya Imelda yang di beli Daud, Laila bilang
" Ini gaun orang mati ". Apa yang membuat Laila berkata begitu ? Entah.
Keterlanjuran saja barang kali ! Lantas Laila ingat, ketika Daud sayang2nya
pada Delila, Laila pernah memperingatkan suaminya itu : " Mas , jangan keliwat
sayang sama anak . Nanti salah satu ada yang kehilangan ! ",Mendengar itu ---
kini Laila ingat benar --- Daud marah sekali.
Kini Laila baru sadar, bahwa ia membuat Delila terisak-isak kecil. Ia
membujuk anaknya dengan kesadaran : " Tidak ada apa2 Del . Marilah mama
antar Del ke sekolah ya ? ".
Delia menggelengkan kepalanya.
" Lho , nanti katanya mau naik kelas nol besar. Sekolah ya ? "
" Del nggak mau sekolah kalau papa mati ", kata Delila.
" Del…"
" Abis papa mati sih ", kata delila
Laila ingat , Delila justru yang menanyakan kenapa papanya pakai baju
putih2 dipagi keberangkatan Daud itu . Bukankah itu suatu lambang mistis ?
Agak sulit juga buat Laila untuk berhasil membujuk Delila agar mau pergi
sekolah . Dia bangun paling duluan. Dan bila laila keluar kamar mencarinya,
maka dilihatnya Delila duduk ngelamun. Laila membujuknya dengan jalan
menggendongnya. Tetapi tampak Delila tidak bisa dibujuk lagi . Ia tetap tak
mau pergi sekolah. Meiske pun gagal membujuknya.
" Mama ", kata Delila.
" Ya…"
" Apakah papa sudah mati, mama ? "
" Belum , sayang! "
" Papa janji tulis surat , nggak ada suratnya ! " kata anak kecil itu.
Memang agak misterius janji mas Daud kali ini. Biasanya janjinya selalu
tepat. Laila bertanya pada Meiske yang rupanya juga risau melihat suasana
rumah jadi suram .
" Bagaimana kalau kita tanyakan pada Departemen Perhubungan . Atau
kekantor tempat pesawat mas Daud yang pertama. Mungkin Pan American tahu
".
" Saya menduga bang Daud ini sempit waktu. Atau sakit ? ", kata Meiske.
Dugaan Meiske tepat. Sebuah surat dengan cap rumah sakit diterima pada
sore itu juga.
Tetapi Meiske yang berteriak –teriak menerima surat itu kegirangan,
berbeda dengan sikap Laila yang merenung sedih membaca cap rumah sakit itu.
Kemurungannya berhari-hari ini telah dicengkram oleh soal2 kematian, sampai2
ia menduga surat ini datangnya dari rumah sakit memberitahu kematian Daud.
"Kau membacanya", kata laila berlinang air mata seraya meraih Delila.
Delila yang kecil itu seakan2 ingin tahu saja apa isi surat itu. Ia sampai naik
keatas meja dan amat gugup ketika mgikuti Meiske membaca surat itu :
Washington, cap pos.
Laila tersayang dan Delila tercinta.
Maafkan papa terlambat berhari- hari tidak mengirimkan surat. Sebab
begitu sampai di America suda jatuh sakit. Di Hawaii sudah tersa akan flu, tapi
salju dingin yang tak tertahankan sewaktu menginjak benua colombus ini !
Papa langsung masuk rumah sakit. Untunglah papa sudah sembuh sekarang.
Sekalipun semua urusan jadinya tertunda. Mulai hari ini , papa akan terus
menulis surat setiap hari kepada kalian berdua….
Bagai melayang seperti kapas rasanya tubuh Laila. Ia tak sempat mengikuti
suara Meiske yang membaca karena tiba2 ia tak ingat apa2. Laila jatuh ke
lantai .
Delila kecil berseru lantang : " Mama! Mama mati !" Anak kecil itu menjerit ,
Lestinapun ikut2 keluar kamar. Barsama Lestina . Meiske menggotong Laila ke
kamar. Meiske yang pernah ikut jadi pramuka, menggerak – gerakkan anggota
badan Laila agar segera siuman dari pingsannya,
" Mama mati , tante ? " Tanya delila seraya menangis.
" Tidak…"
" Mama….!"
" Jangan takut , sayang ", kata Meiske merangku Delila serta
mengendongnya, serta membelai2 kepala anak kecil itu seraya menghibur: "
Mama sebentar lagi sadar, mama pingsan saja ".
" Kalo mama hidup lagi, Delila mau sekolah " , kata Delila.
" Itu mama sudah gerak ", kata Lestina.
Episode 48
Delila minta turun dari gendongan Meiske. Ia langsung merangkul ibunya.
Laila melihat kiri kanan selayak orang yang baru siuman. Begitu ia sadar Delila
menangis, Laila segera merangkulnya. Tubuhnya lemas. Beberapa hari ia sakit,
tetapi ia berangsur sembuh setelah setiap hari menerima surat2 Daud Waitulo.
Tapi selama ibunya sakit, Delila yang kecil itu seringkali ngelamun
disekolahnya. Suatu ketika Delila memikirkan ayahnya, sambil ngelamun ia tak
sadar diperhatikan gurunya.
Gurunya kasihan melihat dalam beberapa hari ini Delila bermenung. Ia
mencoba mendekati murid yang satu ini. Dibelainya kepalanya, : " Kau sakit ,
Del ? "
" Nggak , Del mau pigi kesana ", kata Delila menunjuk awan .
" Bu guru bawa pulang mau ya ? Naik mobil bu guru ya ? "
" Nggak, Delila disuruh sekolah . Delila mau kesana, Bu guru ", katanya ,
menunjuk kelangit lagi.
Bu guru segera mengatasi panik nya seraya membawa muridnya ke mobil.
Ia menyetir mobil itu mengantarkan murid yang pintar ini kerumah. Disitu
didapatkannya Ibu laila --- ibu muridnya yang pintar ini---- sedang terbaring
diranjang.
Bu Guru berkata : " Anak Nyonya , Bu Laila, sedang sedikit meriang ".
Meiske memegang kening Delila. Memang panas.
Ia buru2 mengambi Delila dari tangan bu guru dan melarang kak Laila: "
Biarlah Meiske yang urusin Delila , kak. Kakak tidur saja disitu ".
" Maaf , bu guru , saya sendiri kurang sehat ", " terimakasih atas kebaikan
hati ibu mengantar anak kami ".www.ac-zzz.tk
Setelah bu guru pergi , Laila bersusah payah mencoba untuk bangun , tapi
silitnya bukan main. Ia memanggil nama Meiske, tetapi suaranya tertahan
ditenggorokan .
Meiske sendiri ketiks itu amat cemas melihat keadaan anak kecil yang dalam
pangkuannya…Ya ! Suhu badan Delila meninggi . Mata Delila terbeliak2
menakutkan ! Dan Meiske yang mula2 ingin merahasiakan keadaan Delila demi
menjaga perasaan Laila, tiba2 tak kuasa lagi melihat mata itu. Meiske menjerit
lantang memanggil2 : " " Kak Laila! Kakak ! kak Lailaaaaaa! "
Laila yang semula tak kuat berdiri dari pembaringannya , sekonyong –
konyong ada tenaga sewaktu ia memdengar namanya d,ipanggil Meiske. Ia
melangkah terhuyung2 keluar kamar. Didapatkannya Meiske diruang tengah
sedang memeluk anaknya dengan menangis-nangis. " Kak Laila….", seru Meiske
melihat Laila dating.
" Mari kita bawa si Del ke Dokter ".
Laila memperlihatkan kembali sikap2 lamanya. Ia selalu tampak begitu
tenang apabila seluruh suasana dalam keadaan panik. Ia memegang telapak
tangan dan telapak kaki anaknya satu-satunya terasa dingin, dan memang
teramat panas terasa suhu kepala anaknya itu disbanding dengan telapak2
tangan dan kakinya. Ia tenang sekali menciumi Delila. Bahkan suaranya seakan
– akan tak terdengar : " Anak mama….kenapa, sayang ? "
" Mau kelangit, mama", kata Delila mengerang.
" Baiklah ", kata Laila, " Marilah kita pergi kesana bersama-sama tante Meis ,
ya ? "
" Papa , mama! Papa ikut, mama !" kata anak kecil itu
" Ya, diamlah. Kita nanti bawa papa juga " kata Laila.
Meiske tak bisa menahan sedihnya melihat laila begitu tabah membujuk
anaknya. Meiske terisak-isak tertahan.
" Delila pingin minum es, mama", kata anak kecil itu pula.
" Baik, mama ambilkan es ", kata Laila mau melangkah menuju kekulkas.
Meiske teringat pada pelajaran kesehatan dulu di SMA , bahwa itu rasa-rasanya
pantangan . Orang sakit panas senantiasa ingin sekali meneguk es.
Dengan suara berbisik, Meiske melarang Laila.
" Mana esnya , mama ! mana es ! mana es, mama! Seru Delila.
Laila mengambil air putih biasa saja, dan membujuk anaknya: " Ini es
sayang. Minum ya ". Tetapi begitu Delila meneguk air, ia keluarkan lagi air itu
dari mulutnya ! Anak itu berteriak2 : " Itu bukan es ! mama nakalllll ",dan dia
meronta2 dalam gendongan Meiske. Meiske seakan akan tidak kuasa menahan
rontaan anak kecil itu.
" Kau bisa menyetir mobil, meis ? " Tanya Laila.
" Tidak bisa, kak. Kita pakai taxi saja untuk kerumah sakit ". Kata Meiske ,
Biarpun dalam keadaan tidak kuat, Laila memaksa diri juga bersama-sama
Meiske membawa Delila ke rumah sakit. Tetapi malang dalam perjalanan
tergesa – gesa dikoridor rumah sakit. Laila jatuh tertelungkup. Meiske sendiri
tak tahu Laila jatuh tertelungkup, karena seluruh konsentrasinya hanya pada
Delila yang amat parah.
Untung ada beberapa perawat yang memanggil – manggil Meiske, dan
mereka inilah yang ikut membantu menggotong Laila.
" Nyonya ini pingsan ", kata perawat itu pada Meiske.
" Ini yang saya gendong ini anaknya !", kata Meiske.
Semua perawat jadi membantu kepanikan itu seketika.
Tetapi Meiske terpaksa berbantah – bantahan dengan beberapa orang dokter
kemudian. Ia memaksa supaya kamar Laila dan anaknya disatukan.
" Anak ini butuh ibunya ", kata Meiske.
" Tetapi penyakit mereka berbeda " kata dokter2 itu.
Delila minta turun dari gendongan Meiske. Ia langsung merangkul ibunya.
Laila melihat kiri kanan selayak orang yang baru siuman. Begitu ia sadar Delila
menangis, Laila segera merangkulnya. Tubuhnya lemas. Beberapa hari ia sakit,
tetapi ia berangsur sembuh setelah setiap hari menerima surat2 Daud Waitulo.
Tapi selama ibunya sakit, Delila yang kecil itu seringkali ngelamun
disekolahnya. Suatu ketika Delila memikirkan ayahnya, sambil ngelamun ia tak
sadar diperhatikan gurunya.
Gurunya kasihan melihat dalam beberapa hari ini Delila bermenung. Ia
mencoba mendekati murid yang satu ini. Dibelainya kepalanya, : " Kau sakit ,
Del ? "
" Nggak , Del mau pigi kesana ", kata Delila menunjuk awan .
" Bu guru bawa pulang mau ya ? Naik mobil bu guru ya ? "
" Nggak, Delila disuruh sekolah . Delila mau kesana, Bu guru ", katanya ,
menunjuk kelangit lagi.
Bu guru segera mengatasi panik nya seraya membawa muridnya ke mobil.
Ia menyetir mobil itu mengantarkan murid yang pintar ini kerumah. Disitu
didapatkannya Ibu laila --- ibu muridnya yang pintar ini---- sedang terbaring
diranjang.
Bu Guru berkata : " Anak Nyonya , Bu Laila, sedang sedikit meriang ".
Meiske memegang kening Delila. Memang panas.
Ia buru2 mengambi Delila dari tangan bu guru dan melarang kak Laila: "
Biarlah Meiske yang urusin Delila , kak. Kakak tidur saja disitu ".
" Maaf , bu guru , saya sendiri kurang sehat ", " terimakasih atas kebaikan
hati ibu mengantar anak kami ".www.ac-zzz.tk
Setelah bu guru pergi , Laila bersusah payah mencoba untuk bangun , tapi
silitnya bukan main. Ia memanggil nama Meiske, tetapi suaranya tertahan
ditenggorokan .
Meiske sendiri ketiks itu amat cemas melihat keadaan anak kecil yang dalam
pangkuannya…Ya ! Suhu badan Delila meninggi . Mata Delila terbeliak2
menakutkan ! Dan Meiske yang mula2 ingin merahasiakan keadaan Delila demi
menjaga perasaan Laila, tiba2 tak kuasa lagi melihat mata itu. Meiske menjerit
lantang memanggil2 : " " Kak Laila! Kakak ! kak Lailaaaaaa! "
Laila yang semula tak kuat berdiri dari pembaringannya , sekonyong –
konyong ada tenaga sewaktu ia memdengar namanya d,ipanggil Meiske. Ia
melangkah terhuyung2 keluar kamar. Didapatkannya Meiske diruang tengah
sedang memeluk anaknya dengan menangis-nangis. " Kak Laila….", seru Meiske
melihat Laila dating.
" Mari kita bawa si Del ke Dokter ".
Laila memperlihatkan kembali sikap2 lamanya. Ia selalu tampak begitu
tenang apabila seluruh suasana dalam keadaan panik. Ia memegang telapak
tangan dan telapak kaki anaknya satu-satunya terasa dingin, dan memang
teramat panas terasa suhu kepala anaknya itu disbanding dengan telapak2
tangan dan kakinya. Ia tenang sekali menciumi Delila. Bahkan suaranya seakan
– akan tak terdengar : " Anak mama….kenapa, sayang ? "
" Mau kelangit, mama", kata Delila mengerang.
" Baiklah ", kata Laila, " Marilah kita pergi kesana bersama-sama tante Meis ,
ya ? "
" Papa , mama! Papa ikut, mama !" kata anak kecil itu
" Ya, diamlah. Kita nanti bawa papa juga " kata Laila.
Meiske tak bisa menahan sedihnya melihat laila begitu tabah membujuk
anaknya. Meiske terisak-isak tertahan.
" Delila pingin minum es, mama", kata anak kecil itu pula.
" Baik, mama ambilkan es ", kata Laila mau melangkah menuju kekulkas.
Meiske teringat pada pelajaran kesehatan dulu di SMA , bahwa itu rasa-rasanya
pantangan . Orang sakit panas senantiasa ingin sekali meneguk es.
Dengan suara berbisik, Meiske melarang Laila.
" Mana esnya , mama ! mana es ! mana es, mama! Seru Delila.
Laila mengambil air putih biasa saja, dan membujuk anaknya: " Ini es
sayang. Minum ya ". Tetapi begitu Delila meneguk air, ia keluarkan lagi air itu
dari mulutnya ! Anak itu berteriak2 : " Itu bukan es ! mama nakalllll ",dan dia
meronta2 dalam gendongan Meiske. Meiske seakan akan tidak kuasa menahan
rontaan anak kecil itu.
" Kau bisa menyetir mobil, meis ? " Tanya Laila.
" Tidak bisa, kak. Kita pakai taxi saja untuk kerumah sakit ". Kata Meiske ,
Biarpun dalam keadaan tidak kuat, Laila memaksa diri juga bersama-sama
Meiske membawa Delila ke rumah sakit. Tetapi malang dalam perjalanan
tergesa – gesa dikoridor rumah sakit. Laila jatuh tertelungkup. Meiske sendiri
tak tahu Laila jatuh tertelungkup, karena seluruh konsentrasinya hanya pada
Delila yang amat parah.
Untung ada beberapa perawat yang memanggil – manggil Meiske, dan
mereka inilah yang ikut membantu menggotong Laila.
" Nyonya ini pingsan ", kata perawat itu pada Meiske.
" Ini yang saya gendong ini anaknya !", kata Meiske.
Semua perawat jadi membantu kepanikan itu seketika.
Tetapi Meiske terpaksa berbantah – bantahan dengan beberapa orang dokter
kemudian. Ia memaksa supaya kamar Laila dan anaknya disatukan.
" Anak ini butuh ibunya ", kata Meiske.
" Tetapi penyakit mereka berbeda " kata dokter2 itu.
Episode 49
Meiske terpaksa mengalah. Itu berarti Meiske menyerahkan nasip dua orang
sakit itu kepada kebujaksanaan dokter2 itu saja.
' Nona diruang tunggu saja ", kata seorang dokter pada Meiske.
Diruang tunggu selama satu jam Meiske kebingungan. Tetapi dalam
kebingungan itu Meske masih bisa menggunakan akal fikirannya. Ia sempat
omong2 sebentar dengan jururawat itu untuk mengirimkan telegram ke
Amerika.
" Tuliskan saja , nona, nanti saya bisa minta tolong pada teman saya yang
giliran pulang siang ini".
" Mohon diperlukan benar ", kata Meiske. Dan ia menuliskan kata-kata
ditelegram itu. Dan setelah juru rawat itu berlalu, Meiske masih saja diliputi
kegelisahan.
Dokter yang muncul dari pintu kamar Delila, bagai mau diserbunya.
' Bagaimana , dokter ? "
" Ayah anak ini dimana sekarang ? " Tanya dokter itu.
" Di America ", kata Meiske.
" Ibunya ? "
" Diruang lain ", kata Meiske , " Jadi apakah saya bisa membantunya ? ".
" Nona siapa ? " Tanya dokter itu menatap Meiske.
Meiske buru-buru berbohong: " Saya adalah adik dari wanita yg sakit itu ,
ibu dari anak kecil itu ".
"Kami ingin menyampaikan penyakit anak itu ", kata dokter itu.
" Katakan saja pada saya , dokter ", kata Meiske,
" Saya sudah seperti ibu anak itu sendiri ".
' Nona jangan kaget ", kata dokter itu, ' Penyakit anak itu amat berbahaya.
Ia memerlukan pembedahan ".
" Pembedahan berat ? " Tanya Meiske.
" Tidak begitu berat ', kata dokter itu, " Kami pernah berhasil melakukan
pembedahan yang sama seperti itu ".
'' Katakan apa penyakitnya, dokter ", kata Meiske.
'' Ada sedikit darah beku dalam kepala anak itu, yang rupa2nya sudah
dideritanya sejak kecil. Kami ingin mengorek darah beku itu ", kata dokter itu.
" Semacam tumor ? ", Tanya Meiske.
" Kami tidak bisa memastikannya " kata dokter itu.
" Tapi penyakit ini se-waktu-waktu diderita anak ini. Yaitu suhu badannya
menanjak oleh karena kegiatan syaraf . Ia tak boleh terlalu gembira dan tak
boleh terlalu sedih".
Meiske termenung. Ia membeku bagai patung. Satu-satunya yang bergerak
adalah air matanya yang menggelinding dari kelopak matanya menuruni pipi. Ia
berkata –kata seperti pada dirinya sendiri : " Oh, Del yang malang. Kau terlalu
kecil untuk memikul beban penyakit ini ".
" Penyakit ini tidak berbahaya ", kata dokter itu, " Asal fihak keluarganya
bersedia, kami akan menolongnya sebaik – baiknya ".
' Ayahnya di America. Ia sangat disayangi ayahnya. Kami tiba-tiba takut
untuk memutuskan hal ini , kalau2………..ayahnya tidak menyaksikan sendiri ",
kata Meiske. Dan Meiske menghela nafas panjang lagi seraya mengeluh ; " Oh,
malangnya Delila…………………………………".
" Operasi itu sendiri tidak perlu buru2 ", kata dokter itu . " Kini teman2 saya
sekedar mencoba mengurangi rasa sakit di kepalanya itu. Mungkin kalau bisa
dikirim kabar pada ayahnya untuk mengijinkan pembedahan itu, anak itu masih
kuat untuk menunggu.
Kadang2 nona bisa kaget. Mungkin setelah panasnya turun, ia akan tampak
seolah olah sehat, tapi dibalik itu ia mengidap kemungkinan2 untuk kedatangan
sakit itu lagi. ".
' Ya, dokter. Saya sendiri telah mengirim telegram ' kata Mieske.
' Nona tak usah cemas. Segera begitu ada perkembangan berkurang, itu
berarti untuk sementara waktu anak itu bisa dibawa pilang ", kata dokter itu.
Ketika dokter itu mau pergi, ia sempat kembali lagi pada Meiske, : "
Pernahkah ia dibawa suatu ketika sebelum ini ? "
" O, ada satu kali dulu . Ketika masih berusia kira2 satu atau dua tahun,
saya juga lupa, tapi dokter sini tidak mengatakan soal darah membeku di
kepala ", kata Meiske.
" Mungkin hanya dikira influenza biasa saja. Sebab kalau suhunya tiba2 naik
memang mirip influenza " kata dokter itu. " Baiklah , nona boleh tunggu disini
melihat perkembangannya ".
Meiske terpaksa mengalah. Itu berarti Meiske menyerahkan nasip dua orang
sakit itu kepada kebujaksanaan dokter2 itu saja.
' Nona diruang tunggu saja ", kata seorang dokter pada Meiske.
Diruang tunggu selama satu jam Meiske kebingungan. Tetapi dalam
kebingungan itu Meske masih bisa menggunakan akal fikirannya. Ia sempat
omong2 sebentar dengan jururawat itu untuk mengirimkan telegram ke
Amerika.
" Tuliskan saja , nona, nanti saya bisa minta tolong pada teman saya yang
giliran pulang siang ini".
" Mohon diperlukan benar ", kata Meiske. Dan ia menuliskan kata-kata
ditelegram itu. Dan setelah juru rawat itu berlalu, Meiske masih saja diliputi
kegelisahan.
Dokter yang muncul dari pintu kamar Delila, bagai mau diserbunya.
' Bagaimana , dokter ? "
" Ayah anak ini dimana sekarang ? " Tanya dokter itu.
" Di America ", kata Meiske.
" Ibunya ? "
" Diruang lain ", kata Meiske , " Jadi apakah saya bisa membantunya ? ".
" Nona siapa ? " Tanya dokter itu menatap Meiske.
Meiske buru-buru berbohong: " Saya adalah adik dari wanita yg sakit itu ,
ibu dari anak kecil itu ".
"Kami ingin menyampaikan penyakit anak itu ", kata dokter itu.
" Katakan saja pada saya , dokter ", kata Meiske,
" Saya sudah seperti ibu anak itu sendiri ".
' Nona jangan kaget ", kata dokter itu, ' Penyakit anak itu amat berbahaya.
Ia memerlukan pembedahan ".
" Pembedahan berat ? " Tanya Meiske.
" Tidak begitu berat ', kata dokter itu, " Kami pernah berhasil melakukan
pembedahan yang sama seperti itu ".
'' Katakan apa penyakitnya, dokter ", kata Meiske.
'' Ada sedikit darah beku dalam kepala anak itu, yang rupa2nya sudah
dideritanya sejak kecil. Kami ingin mengorek darah beku itu ", kata dokter itu.
" Semacam tumor ? ", Tanya Meiske.
" Kami tidak bisa memastikannya " kata dokter itu.
" Tapi penyakit ini se-waktu-waktu diderita anak ini. Yaitu suhu badannya
menanjak oleh karena kegiatan syaraf . Ia tak boleh terlalu gembira dan tak
boleh terlalu sedih".
Meiske termenung. Ia membeku bagai patung. Satu-satunya yang bergerak
adalah air matanya yang menggelinding dari kelopak matanya menuruni pipi. Ia
berkata –kata seperti pada dirinya sendiri : " Oh, Del yang malang. Kau terlalu
kecil untuk memikul beban penyakit ini ".
" Penyakit ini tidak berbahaya ", kata dokter itu, " Asal fihak keluarganya
bersedia, kami akan menolongnya sebaik – baiknya ".
' Ayahnya di America. Ia sangat disayangi ayahnya. Kami tiba-tiba takut
untuk memutuskan hal ini , kalau2………..ayahnya tidak menyaksikan sendiri ",
kata Meiske. Dan Meiske menghela nafas panjang lagi seraya mengeluh ; " Oh,
malangnya Delila…………………………………".
" Operasi itu sendiri tidak perlu buru2 ", kata dokter itu . " Kini teman2 saya
sekedar mencoba mengurangi rasa sakit di kepalanya itu. Mungkin kalau bisa
dikirim kabar pada ayahnya untuk mengijinkan pembedahan itu, anak itu masih
kuat untuk menunggu.
Kadang2 nona bisa kaget. Mungkin setelah panasnya turun, ia akan tampak
seolah olah sehat, tapi dibalik itu ia mengidap kemungkinan2 untuk kedatangan
sakit itu lagi. ".
' Ya, dokter. Saya sendiri telah mengirim telegram ' kata Mieske.
' Nona tak usah cemas. Segera begitu ada perkembangan berkurang, itu
berarti untuk sementara waktu anak itu bisa dibawa pilang ", kata dokter itu.
Ketika dokter itu mau pergi, ia sempat kembali lagi pada Meiske, : "
Pernahkah ia dibawa suatu ketika sebelum ini ? "
" O, ada satu kali dulu . Ketika masih berusia kira2 satu atau dua tahun,
saya juga lupa, tapi dokter sini tidak mengatakan soal darah membeku di
kepala ", kata Meiske.
" Mungkin hanya dikira influenza biasa saja. Sebab kalau suhunya tiba2 naik
memang mirip influenza " kata dokter itu. " Baiklah , nona boleh tunggu disini
melihat perkembangannya ".
Episode 50
Ketika dokter itu kembali diantara sejawatnya dikamar pemeriksaan
prihatin tempat Delila, ia sendiri kaget dari tempat tidur itu terdengar suara
anak kecil :
" Hallo Oom. Mana Mama Del, Oom ? ".
" Oh, mama kamu ? Sudah besar begini kok mau cari2 mama ? ", kata dokter
itu.
" Ia sudah berangsur membaik ", kata dokter yang mengepalai team
pemeriksaan itu. Mendengar kata2 dokter itu tadi, Delila berkata pula : '
Memang Del nggak sakit, kok. Kalau Del besar. Delela mau jadi dokter akh,
supaya jangan sakit-sakit ".
" Memang kamu berbakat untuk jadi dokter, Delila ", kata kepala tem.
" Nanti kalau Delila sudah sekolah SD, Delila mau jadi Dokter, bisa nggak ?"
Ia tampak seperti sehat. Dan dibiarkan turun oleh dokter2 itu dari tempat
pembaringan. Ia malahan memeriksa beberapa alat . Seorang dokter malahan www.ac-zzz.tk
meminjamkan satu stoteskop dan mengkalungkan stoteskop itu di leher Delila .
Kata dokter itu: " Kamu sekarang mirip dokter ".
" Mana orang sakitnya ? Mana jarum suntiknya ? Del mau periksa orang
sakit , ah ", kata Delila.
Dokter2 itu sengaja merubah perhatian Delila agar tak mencari ibunya. Dia
tidak boleh tau, keadaan ibunya pun gawat pada detik2 ini. Ada laporan dari
ruang sebelah, bahwa ibu Delila sedang in comma, yang berati sedang
diperbatasan hidup atau mati pada saat ini.
Dan Meiske tidak mengetahui sama sekali bahwa kak Laila sedang
diperbatasan hidup atau mati pada saat ini. Ia saat itu sedang diruang tunggu
dan duduk berdampingan dengan Lestina yang baru muncul dirumah sakit itu.
Lestina barusan saja pulang sekolah, dan tetangga2 memberitahu hal ini.
Untunglah ada prang sebelah rumah yang mau menunggui rumah yang kosong
itu.
Sementara itu , dalam keadaan krisisnya Laila masih tampak berkeinginan
untuk tetap bernafas lebih beik sekarang. Dan berangsur-angsur ia bisa
mengalah kan saat2 in comma itu dengan mengagumkan. Tiba2 ia kelihatan
seperti akan sadarkan diri. Dokter2 sedikit lega melihat perkembangan Laila
yang membaik.
Namun sebaliknya, dokter diruang Delila merasa cemas. Karena Delila mulai
memaksa dokter2 itu untuk mencari ibunya.
" Kalau mama nggak dibawa kesini, saya nggak mau jadi dokter !" serunya
marah.
Barulah teringat oleh Dokter Daeng Melandowa yang pernah ketemu Meiske
di koridor, mungkin Delila bisa dialihkan kesini.
" He, anak kecil yang manis ", kata dokter itu,
" Katanya kamu punya tante yang baik yang baik ya ".
" Ya, Oom ".
" Siapa nama tantemu ? "
" Tante Meiska, Oom ! "
" Tadi dia tanya2 kamu, " kata dokter itu seraya menyengir.
Nyengirnya Dr. Melandowa membuat Delila terpamcing. Kata anak kecil itu "
Panggil Tante Meiske sini, deh ! Biar Del suntik sama jarum "
Meiske dipanggil, ia terkejut amat sangat! Ia tergopoh2 karna menduga ada
berita fatal . Tetapi ternyata tidak . Malahan ia senag bisa memeluk Delila .
Tetapi dokter memperingatkan : " Nona musti mengulur waktu supaya anak ini
jangan ingat ibunya ".
Betapapun , Delila akhirnya bosan dengan lelucon2 kecil Meiske, Lelucon2
yang ia batasi agar Delila tidak terlalu gembira.. Untuk ini Meiske berhasil.
Tetapi kalau tiba – tiba ingat ibunya, dan bosan terhadap meiske maka
meiske tidak bisa lagi mencari akal untuk mengatasinya.
Ini membuat meiske panik menjelang subuh.
Serangan penyakit itu mulai menggerayangi kepala Delila lagi. Dengan
ganasnya. Meiske menduga kali in Delila tidak bisa bertahan lagi , tapi dokter2
memberinya harapan.
" Asal nona disini menemaninya, ia akan lebih baik dari tadi", kata dokter
daeng Melandowa.
Ini masih lebih baik ? fikir meiske. Oh, bagaimanakah keadaannya tadi,
dalam keadaan paling gawat dimana Meiske tak bisa melihatnya. Kini Meiske
masih bisa memanggil2 namanya.
Kepala tim dokter itu memberani kan diri untuk mengambil keputusan . Ia
berkata: " Saya akan mencoba menyuntikkan obat penenang".
Usahanya berhasil menurunkan, setidak2nya meringankan sakit kepala
Delila.
Tetapi merekapun harus berusaha agar Laila segera sembuh . Faktor
kesepian anak ini untuk didekapi ibunya tidak sedikit mengganggu ketentraman
jiwanya. Tetapi mereka kagum semua pada Meiske yang begitu sabar penuh
keibua untuk mengurangi sakit dan kesepian Delila.
Untuk beberapa hari lamanya Meiske iku di rumah sakitdan Lestina mundar
mandir membawa pakaian2 salinan Meiske, kak Laila dan Delila. Biarpun
panasnya menurun, tetapi Delila dalam keadaan sngat lemah.
Tidak lama kemudian, muncullah Daud Waitulo dirumah sakit itu, Ia sendiri
muncul dalam keadaan amat kurus sebab belum sembuh sma sekali ketika harus
meninggalkan America setelah menerima telegram dari Mieske, Ia membawa
mainan dan pakian untuk mengobati perasaan Delila. Delila melihat Ayahnya
seperti tak percaya.
Ia terlalu gembira untuk menjerit-jerit " " Papa pulang ! Papa pulang ! Papa
pulang !"
Padahal , keadaan yang terlalu gembira membuat terganggunya perjalanan
darah dikepala Delila. Badannya panas lagi dengan cepat.
Ketika dokter itu kembali diantara sejawatnya dikamar pemeriksaan
prihatin tempat Delila, ia sendiri kaget dari tempat tidur itu terdengar suara
anak kecil :
" Hallo Oom. Mana Mama Del, Oom ? ".
" Oh, mama kamu ? Sudah besar begini kok mau cari2 mama ? ", kata dokter
itu.
" Ia sudah berangsur membaik ", kata dokter yang mengepalai team
pemeriksaan itu. Mendengar kata2 dokter itu tadi, Delila berkata pula : '
Memang Del nggak sakit, kok. Kalau Del besar. Delela mau jadi dokter akh,
supaya jangan sakit-sakit ".
" Memang kamu berbakat untuk jadi dokter, Delila ", kata kepala tem.
" Nanti kalau Delila sudah sekolah SD, Delila mau jadi Dokter, bisa nggak ?"
Ia tampak seperti sehat. Dan dibiarkan turun oleh dokter2 itu dari tempat
pembaringan. Ia malahan memeriksa beberapa alat . Seorang dokter malahan www.ac-zzz.tk
meminjamkan satu stoteskop dan mengkalungkan stoteskop itu di leher Delila .
Kata dokter itu: " Kamu sekarang mirip dokter ".
" Mana orang sakitnya ? Mana jarum suntiknya ? Del mau periksa orang
sakit , ah ", kata Delila.
Dokter2 itu sengaja merubah perhatian Delila agar tak mencari ibunya. Dia
tidak boleh tau, keadaan ibunya pun gawat pada detik2 ini. Ada laporan dari
ruang sebelah, bahwa ibu Delila sedang in comma, yang berati sedang
diperbatasan hidup atau mati pada saat ini.
Dan Meiske tidak mengetahui sama sekali bahwa kak Laila sedang
diperbatasan hidup atau mati pada saat ini. Ia saat itu sedang diruang tunggu
dan duduk berdampingan dengan Lestina yang baru muncul dirumah sakit itu.
Lestina barusan saja pulang sekolah, dan tetangga2 memberitahu hal ini.
Untunglah ada prang sebelah rumah yang mau menunggui rumah yang kosong
itu.
Sementara itu , dalam keadaan krisisnya Laila masih tampak berkeinginan
untuk tetap bernafas lebih beik sekarang. Dan berangsur-angsur ia bisa
mengalah kan saat2 in comma itu dengan mengagumkan. Tiba2 ia kelihatan
seperti akan sadarkan diri. Dokter2 sedikit lega melihat perkembangan Laila
yang membaik.
Namun sebaliknya, dokter diruang Delila merasa cemas. Karena Delila mulai
memaksa dokter2 itu untuk mencari ibunya.
" Kalau mama nggak dibawa kesini, saya nggak mau jadi dokter !" serunya
marah.
Barulah teringat oleh Dokter Daeng Melandowa yang pernah ketemu Meiske
di koridor, mungkin Delila bisa dialihkan kesini.
" He, anak kecil yang manis ", kata dokter itu,
" Katanya kamu punya tante yang baik yang baik ya ".
" Ya, Oom ".
" Siapa nama tantemu ? "
" Tante Meiska, Oom ! "
" Tadi dia tanya2 kamu, " kata dokter itu seraya menyengir.
Nyengirnya Dr. Melandowa membuat Delila terpamcing. Kata anak kecil itu "
Panggil Tante Meiske sini, deh ! Biar Del suntik sama jarum "
Meiske dipanggil, ia terkejut amat sangat! Ia tergopoh2 karna menduga ada
berita fatal . Tetapi ternyata tidak . Malahan ia senag bisa memeluk Delila .
Tetapi dokter memperingatkan : " Nona musti mengulur waktu supaya anak ini
jangan ingat ibunya ".
Betapapun , Delila akhirnya bosan dengan lelucon2 kecil Meiske, Lelucon2
yang ia batasi agar Delila tidak terlalu gembira.. Untuk ini Meiske berhasil.
Tetapi kalau tiba – tiba ingat ibunya, dan bosan terhadap meiske maka
meiske tidak bisa lagi mencari akal untuk mengatasinya.
Ini membuat meiske panik menjelang subuh.
Serangan penyakit itu mulai menggerayangi kepala Delila lagi. Dengan
ganasnya. Meiske menduga kali in Delila tidak bisa bertahan lagi , tapi dokter2
memberinya harapan.
" Asal nona disini menemaninya, ia akan lebih baik dari tadi", kata dokter
daeng Melandowa.
Ini masih lebih baik ? fikir meiske. Oh, bagaimanakah keadaannya tadi,
dalam keadaan paling gawat dimana Meiske tak bisa melihatnya. Kini Meiske
masih bisa memanggil2 namanya.
Kepala tim dokter itu memberani kan diri untuk mengambil keputusan . Ia
berkata: " Saya akan mencoba menyuntikkan obat penenang".
Usahanya berhasil menurunkan, setidak2nya meringankan sakit kepala
Delila.
Tetapi merekapun harus berusaha agar Laila segera sembuh . Faktor
kesepian anak ini untuk didekapi ibunya tidak sedikit mengganggu ketentraman
jiwanya. Tetapi mereka kagum semua pada Meiske yang begitu sabar penuh
keibua untuk mengurangi sakit dan kesepian Delila.
Untuk beberapa hari lamanya Meiske iku di rumah sakitdan Lestina mundar
mandir membawa pakaian2 salinan Meiske, kak Laila dan Delila. Biarpun
panasnya menurun, tetapi Delila dalam keadaan sngat lemah.
Tidak lama kemudian, muncullah Daud Waitulo dirumah sakit itu, Ia sendiri
muncul dalam keadaan amat kurus sebab belum sembuh sma sekali ketika harus
meninggalkan America setelah menerima telegram dari Mieske, Ia membawa
mainan dan pakian untuk mengobati perasaan Delila. Delila melihat Ayahnya
seperti tak percaya.
Ia terlalu gembira untuk menjerit-jerit " " Papa pulang ! Papa pulang ! Papa
pulang !"
Padahal , keadaan yang terlalu gembira membuat terganggunya perjalanan
darah dikepala Delila. Badannya panas lagi dengan cepat.
Episode 51
MEISKE menyaksikan, betapa sayang Daud kepada anaknya. Airmata Daud
yang menetes dikepala Delila membah keharuan Meiske menyaksikannya. Tanpa
suara tanpa kata, tanpa surat, Meiske bertambah - tambah lagi memendam
rasa terhadap Daud. Dia sendiri sangat kangen pada Daud! Ya, kangen diam2 ,
kangen dari seorang gadis yang mencintai diam2.
Cinta diam2 ibarat arus yang berada dibawah permukaan laut, lebih
berbahaya daripada gelombang besar.
Ia mengagumi sambil membayangkan bahwa dirinya telah terlambat. Jika
tidak, tentu dirinyalah yang menjadi isteri Daud. Dari dirinyalah akan lahir
anak2 Daud. Meiske tersadar dari lamunan bila didengar suara Daud : " Kaukah
yang membantu kesusahan anak isteriku selama ini ? "
" Ya –"
" Terima kasih atas kebaikanmu pada keluarga kami", kata Daud
" Tetapi itu bantuan yang sudah sewajarnya ", kata Meiske.
Yang menyulitkan bagi Daud adalah Delila tidak mau lepas2 lagi dari
pelukan ayahnya. Badannya yang panas dengan cepat itu membuat Daud
bertanya pada Meiske : " Apa penyakit Delila yang sebenarnya ? "
Biarpun Meiske sudah tahu , bahwa Delila sebenarnya diduga menderita
radang otak , tapi Meiske berkata : " Coba bang Daud sendiri yang Tanya pada
Dokter ".
" Memang Delila sering kali begitu ", kata Meiske,
" Kalau dia terlalu gembira ataupun terlalu sedih, langsung panas badannya
naik ".
Daud menatap Meiske : " Dimana Laila kini ? "
Meiske memberi isyarat , bahwa ia tidak bisa mengatakannya sekarang.
Meiske memberi aba2 bahwa telah 3 hari ini kak Laila tidak bisa dikunjungi.
" Please, speak in English ! " kata Daud.
Lalu meiskepun berbahasa inggris : " Znobody could meet her in these three
days ".
" What happened with her ? " , Daud menanyakan apa yang terjadi atas diri
Laila.
" Doctors didn't say anything to me " kata Meiske, karena Dokter memang
merahasiakan penyakit kak Laila kecuali tidak bisa dijumpai saja.
Delila rupanya tertidur dalam pangkuan ayahnya itu. Atas bantuan suster ,
Delila ditaruh kembali ditas tempat tidurnya . Mainan oleh2 yang dibawa
dikumpulkan .
Mainan itu disusun meiske disamping tempat tidur. Lalu Meiske duduk di
sebuah kursi , dan Daud pun duduk disebuah kursi pula.
Melihat nyenyaknya Delila, Daud kini merasa bebas berbicara dengan Meiske
dalam bahasa Indonesia saja.
" Nasib keluarga kami memang malang " kata Daud.
" Kita harus banyak berdo'a dalam keadaan kritis begini, bang Daud ", kata
Meiske.
" Ya….."
Meiske memperhatikan betapa bersunguh2nya wajah Daud menahan
penderitaan ini. Wajah itu menahan ketegangan , dan bola matanya mulai
tampak berkaca-kaca lagi. Daud menatap Meiske , tepat ketika Meiske
memperhatikan Daud. Daud bertanya : " Bisakah dokter2 itu dibujuk? Katakana
saja bahwa saya akan menengok wajah isteriku. Cobalah bantuanmu , Meis ".
" Sebenarnya tak bisa. Biar Meis akan coba ", kata Meiske.
Meiske berdiri , melangkah keluar kamar khusus Delila itu. Ketika Meiske
pergi, Daud menatap wajah anaknya dengan perasaan lemah. Wajah Delila
tampak begitu pucat. Seorang suster masuk lagi : " Bapak siapa ? "
" Saya ayah anak ini ", kata Daud .
Suster itu tampak2nya mengerti . Dia bertanya: " Bapak yag sedang berada
di America ketika isteri dan anak bapak di opname disini ? "
" Ya ", kata Daud , dan dia mulai mengusahakan dengan bujukan : " Bisakah
saya jumpa dengan isteri saya , suster ? ".
" Wah, sayang sekali tidak bisa, pak ", kata suster itu, " sebaiknya bapak
bersabar dalam beberapa hari ini "
" Ha! Dalam beberapa hari ini ? Jadi maksud anda dalam beberapa hari ini
saya tidak boleh bertemu dengan isteri sya ? "
" Apa boleh buat , pak", kata suster itu , " Secara kemanusiaan kami
mungkin harus mengijinkan bapak untuk menunggui pasien. Tetapi ada pasien2
tertentu , seperti isteri bapak misalnya, yang betul2 tidak boleh dijumpai.
Kapan bapak kembali dari America ? "
" Barusan saja. Saya langsung kesini ", kata Daud lagi.
" Bapak juga tampaknya kurang sehat ", kata suster itu.
Daud meraba mukanya sendiri. Memang ia sendiri belum sembuh benar, dan
dia kesini karna telegram Meiske . Daud mengelu : " Ya, saya sendiri dalam
keaadaan sakit. Tapi saya rasa saya harus kesini ".
Suster itu rupanya suster kepala. Dia dengan ramah berkata pada Daud,"
Coba diluar saja dulu, pak "
Telinga Daud merah seketika. Suster itu bukan memaksa, tetapi
memperingat kan kembali dengan halus : " Bapak sayang kepada anak bapak ,
bukan ? "
" Ya…."
" Sebentar saya panggil dokter. Bapak akan diperiksa lebih dulu, apakah
bapak juga benar2 sehat ? " kata suster itu, lalu " Diluar , saja pak ".
Daud keluar kamar itu sambil merasakan hidungnya agak bindeng memang.
Suster itu menutup pintu kamar dan berlari-lari. Ditengah jalan ia ketemu
dengan suster yang tadi menjaga ruang Delila. " Kamu tadi yg jaga diruang
Delila ? "
" Ya, zuz ",
" Kamu benar2 nggak kasihan pada anak itu ! sudah saya peringatkan siapa
yang masuk harus dikontrol ", suaranya marah.
" Dia bapaknya, zuzu " , sahut sang suster.
" Biar siapapun ! Kamu tidak lihat bapak itu terkena flu ? Matanya merah
kebiruan, mungkin ia membawa penyakit tak dikenal dari America. Flu
amemrica berbahaya lho, dik ! sudah kesana ! Jangan kasih kesempatan dia lagi
masuk menemui anaknya !" dan suster kepala itu terus menggerutu, melangkah
cepat menemui dokter
MEISKE menyaksikan, betapa sayang Daud kepada anaknya. Airmata Daud
yang menetes dikepala Delila membah keharuan Meiske menyaksikannya. Tanpa
suara tanpa kata, tanpa surat, Meiske bertambah - tambah lagi memendam
rasa terhadap Daud. Dia sendiri sangat kangen pada Daud! Ya, kangen diam2 ,
kangen dari seorang gadis yang mencintai diam2.
Cinta diam2 ibarat arus yang berada dibawah permukaan laut, lebih
berbahaya daripada gelombang besar.
Ia mengagumi sambil membayangkan bahwa dirinya telah terlambat. Jika
tidak, tentu dirinyalah yang menjadi isteri Daud. Dari dirinyalah akan lahir
anak2 Daud. Meiske tersadar dari lamunan bila didengar suara Daud : " Kaukah
yang membantu kesusahan anak isteriku selama ini ? "
" Ya –"
" Terima kasih atas kebaikanmu pada keluarga kami", kata Daud
" Tetapi itu bantuan yang sudah sewajarnya ", kata Meiske.
Yang menyulitkan bagi Daud adalah Delila tidak mau lepas2 lagi dari
pelukan ayahnya. Badannya yang panas dengan cepat itu membuat Daud
bertanya pada Meiske : " Apa penyakit Delila yang sebenarnya ? "
Biarpun Meiske sudah tahu , bahwa Delila sebenarnya diduga menderita
radang otak , tapi Meiske berkata : " Coba bang Daud sendiri yang Tanya pada
Dokter ".
" Memang Delila sering kali begitu ", kata Meiske,
" Kalau dia terlalu gembira ataupun terlalu sedih, langsung panas badannya
naik ".
Daud menatap Meiske : " Dimana Laila kini ? "
Meiske memberi isyarat , bahwa ia tidak bisa mengatakannya sekarang.
Meiske memberi aba2 bahwa telah 3 hari ini kak Laila tidak bisa dikunjungi.
" Please, speak in English ! " kata Daud.
Lalu meiskepun berbahasa inggris : " Znobody could meet her in these three
days ".
" What happened with her ? " , Daud menanyakan apa yang terjadi atas diri
Laila.
" Doctors didn't say anything to me " kata Meiske, karena Dokter memang
merahasiakan penyakit kak Laila kecuali tidak bisa dijumpai saja.
Delila rupanya tertidur dalam pangkuan ayahnya itu. Atas bantuan suster ,
Delila ditaruh kembali ditas tempat tidurnya . Mainan oleh2 yang dibawa
dikumpulkan .
Mainan itu disusun meiske disamping tempat tidur. Lalu Meiske duduk di
sebuah kursi , dan Daud pun duduk disebuah kursi pula.
Melihat nyenyaknya Delila, Daud kini merasa bebas berbicara dengan Meiske
dalam bahasa Indonesia saja.
" Nasib keluarga kami memang malang " kata Daud.
" Kita harus banyak berdo'a dalam keadaan kritis begini, bang Daud ", kata
Meiske.
" Ya….."
Meiske memperhatikan betapa bersunguh2nya wajah Daud menahan
penderitaan ini. Wajah itu menahan ketegangan , dan bola matanya mulai
tampak berkaca-kaca lagi. Daud menatap Meiske , tepat ketika Meiske
memperhatikan Daud. Daud bertanya : " Bisakah dokter2 itu dibujuk? Katakana
saja bahwa saya akan menengok wajah isteriku. Cobalah bantuanmu , Meis ".
" Sebenarnya tak bisa. Biar Meis akan coba ", kata Meiske.
Meiske berdiri , melangkah keluar kamar khusus Delila itu. Ketika Meiske
pergi, Daud menatap wajah anaknya dengan perasaan lemah. Wajah Delila
tampak begitu pucat. Seorang suster masuk lagi : " Bapak siapa ? "
" Saya ayah anak ini ", kata Daud .
Suster itu tampak2nya mengerti . Dia bertanya: " Bapak yag sedang berada
di America ketika isteri dan anak bapak di opname disini ? "
" Ya ", kata Daud , dan dia mulai mengusahakan dengan bujukan : " Bisakah
saya jumpa dengan isteri saya , suster ? ".
" Wah, sayang sekali tidak bisa, pak ", kata suster itu, " sebaiknya bapak
bersabar dalam beberapa hari ini "
" Ha! Dalam beberapa hari ini ? Jadi maksud anda dalam beberapa hari ini
saya tidak boleh bertemu dengan isteri sya ? "
" Apa boleh buat , pak", kata suster itu , " Secara kemanusiaan kami
mungkin harus mengijinkan bapak untuk menunggui pasien. Tetapi ada pasien2
tertentu , seperti isteri bapak misalnya, yang betul2 tidak boleh dijumpai.
Kapan bapak kembali dari America ? "
" Barusan saja. Saya langsung kesini ", kata Daud lagi.
" Bapak juga tampaknya kurang sehat ", kata suster itu.
Daud meraba mukanya sendiri. Memang ia sendiri belum sembuh benar, dan
dia kesini karna telegram Meiske . Daud mengelu : " Ya, saya sendiri dalam
keaadaan sakit. Tapi saya rasa saya harus kesini ".
Suster itu rupanya suster kepala. Dia dengan ramah berkata pada Daud,"
Coba diluar saja dulu, pak "
Telinga Daud merah seketika. Suster itu bukan memaksa, tetapi
memperingat kan kembali dengan halus : " Bapak sayang kepada anak bapak ,
bukan ? "
" Ya…."
" Sebentar saya panggil dokter. Bapak akan diperiksa lebih dulu, apakah
bapak juga benar2 sehat ? " kata suster itu, lalu " Diluar , saja pak ".
Daud keluar kamar itu sambil merasakan hidungnya agak bindeng memang.
Suster itu menutup pintu kamar dan berlari-lari. Ditengah jalan ia ketemu
dengan suster yang tadi menjaga ruang Delila. " Kamu tadi yg jaga diruang
Delila ? "
" Ya, zuz ",
" Kamu benar2 nggak kasihan pada anak itu ! sudah saya peringatkan siapa
yang masuk harus dikontrol ", suaranya marah.
" Dia bapaknya, zuzu " , sahut sang suster.
" Biar siapapun ! Kamu tidak lihat bapak itu terkena flu ? Matanya merah
kebiruan, mungkin ia membawa penyakit tak dikenal dari America. Flu
amemrica berbahaya lho, dik ! sudah kesana ! Jangan kasih kesempatan dia lagi
masuk menemui anaknya !" dan suster kepala itu terus menggerutu, melangkah
cepat menemui dokter
Episode 52
Ketika Meiske muncul dikamar Delila, ia tidak melihat Daud. Daud rupanya
sudah memasuki kamar periksa. Dokter menggeleng – gelengkan kepala ketika
memeriksa mata Daud dan tenggorokan Daud. Katanya " Kami menyesal bapak
begitu ceroboh memasuki kamar anak bapak. Bapak menderita flu America
yang jahat sekali. Selain itu radang tenggorokan ini diperkirakan Diptheria ".
Daud terdongak ketika mendengar kata2 dokter itu kemudian : " Sebaiknya
bapak istirahat dirumah, dan memakan obat dari kami ini dengan teratur. Sakit
bapak tidak berat, tetapi jika menulari anak bapak , apalagi isteri bapak,
dua2nya akan tak kuat bertahan lagi ".
" Jadi saya harus dirumah ? dan tidak punya kesempatan sedikitpun untuk
menengok anak dan isteri saya ? " Tanya Daud penasaran .
' Sebagai orang berpendidikan saya rasa bapak ada pengertian ", kata dokter
itu.
Daud masih berkata jua: " Tetapi cobalah bapak baying kan . Anak saya ini
sudah terlanjur tahu bahwa saya ada disini. Nanti kalau dia terbangun gari
tidur, menanyakan saya, apakah bapak tidak kasihan , pak dokter ? ".
" Kami kasihan " , kata dokter itu , " Karena itulah kami mengabdi untuk
menyelamatkan jiwanya. Penyakit anak bapak itu berbahaya sekali. Jangan
ditambah lagi penderitaan anak itu lagi. Saya hampi marah kepada semua
suster yang memberi peluang sampai bapak masuk tadi ".
Daud menundukkan kepala . Dia menangis. Suaranya terisak-isak , "
Pernahkah dokter menyayangi anak ? Pernahkah dokter begini ? saying kepada
anak anda seperti saya ini ? "
" Dokter itu tertegun . Tapi ia mempu memberi jawaban " Saya punya anak
lima , pak Daud waitulo. Saya menyayangi anak2 saya. Kira2 sama seperti pak
Daud juga . Tapi jika anda sayang kepada anak anda, tentulah anda tidak mau
menambah beban penyakit barunya ".
' Baiklah", kata Daud dengan lesu dan melihat resep yang diberikan dokter
itu, " Terimakasih atas pemeliharaan anda pada penyakit anakku ".
' Maafkan kami , pak Daud ", kata dokter itu, " Oh, ya disini ada Apotik .
Lewat dari koridor kiri terus ada tanggan keatas, disana itu ".
" Terima kasih ", kata Daud dengan lesu.
Daud meninggalkan rumah sakit itu setelah mengambil obat , dengan fikiran
runtuh. Ia sampai lupa menemui Meisake.
Meiske pulang kerumah jam 8 malam , ketika Daud barusan meminum
obatnya. Meiske berusaha bercakap santai : " tadi betul2 repot semua suster,
bang Daud. Saya juga tidak tahu bang Daud dapat flu. Pembicaraan disana tadi
perihal keteledoran suster memberi ijin bang Daud masuk ".
" Kau sendiri bagaimana ? " Tanya Daud pada Meiske.
" Saya sudah diberikan bermacam2 suntikan kekebalan ", kata Meiske, " Dan
tadi saya diberi faccinasi anti flu dan dua injeksi lainnya lagi dibahu dan dikaki
".
" Mereka begitu teliti ", kata Daud, " Begitu telitinya mereka, sehingga ,
mereka menganggap Cuma obat2anlah yang dapat menyembuhkan penyakit
Delila . Padahal kukira Delila bisa sembuh dalam pelukanku , dia rindu. Itulah
penyakit Delila !".
Meiske menganggap, Daud telah salah kiprah.
Tapi Daud akan bertambah down lagi jika nanti Meiske terus terang bahwa
penyakit Delila bukan hanya rindu , tetapi yang lebih berbahaya adalah radang
otak .
Dengan suara mengutuk, Meiske mendengar Daud berkata terisak : " Mereka
tidak punya perasaan seorang ayah seperti ku ! Mereka ibarat robot yang
diperbudak racun2 itu ! Obat itu racun ! Racun ! Akulah obat bagi Delila !
Akulah obat bagi Laila isteriku ! mereka bukan mengobati Delila dan
Laila…………..mereka meracuni anak dan isteriku ".
Daud menghempaskan kepala dimeja, dan menangis tersedu. Meiske
membujuknya : "Ah, bang Daud rasanya tak boleh menyesali siapapun jua.
Sebaiknya bang Daud istirahat. Lepaskan jas itu , gantilah pakaian . Abang
jangan mau diseret oleh frustasi jiwa, karena keadaan begini bisa menimpa
siapapun jua…."
Daud menyadari ucapan Meiske yang lembut itu. Dia memasuki kamarnya,
membuka koffer yang masih digandoli oleh cap2 penerbangan . Dia bersalin
pakaian. Lalu berbaring dengan menghimpitkan kepala pada kedua telapak
tangannya sebagai bantalan. Fikirannya menerawang, matanya menatap tenang
pada plafon tickwood itu.
Terdengar pintu kamarnya diketuk.
Daud menoleh : " Siapa ? "
" Meiske, bang Daud " Suara kedengaran di luar.
" Mau Apa , Meiske ? "
" Makan malam, bang. Saya telah menyiapka coklat susu buat bang Daud ",
kata Meiske.
Daud masih juga telentang, tak berubah . daud bertanya : " Kemana
Lestina ?"
" Tadi ada dikamarnya , sebentar Meiske lihat ".
Meiske pergi kekamar Lestina. Tapi Lestina meninggalkan sehelai surat : "
Kak Meiske ! Lestina pergi kerumah teman. Baru dimarahin sih, LES".
Ketika Meiske keluar dari kamar Lestina, ia berpapasan dengan Daud yang
baru keluar dari kamarnya pula, dan Daud bertanya : " Ada ? "
" Munglin pergi ", kata Meiske.
" Tadi dia saya ajari, melawan. Itu yang bikin saya ini pusing. Mungkin dia
pergi sebagai protes ! Heran anak-anak sekarang , protesnya pergi, pergi,
pergi !
Ketika Daud makan malam, Meiske membantu menyodorka gulai dan
menambahkan minuman. Kerinagt Daud mengocor, dan dia bertanya, " Kau
yang memasak ? '
" Kenapa, pedas ? " Tanya Meiske.
" Mungkin sudah begitu lama tak merasakan cabe lagi. Tapi enak. Kemana si
Lestina ya , apa belum pulang ? "
" Mungkin nginep dirumah temennya ", kata Meiske.
Sampai jauh malam ditunggu Daud, Lestina tidak pulang2 jua.
Ketika Meiske muncul dikamar Delila, ia tidak melihat Daud. Daud rupanya
sudah memasuki kamar periksa. Dokter menggeleng – gelengkan kepala ketika
memeriksa mata Daud dan tenggorokan Daud. Katanya " Kami menyesal bapak
begitu ceroboh memasuki kamar anak bapak. Bapak menderita flu America
yang jahat sekali. Selain itu radang tenggorokan ini diperkirakan Diptheria ".
Daud terdongak ketika mendengar kata2 dokter itu kemudian : " Sebaiknya
bapak istirahat dirumah, dan memakan obat dari kami ini dengan teratur. Sakit
bapak tidak berat, tetapi jika menulari anak bapak , apalagi isteri bapak,
dua2nya akan tak kuat bertahan lagi ".
" Jadi saya harus dirumah ? dan tidak punya kesempatan sedikitpun untuk
menengok anak dan isteri saya ? " Tanya Daud penasaran .
' Sebagai orang berpendidikan saya rasa bapak ada pengertian ", kata dokter
itu.
Daud masih berkata jua: " Tetapi cobalah bapak baying kan . Anak saya ini
sudah terlanjur tahu bahwa saya ada disini. Nanti kalau dia terbangun gari
tidur, menanyakan saya, apakah bapak tidak kasihan , pak dokter ? ".
" Kami kasihan " , kata dokter itu , " Karena itulah kami mengabdi untuk
menyelamatkan jiwanya. Penyakit anak bapak itu berbahaya sekali. Jangan
ditambah lagi penderitaan anak itu lagi. Saya hampi marah kepada semua
suster yang memberi peluang sampai bapak masuk tadi ".
Daud menundukkan kepala . Dia menangis. Suaranya terisak-isak , "
Pernahkah dokter menyayangi anak ? Pernahkah dokter begini ? saying kepada
anak anda seperti saya ini ? "
" Dokter itu tertegun . Tapi ia mempu memberi jawaban " Saya punya anak
lima , pak Daud waitulo. Saya menyayangi anak2 saya. Kira2 sama seperti pak
Daud juga . Tapi jika anda sayang kepada anak anda, tentulah anda tidak mau
menambah beban penyakit barunya ".
' Baiklah", kata Daud dengan lesu dan melihat resep yang diberikan dokter
itu, " Terimakasih atas pemeliharaan anda pada penyakit anakku ".
' Maafkan kami , pak Daud ", kata dokter itu, " Oh, ya disini ada Apotik .
Lewat dari koridor kiri terus ada tanggan keatas, disana itu ".
" Terima kasih ", kata Daud dengan lesu.
Daud meninggalkan rumah sakit itu setelah mengambil obat , dengan fikiran
runtuh. Ia sampai lupa menemui Meisake.
Meiske pulang kerumah jam 8 malam , ketika Daud barusan meminum
obatnya. Meiske berusaha bercakap santai : " tadi betul2 repot semua suster,
bang Daud. Saya juga tidak tahu bang Daud dapat flu. Pembicaraan disana tadi
perihal keteledoran suster memberi ijin bang Daud masuk ".
" Kau sendiri bagaimana ? " Tanya Daud pada Meiske.
" Saya sudah diberikan bermacam2 suntikan kekebalan ", kata Meiske, " Dan
tadi saya diberi faccinasi anti flu dan dua injeksi lainnya lagi dibahu dan dikaki
".
" Mereka begitu teliti ", kata Daud, " Begitu telitinya mereka, sehingga ,
mereka menganggap Cuma obat2anlah yang dapat menyembuhkan penyakit
Delila . Padahal kukira Delila bisa sembuh dalam pelukanku , dia rindu. Itulah
penyakit Delila !".
Meiske menganggap, Daud telah salah kiprah.
Tapi Daud akan bertambah down lagi jika nanti Meiske terus terang bahwa
penyakit Delila bukan hanya rindu , tetapi yang lebih berbahaya adalah radang
otak .
Dengan suara mengutuk, Meiske mendengar Daud berkata terisak : " Mereka
tidak punya perasaan seorang ayah seperti ku ! Mereka ibarat robot yang
diperbudak racun2 itu ! Obat itu racun ! Racun ! Akulah obat bagi Delila !
Akulah obat bagi Laila isteriku ! mereka bukan mengobati Delila dan
Laila…………..mereka meracuni anak dan isteriku ".
Daud menghempaskan kepala dimeja, dan menangis tersedu. Meiske
membujuknya : "Ah, bang Daud rasanya tak boleh menyesali siapapun jua.
Sebaiknya bang Daud istirahat. Lepaskan jas itu , gantilah pakaian . Abang
jangan mau diseret oleh frustasi jiwa, karena keadaan begini bisa menimpa
siapapun jua…."
Daud menyadari ucapan Meiske yang lembut itu. Dia memasuki kamarnya,
membuka koffer yang masih digandoli oleh cap2 penerbangan . Dia bersalin
pakaian. Lalu berbaring dengan menghimpitkan kepala pada kedua telapak
tangannya sebagai bantalan. Fikirannya menerawang, matanya menatap tenang
pada plafon tickwood itu.
Terdengar pintu kamarnya diketuk.
Daud menoleh : " Siapa ? "
" Meiske, bang Daud " Suara kedengaran di luar.
" Mau Apa , Meiske ? "
" Makan malam, bang. Saya telah menyiapka coklat susu buat bang Daud ",
kata Meiske.
Daud masih juga telentang, tak berubah . daud bertanya : " Kemana
Lestina ?"
" Tadi ada dikamarnya , sebentar Meiske lihat ".
Meiske pergi kekamar Lestina. Tapi Lestina meninggalkan sehelai surat : "
Kak Meiske ! Lestina pergi kerumah teman. Baru dimarahin sih, LES".
Ketika Meiske keluar dari kamar Lestina, ia berpapasan dengan Daud yang
baru keluar dari kamarnya pula, dan Daud bertanya : " Ada ? "
" Munglin pergi ", kata Meiske.
" Tadi dia saya ajari, melawan. Itu yang bikin saya ini pusing. Mungkin dia
pergi sebagai protes ! Heran anak-anak sekarang , protesnya pergi, pergi,
pergi !
Ketika Daud makan malam, Meiske membantu menyodorka gulai dan
menambahkan minuman. Kerinagt Daud mengocor, dan dia bertanya, " Kau
yang memasak ? '
" Kenapa, pedas ? " Tanya Meiske.
" Mungkin sudah begitu lama tak merasakan cabe lagi. Tapi enak. Kemana si
Lestina ya , apa belum pulang ? "
" Mungkin nginep dirumah temennya ", kata Meiske.
Sampai jauh malam ditunggu Daud, Lestina tidak pulang2 jua.
Episode 53
MALAM MARANGKAK terlambat sekali.
Daud masih mundar mandir masuk kamar , keluar kamar. Meiske sendiri
tetap duduk diruang tengah. Melihat kegelisahan Daud, Meiske berkata : "
Sudahlah, bang, tidur saja, Nanti bang Daud yang sakit ".
" Saya akan tunggu dia pulang ", kata Daud , " Kalau kau mau tidur pergilah
kepaviliun".
" Saya akan tidur dikamar Lestina saja ", kata Meiske berdiri, dan berkata
pada Daud : " Saya tidur duluan ya, bang ".
" Ya, selamat malam " ,kata Daud.
" Abang tidur sajalah ", kata Meiske masuk kepintu kamar Lestina. Kemudian
gadis itu merebahan dirinya di tempat tidur Lestina. Dia bukan mengantuk. Dia
Cuma merebahkan diri terlentang , dengan fikiran mengambang.
Sebenarnya Meiske ingin dapat cerita2 ringan dari America malam ini. Tapi
Meiske memperhatikan , konsentrasi Daud kepada adiknya Lestina saja. Tiba2
ketika ia sedang menghayalkan Daud adalah pria idaman bagi setiap wanita,
Meiske mendengar pintu diketuk.
Meiske turun dari tempat tidur, dibukanya pintu.
" Ada apa , bang ? " Tanya Meiske.
" Baiknya kita ngobrol2 diruang makan itu sambil menunggu Lestina pulang
", kata Daud.
" Kebetulan, Meiske juga belum ngantuk ", kata Meiske.
" Maaf, saya tidak membawa oleh2 satupun untukmu dari America ", kata
Daud.
" Ah, tidak apa-apa ", kata Meiske bahagia.
Ia bahagia, karena inilah yang dinantinya. Ngobrol. Melihat wajah Daud.
Tapi tidak sedikitpun ia akan melakukan penghianatan, sekalipun kesempatan
begini mungkin Cuma sekali ini . Bagi Meiske, kakLaila terlalu baik , terlalu
jahatlah untuk merebut suaminya. Bila Meiske ingin berbincang-bincang begini,
itu karna rindunya pada Daud, cintanya yang diam-diam itu, yang tak usah lagi
akan terbuhul karena tiadanya harapan.
" Kak Laila mungkin sakitnya agak parah " , kata Meiske.
" Sekarang aku menyesal, Meiske ", kata Daud.
" Bahwa mencari sukses, mencari uang haruslah dibedakan wadahnya
dengan mencari kebahagiaan. Apa artinya sukses saya, apa artinya kekayaan
saya, jika dua orang yang saya cintai ini ----Laila maupun Delila----hilang dari
hidupku ? ".
" Betapapun bang Daud tidak terlalu salah ", kata Meiske, " Penyakit Delila
dating tiba2. Penyakit kak Laila adalah rentetan dari hal-hal sebelum Delila
jatuh sakit. Saya berdua Lestina sudah putus asa ketika itu ".
" Jadi Lestina ada membantu Laila maupun Delila ketika sakit ? " Tanya
Daud.
" Ada bang ",
" Oh--------" , Daud menyesali dirinya ," Lagi2 saya membuat kesalahan.
Ketika saya datang, saya pergoki dia dekat pavilyun kamu sana………sedang
cium2an. Bayangkan marahnya saya kepadanya. Betapa tidak, kakak iparnya
dan ponakannya sedang terbaring sakit ! , Kau yang tidak ada sedikitpun
hubungan darah dengan kami, masih punya waktu, bahkan menghabiskan
waktumu untuk menolong keluargaku. Dia, si Lestina cium2an dirumah ini "
Meiske mencoba melemparkan senyum ramah, agar marah Daud turn
kembali . Dan Daud dibiarkannya saja meneruskan kata2 : " Untung saya punya
fikiran waras. Saya tunggu dulu pemuda itu pergi, barulah saya marahi dia. Dan
malam ini sebagai protes, dia pergi. Mungkin pergi kerumah pemuda itu ? "
" Pemuda itu kekasih Lestina ", kata Meiske.
" Mungkin----", kata Daud.
" Setahu saya , dia itu yang selalu bersama Lestina", kata Meiske.
" Laila tahu soal ini ? "
" Mereka saya lihat akrab sekali selama kak Laila dan Delila dirumah sakit
"kata Meiske, " Tetapi ada Meis peringatkan , agar Lestina menjaga diri dalam
pergaulan".
" Ya…", Daud menelan nafas dalam2 , " Saya tidak mau ambil pukul rata
setiap pemuda pemudi sekarang. Tidak semua mereka itu berengsek, ia tak
mengindahkan moral. Dibanding dengan America, kita masih sedikit bermoral.
Tetapi saya'kan tdak bisa kenal betul , mana yang baik da mana yang buruk ? "
" Dari zaman ke zaman tiap generasi memperlihatkan identitasnya,bang ",
kata Meiske . " Mngkin zaman bang Daud dan kak Laila berbeda dengan kami ".
" Tarokh lah kamu satu generasi dengan Lestina", kata Daud," Tapi saya lihat
kamu , saya lihat seribu kali lebih baik dan lebih bersantun dari Lestina".
Pujian.
Pujian itu seakan – akan menyapu hati Meiske, membuat wajahnya kemerah
merahan menahan bangga. Meiske menundukkan kepala , dan berkata lunak: "
Terimakasih, bang".
" Terima kasih apa , Meis ? " Tanya Daud.
' Terima kasih atas pujian bang Daud pada diriku" kata Meiske
MALAM MARANGKAK terlambat sekali.
Daud masih mundar mandir masuk kamar , keluar kamar. Meiske sendiri
tetap duduk diruang tengah. Melihat kegelisahan Daud, Meiske berkata : "
Sudahlah, bang, tidur saja, Nanti bang Daud yang sakit ".
" Saya akan tunggu dia pulang ", kata Daud , " Kalau kau mau tidur pergilah
kepaviliun".
" Saya akan tidur dikamar Lestina saja ", kata Meiske berdiri, dan berkata
pada Daud : " Saya tidur duluan ya, bang ".
" Ya, selamat malam " ,kata Daud.
" Abang tidur sajalah ", kata Meiske masuk kepintu kamar Lestina. Kemudian
gadis itu merebahan dirinya di tempat tidur Lestina. Dia bukan mengantuk. Dia
Cuma merebahkan diri terlentang , dengan fikiran mengambang.
Sebenarnya Meiske ingin dapat cerita2 ringan dari America malam ini. Tapi
Meiske memperhatikan , konsentrasi Daud kepada adiknya Lestina saja. Tiba2
ketika ia sedang menghayalkan Daud adalah pria idaman bagi setiap wanita,
Meiske mendengar pintu diketuk.
Meiske turun dari tempat tidur, dibukanya pintu.
" Ada apa , bang ? " Tanya Meiske.
" Baiknya kita ngobrol2 diruang makan itu sambil menunggu Lestina pulang
", kata Daud.
" Kebetulan, Meiske juga belum ngantuk ", kata Meiske.
" Maaf, saya tidak membawa oleh2 satupun untukmu dari America ", kata
Daud.
" Ah, tidak apa-apa ", kata Meiske bahagia.
Ia bahagia, karena inilah yang dinantinya. Ngobrol. Melihat wajah Daud.
Tapi tidak sedikitpun ia akan melakukan penghianatan, sekalipun kesempatan
begini mungkin Cuma sekali ini . Bagi Meiske, kakLaila terlalu baik , terlalu
jahatlah untuk merebut suaminya. Bila Meiske ingin berbincang-bincang begini,
itu karna rindunya pada Daud, cintanya yang diam-diam itu, yang tak usah lagi
akan terbuhul karena tiadanya harapan.
" Kak Laila mungkin sakitnya agak parah " , kata Meiske.
" Sekarang aku menyesal, Meiske ", kata Daud.
" Bahwa mencari sukses, mencari uang haruslah dibedakan wadahnya
dengan mencari kebahagiaan. Apa artinya sukses saya, apa artinya kekayaan
saya, jika dua orang yang saya cintai ini ----Laila maupun Delila----hilang dari
hidupku ? ".
" Betapapun bang Daud tidak terlalu salah ", kata Meiske, " Penyakit Delila
dating tiba2. Penyakit kak Laila adalah rentetan dari hal-hal sebelum Delila
jatuh sakit. Saya berdua Lestina sudah putus asa ketika itu ".
" Jadi Lestina ada membantu Laila maupun Delila ketika sakit ? " Tanya
Daud.
" Ada bang ",
" Oh--------" , Daud menyesali dirinya ," Lagi2 saya membuat kesalahan.
Ketika saya datang, saya pergoki dia dekat pavilyun kamu sana………sedang
cium2an. Bayangkan marahnya saya kepadanya. Betapa tidak, kakak iparnya
dan ponakannya sedang terbaring sakit ! , Kau yang tidak ada sedikitpun
hubungan darah dengan kami, masih punya waktu, bahkan menghabiskan
waktumu untuk menolong keluargaku. Dia, si Lestina cium2an dirumah ini "
Meiske mencoba melemparkan senyum ramah, agar marah Daud turn
kembali . Dan Daud dibiarkannya saja meneruskan kata2 : " Untung saya punya
fikiran waras. Saya tunggu dulu pemuda itu pergi, barulah saya marahi dia. Dan
malam ini sebagai protes, dia pergi. Mungkin pergi kerumah pemuda itu ? "
" Pemuda itu kekasih Lestina ", kata Meiske.
" Mungkin----", kata Daud.
" Setahu saya , dia itu yang selalu bersama Lestina", kata Meiske.
" Laila tahu soal ini ? "
" Mereka saya lihat akrab sekali selama kak Laila dan Delila dirumah sakit
"kata Meiske, " Tetapi ada Meis peringatkan , agar Lestina menjaga diri dalam
pergaulan".
" Ya…", Daud menelan nafas dalam2 , " Saya tidak mau ambil pukul rata
setiap pemuda pemudi sekarang. Tidak semua mereka itu berengsek, ia tak
mengindahkan moral. Dibanding dengan America, kita masih sedikit bermoral.
Tetapi saya'kan tdak bisa kenal betul , mana yang baik da mana yang buruk ? "
" Dari zaman ke zaman tiap generasi memperlihatkan identitasnya,bang ",
kata Meiske . " Mngkin zaman bang Daud dan kak Laila berbeda dengan kami ".
" Tarokh lah kamu satu generasi dengan Lestina", kata Daud," Tapi saya lihat
kamu , saya lihat seribu kali lebih baik dan lebih bersantun dari Lestina".
Pujian.
Pujian itu seakan – akan menyapu hati Meiske, membuat wajahnya kemerah
merahan menahan bangga. Meiske menundukkan kepala , dan berkata lunak: "
Terimakasih, bang".
" Terima kasih apa , Meis ? " Tanya Daud.
' Terima kasih atas pujian bang Daud pada diriku" kata Meiske
Episode 54
Daud tersenyum . Meiske dengan lirikan kecil sambil menunduk diam2
menikmati sendiri perasaan bahagianya, tanpa setahu Daud.
" Dimana rumah pemuda itu? " Tanya Daud.
" Meis tidak tahu"
" Celakanya jika dia menginap dirumah pemuda itu ", ujar Daud.
Memang disanalah Lestina malam ini. Lestina sedang memetik gitar, dan
seorang lelaki dengan tubuh kerempeng menyanyi lagu " Open Your Heart ",
yang suaranya benar2 ditirukan dari suara George Baker , penyanyi aselinya.
" Gue demen suara kamu, yok ", kata Lestina.
" Kalo gua sih demen sama lu ", sahut pemuda kurus itu.
" Kalo gua demen sama tubuh mu yang ceking "kata Lestina.
" Ceking2 jangan dikira kurang vitamin, meck. Ceking2 juga kuat "kata
pemuda itu.
" Iya deh, gua ngaku, gua udah ngerasain", kata Lestina.
" Bagus, ayo kita masuk kedalem yuk ? dari pada kedinginan diluar" kata yok.
Yok menghela tangan Lestina, Lestina tidak bersedia.
Kata yok: " Alaaaaah, kamu pake malu2 kayak anak perawan ".
Lestina masih menelag – ngelak, tapi ia mengalah ketika yok berkata : " Ini
film midnight show barusan mula'in , paling2 mamah sama papahku pulang
nonton jam 3, sebab pasti mereka makan kerang dulu "
Lestina tetap saja tidak mau dan tidak mau sekalipun kini ia telah terbaring
tanpa busana dalam pelukan yok. Barulah Lestina bersedia ketika yok
memperlihatkan sesuatu dan berkata : " Iya deh , kalau lu mengharus kan gue
pake 'jacket' ".
Sementara Yok menggunakan apa yang disebut jacket itu, Lestina berkat "
Gua bukan nggak mau apa2 , yok. Gua takut gua hamil kamu tinggalin begitu
saja ".
Yok mencium lembut kaki Lestina. Lestina menggelinjang. Diremasnya
rambut yok yang keriting itu, dan kemudian, kemudian sekali, diapun
menggelepar dengan nafas yang menggebu-gebu.
Angin yang datang dari kipas angin dikamar itu telah membuat Lestina dan
yok tidur ketiduran dan pelukan, tapi untunglah pada jam 5 pagi Lestina
terbangun lebih dahulu.
Dia mengenakan seluruh pakaiannya dengan lengkap, kemudian bersisir, dan
dihapus-hapusnya mukanya sedikit, supaya jangan kelihatan seperti orang
bangun tidur.
Lestina menjinjing sepatu keluar dari kamar itu, meniggalkan yok yang
masih tidur mati. Ya, dia tidur bagaikan mati.
Hanya babu yang sedang memompa air yang melihat Lestina keluar kamar
itu, melucu bagai maling yang tidak kesiangan.
Didepan rumah yok masih berkumpul tukang becak.
Lestina menawar becak, dan dengan naik becak itu dia pulang. Uadara yang
dingin membuat lestina merogoh - rogoh tas, dan dia menemukan dua batang
rokok Dji sam soe . Lestina merokok, dan rokok itu dimatikan tepat ketika ia
sampai didepan rumah. Dia mengambil kunci dari sebuah tempat kunci yang
khusus yakni disatu lobang pohon samping. Pintu dibukanya lambat2 setelah
dijinjingnya sepatu. Lestina berjingkat-jingkat menuju kamarnya. Tapi aneh
kamarnya terkunci. Tiba2 Lestina menduga, jangan2 bang Daud sudah berduaan
dengan Meiske dikamar itu ! Bah ! Perlahan-lahan Lestina mau menjebak. Dia
mengetuk pintu itu.
Rupanya Meiske baru hampir tidur ketika pintu didengarnya diketuk
perlahan. Meiske kuatir yang mengetuknya itu bang Daud. Meiske tahu, Daud
itu pria yang benar2 mencintai anak dan isterinya, tapi siapa tahu ia merniat
buruk dimalam ini ? .
Meiske menyelidik, tetapi tidak ada lubang. Yang didengarnya suara
bisikan :
" Buka, buka pintu ".
Meiske yakin suara itu bukan suara Daud. Karena itu dibukanya pintu.
Meiske kaget : " Jam berapa ini ? "
" Jam lima ", dan memberi isyarat telunjuk dirapatkan ke mulut. Hati-hati
Lestina masauk , dan menarok sepatu yang dijinjingnya. Dia merebah kan diri
diatas tempat tidur. Katanya berbisik : " Saya kira kamu tadi tidur
berdua………."
Meiske mencubit paha Lestina. Kesal dia berbisik : " Berdua siapa hayo ? "
" Saya kira berdua kak Daud ", kata Lestina. Dan Meiske mencubitnya lagi.
" Eh, " bisik Lestina pada Meiske, " Kaalau pagi2 nanti bang Daud Tanya,
bilang Lestina pulang tadi malam. Tadi malam kalian tidur jam berapa sih ? .
" Jam 12 lebih dikit " kata Meiske, " Kami Cuma ngobrol2 . Tetapi kamu
harus jangan melawan bang Daud. Kalau dia marah, tundukkan saja kepalamu,
Lestina. Fikirannya lagi kacau. Kalau dapat ambillah hatinya. Sering2lah
membezoek kak Laila dan Delila. Dan pemuda teman mu itu jangan diberi hati
untuk datang kesini ".
" Abis, kalau betul2 pacar mau diapain ? bang Daud itu kunooooooo', bisik
Lestina menahan ketawa.
Lalu dia tidur.
Pagi itu Meiske tidak meneruskan tidur, melainkan menyiapkan masakan
untuk sarapan pagi bang Daud, juga membuatkan kopi. Untuk tidur memang
dirasanya tanggung sekali.
Meiske buru – buru sarapan pagi duluan, begitupun ia mandi air panas agar
tidak puyeng , dan mencuci pakaian kotor. Tanpa diduganya Daud terdengar
menegornya: " Eh, pakaian bang Daud itu biar masuk binatu saja, Meis ".
" Ah, selagi meis bisa nyuci apa salahnya, bang " kata Meiske,
Meiske berkata lagi: " Itu buat sarapan pagi sudah tersedia, bang. Saya
sengaja tidak bikin kopi, melainkan di thermos saja, karna saya kira abang
bangun terlambat, bang ".
Daud masuk kamar mandi : " Saya pagi ini akan berusaha menemui dokter .
Saya sehat setelah disuntik dokter kemarin itu ". Dan Daud pun pergi mandi.
Meiske sudah selesai mencuci dan menjemur pakaian . Lalu ia pergi ke
pavilyun dan berbenah untuk pergi kuliah . Ketika ia kembali keruang tengah,
didapatkannya Daud sudah sarapan.
" Eh, Meis ! Kamu sudah sarapan ? "
" Maaf saya duluan saja. Pagi ini saya mau mendaftar untuk ujian ", kata
Meiske.
Meiske pergi kuliah , Daud memeriksa seluruh ruangan terlebih dahulu
sebelum meninggalkan rumah . Ia heran karna dilihatnya ada Lestina sedang
tidur memeluk bantal guling. Ia akan marah, tidak jadi. Ia Cuma
membangunkan Lestina dan berkata bahwa dia mau pergi kerumah sakit.
" Les ikut !" , kata Lestina, " Lestina sudah kangen sama Delila ! "
Mereka berdua mendapatkan Delila dalm keadaan kritis. Dokter
memberitahu bahwa Daud bisa menemui Laila dua hari lagi, yang membuat
Daud tersenyum berairmata…..karena Delila makin menghawatirkan !.
Daud tersenyum . Meiske dengan lirikan kecil sambil menunduk diam2
menikmati sendiri perasaan bahagianya, tanpa setahu Daud.
" Dimana rumah pemuda itu? " Tanya Daud.
" Meis tidak tahu"
" Celakanya jika dia menginap dirumah pemuda itu ", ujar Daud.
Memang disanalah Lestina malam ini. Lestina sedang memetik gitar, dan
seorang lelaki dengan tubuh kerempeng menyanyi lagu " Open Your Heart ",
yang suaranya benar2 ditirukan dari suara George Baker , penyanyi aselinya.
" Gue demen suara kamu, yok ", kata Lestina.
" Kalo gua sih demen sama lu ", sahut pemuda kurus itu.
" Kalo gua demen sama tubuh mu yang ceking "kata Lestina.
" Ceking2 jangan dikira kurang vitamin, meck. Ceking2 juga kuat "kata
pemuda itu.
" Iya deh, gua ngaku, gua udah ngerasain", kata Lestina.
" Bagus, ayo kita masuk kedalem yuk ? dari pada kedinginan diluar" kata yok.
Yok menghela tangan Lestina, Lestina tidak bersedia.
Kata yok: " Alaaaaah, kamu pake malu2 kayak anak perawan ".
Lestina masih menelag – ngelak, tapi ia mengalah ketika yok berkata : " Ini
film midnight show barusan mula'in , paling2 mamah sama papahku pulang
nonton jam 3, sebab pasti mereka makan kerang dulu "
Lestina tetap saja tidak mau dan tidak mau sekalipun kini ia telah terbaring
tanpa busana dalam pelukan yok. Barulah Lestina bersedia ketika yok
memperlihatkan sesuatu dan berkata : " Iya deh , kalau lu mengharus kan gue
pake 'jacket' ".
Sementara Yok menggunakan apa yang disebut jacket itu, Lestina berkat "
Gua bukan nggak mau apa2 , yok. Gua takut gua hamil kamu tinggalin begitu
saja ".
Yok mencium lembut kaki Lestina. Lestina menggelinjang. Diremasnya
rambut yok yang keriting itu, dan kemudian, kemudian sekali, diapun
menggelepar dengan nafas yang menggebu-gebu.
Angin yang datang dari kipas angin dikamar itu telah membuat Lestina dan
yok tidur ketiduran dan pelukan, tapi untunglah pada jam 5 pagi Lestina
terbangun lebih dahulu.
Dia mengenakan seluruh pakaiannya dengan lengkap, kemudian bersisir, dan
dihapus-hapusnya mukanya sedikit, supaya jangan kelihatan seperti orang
bangun tidur.
Lestina menjinjing sepatu keluar dari kamar itu, meniggalkan yok yang
masih tidur mati. Ya, dia tidur bagaikan mati.
Hanya babu yang sedang memompa air yang melihat Lestina keluar kamar
itu, melucu bagai maling yang tidak kesiangan.
Didepan rumah yok masih berkumpul tukang becak.
Lestina menawar becak, dan dengan naik becak itu dia pulang. Uadara yang
dingin membuat lestina merogoh - rogoh tas, dan dia menemukan dua batang
rokok Dji sam soe . Lestina merokok, dan rokok itu dimatikan tepat ketika ia
sampai didepan rumah. Dia mengambil kunci dari sebuah tempat kunci yang
khusus yakni disatu lobang pohon samping. Pintu dibukanya lambat2 setelah
dijinjingnya sepatu. Lestina berjingkat-jingkat menuju kamarnya. Tapi aneh
kamarnya terkunci. Tiba2 Lestina menduga, jangan2 bang Daud sudah berduaan
dengan Meiske dikamar itu ! Bah ! Perlahan-lahan Lestina mau menjebak. Dia
mengetuk pintu itu.
Rupanya Meiske baru hampir tidur ketika pintu didengarnya diketuk
perlahan. Meiske kuatir yang mengetuknya itu bang Daud. Meiske tahu, Daud
itu pria yang benar2 mencintai anak dan isterinya, tapi siapa tahu ia merniat
buruk dimalam ini ? .
Meiske menyelidik, tetapi tidak ada lubang. Yang didengarnya suara
bisikan :
" Buka, buka pintu ".
Meiske yakin suara itu bukan suara Daud. Karena itu dibukanya pintu.
Meiske kaget : " Jam berapa ini ? "
" Jam lima ", dan memberi isyarat telunjuk dirapatkan ke mulut. Hati-hati
Lestina masauk , dan menarok sepatu yang dijinjingnya. Dia merebah kan diri
diatas tempat tidur. Katanya berbisik : " Saya kira kamu tadi tidur
berdua………."
Meiske mencubit paha Lestina. Kesal dia berbisik : " Berdua siapa hayo ? "
" Saya kira berdua kak Daud ", kata Lestina. Dan Meiske mencubitnya lagi.
" Eh, " bisik Lestina pada Meiske, " Kaalau pagi2 nanti bang Daud Tanya,
bilang Lestina pulang tadi malam. Tadi malam kalian tidur jam berapa sih ? .
" Jam 12 lebih dikit " kata Meiske, " Kami Cuma ngobrol2 . Tetapi kamu
harus jangan melawan bang Daud. Kalau dia marah, tundukkan saja kepalamu,
Lestina. Fikirannya lagi kacau. Kalau dapat ambillah hatinya. Sering2lah
membezoek kak Laila dan Delila. Dan pemuda teman mu itu jangan diberi hati
untuk datang kesini ".
" Abis, kalau betul2 pacar mau diapain ? bang Daud itu kunooooooo', bisik
Lestina menahan ketawa.
Lalu dia tidur.
Pagi itu Meiske tidak meneruskan tidur, melainkan menyiapkan masakan
untuk sarapan pagi bang Daud, juga membuatkan kopi. Untuk tidur memang
dirasanya tanggung sekali.
Meiske buru – buru sarapan pagi duluan, begitupun ia mandi air panas agar
tidak puyeng , dan mencuci pakaian kotor. Tanpa diduganya Daud terdengar
menegornya: " Eh, pakaian bang Daud itu biar masuk binatu saja, Meis ".
" Ah, selagi meis bisa nyuci apa salahnya, bang " kata Meiske,
Meiske berkata lagi: " Itu buat sarapan pagi sudah tersedia, bang. Saya
sengaja tidak bikin kopi, melainkan di thermos saja, karna saya kira abang
bangun terlambat, bang ".
Daud masuk kamar mandi : " Saya pagi ini akan berusaha menemui dokter .
Saya sehat setelah disuntik dokter kemarin itu ". Dan Daud pun pergi mandi.
Meiske sudah selesai mencuci dan menjemur pakaian . Lalu ia pergi ke
pavilyun dan berbenah untuk pergi kuliah . Ketika ia kembali keruang tengah,
didapatkannya Daud sudah sarapan.
" Eh, Meis ! Kamu sudah sarapan ? "
" Maaf saya duluan saja. Pagi ini saya mau mendaftar untuk ujian ", kata
Meiske.
Meiske pergi kuliah , Daud memeriksa seluruh ruangan terlebih dahulu
sebelum meninggalkan rumah . Ia heran karna dilihatnya ada Lestina sedang
tidur memeluk bantal guling. Ia akan marah, tidak jadi. Ia Cuma
membangunkan Lestina dan berkata bahwa dia mau pergi kerumah sakit.
" Les ikut !" , kata Lestina, " Lestina sudah kangen sama Delila ! "
Mereka berdua mendapatkan Delila dalm keadaan kritis. Dokter
memberitahu bahwa Daud bisa menemui Laila dua hari lagi, yang membuat
Daud tersenyum berairmata…..karena Delila makin menghawatirkan !.
Episode 55
DAUD WAITULO menjadi orang yang tidak tenang. Wajahnya menjadi kecut
melihat krisis yang menggerayangi anaknya itu. Tetapi berbeda sekali dengan
Laila.
Ia berusaha melawan krisis dalam dirinya sendiri begitu Daud muncul.
Hatinya sangat sendu melihat Daud yang terpaksa kembali dari America, dan
dalam keadaan masih sakit, karena itu keinginannya untuk segera sembuh betul
- betul menolongnya..
Ia sembuh. Ia betul2 merasa dirinya kuat.
Dokter2 sendiri tidak mau mengatakan apa penyakit yang diderita
sebenarnya oleh Laila. Tapi mereka kagum oleh sikap2 khusus yang yang agung
yang diperlihatkan Laila.
" Mungkin suasana rumah sakit ini yang tidak sesuai dengan penyakit Laila ",
kata Daud tiba2 kepada kepala tem dokter yang khusus menangani masalah
Delila.
" Kami berpendapat begitu juga ", kata dokter itu ," Tapi kami tidak bisa
memaksa anda supaya anak ini dioperasi "
" Berilah kami waktu untuk menyenangi hatinya sementara dirumah kami ",
kata Daud berhiba-hiba.
" Sebenarnya tidak sulit untuk mengulur waktunya, asal seimbang antara
kecewa dan kegembiraannya ", kata dokter itu, " Tapi mengulur waktunya
terlalu lama tidaklah baik. Kami tetap punya saran , supaya darah beku
dikepalanya dibuang saja. Pekerjaan itu ringan dan kami selalu sukses ".www.ac-zzz.tk
" Sementara Delila kami bawa kerumah, saya akan mempertimbangkan
waktu yang baik untuk pembedahan itu ', kata Daud.
Daud sebagai orang menghadapi buah simalakama.
Serba salah . Tapi hati kecilnya yakin, bahwa Delila bisa diatasi di rumah.
Maka ia membawanya kerumah, dan ia memperingatkan siapapun di rumah itu
supaya memelihara suasana.
" Kita harus menciptakan satu suasana ", kata Daud, " Sedikit saja suasana
tidak favourable bagi Delila, maka kita jelas akan kehilangan dia ".
Daud ketika itu seolah olah lebih baik memilih kehilangan pekerjaan sama
sekali dari pada kehilangan Delila.
President Direktur perusahaan itu terkejut ketika mendengar Daud berkata:
" Saya mohon berhenti karena alasan2 pribadi ".
" Lho, kami heran sekali "
" Alasan yang buat tuan2 disini mungkin tidak begitu berarti. Karna saya
musti menunggui anak saya yang sakit. Hanya sayalah obatnya " , kata Daud.
" Kami heran karna itu saja anda minta berhenti ", kata president direktur.
" Kami kira anda belum pernah minta cuti. Kecuali cuti pendek waktu
perkawinan dulu . Apa salahnya kau mohon cuti panjang , misalnya tiga bulan ?
"
Daud merasa segar, ia rasa tiga bulan cukup waktunya untuk menciptakan
suasana sehat bagi Delila untuk memasuki tahap pembedahan kepala. Ia
tersenyum.
Senyum terharu.
' Terima kasih , pak. Saya segera ajukan permohonan cuti tiga bulan itu ",
kata Daud menghela nafas lega. Hari itu juga ia mengajukan cuti, hari itu juga
ia mulai istirahat panjangnya dirumah, tanpa perlu memikirkan urusan kantor.
Malam itu hatinya sangat lega, dan ia bisa tidur dengan puas . Ia sendiri
berobat pada dokter yang sengaja dimintanyadatang kerumah untuk
menciptakan suasana rumah sakit yang mungkin tak lama lagi pun akan
dimasuki Delila.
Suasana rumah itu benar-benar didukung oleh penghuni2nya dengan sangat
baik. Tidak ada seseorang pun yang membuat lagu sumbang dari simponi
menjelang maut ini.
' Aku tiba2 yakin bahwa Delila tokoh akan meninggalkan kita ", kata Daud, "
Sekarang kita harus dengan sadar mempersiapkan diri untuk kesedihan yang
tidak kita harapkan ".
Laila menangis mendengar itu. Tapi Daud berkata : " Kenapa kau harus
menangis. Kita harus siap untuk melepaskan selama- lamanya. Bukan kita yang
bersalah ".
" Aku merasa bersalah ", kata Laila.
" Kenapa kau merasa berslah ? Kau telah berbakti untuk memperpanjang
nyawanya. Kau sedang sakit , tapi kau berjuang untuk segera sembuh, untuk
memberi spirit hidup bagi Delila ".
" Aku bersalah ketika kau berada di America. Aku terlalu emosi ketika
membaca surat khabar yang memberitahukan jatuhnya pesawat United di
Boston " kata Laila, " Dari mulut ku terlompat seruan bahwa kau tewas ! ".
DAUD WAITULO menjadi orang yang tidak tenang. Wajahnya menjadi kecut
melihat krisis yang menggerayangi anaknya itu. Tetapi berbeda sekali dengan
Laila.
Ia berusaha melawan krisis dalam dirinya sendiri begitu Daud muncul.
Hatinya sangat sendu melihat Daud yang terpaksa kembali dari America, dan
dalam keadaan masih sakit, karena itu keinginannya untuk segera sembuh betul
- betul menolongnya..
Ia sembuh. Ia betul2 merasa dirinya kuat.
Dokter2 sendiri tidak mau mengatakan apa penyakit yang diderita
sebenarnya oleh Laila. Tapi mereka kagum oleh sikap2 khusus yang yang agung
yang diperlihatkan Laila.
" Mungkin suasana rumah sakit ini yang tidak sesuai dengan penyakit Laila ",
kata Daud tiba2 kepada kepala tem dokter yang khusus menangani masalah
Delila.
" Kami berpendapat begitu juga ", kata dokter itu ," Tapi kami tidak bisa
memaksa anda supaya anak ini dioperasi "
" Berilah kami waktu untuk menyenangi hatinya sementara dirumah kami ",
kata Daud berhiba-hiba.
" Sebenarnya tidak sulit untuk mengulur waktunya, asal seimbang antara
kecewa dan kegembiraannya ", kata dokter itu, " Tapi mengulur waktunya
terlalu lama tidaklah baik. Kami tetap punya saran , supaya darah beku
dikepalanya dibuang saja. Pekerjaan itu ringan dan kami selalu sukses ".www.ac-zzz.tk
" Sementara Delila kami bawa kerumah, saya akan mempertimbangkan
waktu yang baik untuk pembedahan itu ', kata Daud.
Daud sebagai orang menghadapi buah simalakama.
Serba salah . Tapi hati kecilnya yakin, bahwa Delila bisa diatasi di rumah.
Maka ia membawanya kerumah, dan ia memperingatkan siapapun di rumah itu
supaya memelihara suasana.
" Kita harus menciptakan satu suasana ", kata Daud, " Sedikit saja suasana
tidak favourable bagi Delila, maka kita jelas akan kehilangan dia ".
Daud ketika itu seolah olah lebih baik memilih kehilangan pekerjaan sama
sekali dari pada kehilangan Delila.
President Direktur perusahaan itu terkejut ketika mendengar Daud berkata:
" Saya mohon berhenti karena alasan2 pribadi ".
" Lho, kami heran sekali "
" Alasan yang buat tuan2 disini mungkin tidak begitu berarti. Karna saya
musti menunggui anak saya yang sakit. Hanya sayalah obatnya " , kata Daud.
" Kami heran karna itu saja anda minta berhenti ", kata president direktur.
" Kami kira anda belum pernah minta cuti. Kecuali cuti pendek waktu
perkawinan dulu . Apa salahnya kau mohon cuti panjang , misalnya tiga bulan ?
"
Daud merasa segar, ia rasa tiga bulan cukup waktunya untuk menciptakan
suasana sehat bagi Delila untuk memasuki tahap pembedahan kepala. Ia
tersenyum.
Senyum terharu.
' Terima kasih , pak. Saya segera ajukan permohonan cuti tiga bulan itu ",
kata Daud menghela nafas lega. Hari itu juga ia mengajukan cuti, hari itu juga
ia mulai istirahat panjangnya dirumah, tanpa perlu memikirkan urusan kantor.
Malam itu hatinya sangat lega, dan ia bisa tidur dengan puas . Ia sendiri
berobat pada dokter yang sengaja dimintanyadatang kerumah untuk
menciptakan suasana rumah sakit yang mungkin tak lama lagi pun akan
dimasuki Delila.
Suasana rumah itu benar-benar didukung oleh penghuni2nya dengan sangat
baik. Tidak ada seseorang pun yang membuat lagu sumbang dari simponi
menjelang maut ini.
' Aku tiba2 yakin bahwa Delila tokoh akan meninggalkan kita ", kata Daud, "
Sekarang kita harus dengan sadar mempersiapkan diri untuk kesedihan yang
tidak kita harapkan ".
Laila menangis mendengar itu. Tapi Daud berkata : " Kenapa kau harus
menangis. Kita harus siap untuk melepaskan selama- lamanya. Bukan kita yang
bersalah ".
" Aku merasa bersalah ", kata Laila.
" Kenapa kau merasa berslah ? Kau telah berbakti untuk memperpanjang
nyawanya. Kau sedang sakit , tapi kau berjuang untuk segera sembuh, untuk
memberi spirit hidup bagi Delila ".
" Aku bersalah ketika kau berada di America. Aku terlalu emosi ketika
membaca surat khabar yang memberitahukan jatuhnya pesawat United di
Boston " kata Laila, " Dari mulut ku terlompat seruan bahwa kau tewas ! ".
Episode 56
Daud menghela nafas dalam2 . Ia tidak tahu akan hal ini. Ia tidak mau Laila
merasa dirinya berdosa. Karena itu ia berkata ; ' Yang salah itu aku. Mengapa
aku tidak memberi tahukan bahwa aku sakit. Aku berdiam diri ". " Aku tahu kau
diam karna tak mau mencemaskan diriku memberitahukan kau sakit ", kata
Laila. " Maka sekarang kita lupakan yang lewat-lewat itu", kata Daud. "
Setujukah mas Daud pembedahan otak yang akan dijalani Delilla ? " " Setuju
". " Aku tidak setuju ", kata Laila menangis ," Aku takut gagal ". " Tapi tidak
dibedah pun berbahaya, karna ini pasti tumor otak. Dokter2 berkata ada
daging harus dibuang. Daging itu daging hidup. Ia akan membesar terus. Dan ini
mengganggu syaraf Delila ". " Oh, mas kalau demikian kau benar. Kita harus
siap untuk menerima kematian sayang kita itu. Sedngkan selama ini aku tidak
mungkin untuk melahirkan lagi ". " Itu soal yang tak perlu diomong2kan
sekarang ", kata Daud. " Aku mulai sulit untuk tidur ", kata Laila. " Karena apa
lagi, Laila ", kata Daud menciumi isterinya dengan sayang. " Aneh perasaan
bersalah itu masih memenuhi otakku . Delila seringkali ngelamun sejak kau
pergi. Ia tambah sering ngelamun setelah aku terlanjur senewen mendengar
adanya pesawat jatuh. Delila pernah cerita, ia mimpi pesawat terbangnya
jatuh diatas salju. Ia pernah nonton film televisi dan ia menyebut : " Itu,
tempat pesawat terbang Delila jatuh, diatas yang putih-putih itu ". Aku
menjelaskan itu salju. Aku benar-benar tak tahu, mungkin itu suatu pertanda
menghadapi detik – detik sedih ini ". Daud memutuskan dengan tegas: " Kita
habiskan cerita itu semua, kita tidur ". Laila mematuhi. Mereka tidur
berdekap-dekapan , dan memang bisa tidur dengan nyenyaknya. Daud tak
sempat bangun pagi , ketika ia dapatkan Delila sudah ngobrol2 dengan boneka
yang dibawa Daud. Delila berbuat seolah – olah ia bu guru. " Hei anak2
semuanya diam , karena si Titi akan memyanyi. Hayo, Titi, maju maju kedepan
, bu guru nanti akan ponten seratus ", kata Delila. Yang dimaksud Titi adalah
boneka itu. Boneka2 lain duduk dikursi. Titi si boneka dibawa Delila ke 'depan
kelas'. " Nah titimulai menyanyi, ya ? anak – anak diam semua ", kata Delila. Ia
menyetel kunci diperut boneka itu, dan boneka itu mulai memperdengar kan
sebuah lagu inggris. Delila menggoyang goyangkan kepalanya mengikuti irama
lagu yang dinyanyikan oleh boneka itu. Ia memang bukan saja anak yang
cerdas, tetapi berjiwa musical. Bahkan ia bisa hafal sedikit2 lagu inggris itu. '
Nah , anak – anak . Ini si titi orang America . Tahu kamu dimana
America?" Delila menyahuti sendiri seolah-olah itu suara murid2 : " Tidak tahu,
Daud menghela nafas dalam2 . Ia tidak tahu akan hal ini. Ia tidak mau Laila
merasa dirinya berdosa. Karena itu ia berkata ; ' Yang salah itu aku. Mengapa
aku tidak memberi tahukan bahwa aku sakit. Aku berdiam diri ". " Aku tahu kau
diam karna tak mau mencemaskan diriku memberitahukan kau sakit ", kata
Laila. " Maka sekarang kita lupakan yang lewat-lewat itu", kata Daud. "
Setujukah mas Daud pembedahan otak yang akan dijalani Delilla ? " " Setuju
". " Aku tidak setuju ", kata Laila menangis ," Aku takut gagal ". " Tapi tidak
dibedah pun berbahaya, karna ini pasti tumor otak. Dokter2 berkata ada
daging harus dibuang. Daging itu daging hidup. Ia akan membesar terus. Dan ini
mengganggu syaraf Delila ". " Oh, mas kalau demikian kau benar. Kita harus
siap untuk menerima kematian sayang kita itu. Sedngkan selama ini aku tidak
mungkin untuk melahirkan lagi ". " Itu soal yang tak perlu diomong2kan
sekarang ", kata Daud. " Aku mulai sulit untuk tidur ", kata Laila. " Karena apa
lagi, Laila ", kata Daud menciumi isterinya dengan sayang. " Aneh perasaan
bersalah itu masih memenuhi otakku . Delila seringkali ngelamun sejak kau
pergi. Ia tambah sering ngelamun setelah aku terlanjur senewen mendengar
adanya pesawat jatuh. Delila pernah cerita, ia mimpi pesawat terbangnya
jatuh diatas salju. Ia pernah nonton film televisi dan ia menyebut : " Itu,
tempat pesawat terbang Delila jatuh, diatas yang putih-putih itu ". Aku
menjelaskan itu salju. Aku benar-benar tak tahu, mungkin itu suatu pertanda
menghadapi detik – detik sedih ini ". Daud memutuskan dengan tegas: " Kita
habiskan cerita itu semua, kita tidur ". Laila mematuhi. Mereka tidur
berdekap-dekapan , dan memang bisa tidur dengan nyenyaknya. Daud tak
sempat bangun pagi , ketika ia dapatkan Delila sudah ngobrol2 dengan boneka
yang dibawa Daud. Delila berbuat seolah – olah ia bu guru. " Hei anak2
semuanya diam , karena si Titi akan memyanyi. Hayo, Titi, maju maju kedepan
, bu guru nanti akan ponten seratus ", kata Delila. Yang dimaksud Titi adalah
boneka itu. Boneka2 lain duduk dikursi. Titi si boneka dibawa Delila ke 'depan
kelas'. " Nah titimulai menyanyi, ya ? anak – anak diam semua ", kata Delila. Ia
menyetel kunci diperut boneka itu, dan boneka itu mulai memperdengar kan
sebuah lagu inggris. Delila menggoyang goyangkan kepalanya mengikuti irama
lagu yang dinyanyikan oleh boneka itu. Ia memang bukan saja anak yang
cerdas, tetapi berjiwa musical. Bahkan ia bisa hafal sedikit2 lagu inggris itu. '
Nah , anak – anak . Ini si titi orang America . Tahu kamu dimana
America?" Delila menyahuti sendiri seolah-olah itu suara murid2 : " Tidak tahu,
bu guru. Dimana America bu
guru ? " " America itu dilangit
", kata Delila. "
Kalau kamu ke America, kamu musti
kelangit. Delila sebentar lagi mau diajak
ke America. Kelangit ". Laila menoleh kepada Daud mendengar kata-kata itu,
kata2 firasat kematian. Daud menyadari juga, tetapi ia bersikap tenang
melihat sikap Laila isterinya. Ia teneg2 seperti ia tak tahu arti firasat. " Nah,
anak-anak sekarang Delila mau ajak anak2 kelangit ", kata Delila. Laila segera
mendekati Delila. Daud akan mencegahnya. Tapi Laila terlanjur berkata : "
Jangan cerita –cerita kelangit ya, Del ? " Karena dilarang, Delila ngambek. Ia
berubah murung. Untuk pertama kali suasana jadi rusak. Delila ngambek : " Del
benci sama mama , deh. Nggak mau maen sekolahan lagi ". " Hayo maen terrus
saja Delila ", kata Daud membujuk, dan berlagak memukul Laila , ia berkata: "
Mama nakal, hayo main sama papa ". Sifat kolokannya yang ditakuti Laila
selama ini muncul. Delila malahan tak mau main anak – anakan lagi. Pada
malam hari, ia hanya mau tidur didekapi Daud. Laila berlagak tak tahu, dan
benar2 merasa bersalah. Ia tak ikut campur. Ia hanya mendengarkan Delila
berkata-kata pada papanya. " Papa……….ada apa sih dilangit ?" Laila mulai
gusar, karna soal langit lagi, dan firasat kematian lagi. " Dilangit ada bulan,
ada matahari, ada bintang ", kata Daud. " Delila kepingin ke bintang " "
Ya……" " Tapi kenapa mama nakal nggak boleh cerita langit ? " Tanya Delila. "
Mama bodoh, nggak tau bahwa langit itu indah dan bagus ". " Papa………", kata
Delila puas " Delila kepingin tidur , papa ". " Ya, sayang. Papa akan
menyanyikan lagu untuk Delila",kata Daud. " Ya, Papa. Nyanyikan lagu bintang
kecil, papa. Papa tahu nyanyi itu , papa ? Bintang kecil yang ada
langitnya. Dan dengan penuh perasaan , Daud menyanyikan lagu bintang kecil
yang diminta Delila. Delila mendengarkannya , tapi tidak sampai lagu itu
selesai. Suatu keanehan terjadi, keesokan paginya Delila tidak bangun seperti
pagi selama bulan ini. Ia kesiangan. Mulanya tidak menjadi perhatian Daud.
Bahkan Daud melarang ketika isterinya mau membangunkan anak tunggal
mereka. " Badannya panas ? " Tanya Daud. " Tidak, biasa saja". Kata
Laila. Daud ikut memeriksa. Biasa saja. Normal , itu berarti Delila tidak sakit .
Tetapi setelah jam 10 siang Delila masih tidur juga, Laila menatap Daud dengan
cemas. Daud tenang, dan ia berkata : " Mungkin tidurnya ini menebus kurang
tidurnya yang dulu-dulu. Atau ia lelah sekali ". Cerita Lain:
ke America. Kelangit ". Laila menoleh kepada Daud mendengar kata-kata itu,
kata2 firasat kematian. Daud menyadari juga, tetapi ia bersikap tenang
melihat sikap Laila isterinya. Ia teneg2 seperti ia tak tahu arti firasat. " Nah,
anak-anak sekarang Delila mau ajak anak2 kelangit ", kata Delila. Laila segera
mendekati Delila. Daud akan mencegahnya. Tapi Laila terlanjur berkata : "
Jangan cerita –cerita kelangit ya, Del ? " Karena dilarang, Delila ngambek. Ia
berubah murung. Untuk pertama kali suasana jadi rusak. Delila ngambek : " Del
benci sama mama , deh. Nggak mau maen sekolahan lagi ". " Hayo maen terrus
saja Delila ", kata Daud membujuk, dan berlagak memukul Laila , ia berkata: "
Mama nakal, hayo main sama papa ". Sifat kolokannya yang ditakuti Laila
selama ini muncul. Delila malahan tak mau main anak – anakan lagi. Pada
malam hari, ia hanya mau tidur didekapi Daud. Laila berlagak tak tahu, dan
benar2 merasa bersalah. Ia tak ikut campur. Ia hanya mendengarkan Delila
berkata-kata pada papanya. " Papa……….ada apa sih dilangit ?" Laila mulai
gusar, karna soal langit lagi, dan firasat kematian lagi. " Dilangit ada bulan,
ada matahari, ada bintang ", kata Daud. " Delila kepingin ke bintang " "
Ya……" " Tapi kenapa mama nakal nggak boleh cerita langit ? " Tanya Delila. "
Mama bodoh, nggak tau bahwa langit itu indah dan bagus ". " Papa………", kata
Delila puas " Delila kepingin tidur , papa ". " Ya, sayang. Papa akan
menyanyikan lagu untuk Delila",kata Daud. " Ya, Papa. Nyanyikan lagu bintang
kecil, papa. Papa tahu nyanyi itu , papa ? Bintang kecil yang ada
langitnya. Dan dengan penuh perasaan , Daud menyanyikan lagu bintang kecil
yang diminta Delila. Delila mendengarkannya , tapi tidak sampai lagu itu
selesai. Suatu keanehan terjadi, keesokan paginya Delila tidak bangun seperti
pagi selama bulan ini. Ia kesiangan. Mulanya tidak menjadi perhatian Daud.
Bahkan Daud melarang ketika isterinya mau membangunkan anak tunggal
mereka. " Badannya panas ? " Tanya Daud. " Tidak, biasa saja". Kata
Laila. Daud ikut memeriksa. Biasa saja. Normal , itu berarti Delila tidak sakit .
Tetapi setelah jam 10 siang Delila masih tidur juga, Laila menatap Daud dengan
cemas. Daud tenang, dan ia berkata : " Mungkin tidurnya ini menebus kurang
tidurnya yang dulu-dulu. Atau ia lelah sekali ". Cerita Lain:
Episode 57
Laila mengeluh : " Aku menyesal kemarin melarangnya berkhayal tentang
langit itu, sesungguhnya kita sudah pasrah hari2 terakhir ini ".
" Berhentilah menyesal. Berhentilah bicara ", kata Daud agak jengkel. Daud
memegang dada Delila. Dan ia puas dada itu bergerak tanda ia bernafas.
Tapi pegangan Daud itu diketahui Delila. Ia bersuara lemah :
" Papa………"
" Ya , sayang. Ini papa ".
" Delila mau main lagi " katanya.
" Tidak ngantuk lagi ? "
" Mau main sekolahan lagi", kata Delila.
Tapi biarpun sudah membuka mata , Delila tidak bangun, Daud heran, Daud
menoleh pada Laila, yang melihat mata Delila sudah tak sanggup lagi . Mata itu
bening dan tak bersinar.
" Hayo bangun ", kata Daud.
Delila berbisik: " Tidak bisa bangun, papa ".
" Kalau begitu tidur saja ", kata Daud.
" Naggak. Delila mau main. Nggak mau tidur ", kata Delila.
Daud membujuk: " Kalau begitu papa gendong ? ".
" Ya " kata Delila, " Tapi sekali ini mainannya di sekolahan betul2an ya,
papa? "
Daud menoleh pada Laila, Laila melarang.
" Bagaimana kalau mama pura2 jadi ibu guru ", kata Daud menolak halus.www.ac-zzz.tk
" Nggak, mau main disekolahan sama2 si Marni, sama si Boy. Si Boy bandel ,
deh. Suka mintain duit kita ".
" Nah, kalau begitu bu guru dipanggil kesini ? "
" Nggak mau , ah . Del ingin sekolah ", kata Delila.
Daud menatap Laila. Mereka berdua bersetuju tanpa syarat untuk membawa
Delila kesekolahnya.
Daud berrkata : " Biar Delila gendong sama mama dulu , salin pakaian dulu,
sementara papa mengeluarkan mobil ".
" Tapi papa………." , kata Delila tiba-tiba," Nggak usah, ah "
" Kenapa ? " Tanya ibunya.
" Papa sama mama rupanya nggak boleh Delila kesekolah ", kata Delila.
Meiske yang akan menangis melihat hal itu , segera menyeret Lestina ke
kamar Lestina yang rupanya tidak bisa menahan sedihnya.
" Papa dan mama nggak marah Delila mau pergi sekolah ", kata sang ibu, "
Malahan kami senang ".
" Nggak ah. Malu sama teman2 . Delila tukang bolos ", katanya.
" Nggak apa-apa . Salin pakaian, ya?"
" Ya . Tapi pakaian yang dari America , dari langit ", kata Delila
Laila selaku ibu yang tabah, sebenarnya sudah tak tahan lagi mendengar
kata2 firasat kematian itu. Ia tetap tabah melawan rasa sedihnya. Ia carikan
pakaian yang dibawa Daud. Begitu Delila melihat warna putih, Delila berkata : "
Nah, itu mama, pakaian bidadari. Pakaian dari langit. Kata bu guru , bidadari
ada dilangit. Delila pingin deh jadi bidadari ".
IA menarik nafas. Ibunya tersenyum kepadanya, dan Delila bertanya : "
Boleh mama…….Delila jadi bidadari ? "
" Boleh sayang ", kata Laila.
Laila tak sadar bahwa ia membendung air matanya. Tapi ia tak tahu. Ia baru
tahu setelah Delila berkata : " Idih, mama nangis , ya ? "
Ibu itu menghapus air matanya dengan segera, dan menggantinya dengan
senyum. Sementera itu Delila meminta lagi agar ibunya berpakaian putih juga .
Terpaksalah Laila mengabulkannya denga hati yang amat berat.
Muncul Daud : " Sudah selesai ! Aduuuuuuh , bagus nya anak papa ! ".
Laila menyerahkan anak itu ketangan suaminya. Daud menggendong Delila.
Ketika dalam gendongan Daud, anak itu mendekap ayahnya.
" Papa…… ", katanya.
" Ada apa, manis ? "
" Nggak kesekolah ah. Kedokter saja ", kata Delila.
" Ada yang sakit ? ", Tanya Daud.
" Delila mau mati dirumah sakit saja, papa. Barangkali Delila mau mati,
sebab kepala sakit lagi, papa. Aduh, papa. Cium Delila, papa……"
Daud menciumi anaknya. Laila menahan airmatanya, tapi tak sanggup.
Daud menciuminya, dan Laila pun menciuminya.
" Delila…….."
" Mama………mama mana ? Bolehkah Delila ke langit mama ? "
" Boleh, sayang ", kata Laila.
" Cium lagi Delila , mama. Delila mau ke langit, mama.Itu langitnya bagus
mama ".
" Ya, sayang ", kata Laila.
" Pergilah kesana, sayang ", kata Daud dengan suara pasrah.
" Selamat tinggal papa…..selamat tinggal mama …..", kata Delila dengan
dekapan kuat gendongan ayahnya. Wajahnya semakin pucat , tapi melepaskan
raut raut yang manis sekali.
" Delila…………." , ujar sang ibu.
Tak ada sahutan. Daud melihat wajah anaknya. Ia benar2 bertahan untuk
melawan kesedihan ini.
" Oh, Delila anak mama……..!" seru Laila meraih tubuh anaknya yang telah
wafaat itu dari tangan Daud suaminya.
" Delila……..Delilaku , saying. Ini semua salah mama ", kata Laila.
Semua menundukkan kepala didepan pusara Delila ketika anak itu
dikuburkan . Teman – teman sekelasnya , serta Bu guru kesayangannya hadir
dalam penguburan itu. Daud berkata pada Bu guru dengan bertetesan air
mata : " Ketika ia bangun, ia minta sekolah . Ia malu membolos . ia ingin
sekolah. Kami sebetulnya sudah mau menbawa kesekolah ibu. Tapi rupanya ia
tahu ajal telah memanggilnya, ia minta ke dokter ".
" Ia anak yang pintar ", kata Bu guru.
" Itu selalu disebutnya sebagai kebanggaan ", kata Laila kepada Bu Guru.
Berhari-hari setelah kematian Delila. Seisi rumah suka membicarakan hal2
yang berkesan pada diri anak itu.
Laila mengeluh : " Aku menyesal kemarin melarangnya berkhayal tentang
langit itu, sesungguhnya kita sudah pasrah hari2 terakhir ini ".
" Berhentilah menyesal. Berhentilah bicara ", kata Daud agak jengkel. Daud
memegang dada Delila. Dan ia puas dada itu bergerak tanda ia bernafas.
Tapi pegangan Daud itu diketahui Delila. Ia bersuara lemah :
" Papa………"
" Ya , sayang. Ini papa ".
" Delila mau main lagi " katanya.
" Tidak ngantuk lagi ? "
" Mau main sekolahan lagi", kata Delila.
Tapi biarpun sudah membuka mata , Delila tidak bangun, Daud heran, Daud
menoleh pada Laila, yang melihat mata Delila sudah tak sanggup lagi . Mata itu
bening dan tak bersinar.
" Hayo bangun ", kata Daud.
Delila berbisik: " Tidak bisa bangun, papa ".
" Kalau begitu tidur saja ", kata Daud.
" Naggak. Delila mau main. Nggak mau tidur ", kata Delila.
Daud membujuk: " Kalau begitu papa gendong ? ".
" Ya " kata Delila, " Tapi sekali ini mainannya di sekolahan betul2an ya,
papa? "
Daud menoleh pada Laila, Laila melarang.
" Bagaimana kalau mama pura2 jadi ibu guru ", kata Daud menolak halus.www.ac-zzz.tk
" Nggak, mau main disekolahan sama2 si Marni, sama si Boy. Si Boy bandel ,
deh. Suka mintain duit kita ".
" Nah, kalau begitu bu guru dipanggil kesini ? "
" Nggak mau , ah . Del ingin sekolah ", kata Delila.
Daud menatap Laila. Mereka berdua bersetuju tanpa syarat untuk membawa
Delila kesekolahnya.
Daud berrkata : " Biar Delila gendong sama mama dulu , salin pakaian dulu,
sementara papa mengeluarkan mobil ".
" Tapi papa………." , kata Delila tiba-tiba," Nggak usah, ah "
" Kenapa ? " Tanya ibunya.
" Papa sama mama rupanya nggak boleh Delila kesekolah ", kata Delila.
Meiske yang akan menangis melihat hal itu , segera menyeret Lestina ke
kamar Lestina yang rupanya tidak bisa menahan sedihnya.
" Papa dan mama nggak marah Delila mau pergi sekolah ", kata sang ibu, "
Malahan kami senang ".
" Nggak ah. Malu sama teman2 . Delila tukang bolos ", katanya.
" Nggak apa-apa . Salin pakaian, ya?"
" Ya . Tapi pakaian yang dari America , dari langit ", kata Delila
Laila selaku ibu yang tabah, sebenarnya sudah tak tahan lagi mendengar
kata2 firasat kematian itu. Ia tetap tabah melawan rasa sedihnya. Ia carikan
pakaian yang dibawa Daud. Begitu Delila melihat warna putih, Delila berkata : "
Nah, itu mama, pakaian bidadari. Pakaian dari langit. Kata bu guru , bidadari
ada dilangit. Delila pingin deh jadi bidadari ".
IA menarik nafas. Ibunya tersenyum kepadanya, dan Delila bertanya : "
Boleh mama…….Delila jadi bidadari ? "
" Boleh sayang ", kata Laila.
Laila tak sadar bahwa ia membendung air matanya. Tapi ia tak tahu. Ia baru
tahu setelah Delila berkata : " Idih, mama nangis , ya ? "
Ibu itu menghapus air matanya dengan segera, dan menggantinya dengan
senyum. Sementera itu Delila meminta lagi agar ibunya berpakaian putih juga .
Terpaksalah Laila mengabulkannya denga hati yang amat berat.
Muncul Daud : " Sudah selesai ! Aduuuuuuh , bagus nya anak papa ! ".
Laila menyerahkan anak itu ketangan suaminya. Daud menggendong Delila.
Ketika dalam gendongan Daud, anak itu mendekap ayahnya.
" Papa…… ", katanya.
" Ada apa, manis ? "
" Nggak kesekolah ah. Kedokter saja ", kata Delila.
" Ada yang sakit ? ", Tanya Daud.
" Delila mau mati dirumah sakit saja, papa. Barangkali Delila mau mati,
sebab kepala sakit lagi, papa. Aduh, papa. Cium Delila, papa……"
Daud menciumi anaknya. Laila menahan airmatanya, tapi tak sanggup.
Daud menciuminya, dan Laila pun menciuminya.
" Delila…….."
" Mama………mama mana ? Bolehkah Delila ke langit mama ? "
" Boleh, sayang ", kata Laila.
" Cium lagi Delila , mama. Delila mau ke langit, mama.Itu langitnya bagus
mama ".
" Ya, sayang ", kata Laila.
" Pergilah kesana, sayang ", kata Daud dengan suara pasrah.
" Selamat tinggal papa…..selamat tinggal mama …..", kata Delila dengan
dekapan kuat gendongan ayahnya. Wajahnya semakin pucat , tapi melepaskan
raut raut yang manis sekali.
" Delila…………." , ujar sang ibu.
Tak ada sahutan. Daud melihat wajah anaknya. Ia benar2 bertahan untuk
melawan kesedihan ini.
" Oh, Delila anak mama……..!" seru Laila meraih tubuh anaknya yang telah
wafaat itu dari tangan Daud suaminya.
" Delila……..Delilaku , saying. Ini semua salah mama ", kata Laila.
Semua menundukkan kepala didepan pusara Delila ketika anak itu
dikuburkan . Teman – teman sekelasnya , serta Bu guru kesayangannya hadir
dalam penguburan itu. Daud berkata pada Bu guru dengan bertetesan air
mata : " Ketika ia bangun, ia minta sekolah . Ia malu membolos . ia ingin
sekolah. Kami sebetulnya sudah mau menbawa kesekolah ibu. Tapi rupanya ia
tahu ajal telah memanggilnya, ia minta ke dokter ".
" Ia anak yang pintar ", kata Bu guru.
" Itu selalu disebutnya sebagai kebanggaan ", kata Laila kepada Bu Guru.
Berhari-hari setelah kematian Delila. Seisi rumah suka membicarakan hal2
yang berkesan pada diri anak itu.
Episode 58
BAHKAN bukan berhari – hari kemudian, tetapi berbulan – bulan kemudian.
Kisah Delila dimasa lampau, yang indah , sering diulang – ulang Laila dan Daud.
" Sayang kita Cuma diizinkan punya satu anak ", kata Laila.
" Jangan menyesali diri lagi", kata Daud.
" Tetapi biarpun satu, ia ibarat permata ratu. Apakah yang akan kita
perbuat pada hari ulang tahun nya kali ini , mas ? "
" Ulang tahun ? " Tanya Daud heran.
" Ya, ulang tahun pertama kematian Delila ", kata Laila.
Daud membelai rambut isterinya. Ia takut laila menangis, dan karena itu dia
bertanya : " Kau punya rencana apa ? "
" Aku akan menjual gelang dan kalung ku ", kata Laila.
Aneh sekali ucapan Laila. Dia tidak ingin mencegah, tapi bertanya: " Setelah
kau jual, untuk apa ? "
" Kufikir aku tokh tidak akan memakainya tahun depan ", kata Laila," Maka
lebih baik kujual ".
" Laila, kau jangan ngomong ngawur ", cegah Daud.
Laila memeluk Daud : " Oh, Daud. Buat apa barang2 emas ? akan kubawa
mati ? percuma kalung dan gelang itu semua. Lebih baik kujual. Percayalah ,
tahun depan aku tidak akan memakainya lagi, karna aku telah bersama Delila ".
Daud menundukkan kepala. Kesehatan Laila memang menurun. Tetapi itu
sudah terang. Kesehatan Daud pun menurun pula, karna semua terpulang pada
duka cita musibah kematian Delila.
" Uang penjualan kalung akan kubelikan marmer untuk nisan Delila ", kata
Laila.
" Laila ! ", peluk Daud seakan – akan mau menutup mulut isterinya.
" Itu sebagai lambang, bahwa aku selalu menyayanyi Delila, bagai wanita
sayang pada kalung yang tergantung dilehernya senantiasa ".
" Laila, marilah kita tidur , sayangku ", kata Daud. Daud pun menitikkan air
mata.
" Uang penjualan gelang, akan kubelikan batu pualam untuk nisan ku sendiri
", kata Laila.
Daud akan mencegah Laila , tapi lidahnya kelu. Laila bicara lagi : " Kau
tahu, hanya satu permintaanku. Yaitu kata2 yang pernah kau ucapkan kepada
Meiske ".
Daud jadi gugup . Laila meneduhkan kegugupan Daud. Kata Laila : " Sungguh
mulia ucapanmu itu. Aku bangga memdengar cerita mieske, ketika aku didalam
kamar bersalin, Meiske cerita, kau begitu keras kepala tidak mau disuruh
pulang oleh suster, juga tidak mau diajak pulang oleh Lestina dan Meiske.
Ingatlah, ketika itu kau benar2 bangga berkata pada suster, pada Lestina dan
mieske ! Aku bangga kau mencintaiku dengan ucapan agung itu. Katamu : "
Cinta sejati tidak mengenal lelah , tidak mengenal istirahat, karna cinta sejati
adalah suatu totalitas……..kata2mu itu akan ku bawa mati, mas ".
Daud meneteskan air mata. Suami isteri itu bertangisan. Bagi Laila, ia
tinggal menanti mati akan menjemputnya. Tetapi bagi Daud, ia teringat
mimpinya ketika ia menunggu diruang tunggu itu. Yaitu kematian Laila.
" Tahukah kau sejak kapan aku sungguh-sungguh bahagia di sampingmu ? ",
Tanya Laila.
" Sejak mula pertama kita bercinta ", kata Daud.
" Tidak ", kata laila, " Tapi sejak Meiske menceritakan tentang
kecemasanmu diruang tunggu. Ia terus terang mengagumimu. Ia pun gadis yang
agung. Hanya Meiske yang mampu menggantikan diriku sebagai orang yang
bebar2 bisa mencintaimu ", ujar Laila.
BAHKAN bukan berhari – hari kemudian, tetapi berbulan – bulan kemudian.
Kisah Delila dimasa lampau, yang indah , sering diulang – ulang Laila dan Daud.
" Sayang kita Cuma diizinkan punya satu anak ", kata Laila.
" Jangan menyesali diri lagi", kata Daud.
" Tetapi biarpun satu, ia ibarat permata ratu. Apakah yang akan kita
perbuat pada hari ulang tahun nya kali ini , mas ? "
" Ulang tahun ? " Tanya Daud heran.
" Ya, ulang tahun pertama kematian Delila ", kata Laila.
Daud membelai rambut isterinya. Ia takut laila menangis, dan karena itu dia
bertanya : " Kau punya rencana apa ? "
" Aku akan menjual gelang dan kalung ku ", kata Laila.
Aneh sekali ucapan Laila. Dia tidak ingin mencegah, tapi bertanya: " Setelah
kau jual, untuk apa ? "
" Kufikir aku tokh tidak akan memakainya tahun depan ", kata Laila," Maka
lebih baik kujual ".
" Laila, kau jangan ngomong ngawur ", cegah Daud.
Laila memeluk Daud : " Oh, Daud. Buat apa barang2 emas ? akan kubawa
mati ? percuma kalung dan gelang itu semua. Lebih baik kujual. Percayalah ,
tahun depan aku tidak akan memakainya lagi, karna aku telah bersama Delila ".
Daud menundukkan kepala. Kesehatan Laila memang menurun. Tetapi itu
sudah terang. Kesehatan Daud pun menurun pula, karna semua terpulang pada
duka cita musibah kematian Delila.
" Uang penjualan kalung akan kubelikan marmer untuk nisan Delila ", kata
Laila.
" Laila ! ", peluk Daud seakan – akan mau menutup mulut isterinya.
" Itu sebagai lambang, bahwa aku selalu menyayanyi Delila, bagai wanita
sayang pada kalung yang tergantung dilehernya senantiasa ".
" Laila, marilah kita tidur , sayangku ", kata Daud. Daud pun menitikkan air
mata.
" Uang penjualan gelang, akan kubelikan batu pualam untuk nisan ku sendiri
", kata Laila.
Daud akan mencegah Laila , tapi lidahnya kelu. Laila bicara lagi : " Kau
tahu, hanya satu permintaanku. Yaitu kata2 yang pernah kau ucapkan kepada
Meiske ".
Daud jadi gugup . Laila meneduhkan kegugupan Daud. Kata Laila : " Sungguh
mulia ucapanmu itu. Aku bangga memdengar cerita mieske, ketika aku didalam
kamar bersalin, Meiske cerita, kau begitu keras kepala tidak mau disuruh
pulang oleh suster, juga tidak mau diajak pulang oleh Lestina dan Meiske.
Ingatlah, ketika itu kau benar2 bangga berkata pada suster, pada Lestina dan
mieske ! Aku bangga kau mencintaiku dengan ucapan agung itu. Katamu : "
Cinta sejati tidak mengenal lelah , tidak mengenal istirahat, karna cinta sejati
adalah suatu totalitas……..kata2mu itu akan ku bawa mati, mas ".
Daud meneteskan air mata. Suami isteri itu bertangisan. Bagi Laila, ia
tinggal menanti mati akan menjemputnya. Tetapi bagi Daud, ia teringat
mimpinya ketika ia menunggu diruang tunggu itu. Yaitu kematian Laila.
" Tahukah kau sejak kapan aku sungguh-sungguh bahagia di sampingmu ? ",
Tanya Laila.
" Sejak mula pertama kita bercinta ", kata Daud.
" Tidak ", kata laila, " Tapi sejak Meiske menceritakan tentang
kecemasanmu diruang tunggu. Ia terus terang mengagumimu. Ia pun gadis yang
agung. Hanya Meiske yang mampu menggantikan diriku sebagai orang yang
bebar2 bisa mencintaimu ", ujar Laila.
" Jangan kau fikirkan orang
lain ", kata Daud , " Kuminta dari lubuk hatimu ".
Laila malam itu dipeluk mesra oleh Daud. Bila pagi tiba, Daud akan pergi
kekantor, agak mencemaskan kesehatan Laila.
" Pergilah. Laila tidak akan mati tanpa dalam pelukanmu ", kata Laila
Laila malam itu dipeluk mesra oleh Daud. Bila pagi tiba, Daud akan pergi
kekantor, agak mencemaskan kesehatan Laila.
" Pergilah. Laila tidak akan mati tanpa dalam pelukanmu ", kata Laila
Episode 59
Daud pergi dengan bimbang. Sebelum ia melangkah masuk mobil, ia
memesan pada Meiske : " Jagalah kak Laila baik – baik, Meiske , Kesehatannya
makin turun ".
Dan Meiske menjaga Laila sebaik-baiknya. Laila menatap meiske. Wajahnya
yang pucat itu bagai sinar yang akan padam. Tetapi bila Meiske melihat bola
mata Laila, bola mata itu masih bersinar, bercahaya.
" Duduklah lebih dekat lagi, Meiske ", kata Laila .
"Duduklah disampingku. Kakak akan mengatakan sesuatu yang amat suci dari
lubuk hatiku. Kau tahu, kakak melihat mas Daud betul2 kehilangan habis2an
setelah kematian Delila. Saya sendiri tampaknya menderita komplikasi tekanan
darah rendah, komplikasi jantung, dan lever barangkali. Apakah kau tak
melihat Daud sebenarnya menahan keparahan deritanya, meis ? "
" Ya, saya melihatnya juga , kak "
' Kau tahu, dulu ia ingin sekali punya anak. Tapi satu2nya yang tunggal itu
telah pergi. Aku ingin melahirkan , tapi kandungan sudah tertutup. Aku rasa ia
akan semakin menyesali kehidupan ini ".
Meiske menelan sedih mendengarnya. Air matanya berlinang. Llu Laila
berucap lagi ; " Rasanya kaka akan segera menyusul Delila. Kalau ini terjadi,
Daud akan kehilangan seorang yang baik disisinya ".
" Kakak lebih baik istirahat ", kata Meiske.
" Tidak, kutahan sakit ini sampai saat ini. Karena keinginanku hanyalah
mati. Kuminta, kalau kau ikhlas, maukah kau menemani hidupnya………."
Meiske meraih Laila dengan sepenuh rasa sedih, dan berkata terisak : "
Jangan berkata begitu, kak Laila. Marilah ke dokter saja ! "
Usaha Meiske membujuk gagal . Ia meremas-remas jari2 tangan meiske : "
Tahukah, aku sudah betul2 parah saat ini. Ajalku sudah amat dekat, Meis.
Kuminta sungguh2 , demi Tuhan , dengan hati ikhlas kuminta kau temani hidup
mas Daud. Berilah anak yang sebaik Delila kepadanya…….".
Aneh ! memang wajah kak Laila memperlihatkan gejala yang amat cepat
menurun, padahal selama ini ia kelihatan seperti sakit biasa saja, tanpa
keluhan2 .
Meiske segera buru2 menelpon Daud yang berada dikantor. Daud segera
pulang. Ia amat panik melihat isterinya dalam keadaan amat krisis. Dipeluknya
Laila erat2 , yg pada saat itu sudah berada antara sadar dan tiada. Tapi Laila
masih terdengar kata2 ,
Sekalipun lidahnya kelu: " Mas. Maafkan Laila, mas . Laila tak kuat lagi
untuk hidup, mas. Cuma Laila meminta sesuatu , sebagai permintaan terakhir
kali, mas………..Mas……..!"
" Katakan permintaanmu ! " , seru Daud. Laila tak bisa berkata. Mata yang
sayu itu menatap pada meiske. Meiske tak tahan untuk memeluk Laila kuat2
seketika itu juga.
Daud terpana ketika dilihatnya nafas itu berhenti bergerak didada isterinya.
Laila nenar2 telah meninggal dengan amat tenang. Setenag ketika Delila
meninggalkan dunia ini untuk selama lamanya. Daud menangis sepanjang
malam pada saat – saat jenazah diletakkan diruang tengah.
Didepan jenazah Laila, bukan saja Daud yang menangis, tapi juga Meiske,
juga Lestina . Dan yang paling tak diduga adalah ibu dan ayah Laila hadir
didepan jenazah itu dengan menangis pula. Sarita adik Laila , paling sedih saat
itu !.
" Tak ada orang tua yang tak mengampuni kesalahan anaknya ", kata ibu
Laila.
Daud memberikan sepucuk surat yang ditulis oleh Laila menjelang wafatnya.
Sang ibu terkejut, bertanya : " Ia sudah tahu saat2 kematiannya ? ".
" Kira – kira begitulah ", kata Daud.
Sampul surat itu di buka oleh ibu Laila.
" Ibu dan Ayah tercinta.
Adikku Sarita tersayang,
Laila memohon ampunan ibu dan adikku,
karna ajal rasanya sudah akan Memanggil Laila.
Bersama ini Laila titipkan seuntai kalung pemberian ibu ketika Laila masih
kecil. Dan gelang pemberian Ayah ketika Laila lulus SMP. Hampir saja dua
barang berhaga ini Laila jual, Kalung untuk pembelian marmer untuk cucu ayah
ibu yang bernama Delila yang tak pernah ayah dan ibu lihat. Gelang akan laila
jual untuk pembelian pualam untuk nisan Laila sendiri Karena barang2 ini
pemberian ibu dengan setulus sayang dan pemberian ayah dengan setulus
kasih, maka laila kembalikan bersama ini . ini untuk menjadi kenangan ayah
dan ibu , bahwa ayah dan ibu dulu pernah mencintai Laila selaku anak kandung.
Agar kepergian Laila ke alam baga dapat dengan tenang, sekali lagi
ampunilah Laila. Kalau sempat , ayah dan ibu menyarankan kepada mas Daud
agar ia mencri isteri setelah Laila meninggal. Jika dapat dipengaruhi, tunjuklah
si Meiske sebagai calonnya. Tetapi jika tidak, terserah padanya. Jika ayah dan
ibu ada waktu , tolonglah bersihkan kuburan ananda dan juga cucunda Delila.
Selamat tinggal Ayah Bunda tersayang. Selamat tinggal Adikku Sarita tersayang.
LAILA
Daud pergi dengan bimbang. Sebelum ia melangkah masuk mobil, ia
memesan pada Meiske : " Jagalah kak Laila baik – baik, Meiske , Kesehatannya
makin turun ".
Dan Meiske menjaga Laila sebaik-baiknya. Laila menatap meiske. Wajahnya
yang pucat itu bagai sinar yang akan padam. Tetapi bila Meiske melihat bola
mata Laila, bola mata itu masih bersinar, bercahaya.
" Duduklah lebih dekat lagi, Meiske ", kata Laila .
"Duduklah disampingku. Kakak akan mengatakan sesuatu yang amat suci dari
lubuk hatiku. Kau tahu, kakak melihat mas Daud betul2 kehilangan habis2an
setelah kematian Delila. Saya sendiri tampaknya menderita komplikasi tekanan
darah rendah, komplikasi jantung, dan lever barangkali. Apakah kau tak
melihat Daud sebenarnya menahan keparahan deritanya, meis ? "
" Ya, saya melihatnya juga , kak "
' Kau tahu, dulu ia ingin sekali punya anak. Tapi satu2nya yang tunggal itu
telah pergi. Aku ingin melahirkan , tapi kandungan sudah tertutup. Aku rasa ia
akan semakin menyesali kehidupan ini ".
Meiske menelan sedih mendengarnya. Air matanya berlinang. Llu Laila
berucap lagi ; " Rasanya kaka akan segera menyusul Delila. Kalau ini terjadi,
Daud akan kehilangan seorang yang baik disisinya ".
" Kakak lebih baik istirahat ", kata Meiske.
" Tidak, kutahan sakit ini sampai saat ini. Karena keinginanku hanyalah
mati. Kuminta, kalau kau ikhlas, maukah kau menemani hidupnya………."
Meiske meraih Laila dengan sepenuh rasa sedih, dan berkata terisak : "
Jangan berkata begitu, kak Laila. Marilah ke dokter saja ! "
Usaha Meiske membujuk gagal . Ia meremas-remas jari2 tangan meiske : "
Tahukah, aku sudah betul2 parah saat ini. Ajalku sudah amat dekat, Meis.
Kuminta sungguh2 , demi Tuhan , dengan hati ikhlas kuminta kau temani hidup
mas Daud. Berilah anak yang sebaik Delila kepadanya…….".
Aneh ! memang wajah kak Laila memperlihatkan gejala yang amat cepat
menurun, padahal selama ini ia kelihatan seperti sakit biasa saja, tanpa
keluhan2 .
Meiske segera buru2 menelpon Daud yang berada dikantor. Daud segera
pulang. Ia amat panik melihat isterinya dalam keadaan amat krisis. Dipeluknya
Laila erat2 , yg pada saat itu sudah berada antara sadar dan tiada. Tapi Laila
masih terdengar kata2 ,
Sekalipun lidahnya kelu: " Mas. Maafkan Laila, mas . Laila tak kuat lagi
untuk hidup, mas. Cuma Laila meminta sesuatu , sebagai permintaan terakhir
kali, mas………..Mas……..!"
" Katakan permintaanmu ! " , seru Daud. Laila tak bisa berkata. Mata yang
sayu itu menatap pada meiske. Meiske tak tahan untuk memeluk Laila kuat2
seketika itu juga.
Daud terpana ketika dilihatnya nafas itu berhenti bergerak didada isterinya.
Laila nenar2 telah meninggal dengan amat tenang. Setenag ketika Delila
meninggalkan dunia ini untuk selama lamanya. Daud menangis sepanjang
malam pada saat – saat jenazah diletakkan diruang tengah.
Didepan jenazah Laila, bukan saja Daud yang menangis, tapi juga Meiske,
juga Lestina . Dan yang paling tak diduga adalah ibu dan ayah Laila hadir
didepan jenazah itu dengan menangis pula. Sarita adik Laila , paling sedih saat
itu !.
" Tak ada orang tua yang tak mengampuni kesalahan anaknya ", kata ibu
Laila.
Daud memberikan sepucuk surat yang ditulis oleh Laila menjelang wafatnya.
Sang ibu terkejut, bertanya : " Ia sudah tahu saat2 kematiannya ? ".
" Kira – kira begitulah ", kata Daud.
Sampul surat itu di buka oleh ibu Laila.
" Ibu dan Ayah tercinta.
Adikku Sarita tersayang,
Laila memohon ampunan ibu dan adikku,
karna ajal rasanya sudah akan Memanggil Laila.
Bersama ini Laila titipkan seuntai kalung pemberian ibu ketika Laila masih
kecil. Dan gelang pemberian Ayah ketika Laila lulus SMP. Hampir saja dua
barang berhaga ini Laila jual, Kalung untuk pembelian marmer untuk cucu ayah
ibu yang bernama Delila yang tak pernah ayah dan ibu lihat. Gelang akan laila
jual untuk pembelian pualam untuk nisan Laila sendiri Karena barang2 ini
pemberian ibu dengan setulus sayang dan pemberian ayah dengan setulus
kasih, maka laila kembalikan bersama ini . ini untuk menjadi kenangan ayah
dan ibu , bahwa ayah dan ibu dulu pernah mencintai Laila selaku anak kandung.
Agar kepergian Laila ke alam baga dapat dengan tenang, sekali lagi
ampunilah Laila. Kalau sempat , ayah dan ibu menyarankan kepada mas Daud
agar ia mencri isteri setelah Laila meninggal. Jika dapat dipengaruhi, tunjuklah
si Meiske sebagai calonnya. Tetapi jika tidak, terserah padanya. Jika ayah dan
ibu ada waktu , tolonglah bersihkan kuburan ananda dan juga cucunda Delila.
Selamat tinggal Ayah Bunda tersayang. Selamat tinggal Adikku Sarita tersayang.
LAILA
Episode 60
Air mata bunda itu berderai, juga airmata sang ayah. Keduanya berunding
ketika Daud menyerahkan kalung dan gelang emas kepada orang tua itu. Kata
ibu Laila kemudian:" Nisan marmer untuk cucu kami dan anak kami , biarlah
kami yang membuatkannya. Kapan2 kami akan kesini lagi setelah penguburan ".
" Ada pesan Laila lagi ", kata Daud, " Yaitu dituliskannya kata2 kenangan
dibawah tanggal kematiannya itu nanti ".
Beberapa bulan setelah kematian Laila, nisan marmer itu dipasang bersama
dengan nisan untuk Delila. Pada nisan marmer kuburan laila selain tertera
nama dan tanggal wafatnya , juga dibawahnya tertera kata – kata :
Cinta sejati tidak kenal lelah dan istirahat , karna cinta sejati adalah suatu
totalitas.
Bila Daud berziarah membaca kata2 itu, Daud menangis tersedu – sedu .
Daud berpendapat bukankah Laila benar2 lambang kasih sayang yg
sempurna ?
Ibu Laila berusaha membujuk Daud untuk membaca untuk membaca kembali
pesan Laila tentang Meiske. Daud dengan suara yang hampir tak kedengaran
berkata :
" Mungkin sampai saya pun meninggalkan dunia in menyusul Laila dan Delila,
saya tidak akan menemukan lagi wanita yg sebaik dan setulus Laila anak ibu.
Biasanya , sehabis ziarah kekuburan Laila, Daud menitikkan air mata lagi
menjelang tidur.
Bukan pada saat itu saja.Ada saat2 tertentu ia menangis mengenang Laila.
Pada saat ziarah kekuburan Laila, ia juga tak kuasa menitikkan air mata,
sekalipun itu adalah 3 tahun setelah Laila meninggal. Meiske kadangkala
bertemu dengan Daud dipekuburan, kebetulan sekali, menjelang hari lebaran.
Daud heran, mengapa Meiske masih tahan untuk meneruskan hidupnya sebagai
perawan tua. Ia tidak bertanya. Malahan ia begitu tak acuh, ketika ayah dan
ibunya menganjurkan agar kawin saja dengan Meiske. Daud berkata : "
maafkan, papa dan mama, saya hanya ingin hidup sekali dengan satu wanita.
Dia adalah Laila ".
Meiske dianjurkan juga untuk mendekati Daud oleh ayah dan ibunya sendiri.
Tetapi Meiske teringat kebaikan2 kak Laila yang tiada bertara dimuka bumi ini
bagai kebaikan orang2 yang seharusnya menghuni surga . Meiske tidak
mengatakan ia menolak anjuran itu. Ia hanya berkata dalam hati:" Tidak . Kini
tidak. Kapan-kapan pun tidak ". Ia tidak ingin kehilangan kenangan yg murni
dari Laila. Ia tak ingin menodai hal2 yang indah dimasa silam, sekalipun
sebenarnya ia mencintai Daud dengan murni pula, sehingga saat ini. Adalah
saat2 yang paling indah bagi Meiske dalam hidupnya Makin hari makin dikenang,
akan semakin indah saat2 yang indah bersama kak Laila.
Air mata bunda itu berderai, juga airmata sang ayah. Keduanya berunding
ketika Daud menyerahkan kalung dan gelang emas kepada orang tua itu. Kata
ibu Laila kemudian:" Nisan marmer untuk cucu kami dan anak kami , biarlah
kami yang membuatkannya. Kapan2 kami akan kesini lagi setelah penguburan ".
" Ada pesan Laila lagi ", kata Daud, " Yaitu dituliskannya kata2 kenangan
dibawah tanggal kematiannya itu nanti ".
Beberapa bulan setelah kematian Laila, nisan marmer itu dipasang bersama
dengan nisan untuk Delila. Pada nisan marmer kuburan laila selain tertera
nama dan tanggal wafatnya , juga dibawahnya tertera kata – kata :
Cinta sejati tidak kenal lelah dan istirahat , karna cinta sejati adalah suatu
totalitas.
Bila Daud berziarah membaca kata2 itu, Daud menangis tersedu – sedu .
Daud berpendapat bukankah Laila benar2 lambang kasih sayang yg
sempurna ?
Ibu Laila berusaha membujuk Daud untuk membaca untuk membaca kembali
pesan Laila tentang Meiske. Daud dengan suara yang hampir tak kedengaran
berkata :
" Mungkin sampai saya pun meninggalkan dunia in menyusul Laila dan Delila,
saya tidak akan menemukan lagi wanita yg sebaik dan setulus Laila anak ibu.
Biasanya , sehabis ziarah kekuburan Laila, Daud menitikkan air mata lagi
menjelang tidur.
Bukan pada saat itu saja.Ada saat2 tertentu ia menangis mengenang Laila.
Pada saat ziarah kekuburan Laila, ia juga tak kuasa menitikkan air mata,
sekalipun itu adalah 3 tahun setelah Laila meninggal. Meiske kadangkala
bertemu dengan Daud dipekuburan, kebetulan sekali, menjelang hari lebaran.
Daud heran, mengapa Meiske masih tahan untuk meneruskan hidupnya sebagai
perawan tua. Ia tidak bertanya. Malahan ia begitu tak acuh, ketika ayah dan
ibunya menganjurkan agar kawin saja dengan Meiske. Daud berkata : "
maafkan, papa dan mama, saya hanya ingin hidup sekali dengan satu wanita.
Dia adalah Laila ".
Meiske dianjurkan juga untuk mendekati Daud oleh ayah dan ibunya sendiri.
Tetapi Meiske teringat kebaikan2 kak Laila yang tiada bertara dimuka bumi ini
bagai kebaikan orang2 yang seharusnya menghuni surga . Meiske tidak
mengatakan ia menolak anjuran itu. Ia hanya berkata dalam hati:" Tidak . Kini
tidak. Kapan-kapan pun tidak ". Ia tidak ingin kehilangan kenangan yg murni
dari Laila. Ia tak ingin menodai hal2 yang indah dimasa silam, sekalipun
sebenarnya ia mencintai Daud dengan murni pula, sehingga saat ini. Adalah
saat2 yang paling indah bagi Meiske dalam hidupnya Makin hari makin dikenang,
akan semakin indah saat2 yang indah bersama kak Laila.
T A M A T
Nara sumber : www.ac-zzz.tk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon commantnya